• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

7) Bagian Utility

4.5. Analisis Gap Kompetensi Sumber Daya Manusia

4.5.1. Responden Operator Departemen Weaving

Hasil survei yang telah dilakukan pada karyawan dengan posisi operator berupa penilaian kompetensi karyawan dapat diketahui nilai standar dan kompetensi aktual karyawan sebagai berikut:

1). Unit kerja Reaching

Berikut ini hasil dari survei penilaian kompetensi karyawan untuk posisi operator pada unit kerja Reaching dengan jumlah karyawan sebanyak 43 orang (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil penilaian kompetensi Operator Reaching

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,11 2 0,11 2. Leadership 1,98 1 0,98 3. Komputer 1 1 0 4. Membaca design 3,19 4 -0,81 5. Anyaman benang 3,36 3 0,36 6. Pengecekan anyaman 2,39 3 -0,61

7. naik turun beam 1,01 2 -0,99

8. Pemasukan benang 3,29 3 0,29

9. Ketelitian nyusuk 2,99 4 -1,01

10. Target kerja 3,23 3 0,23

11. Persiapan Plat-L 1 2 -1

Berdasarkan Tabel 4. diketahui bahwa hasil penilaian kompetensi pada keahlian umum yang mencangkup kompetensi manajemen, leadership dan komputer pada Operator Reaching sudah memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesenjangan antara nilai standar dan kompetensi aktual karyawan. Hal ini terjadi karena

40

karyawan sudah cukup menguasai keahlian tersebut dengan tingkat pemahaman yang diterapkan dalam bekerja sehari- hari. Hasil dari penilaian kompetensi karyawan pada Tabel 4. terdapat informasi mengenai kompetensi aktual karyawan pada keahlian teknik yang masih terjadi kesenjangan. Atribut kompetensi pada keahlian teknik tersebut antara lain membaca design, pengecekan anyaman, naik turun beam, ketelitian nyusuk, dan persiapan Plat-L. Kesenjangan yang paling besar diketahui pada atribut kompetensi naik turun beam dan persiapan Plat- L yaitu rata-rata karyawan tidak mengusai jenis keahlian tersebut. Kesenjangan kompetensi yang terjadi pada keahlian teknik tersebut diakibatkan dalam pengerjaan sehari- hari membutuhkan tenaga fisik yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan keadaaan unit kerja ini bahwa sebagian besar jumlah operatornya adalah wanita sehingga, dalam pengerjaan diperlukan bantuan operator laki- laki atau atasan seperti kepala regu atau kepala unit.

2). Unit Kerja Warper

Hasil survei penilaian kompetensi karyawan untuk posisi operator unit kerja Warper dilakukan pada sejumlah 22 orang karyawan (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil penilaian kompetensi Operator Warper

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,77 2 0,77 2. Leadership 1,43 1 0,43 3. Komputer 1,14 1 0,14 4. Membaca design 3,23 4 -0,77 5. Memasukan benang 3,70 4 -0,30 6. Memasukan cheese 3,86 3 0,86 7. Menyambung benang 3,27 3 0,27 8. Membaca label 3 3 0 9. Panjang benang 3,02 3 0,02 10. Operasikan mesin 3,11 3 0,11 11. Memasang beam 3,11 3 0,11

Berdasarkan Tabel 5. diperoleh gambaran mengenai hasil penilaian kompetensi karyawan pada keahlian umum yang

menyatakan bahwa Operator Warper sudah memenuhi standar perusahaan pada keahlian tersebut. Hasil penilaian tersebut menunjukkan tidak ada kesenjangan antara nilai standar dan kompetensi aktual karyawan. Namun, hasil berbeda diketahui pada atribut kompetensi keahlian teknik karyawan. Kesenjangan masih terjadi pada sebagian kecil atribut kompetensi seperti membaca design dan memasukkan benang.

Pencapaian standar oleh karyawan pada kompetensi keahlian umum terjadi karena sebagian besar karyawan sudah memahami peraturan kerja yang ditetapkan perusahaan yang diterapkan sehari- hari selama bekerja.

Hal tersebut tidak terjadi pada keahlian teknik yang menunjukkan kesenjangan dibeberapa atribut kompetensi seperti membaca design dan memasukkan benang. Nilai standar yang ditetapkan perusahaan pada atribut kompetensi tersebut mengharuskan karyawan untuk dapat menerapkan pekerjaan dengan cermat dan teliti. Dari hasil penilaian kompetensi menunjukkan bahwa sebagian dari karyawan masih belum terampil pada jenis atribut kompetensi tersebut.

3). Unit Kerja Hozen Jumbi

Hasil penilaian kompetensi operator pada unit kerja Hozen Jumbi diperoleh dengan jumlah karyawan sebanyak 3 orang (Tabel 6).

Tabel 6. Hasil penilaian kompetensi Operator Hozen Jumbi

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2 2 0 2. Leadership 2 1 1 3. Komputer 1 1 0 4. Operasikan mesin 2 3 -1 5. Deteksi kerusakan 2 3 -1 6. Perbaiki mesin 1,83 3 -1 7. Pekerjaan mudah 1,83 3 -1 8. Usaha preventif 1,67 3 -1 9. Standar mesin 1,33 3 -2 10. tension beam 1,67 3 -1 11. Instruksi kerja 2 3 -1

42

Hasil penilaian kompetensi pada posisi operator merupakan penilaian dari kepala regu dan kepala unit. Jenis kompetensi Operator Hozen Jumbi terdiri atas keahlian umum dan keahlian teknik. Keahlian umum mencangkup kompetensi manajemen, leadership dan komputer. Sedangkan, Keahlian teknik terdiri atas 8 atribut kompetensi yaitu operasikan mesin, deteksi kerusakan, perbaiki mesin, pekerjaan mudah, usaha preventif, standar mesin, tension beam, dan instruksi kerja.

Hasil penilaian kompetensi pada Keahlian umum diperoleh bahwa karyawan telah memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan. Rata-rata karyawan sudah cukup mengusai keahlian umum tersebut. Pencapaian nilai standar kompetensi disebabkan karena tingkat pendidikan dan pemahaman karyawan terhadap keahlian sudah diterapkan dalam keseharian bekerja dengan cukup baik.

Pencapaian standar kompetensi pada keahlian umum oleh karyawan belum mampu dicapai pada keahlian teknik. Berdasarkan hasil penilaian kompetensi dari Tabel 6. diperoleh informasi bahwa seluruh atribut kompetensi pada keahlian teknik masih terdapat adanya kesenjangan nilai kompetensi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa karyawan belum mampu memenuhi standar perusahaan.

Kesenjangan nilai kompetensi yang terjadi karena pada unit ini karyawan dituntut untuk menguasai bermacam- macam mesin seperti mesin kowari, sizing, RT winder, warper dan beam. Tuntutan kerja tersebut belum mampu dicapai karyawan karena belum mempunyai cukup pengalaman dan terampil di unit kerja ini. Selain itu, kemampuan karyawan dinilai belum mampu diharapkan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan pada unit ini.

4). Unit Kerja Shokki

Survei hasil penilaian kompetensi karyawan untuk posisi operator pada unit kerja Shokki dengan jumlah karyawan sebanyak 55 orang (Tabel 7).

Tabel 7. Hasil penilaian kompetensi Operator Shokki

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,67 2 0,67 2. Leadership 1,76 1 0,76 3. Komputer 1 1 0 4. Operasikan mesin 2,75 3 -0,25 5. Pengecekan kain 2,76 3 -0,24 6. Keliling mesin 2,93 3 -0,07

7. Perbaiki benang yoko 2,89 3 -0,11

8. Perbaiki benang tate 2,95 3 0

9. Perbaiki kesalahan 2,80 3 -0,20

10. Ketelitian kerja 2,96 4 -1,04

11. Pengecekan yoko 2,75 3 -0,25

12. Pengecekan kualitas 2,85 3 -0,15 Menurut data penilaian kompetensi pada Tabel 7. jenis keahlian karyawan dikelompokkan menjadi 2 yaitu 1). keahlian umum meliputi kompetensi manajemen, leadership dan komputer, 2). keahlian teknik yang mencangkup atribut kompetensi seperti operasikan mesin, pengecekan kain, keliling mesin, perbaiki benang yoko, perbaiki benang tate, perbaiki kesalahan, ketelitian kerja, pengecekan yoko, dan pengecekan kualitas.

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi pada Tabel 7. diketahui bahwa kompetensi aktual karyawan pada keahlian umum, sudah mampu memenuhi standar yang ditetapkan perusahan. Terlihat dari hasil penilaian kompetensi yaitu rata-rata karyawan sudah mampu memenuhi nilai standar kompetensi. Penguasan karyawan atas keahlian umum merupakan hasil dari pengetahuan yang diperoleh karyawan atas pengalaman bekerja pada unit Shokki. Sebagaian besar karyawan pada unit ini merupakan karyawan lama yang sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan.

44

Tabel 7. mengenai hasil penilaian kompetensi diperoleh bahwa kesenjangan kompetensi masih terjadi pada sebagian besar atribut kompetensi keahlian teknik. Hal tersebut terjadi karena sebagian kecil operator masih belum memenuhi standar kompetensi karena karyawan tersebut merupakan operator yang relatif masih baru. Dibutuhkan waktu dan adaptasi karyawan dalam memahami dan menerapkan standar kerja keahlian teknik tersebut.

5). Unit Kerja Shiage

Berbeda dengan unit kerja lainnya di Departemen Weaving pada unit kerja Shiage terdapat pembagian tugas pada posisi operator yaitu Operator Shiage dan Operator Packing Shiage.

a. Berikut ini hasil dari survei penilaian kompetensi karyawan posisi operator pada unit kerja Shiage dengan jumlah karyawan sebanyak 33 orang (Tabel 8).

Tabel 8. Hasil penilaian kompetensi Operator Shiage

No. Kompetensi Standar Aktual Gap

1. Manajemen 2,18 2 0,18 2. Leadership 1,79 1 0,79 3. Komputer 1,58 1 0,58 4. Pemeriksaan kentan 2,62 3 -0,38 5. Perbaikan kain 3 3 0 6. Shusei kentan 2,95 3 -0,05 7. Shusei meja 3 3 0 8. Mengetahui grade 2,88 4 -1,12 9. Operasikan mesin 2,95 3 -0,05 10. Mengetahui produk 2,15 3 -0,85

Kompetensi karyawan pada keahlian umum operator terdiri atas manajemen, leadership dan komputer. Hasil dari penilaian kompetensi yang diperoleh bahwa nilai rata-rata karyawan sudah mampu mengusai keahlian dan memenuhi standar perusahaan. Hal ini terjadi karena sebagaian besar pada karyawan sudah memperlihatkan motivasi dalam bekerja dan penerapan aturan kerja yang dilakukan karyawan setiap hari.

Hasil penilaian kompetensi pada keahlian teknik karyawan menunjukkan hal yang berbeda dibanding pada keahlian umum. Kesenjangan masih terjadi di sebagian atribut kompetensi keahlian teknik, lima dari tujuh atribut kompetensi teknik masih terdapat kesenjangan nilai kompetensi. Atribut kompetensi teknik tersebut antara lain pemeriksaan kentan, Shusei kentan, mengetahui grade, operasikan mesin, dan mengetahui produk. Kesenjangan kompetensi yang terjadi karena karyawan Shiage merupakan karyawan yang relatif baru bekerja di perusahaan. Dalam mengusai keahlian teknik pada unit ini memerlukan waktu dan adaptasi untuk dapat memahami dengan baik dan benar. b. Penilaian kompetensi karyawan untuk posisi operator pada unit

kerja Packing Shiage telah dilakukan pada sejumlah karyawan sebanyak 4 orang (Tabel 9).

Tabel 9. Hasil penilaian kompetensi Operator Packing Shiage

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 2,5 2 0,50 2. Leadership 2,25 1 1,25 3. Komputer 1 1 0 4. Mengetahui grade 2 3 -1 5. Mengetahui produk 3 3 0 6. Perbaikan kain 2,13 3 -0,88 7. Packing kain 2,88 4 -1,13 8. Delivery 3 3 0 9. Operasikan mesin 3 3 0 10. Pelipatan Folding 3 3 0

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi dari Tabel 9. memperlihatkan informasi bahwa pada seluruh atribut keahlian umum karyawan sudah mampu memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan perusahan. Dari hasil penilian kompetensi diperoleh bahwa nilai rata-rata karyawan sebetulnya belum mampu mengusai dengan baik pada kompetensi keahlian umum. Namun, nilai rata-rata tersebut sudah cukup dalam memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan perusahaan.

46

Hal ini disebabkan karena sebagian besar karyawan pada unit ini merupakan karyawan yang sudah lama bekerja pada perusahaan. kemampuan dalam menerapakan aturan perusahaan dinilai dengan cukup baik.

Berbeda dengan kompetensi keahlian teknik, tidak semua atribut kompetensi nilai aktual karyawan sesuai dengan nilai standar perusahaan. Masih terdapat beberapa kesenjangan pada beberapa atribut kompetensi seperti mengetahui produk, perbaikan kain, dan packing kain. Rata-rata karyawan pada penilaian atribut kompetensi tersebut belum mampu memenuhi nilai standar kompetensi. Hal ini disebabkan sebagian kecil karyawan kurang memiliki konsistensi dalam menerapkan standar mutu kerja pada atribut kompetensi tersebut. Sehingga kesenjangan kompetensi masih terjadi pada unit ini.

Selain dari unit kerja yang dipaparkan diatas, pada Departemen Weaving masih terdapat unit kerja lain seperti Kowari, Sizing, Shikake, Hozen Shokki dan Unten. Masing-masing dari unit kerja tersebut telah dilakukan penilaian terhadap kompetensi keahlian umum dan teknik karyawan pada posisi operator. Sebagaimana disajikan pada Lampiran 3, terdapat nilai kesenjangan yang berbeda pada setiap unit kerja. Hal ini terjadi karena jenis karakteristik keahlian teknik yang berbeda pada setiap unit kerja.

Penilaian kompetensi pada keahlian umum didapatkan nilai yang memuaskan pada setiap unit kerja. Rata-rata karyawan telah memenuhi kriteria nilai kompetensi yang ditetapkan perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena pemahaman terhadap pengetahuan peraturan perusahaan dan sikap dari karyawan yang cukup baik selama bekerja mempengaruhi penilaian. Disamping itu, kebijakan perusahaan menetapkan nilai rendah pada kompetensi komputer menyebabkan karyawan masih mampu mencapai nilai standar kompetensi. Padahal, dari hasil penilaian diperoleh sebagian besar karyawan belum mampu mengusai keahlian ini. Nilai kompetensi rendah yang ditetapkan oleh

perusahaan karena pada posisi operator karyawan tidak memerlukan kemahiran penggunaan komputer dalam menunjang pekerjaannya.

Hasil dari penilaian atribut kompetensi pada keahlian teknik menunjukkan kesenjangan di beberapa atribut kompetensi teknik di setiap unit kerja. Tingkat kesulitan dan karakteristik kompetensi teknik menjadi penyebab utama kesenjangan karena tidak semua karyawan memiliki keterampilan yang baik. Dibutuhkan tingkat pemahaman dan kemampuan karyawan yang cukup tinggi dalam menguasai keahlian kerja.

Kesenjangan kompetensi pada unit kerja Kowari yang terjadi pada atribut kompetensi teknik seperti operasikan mesin dan ketelitian dalam bekerja. Kesenjangan kompetensi ini terjadi karena karyawan tidak menerapkan standar mutu yang ditetapkan padahal sebagian besar karyawan pada posisi ini merupakan karyawan lama. Akan tetapi, tingkat pemahaman karyawan masih rendah dalam keahlian teknik tersebut menjadi penyebab kesenjangan kompetensi.

Kesenjangan kompetensi lain masih terjadi pada sebagian kecil atribut kompetensi pada keahlian teknik di unit kerja Shikake dan Hozen Shokki. Identifikasi keahlian kerja pada unit kerja Shikake diketahui berjumlah 8 atribut kompetensi teknik kerja. Kesenjangan kompetensi hanya terjadi pada 3 atribut kompetensi yaitu memasang beam, membaca design dan penggunaan cori khusus. Sebagain kecil dari karyawan diketahui belum dapat memenuhi nilai standar kompetensi dikarenakan tingkat kesulitan yang cukup tinggi pada jenis keahlian tersebut.

Hasil dari penilaian kompetensi pada unit kerja Hozen Shokki diperoleh hal yang sama seperti pada unit kerja lainnya. Kesenjangan kompetensi terjadi di sebagian kecil atribut kompetensi pada keahlian teknik. Diperoleh informasi bahwa hanya 1 atribut kompetensi teknik yang belum dipenuhi nilai standar kompetensi oleh karyawan. Atribut kompetensi tersebut ialah usaha preventif, pada kompetensi tersebut nilai rata-rata gap menunjukkan -0,07 berarti hanya sebagian kecil

48

karyawan yang diketahui tidak mampu menjalankan instruksi kerja yang dijadwalkan unit kerja. Hal ini disebabkan karyawan tersebut tidak cepat tanggap dalam memahami instruksi kerja yang diberikan selama bekerja.

Nilai kesenjangan kompetensi yang terjadi pada unit kerja yang selanjutnya yaitu Unten. Hasil penilaian pada unit kerja ini diperoleh bahwa seluruh atribut kompetensi pada keahlian teknik menunjukkan kesenjangan kompetensi. Nilai aktual karyawan belum mampu memenuhi nilai standar kompetensi. Penyebab dari kesenjangan ini dikarenakan dalam bekerja sebagian kecil karyawan kurang menerapkan dengan baik standar mutu kerja. Kesenjangan terjadi pada jenis kompetensi seperti kompetensi komunikasi, alur order, informasi kerja, jenis kain produk, koordinasi, monitoring, dan backup kerja Weaving. Karyawan pada unit ini dinilai masih memerlukan pemahaman dan pengetahuan yang lebih terhadap jenis keahlian yang dikerjakan karena alur proses produksi yang rumit menjadikan karyawan kurang tanggap dalam menguasai keahlian tersebut.

Penilaian kompetensi pada unit kerja Sizing diperoleh hasil yang sama dengan unit kerja lain. Data penilaian menunjukkan nilai kompetensi aktual karyawan pada keahlian umum dan teknik. Nilai standar kompetensi keahlian umum pada unit kerja tersebut sudah mampu dicapai karyawan. Berbeda pada kompetensi keahlian teknik belum karyawan mampu memenuhi standar kompetensi pada seluruh teknik kerja. Terdapat satu jenis kompetensi teknik yang nilai aktual karyawan masih berada dibawah standar perusahaan, kompetensi teknik tersebut yaitu memasang kelurusan beam. Sebagian dari karyawan pada teknik kerja tersebut masih belum mampu menerapkan teknik kerja secara cermat selama bekerja sehari-hari. Perhitungan penilaian kompetensi pada posisi operator dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pemahaman karyawan terhadap keahlian umum dan teknik memiliki tingkat penguasaan yang berbeda. Sehingga, kompetensi yang dimiliki setiap karyawan dan unit kerja memiliki perbedaan sesuai tingkat pemahaman masing- masing karyawan. Berikut ini pemaparan dari analisis gap kompetensi karyawan keseluruhan unit kerja pada Departemen Weaving pada bagian operator yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil gap kompetensi setiap unit kerja operator

Catatan: A (Reaching), B (Kowari), C (Warper), D (Sizing), E (Hozen Jumbi), F (Shokk i), G (Shik ak e), H (Hozen Shokk i), I (Unten), dan J (Shiage)

Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui informasi mengenai kesenjangan kompetensi bagian operator di setiap unit kerja. Hasil dari gap analisis menunjukkan bahwa nilai aktual karyawan lebih tinggi daripada nilai standar kompetensi. Pada kompetensi manajemen dan leadership nilai paling tinggi terdapat pada unit kerja Hozen Jumbi. Sedangkan, kompetensi komputer nilai tertinggi terdapat pada unit kerja Kowari.

Kompetensi karyawan pada keahlian umum dari hasil penilaian menyatakan bahwa karyawan diseluruh unit kerja telah mampu memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan perusahaan. Pencapaian nilai standar kompetensi pada keahlian umum oleh karyawan disetiap unit kerja disebabkan karena pemahaman dan penerapan pengetahuan keahlian umum yang cukup baik dilakukan karyawan pada saat bekerja.

Berbeda dengan hasil yang diperoleh pada kompetensi karyawan pada keahlian teknik bahwa sebagaian besar unit kerja menunjukkan nilai aktual karyawan lebih rendah daripada nilai

Ko mpetensi Hasil Gap Ko mpetensi Setiap Unit Kerja Operator A B C D E F G H I J Manajemen 0,11 1,42 0,77 0,72 0 0,67 1 1,29 0,50 0,34 Leadership 0,98 1,25 0,43 0,89 1 0,76 1,21 1,57 1,25 1,02 Ko mputer 0 2 0,14 0 0 0 0,42 0 0,42 0,29 Rata-rata Teknik -0,4 -0,2 0,04 0,29 -1,2 -0,3 -0,2 0,34 -0,5 -0,4

50

standar kompetensi. Nilai terendah dari kompetensi karyawan pada keahlian teknik terdapat pada unit kerja Unten.

Kesenjangan nilai kompetensi yang terjadi pada keahlian teknik disebabkan karena karyawan kurang mampu dalam mengusai teknik kerja yang bermacam- macam disetiap unit kerja. Perlu pemahan yang lebih baik dari karyawan untuk dapat melaksanakan kerja yang sesuai dengan standar operasi pekerjaan.