• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

7) Bagian Utility

4.5. Analisis Gap Kompetensi Sumber Daya Manusia

4.5.4. Responden Wakil Pengawas dan Pengawas Departe men Weaving

Hasil survei penilaian kompetensi karyawan yang telah dilakukan pada posisi wakil pengawas dan pengawas berupa penilaian kompetensi dapat diketahui kompetensi aktual karyawan dan nilai standar kompetensi. Hasil dari perhitungan penilaian kompetensi karyawan dapat dilihat pada Lampiran 9. Penjelasan analisa gap masing- masing unit kerja sebagai berikut:

1). Unit Kerja Reaching

a. Hasil penilaian kompetensi karyawan untuk posisi 1 orang wakil pengawas pada unit kerja Reaching disajikan pada Tabel 23. Apa yang tersaji pada Tabel 23. merupakan hasil penilaian kompetensi pada keahlian umum mencangkup kompetensi manajemen, leadership, dan komputer yang menunjukkan bahwa karyawan belum mampu memenuhi standar kompetensi. Hasil penilaian tersebut menunjukkan ada kesenjangan kompetensi aktual karyawan dengan nilai standar kompetensi. Pada kompetensi manajemen dan leadership memperlihatkan bahwa karyawan sudah mampu dalam menguasai keahlian.

Tabel 23. Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas

Reaching

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3,75 4 -0,25 2. Leadership 3 4 -1 3. Komputer 1 3 -2 4. Bahasa Jepang 3,50 2 1,50 5. Membaca design 3,50 4 -0,50 6. Anyaman benang 3,50 3 0,50 7. Pengecekan anyaman 3,50 4 -0,50

8. naik turun beam 4 4 0

9. Pemasukan benang 2,50 3 -0,50

10. Koordinasi produksi 3 3 0

11. Target kerja 3 4 -1

12. Persiapan Plat-L 2,50 3 -0,50

Standar nilai kompetensi yang lebih tinggi ditetapkan perusahaan menyebabkan adanya kesenjangan kompetensi. Hal ini terjadi karyawan belum mampu untuk mengembangkan kemampuan dalam penerapan saat bekerja. Oleh sebab itu, perlu adanya perhatian pada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dalam keahlian ini.

Kesenjangan kompetensi paling besar terjadi pada keahlian aplikasi komputer, hal ini disebabkan karyawan tidak menguasai kompetensi tersebut. Faktor penyebab terjadinya kesenjangan karena tingkat pendidikan karyawan yang rendah sehingga tidak mengetahui pengetahuan terhadap penggunaan komputer.

Hasil penilaian kompetensi pada keahlian teknik masih menunjukkan kesenjangan seperti pada atribut kompetensi membaca design, pengecekan anyaman, pemasukan benang target kerja, dan persiapan Plat-L. Penyebab adanya kesenjangan dikarenakan keterampilan yang dimiliki karyawan masih kurang cermat pada melakukan proses produksi. Kesenjangan ini terjadi pada atribut penting di unit kerja Reaching. Diperlukan usaha karyawan dalam mengasah keterampilan yang dimiliki untuk mendukung proses produksi berjalan lebih baik.

68

b. Survei penilaian kompetensi karyawan untuk posisi 1 orang pengawas pada unit kerja Reaching (Tabel 24). Hasil dari penilaian ini dapat terilihat tingkat kemampuan karyawan pada nilai aktual yang tertera pada tabel tersebut.

Tabel 24. menyajikan informasi bahwa kesenjangan kompetensi masih pada semua atribut keahlian umum seperti manajemen, leadership, dan komputer. Nilai kesenjangan pada atribut komputer menunjukkan bahwa karyawan belum mampu menguasai keahlian tersebut.

Tabel 24. Hasil penilaian kompetensi Pengawas Reaching

No. Deskripsi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1 2. Leadership 3 4 -1 3. Komputer 2 3 -1 4. Bahasa Jepang 1 2 -1 5. Membaca design 3 4 -1 6. Anyaman benang 3 3 0 7. Pengecekan anyaman 3 4 -1

8. naik turun beam 3 4 -1

9. Pemasukan benang 3 3 0

10. Koordinasi produksi 3 4 -1

11. Target kerja 3 4 -1

12. Persiapan Plat-L 3 3 0

Pada keahlian umum, sebetulnya karyawan sudah mampu menguasai kompetensi pada manajemen dan leadership. Namun, nilai kompetensi yang tinggi menyebabkan kesenjangan kompetensi masih terdapat pada keahlian tersebut. Penyebab karyawan belum memenuhi standar kompetensi karena pada pelaksanaannya karyawan masih kurang konsisten untuk menerapkan mutu kerja.

Hasil penilaian kompetensi dari Tabel 24. dapat diketahui bahwa terdapat kesenjangan kompetensi pada sebagian besar atribut kompetensi keahlian teknik. Hasil penilaian tersebut memperlihatkan bahwa karyawan sudah mampu menguasai masing- masing atribut kompetensi teknik kerja. Akan tetapi, nilai

aktual karyawan belum mampu dalam memenuhi standar kompetensi.

Adanya ketidaksesuaian antara kompetensi aktual dengan standar kompetensi dikarenakan karyawan tidak mampu meningkatkan keterampilan pada atribut kompetensi teknik tersebut. Perusahaan mengharapkan pada posisi pengawas seharusnya karyawan dapat mengembangkan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan prinsip perusahaan yaitu kaizen. Peningkatan kemampuan dan keterampilan dari karyawan dapat membantu proses produksi berjalan lebih efektif.

2). Unit Kerja Jumbi

Berikut ini hasil dari survei penilaian kompetensi karyawan untuk posisi 1 orang pengawas pada unit kerja Jumbi (Tabel 25).

Tabel 25. Hasil penilaian kompetensi Pengawas Jumbi

No. Deskripsi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1

2. Leadership 3 4 -1

3. Komputer 2 3 -1

4. Bahasa Jepang 1 2 -1

5. Memisahkan jenis benang 3 4 -1

6. Kualitas benang 3 4 -1 7. Koordinasi produksi 3 4 -1 8. Data Produksi 3 4 -1 9. Operasikan mesin 3 3 0 10. Ketelitian kerja 3 3 0 11. Membaca design 3 3 0

Berdasarkan apa yang tersaji pada Tabel 25. dapat disimpulkan pada keahlian umum bahwa karyawan masih belum mampu dalam memenuhi nilai komptensi. Kompetensi pada keahlian umum tersebut antara lain manajemen, leadership, dan komputer. Pemahaman dan kurangnya kemampuan karyawan dalam koordinasi di unit kerja diketahui menjadi penyebab adanya kesenjangan kompetensi pada kompetensi manajemen dan leadership.

70

Kesenjangan kompetensi pada atribut kompetensi keahlian umum lain seperti komputer disebabkan pengetahuan karyawan yang rendah terhadap penggunaan komputer yang menjadikan faktor penyebab kesenjangan kompetensi. Hasil penilaian kompetensi diketahui bahwa karyawan tidak menguasai keahlian tersebut. Tabel 25. memperlihatkan atribut kompetensi keahlian teknik yang terdiri atas 7 atribut kompetensi teknik kerja. Sebagian besar atribut mengalami kesenjangan kompetensi karena karyawan tidak mampu dalam memenuhi standar kompetensi perusahaan. Atribut kompetensi pada keahlian teknik yang mengalami kesenjangan antara lain bahasa Jepang, memisahkan jenis benang, kualitas benang, koordinasi produksi, dan data produksi. Pelaksanaan dalam bekerja yang tidak memperhatikan ketelitian dan kecermatan di dalam melakukan proses produksi menjadi penyebab adanya kesenjangan. Disamping itu, karyawan perlu meningkatkan keterampilan pada atribut keahlian yang masih terjadi kesenjangan kompetensi.

3). Unit Kerja Sizing

Tabel 26. merupakan hasil penilaian kompetensi pada unit kerja Sizing untuk posisi wakil pengawas dengan berjumlah 2 orang karyawan.

Tabel 26. Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas Sizing

No. Deskripsi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1 2. Leadership 3 4 -1 3. Komputer 2 3 -1 4. Bahasa Jepang 2,5 2 0,50 5. Memasang beam 3 3 0 6. Perbaiki benang 3 4 -1 7. Mengecek Tang 3 3 0 8. Data Produksi 3 4 -1 9. Penyusunan beam 3 3 0 10. Kelurusan beam 3 4 -1 11. kekentalan nori 3 3 0 12. Koordinasi produksi 3 4 -1

Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas Sizing yang tersaji pada Tabel 26. terdiri atas keahlian umum dan keahlian teknik. Kompetensi pada keahlian umum terdiri atas manajemen, leadership, dan komputer. Keahlian teknik terdiri atas 8 atribut kompetensi teknik kerja.

Hasil penilaian kompetensi pada keahlian umum diperoleh dari bahwa seluruh atribut belum mampu dipenuhi oleh karyawan. Tidak jauh berbeda diperoleh dengan hasil penilaian pada keahlian teknik. Sebagian besar atribut kompetensi pada keahlian teknik masih terdapat kesenjangan kompetensi. Berdasarkan nilai kompetensi aktual, menunjukkan bahwa karyawan sudah mampu menguasai keahlian tersebut namun nilai tersebut belum cukup dalam memenuhi nilai kompetensi perusahaan.

Atribut kompetensi pada keahlian teknik yang belum memenuhi standar kompetensi antara lain Bahasa Jepang, memasang beam, perbaiki benang, data produksi, kelurusan beam, dan koordinasi produksi. Kesenjangan kompetensi yang terjadi pada keahlian umum dan teknik disebabkan karena karyawan tidak mampu menerapkan proses produksi sesuai standar mutu yang telah ditentukan pada unit kerja Sizing. Masih adanya kesalahan kecil yang seharusnya tidak perlu terjadi sering muncul karena kurang pengawasan ketika bekerja. Hal tersebut terjadi karena tingkat kecermatan dan ketelitian pegawai yang harus ditingkatkan oleh karyawan.

4). Unit Kerja Hozen Jumbi

Tabel 27. Memperlihatkan hasil penilaian kompetensi karyawan untuk posisi 1 orang wakil pengawas pada unit kerja Hozen Jumbi.

Berdasarkan hasil penilaian kompetensi pada Tabel 27. keahlian umum yang mencangkup kompetensi manajemen, leadership, dan komputer pada pengawas unit Hozen Jumbi diperoleh informasi bahwa masih terdapat kesenjangan kompetensi. Penerapan

72

kepemimpinan karyawan yang masih kurang selama bekerja menjadi faktor penyebab adanya kesenjangan kompetensi.

Tabel 27. Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas Hozen

Jumbi

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 3 4 -1 2. Leadership 3 4 -1 3. Komputer 2,5 3 -0,50 4. Bahasa Jepang 2,5 2 0,50 5. Operasikan mesin 3 3 0 6. Deteksi kerusakan 3 4 -1 7. Perbaiki mesin 3,5 4 -0,50 8. Pekerjaan mudah 3 3 0 9. Usaha preventif 3 4 -1 10. Standar mesin 3 4 -1 11. Tension beam 3 3 0 12. Koordinasi produksi 3 3 0

Hasil penilaian kompetensi pada keahlian teknik karyawan pada Tabel 27. diketahui bahwa masih terdapat kesenjangaan antara nilai kompetensi karyawan dengan nilai standar kompetensi. Atribut kompetensi yang belum memenuhi standar kompetensi yaitu deteksi kerusakan, perbaiki mesin, usaha preventif, dan standar mesin. Kesenjangan nilai kompetensi karena karyawan dinilai belum memiliki keterampilan dan kemampuan yang mahir pada keahlian teknik tersebut. Perlu adanya usaha maksimal yang dikembangkan agar kompetensi yang dimiliki sesuai dengan standar perusahaan.

5). Unit Kerja Shiage

a. Tabel 28. Menunjukkan hasil dari survei penilaian kompetensi karyawan untuk posisi 1 orang wakil pengawas pada unit kerja Shiage.

Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas Shiage yang disajikan pada Tabel 28. terdiri atas keahlian umum dan keahlian teknik. Kompetensi pada keahlian umum terdiri atas manajemen, leadership, dan komputer. Hasil penilian kompetensi pada

keahlian umum diperoleh bahwa seluruh atribut belum memenuhi standar kompetensi.

Tabel 28. Hasil penilaian kompetensi Wakil Pengawas Shiage

No. Kompetensi Aktual Standar Gap

A Manajemen 2,5 4 -1,50 B Leadership 3,5 4 -0,50 C Komputer 1,5 3 -1,50 D Bahasa Jepang 1,5 2 -0,50 E Pemeriksaan kentan 3,5 4 -0,50 F Pelipatan Folding 2,5 3 -0,50 G Koordinasi produksi 3 3 0 H Shusei Meja 3,5 4 -0,50 I Mengetahui grade 3,5 4 -0,50 J Operasikan mesin 3 3 0

K Packing & Delivery 3 3 0 Penyebab dari kesenjangan kompetensi yang terjadi pada atribut keahlian umum dikarenakan sikap karyawan yang kurang konsisten dalam menerapkan mutu kerja. Selain itu, tingkat pendidikan yang dimiliki masih rendah sehingga mempengaruhi terjadinya kesenjangan kompetensi pada keahlian komputer. Keahlian teknik pada unit kerja Shiage terdiri atas 8 atribut kompetensi teknik kerja yaitu Bahasa Jepang pemeriksaan kentan, pelipatan Folding, koordinasi produksi, Shusei meja, mengetahui grade, operasikan mesin, dan Packing & Delivery. Hasil penilaian kompetensi keahlian yang diperoleh menunjukkan sebagian besar atribut keahlian teknik masih memiliki kesenjangan dengan standar kompetensi perusahaan.

Atribut kompetensi pada keahlian teknik yang belum memenuhi standar kompetensi antara lain Bahasa Jepang, pemeriksaan kentan, pelipatan Folding, Shusei meja, dan mengetahui grade. Faktor penyebab terjadinya kesenjangan karena karyawan kurang memiliki kecermatan dalam menerapkan keahlian tersebut selama produksi berlangsung.

74

b. Berikut ini hasil survei penilaian kompetensi karyawan untuk posisi 1 orang pengawas pada unit kerja Shiage (Tabel 29).

Tabel 29. Hasil penilaian kompetensi Pengawas Shiage

No. Deskripsi Aktual Standar Gap

1. Manajemen 4 4 0 2. Leadership 4 4 0 3. Komputer 3 3 0 4. Bahasa Jepang 4 2 2 5. Pemeriksaan kentan 4 4 0 6. Pelipatan Folding 4 3 1 7. Koordinasi produksi 4 4 0 8. Shusei Meja 4 4 0 9. Mengetahui grade 4 4 0 10. Operasikan mesin 3 3 0

11. Packing & Delivery 4 4 0 Berdasarkan hasil penilaian kompetensi pada Tabel 29. Menunjukkan hasil penilaian untuk kompetensi keahlian umum yang mencangkup manajemen, leadership, dan komputer pada posisi pengawas Shiage. Nilai kompetensi aktual karyawan yang ditunjukkan Tabel 29. Dapat disimpulkan hasil yang sangat memuaskan karena karyawan telah memenuhi nilai standar yang ditetapkan perusahaan.

Hasil penilaian tersebut menunjukkan tidak ada kesenjangan kompetensi antara standar kompetensi dengan kompetensi aktual karyawan. Kompetensi karyawan pada keahlian teknik diketahui bahwa karyawan sudah memenuhi kriteria nilai standar yang ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut kompetensi aktual yang diperoleh menunjukkan bahwa karyawan sudah sangat menguasai atribut kompetensi keahlian umum maupun teknik. Faktor-faktor yang menjadi pencapaian standar kompetensi antara lain sikap dan perilaku selama bekerja, kesesuaian dalam penerapan mutu kerja, dan kemahiran menguasai teknik kerja. Beberapa faktor tersebut yang menjadi

pendukung dalam memenuhi harapan dan standar kompetensi perusahaan.

Unit kerja yang sudah dipaparkan merupakan sebagian dari unit kerja yang terdapat pada Departemen Weaving. Penilaian kompetensi dilakukan juga pada posisi wakil pengawas dan pengawas pada unit kerja seperti Shokki, Shikake, Hozen Shokki, dan Unten. Sebagaimana disajikan pada Lampiran 10, Hasil penilaian kompetensi untuk posisi wakil pengawas dan pengawas tidak jauh berbeda dengan analisa gap pada unit kerja lainnya. Kesenjangan nilai kompetensi masih terdapat pada beberapa kompetensi keahlian umum dan teknik.

Hasil penilaian kompetensi yang dilakukan pada keahlian umum yang meliputi kompetensi manajemen, leadership dan komputer di seluruh unit kerja masih terdapat kesenjangan. Hasil dari penilaian kompetensi terdapat informasi bahwa nilai kesenjangan yang terjadi tidak terlalu besar karena karyawan sudah mampu mengusai keahlian umum tersebut. Namun, nilai kompetensi yang diperoleh karyawan masih belum cukup dalam memenuhi standar nilai kompetensi untuk posisi wakil pengawas/pengawas.

Faktor yang menjadi penyebab kesenjangan kompetensi pada keahlian umum dikarenakan karyawan tidak mampu maksimal dalam menerapkan aturan manajemen dan unit kerja di dalam melaksanakan proses produksi. Sikap karyawan selama bekerja menjadi faktor lain penilaian terhadap atribut leadership. Karyawan masih belum tegas terhadap dalam menegur bawahan yang melakukan kesalahan dalam bekerja.

Kemampuan dalam menggunakan komputer masih rendah pada beberapa karyawan di posisi wakil pengawas dan pengawas di setiap unit kerja. Hal ini terjadi karena selama bekerja penggunaan komputer tidak terlalu berpengaruh selama proses produksi berlangsung. Pengoperasian komputer tidak secara langsung digunakan dalam bekerja sehingga sebagian besar karyawan tidak cukup terampil dalam pengusaan aplikasi komputer. Selain itu, tingkat

76

pendidikan karyawan cukup rendah mempengaruhi dalam pengusaan atribut komputer.

Selain atribut kompetensi pada keahlian umum, kesenjangan masih terdapat pada atribut kompetensi keahlian teknik di setiap unit kerja untuk posisi wakil pengawas dan pengawas. Hasil penilaian kompetensi yang diperoleh diketahui bahwa karyawan belum mampu dalam memenuhi nilai standar kompetensi yang perusahaan tetapkan. Beberapa faktor diketahui menjadi penyebab kesenjangan kompetensi antara lain kemampuan dalam menerapkan keterampilan pada keahlian kerja, karyawan tidak maksimal dalam melakukan pekerjaan, konsistensi karyawan dalam menjaga mutu produk masih rendah dan penerapan standar mutu kerja masih kurang diterapkan.

Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab kesenjangan pada kompetensi yang dinilai. Hasil dari penilaian kompetensi ini dapat menjadi tolak ukur bagi manajemen perusahaan untuk menentukan usaha perbaikan yang tepat sesuai dengan permasalahan yang berbeda di setiap unit kerja.

Kesenjangan kompetensi yang masih tetap terjadi dalam pelaksanaan kerja disebabkan karyawan belum mampu menunjukkan kemampuan terbaik. Hal ini terjadi karena karyawan kurang mempunyai kecermatan dan keinginan dalam meningkatkan keterampilan yang dimiliki. Peningkatan kompetensi karyawan pada posisi wakil pengawas/pengawas perlu dilakukan karena pada posisi ini karyawan mempunyai tanggung jawab besar dalam pemenuhan mutu dan target produksi disetiap unit kerja.

Sebagaimana hasil penilaian karyawan terhadap kompetensi diketahui hasil yang berbeda disetiap unit kerja, maka Berikut ini pemaparan dari analisis gap kompetensi karyawan bagian wakil pengawas dan pengawas disajikan pada Tabel 30.

Tabel 30. Hasil gap kompetensi setiap unit ke rja wakil pengawas dan pengawas

Catatan: A (Reaching), B (Kowari), C (Warper), D (Sizing), E (Hozen Jumbi), F (Shokk i), G (Shik ak e), H (Hozen Shokk i), I (Unten), dan J (Shiage)

Hasil penilaian kompetensi yang tersaji pada tabel 30. merupakan informasi mengenai nilai kesenjangan yang terdapat pada seluruh unit kerja. Posisi karyawan pada wakil pengawas dan pengawas kesenjangan masih terjadi disebagian besar unit kerja. Sebagaimana kesenjangan nilai aktual yang terjadi pada posisi karyawan bagian operator, kepala regu dan kepala unit di bagian wakil pengawas dan pengawas kesenjangan nilai kompetensi juga masih terjadi pada posisi ini.

Sesuai dengan hasil gap yang dipaparkan Tabel 30. dapat disimpulkan karyawan belum mempunyai kemampuan untuk mencapai nilai standar yang ditetapkan. Sedangkan untuk atribut kompetensi pada keahlian teknik sebagian besar karyawan pada unit kerja masih belum mampu dalam memenuhi nilai kompetensi yang ditetapkan perusahaan. Hal ini menandakan bahwa tingkat keterampilan karyawan harus ditingkatkan sehingga mampu dalam mencapai nilai kompetensi yang perusahaan tetapkan.

Kesenjangan kompetensi yang terjadi pada di semua bagian karyawan bisa disebabkan beberapa hal seperti nilai standar kompetensi yang terlalu tinggi, kemampuan karyawan yang rendah, dan konsistensi pegawai dalam menerapkan standar prosedur kerja yang benar. Namun demikian, penyebab dari kesenjangan kompetensi tidak dapat ditentukan dengan pasti. Perlu penelitian selanjutnya yang dapat menjawab faktor penyebab kesenjangan kompetensi karyawan.

Ko mpetensi Hasil Gap ko mpetensi Setiap Unit Kerja

A B C D E F G H I J Manajemen -0,6 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -0,7 -0,8 Leadership -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -0,3 Ko mputer -1,5 -1 -1 -1 -0,5 -1 -1 -1,8 -0,7 -0,8 Rata-rata Teknik -0,4 -0,7 -0,4 -0,4 -0,3 -0,5 -0,1 -0,3 -0,5 0,03