• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPONDEN-RESPONDEN PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS YANG DIWAWANCARA

RESPONDEN SKOR TOEFL KRITERIA KATEGORI

Chicha 603 BAIK SEKALI PASCA LANJUTAN

Narko 567 BAIK SEKALI PASCA LANJUTAN

Herbudr 563 BAIK SEKALI PASCA LANJUTAN

Rodiah 560 BAIK SEKALI PASCA LANJUTAN

Lismanda 557 BAIK SEKALI PASCA LANJUTAN

Karyan 553 BAIK SEKALI PASCA LANJUTAN

Andrian 550 BAIK SEKALI PASCA LANJUTAN

Eulis 537 BAIK SEKALI PASCA LANJUTAN

Fariña 530 BAIK LANJUTAN

Suryani 530 BAIK LANJUTAN

Rima 527 BAIK LANJUTAN

Nanda 520 BAIK LANJUTAN

Nursari 513 BAIK LANJUTAN

Wahyu 513 BAIK LANJUTAN

Leni 513 BAIK LANJUTAN

Henry 513 BAIK LANJUTAN

Hani 503 BAIK LANJUTAN

Ayu 503 BAIK LANJUTAN

Risman 503 BAIK LANJUTAN

Dewiangsih 500 BAIK LANJUTAN

Sumi 493 BAIK LANJUTAN

Evalia 483 SEDANG MENENGAH

Nugraha 480 SEDANG MENENGAH

Ryan 450 SEDANG MENENGAH

a) SBB Pembelajar Bahasa Inggris Tingkat PEMULA

Dari 114 orang responden pembelajar bahasa Inggris ada 19 orang atau 16,67% yang skor TOEFL-nya termasuk kelompok tingkat PEMULA. Dah kelompok ini, hanya ada satu orang responden yang bersedia diwawancara yaitu Ina (bukan nama aslinya). Bagaimana dan apa saja yang dilakukan Ina selama dia belajar bahasa Inggris di IKIP Bandung? Mari kita ikuti kisahnya tentang hal-hal yang dilakukannya selama dia belajar bahasa Inggris.

Wawancara dengan ina

Ina adalah responden yang skor TOEFL-nya paling rendah yaitu 400. Dia tinggal bersama orang tuanya dekat kampus. Dia senang menonton TV. Acara televisi yang secara rutin ditontonnya yaitu telenovela Maria Cinta yang Hilang, Seputar Indonesia, dan Berita. Kadang-kadang dia juga menonton film yang berbahasa Inggris tetapi tidak sering. Film berbahasa Inggris yang ditontonnya yaitu Beveriy Hills.

Ketika menonton film yang berbahasa Inggris dia, pertama-tama menyi-mak film tersebut kemudian mendengarkan suaranya (menyi-maksudnya dia tidak melihat teks terjemahannya). Apabila dia menemukan kata yang tidak dipahaminya, dia mencoba mencari maknanya di kamus dan mencatatnya di buku catatan dan kemudian mencoba menggunakan kata-kata yang dicatatnya itu. Kegiatan seperti itu tidak dilakukannya secara rutin atau seperti pengakuanya yang diutarakannya dalam bahasa Inggris yaitu dengan menggunakan kata sometimes. Dia berkata bahwa dia melakukan kegiatan seperti itu untuk meningkatkan kemampuannya

dalam menyimak atau tistening. Kegiatan lainnya yang dilakukannya selama menonton film yang berbahasa Inggris yaitu dia mencoba mengucapkan kata-kata yang didengarnya sewaktu dia menonton film tersebut terutama kata-kata slang dan kemudian dia juga mencoba menggunakannya. Kata-kata slang yang paling disukainya yaitu frase fuck you (maksudnya curse wortis atau kata-kata sumpahan bukan slang). Peneliti merasa geli ; mendengar pernyataannya itu karena kata tersebut maknanya sangat jorok dan kasar. Mungkin saja dia tidak tahu makna kata tersebut. Kata lainnya yang dia sukai yaitu kata damn. Tampaknya dia suka sekali kata-kata makian atau sumpahan. Dia suka menggunakan kata-kata tersebut kepada adik iaki-lakinya. Hingga saat itu dia mengaku telah memiliki lima puluh buah kata-kata makian atau sumpahan yang seperti itu. Kegiatan lainnya yang dilakukannya untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyimak yaitu ketika dia masih mengikuti perkuliahan tistening. Waktu itu dia kadang-kadang mendengarkan kaset yang didapatnya di kelas dan mencoba menjawab latihan-latihannya. Selain itu, dia juga belajar bersama dengan teman-temannya.

Untuk meningkatkan kemampuan berbicara, Ina mengaku bahwa dia mencoba mencari kata-kata sulit kemudian menanyakan artinya kepada teman dan mencoba menggunakan kata-kata tersebut dalam berbicara. Menurut pengakuannya, dia tidak berbuat banyak untuk meningkatkan kemampuannya dalam bahasa Inggris. Dia hanya belajar jika dia sedang ingin belajar. Dia mengatakan bahwa dia tidak pernah mencoba untuk berbicara dengan teman-temannya dalam bahasa Inggris. Pernyataannya ini tidak sinkron dengan pengakuan berikutnya yang

menyatakan bahwa di kelas dia mencoba untuk menggunakan bahasa inggris. Jika dia tidak mamahami penjelasan guru di kelas dia tidak pernah bertanya pada guru dia biasanya menanyakannya kepada temannya dalam bahasa Indonesia. Dia mencatat pelajarannya di kelas kadang-kadang dalam bahasa Inggris kadang-kadang dalam bahasa Indonesia.

Terlihat dari pengakuannya itu bahwa dia tidak berbuat banyak untuk meningkatkan kemampuannya dalam belajar bahasa Inggris. Untuk meningkatkan kemampuan membacanya, dia meluangkan waktu dua jam dalam seminggu yaitu semalam sebelum pelajaran Reading. Selain itu, dia juga membaca majalah Hello atau kadang-kadang surat kabar yang

berbahasa Inggris tetapi dia tidak menyebutkan surat kabar apa. Teknik yang digunakannya dalam membaca yaitu pertama-tama dia baca dahulu teks bacaan tersebut kemudian dia mencoba mencari kata-kata yang sulit dan kemudian mencari maknanya di kamus. Itulah hal-hal yang biasa dilakukannya dalam upaya meningkatkan kemampuannya dalam membaca.

Dalam keterampilan menulis, dia tidak pemah melakukan kegiatan apapun untuk meningkatkan kemamapuannya dalam aspek tersebut. Selain itu, dia juga mengakui bahwa dia tidak menyediakan waktu yang khusus untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggrisnya. Secara jujur dia menyatakan bahwa dia hanya belajar jika dia akan menghadapi ujian akhir semester saja. Begitu juga dalam pelajaran struktur dia mengaku bahwa dia tidak sering mengerjakan latihan-latihan. Dia mempelajari struktur bahasa Inggris dengan menanyakan permasalahan

yang berkaitan dengan struktur bahasa Inggris kepada temannya dan membahasnya. Akan tetapi kegiatan itupun hanya dilakukannya sekali-sekali saja. Dia melakukan kegiatan tersebut hanya sebelum ujian akhir semester bahsak sebelum ujian tengah semester pun menurutnya dia tidak pernah belajar. Tampaknya tidak banyak yang dapat diungkap dari respoden ini tentang SBB-nya karena memang secara jujur dia mengakui bahwa dia tidak berbuat banyak untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya.

b) SBB Pembelajar Bahasa Inggris sebagai BA Tingkat MENENGAH Sebagaimana dikemukakan di bagian sebelumnya, terdapat 33 orang atau kira-kira 28,95% responden pembelajar bahasa Inggris sebagai BA yang skor TOEFL-nya termasuk kategori tingkat MENENGAH. Dari kelompok ini ada tiga orang responden yang bersedia dilibatkan dalam wawancara, yaitu Evalia, Nugraha, dan Ryan. Bagian berikut akan mengetengahkan SBB yang digunakan oleh responden-responden tersebut.

Wawancara dengan Evalia

Skor TOEFL Evalia tidak terlalu baik yaitu 483. Skor TOEFL yang diperolehnya pada uji joba juga tidak terlalu jauh bedanya, yaitu 480. Kemampuannya dalam menyimak juga tidak begitu baik. Dari 50 soal TOEFL dalam aspek menyimak dia hanya mampu menjawab 4 2 % saja. Dia mengaku bahwa untuk melatih kemampuannya dalam menyimak, dia hanya memperhatikan gurunya dalam mata pelajaran berbicara. Jadi,

dalam perkuliahan berbicara, dia selalu duduk di bangku paling depan. Dia tidak mempunyai waktu untuk menonton televisi. Dia tidak mempunyai cara khusus untuk belajar pelafalan. Akan tetapi, karena dia kini telah mengajar di salah satu sekolah menengah negeri di Bandung, dia harus membuat persiapan sebelum mengajar. Persiapn mengajar ini merupakan kesempatan yang paling berharga untuk meingkatkan kemampuannya dalam bahasa Inggris. Jika dia mendapatkan kata baru dalam materi yang akan diajarkannya, dia membuka kamus dan mencoba mengucapkan kata-kata tersebut. Pada waktu mengajar dia memperhatikan pelafalan siswa-siswanya dan mengoreksinya dan sebaliknya jika dia salah mengucapkan sebuah kata sewaktu mengajar dia meminta para siswanya untuk membetulkan pelafalnnya. Dengan demikian, dia memanfaatkan kegiatannya dalam mengajar untuk meningkatkan kemampuannya sendiri.

Untuk meningkatkan kemampuannya dalam struktur bahasa Inggris, Evalia membaca buku-buku tata bahasa bahasa Inggris dan juga mengerjakan latihan-latihannya. Selain itu, dia juga mencoba menghafalkan pola-pola kalimatnya. Akan tetapi, kegiatan seperti ini hanya dilakukannya sebelum tes. Dia mencoba memaksakan diri untuk membaca wacana yang berbahasa Ingris walaupun hanya satu halaman setiap seharinya. Kadang-kadang dia juga menghafalkan percakapan-percakapan dalam bahasa inggris.

Dalam memahami wacana lisan, dia mencoba memperhatikan betul lawan bicara. Jika dia tidak memahami apa yang dikatakan lawan bicara, dia memintanya untuk mengulangi pernyataannya atau untuk berbicara

agak lambat. Jika dia tidak memahami petunjuk yang diberikan guru di kelas, biasanya dia bertanya kepada temannya atau langsung kepada gurunya atau mencoba menerkanya dari konteksnya secara keseluruhan Sebagai latihan menggunakan bahasa Inggris, kadang-kadang dia mendapat tugas untuk presentasi dalam bahasa Inggris, misalnya melaporkan hasil bacaan. Dalam menyiapkan penyuguhannya itu, dia membaca hal yang akan disuguhkannya itu, mencatat butir-butir yang akan diketengahkannya dan juga langkah-langkah penyuguhannya. Dalam menangani pertanyaan dari teman-temannya dalam diskusi, jika dia tidak mampu manjawab pertanyaan tersebut, dia melemparkan perta-nyaan tersebut kepada peserta diskusi lainnya.

Dalam meningkatkan kemampuan berbicara, dia mencoba untuk selalu hadir dalam setiap perkuliahan. Dia juga mencoba menggunakan bahasa Inggris dengan teman-teman kuliahnya dan teman-teman sejawatnya. Itulah kisah Evalia tentang kegiatan belajarnya.

Wawancara dengan Nugraha

Nugraha bukan kelahiran Bandung. Dia berasal dari sebuah kota kecil di sebelah Utara Bandung. Pada tiga tahun-tahun pertama di IKIP Bandung dia tinggal di rumah sewa tetapi kini dia baru pindah ke Asrama di dalam kampus. Sewaktu dia tinggal di rumah sewa dia tidak mempunyai TV ataupun radio kaset. Akan tetapi setelah dia tinggal di asrama, dia bisa menonton TV yang tersedia di asrama tersebut. Baiklah mari kita ikuti bagaimana cara dia belajar bahasa Inggris selama dia kuliah di IKIP Bandung.

Nugraha terlihat sangat kecewa karena skor TOEFL-nya hanya mencapai 480. Akan tetapi, kemampuan berbicaranya oleh empat orang penilai secara rata-rata diberi nilai baik, yaitu 8,02. Skor kemampuan BERBICARA inilah yang mengangkat dirinya ke dalam kelompok tingkat MENENGAH. Dalam tes TOEFL bagian kedua yaitu Structure and Written Expression, dia tidak terlalu jelek, malah dia mampu menjawab secara benar sebanyak 80%. Bagaimana dia belajar struktur dan kegiatan apa saja yang biasa dilakukannya selama belajar struktur.

Untuk meningkatkan kemampuannya dalam struktur, dia banyak mengerjakan latihan-latihan dari buku-buku TOEFL, terutama jika ada tes. Dia tidak punya jadwal belajar khusus, tetapi untuk mengingat kaidah-kaidah gramatika, dia biasanya membaca buku-buku TOEFL untuk mengetahui kaidah tersebut dan mengerjakan latihan-latihannya. Jika dia menemukan kesalahan dalam mengerjakan soal-soal latihan, dia mencoba menganalisis kesalahannya itu, misalnya dengan menemukan jawabannya pada kunci jawaban dalam buku TOEFL beserta

penje-lasannya. Apabila dia masih menemukan kesulitan dalam memecahkan permasalahan tersebut, dia bertanya kepada temannya dan membahas permasalahan tersebut dengannya. Seperti telah dikemukakan sebe-lumnya bahwa pada tiga tahun pertama Nugraha kuliah di IKIP Bandung, dia tinggal di rumah sewa yang tidak ada televisi maupun radio. Dengan demikian, dia tidak mempunyai sarana untuk mendengarkan siaran-siaran yang berbahasa Inggris maupun untuk mendengarkan kaset yang berbahasa Inggris untuk melatih kemampuan menyimaknya. Dalam tes TOEFL, skor yang temdah yang diperolehnya yaitu dalam aspek

Listening. Dia hanya mampu menjawab 34% atau sebanyak 17 soal dari 50 soal yang diberikan. Karena keterbatasan dana, dia juga jarang sekali, bahkan boleh dikatakan tidak pemah pergi ke bioskop untuk menonton film yang berbahasa Inggris. Selama dia kuliah di Bandung dia baru satu kali menonton film di bioskop.

Kemampuannya dalam Reading tidak begitu menggembirakan walaupun tidak seburuk kemampuannya dalam Listening. Dari 60 soal yang diberikan, dia dapat manjawab 29 butir secara benar. Artinya dia hanya dapat menjawab kurang dari 50% atau tepatnya 48,33% dari soal yang diberikan. Dia mengaku bahwa dia tidak mempunyai strategi khusus dalam membaca. Dia mengemukakan hal-hal yang biasa dilakukannya dalam membaca. Dalam membaca teks bahasa Inggris pertama-tama yang dilakukannya yaitu membaca teks tersebut dengan teknik scanning. Setelah itu dia membaca kembali teks tersebut secara lebih intensif dan juga sambil mencari kata-kata baru yang tidak diketahuinya untuk memperluas kosa-katanya dan juga pengetahuannya. Dia memcoba mengingat kata-kata baru tersebut dan juga menggunakannya.

Untuk memperluas kosa-katanya ada beberapa strategi yang biasa dilakukannya. Pertama, dia memperluas kosa-kata dengan membaca teks bahasa Inggris, mencoba mengingat kata-kata baru yang ditemukannya dalam bacaan, dan juga menggunakannya. Selain itu, dia mempelajari kata-kata dari kamus idiom dan menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat. Dia berpendapat bahwa dalam mempeduas kosa-katanya itu, yang perlu dilakukan bukan hanya mencari makna katanya saja, akan tetapi juga mencoba melihat pelafalan dari kata-kata tersebut. Untuk

melatih pelafalan, dia juga menulis cara pengucapan kata-kata tersebut yaitu dengan menulis lambang fonetiknya dan kemudian mencoba melafalkannya. Kata-kata baru yang ditemuikannya itu ditulisnya dalam bentuk daftar kosa-kata baru. Pada dua tahun pertama dia kuliah di IKIP Bandung dia mengaku bahwa dia lebih rajin dari sekarang. Untuk mengingat kata-kata baru, dia sesekali mambaca daftar kosa-kata baru yang dibuatnya itu dan mencoba menggunakan kata-kata tersebut baik secara lisan maupun secara tertulis.

Dia mempunyai saran tentang bagaimana meningkatkan kemampuannya dalam berbicara. Untuk meningkatkan kemampuannya dalam berbicara, dia mencoba untuk selalu menggunakan bahasa Inggris dengan teman-temannya. Selain kuliah di IKIP Bandung, dia juga mengajar di Lembaga Administrasi Negara. Di tempat dia bekerja itu ada pengajar lain yang penutur asli bahasa Inggris. Dia menggunakan kesempatan yang sebanyak-banyaknya untuk menggunakan bahasa Inggris dengan koleganya yang penutur asli bahasa Inggris tersebut. Dalam berkomunikasi dengan penutur asli, jika dia tidak memahami mereka, dia meminta pasangan berbicaranya itu untuk berbicara agak lambat, atau menggunakan kalimat yang lebih sederhana. Dalam memahami bahasa lisan dia tidak mendengarkan kata demi kata akan tetapi mencoba untuk menemukan gagasan pokoknya saja. Sebaliknya jika dia mempunyai kesulitan dalam mengungkapkan gagasannya dalam bahasa Inggris, dia mencoba mencari kata lain yang maknanya sama atau dengan menggunakan isyarat. Dia pernah mendapat tugas untuk menyguhkan laporan bacaan dalam bahasa Inggris. Sebelum penyuguhan

tersebut, dia menulis kerangka gagasan pokok yang akan diketengahkan-nya itu. Dengan demikian, dia menyuguhkan laporan bacaan tersebut secara spontan.

Wawancara dengan Ryan

Dari responden yang termasuk tingkat MENENGAH ini, skor TOEFL Ryan merupakan skor yang terendah dari skor-skor TOEFL yang diperoleh oleh responden lainnya dari tingkat ini, yaitu 450. Dari tiga aspek dalam TOEFL, kemampuannya yang paling rendah yaitu dalam aspek menyimak. Dalam aspek ini, dia hanya mampu menjawab secara benar kira-kira 38% dari 50 pertanyaan, dalam aspek struktur dia hanya mampu menjawab 47,5%, dan dalam aspek membaca dia dapat menjawab 56,6%. Tingkat kemahiran berbahasa Ryan termasuk kategori tingkat MENENGAH karena kemampuan BERBICARA-nya dipandang baik oleh empat orang penilai.

Pertanyaan pertama dari peneliti yaitu bagaimana cara dia belajar pelafalan bahasa Inggris. Dalam belajar melafalkan bahasa Inggris, dia sering mendengarkan pelafalan gurunya dan kemudian mencoba menirukan pelafalan guru tersebut di kelas. Setelah itu, dia mengecek pelafalan tersebut dalam kamus dan kemudian mencoba melafalkan kembali kata-kata tersebut berdasarkan lambang fonetis yang dilihatnya di kamus. Karena pelafalan itu beraneka, maka dia mengecek pelafalan tersebut tidak hanya dalam satu kamus tetapi dalam beberapa kamus, misalnya dari kamus British Engiish dan juga kamus American Engtish. Dia mempunyai kesan bahwa ada dosen yang tidak fleksibel dalam

mengajar pelafalan. Karena ada beberapa cara pelafalan, misalnya British, American, atau Austraiian, dia berharap agar para dosen di IKIP Bandung fleksibel dalam mengajar para mahasiswanya, yaitu jangan terlalu terpaku pada satu cara pelafalan misalnya hanya pelafalan dengan gaya British English saja. Dia merasa kesal kepada gurunya yang menegurnya karena pelafalannya tidak British.

Dalam meningkatkan kemampuan tata bahasanya, misalnya bagaimana cara dia mengingat pola kalimat bahasa Inggris, dia banyak membaca surat kabar dan majalah yang berbahasa Inggris, misalnya The Jakarta Post atau Times atau buku lainnya yang dapat dibacanya di perpustakaan. Dia berpendapat bahwa dengan banyak membaca dia mendapat informasi yang banyak. Dengan demikian, dia dapat meningkatkan kemampuannya dalam struktur hanya dengan banyak membaca tetapi dia tidak suka mengerjakan latihan soal-soal tata bahasa.

Untuk memperluas kosa-katanya, jika dia menemukan kata baru, dia mencatat kata-kata tersebut dan mencoba mencari maknanya di kamus. Kemudian, dia mencoba menggunakan kata-kata tersebut untuk berbicara dan untuk menulis. Selain itu, dia juga mencoba menggunakan kata-kata baru tersebut dalam pola kalimat yang berbeda-beda. Kata-kata baru tersebut ditulisnya di secarik kertas kemudian dikumpulkannya dan sesekali dibacanya.

Ryan adalah aktivis himpunan mahasiswa jurusan bahasa Inggris. Untuk berlatih berbicara dalam bahasa Inggris, dia juga mengelola kegiatan English Conversation Club di Bandung. Sebagai aktivis himpunan mahasiswa, dia sering memimpin rapat himpunan dengan

menggunakan bahasa Inggris. Dia selalu berupaya untuk berkomunikasi dengan penutur asli bahasa Inggris. Jika dia mendengar kata atau frase baru yang digunakan penutur asli dalam berbicara, dia meminta penutur asli tersebut untuk mengulangi pernyataannya itu atau mengulanginya dengan menggunakan kata lain atau frase lain yang dapat dimengerti olehnya. Untuk mengingat kata-kata atau frase-frase baru tersebut, dia mencatat kata-kata atau frase-frase yang didengarnya pada waktu berbicara dengan penutur asli tersebut dan kemudian mencoba mengingatnya. Setelah itu dia mencoba menggunakan kata-kata atau frase-frase baru tersebut dalam berbicara.

Dosen yang mengajar mata kuliah berbicara memberi kegiatan yang beraneka kepada mahasiswanya, misalnya saling mewawancarai dalam bahasa Inggris. Dalam kegiatan seperti itu, dia tidak pernah menuliskan hal-hal yang akan ditanyakan kepada pasangannya dalam wawancara tersebut tetapi dilakukannya secara spontan. Dia berpendapat bahwa untuk wawancara sebaiknya tidak menyiapkan pertanyaan dalam bentuk tulisan akan tetapi hanya diingat saja di dalam pikirannya. Dalam memahami penjelasan guru di kelas tentang sesuatu pelajaran, dia membaca dahulu aspek yang akan diajarkan guru tersebut di kelas. Jika dia tidak memahami penjelasan guru tersebut, dia langsung bertanya kepada guru di kelas. Ryan termasuk mahasiswa yang aktif bertanya kepada guru. Dia tidak seperti teman-teman sekelasnya yang malu bertanya. Untuk memahami wacana lisan, dia biasanya mencoba untuk benar-benar konsentrasi pada wacana yang sedang dibicarakan tersebut, kemudian mencoba untuk menangkap gagasan pokoknya.

Kegiatan lain yang pernah diperolehnya dari gurunya yaitu penyuguhan makalah. Hal-hal yang disiapkan sebelum penyuguhan misalnya, pertama dia mencoba menemukan permasalahan yang akan diketengahkannya itu. Langkah berikutnya yaitu menuliskan pokok-pokok permasalahn yang akan diketengahkannya itu dan mencoba memfokuskan pembicaraannya pada pokok-pokok permasalahan. Dalam menulis makalah, dia biasanya langsung menulis makalah tersebut dalam bahasa Inggris. Hal lain yang disiapkannya yaitu mencoba memprediksi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul dalam diskusi tersebut. Dia menanggapi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta diskusi satu-persatu. Jika dia tidak dapat menjawab pertanyaan dari peserta diskusi, dia melemparkan pertanyaan tersebut kepada peserta lainnya.

Sebelum wawancara ini ditutup, responden mengajukan beberapa pemikiran, saran bahkan keluhan terhadap proses belajar mengajar di jurusan bahasa Inggris IKIP Bandung. Pada tahun-tahun pertama dia merasa puas karena dosen-dosennya di tingkat satu dan di tingkat dua menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Akan tetapi, setelah itu hanya beberapa dosen saja yang menggunakan bahasa

Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Dia menduga mungkin karena mata kuliahnya agak sulit sehingga gurunya merasa khawatir bahwa mahasiswanya tidak mengerti penjelasan gurunya itu. Dia berpendapat, sesulit apapun materi perkuliahan yang diajarkan dia memohon agar dosen tetap berbahasa Inggris karena kesempatan itu dapat dimanfaatkannya untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan juga untuk meningkatkan kemahiran berbahasanya dalam bahasa target. Dia

merasa tidak puas dengan keadaan ini. Oleh karena itu dia mencari kesempatan di luar kampus untuk senantiasa berbahasa Inggris. Dia merasa berbahagia mendapat kesempatan untuk diwawancara oleh peneliti dengan menggunakan bahasa Inggris karena kesempatan ini dapat dimanfaatkannya untuk berlatih berbicara dalam bahasa Inggris.

Akhirnya dia mengajukan saran bahwa semua dosen jurusan bahasa Inggris hendaknya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar perkuliahannya. Jika semua dosen menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam mengajar, dia yakin bahwa kegiatan seperti ini akan mempunyai dampak positif terhadap mahasiswanya. Inipun akan meningkatkan rasa percaya diri dalam menggunakan bahasa Inggris Dia juga berpendapat bahwa kegiatan seperti ini akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berbagai aspek.

c. SSB Pembelajar Bahasa Inggris Tingkat LANJUTAN

Responden pembelajar bahasa Inggris yang skor TOEFL-nya termasuk kategori tingkat LANJUTAN ini ada 46 orang atau kira-kira 40,35%. Dari kelompok ini terdapat 13 orang responden yang