1. Wanita, pria, remaja dan anak memiliki hak azasi atas lingkungan hidup yang aman dan sehat, serta atas hak-hak fundamental lain yang terkait dengan lingkungan hidup yang nyaman dan sehat. Hak-hak azasi manusia yang terkait dengan lingkungan hidup umumnya dikemas dalam berbagai pakta dan konvensi yang sifatnya mendasar, dan dikembangkan secara spesifik dalam berbagai bentuk ketentuan perundangan, di bawah payung “Hak-hak azasi manusia atas lingkungan hidup yang aman dan sehat” (UNEP, 1992).
Beberapa hal yang secara substantif diatur di dalamnya adalah: o Hak asasi manusia atas standar kesehatan yang setinggi-tingginya.
o Hak asasi manusia atas pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. o Hak asasi manusia atas standar kehidupan yang layak, termasuk akses untuk konsumsi
makanan dan air yang aman.
o Hak asasi anak untuk hidup dan dibesarkan dalam lingkungan hidup yang menunjang pengembangan fisik dan mentalnya.
o Hak asasi manusia untuk berperanserta secara sama bagi setiap orang dalam proses pengambilan keputusan dan perencanan pembangunan lingkungan hidup, serta dalam merancang kebijakan dan keputusan yang menyangkut pembangunan kesehatan suatu komunitas pada tingkat lokal, nasional dan internasional.
o Hak asasi manusia atas kondisi kerja yang aman, termasuk perlindungan yang memadai bagi wanita-wanita hamil dan menyusui.
o Hak asasi manusia untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi.
o Hak asasi manusia untuk mendapatkan pelayanan pendidikan dan informasi, termasuk informasi yang terkait dengan kesehatan dan lingkungan.
23
o Hak asasi manusia untuk ikut menikmati keuntungan-keuntungan dari kemajuan ilmiah dan teknologi di bidang kesehatan lingkungan.
2. Konsepsi tentang hak-hak asasi manusia di Indonesia secara formal tertuang dalam Undang-Undang No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam konsideran Undang-Undang-Undang-Undang tersebut dinyatakan:
a. Bahwa manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-Nya dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya;
b. Bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun; c. bahwa selain hak asasi, manusia juga mempunyai kewajiban dasar antara manusia
yang satu terhadap yang lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
d. Adapun pengertian mendasar tentang hak dan kewajiban asasi manusia itu sendiri tertuang dalam pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang tersebut yang berbunyi:
1) Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
2) Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya Hak Asasi Manusia. Penerapan atau operasionalisasi konsep hak asasi manusia ke dalam berbagai aspek dan sektor kehidupan menyandang jangkauan yang luas dan masih memerlukan klarifikasi dan spesifikasi yang khusus, mengingat bahwa setiap tahap segmen ataupun golongan dalam masyarakat memiliki tingkat persepsi dan sensitivitas yang berbeda-beda. Satu hal yang selama ini diakui sebagai konsensus umum adalah bahwa permasalahan tentang hak-hak asasi manusia tidak pernah steril dari nuansa-nuansa yang bersifat politis.
3. Penerapan hak dan kewajiban asasi manusia di bidang lingkungan hidup misalnya, tertera dalam Undang-Undang No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, seperti tertera dalam ketentuan pasal 5 dan 6, yaitu:
Pasal 5:
1) Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. 2) Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan
3) Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 6:
1) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. 2) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan
informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Ketentuan dalam pasal 5 (1) Undang-Undang No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut menyiratkan bahwa lingkungan dan ruang hidup yang baik dan sehat merupakan hak yang paling mendasar bagi setiap orang tanpa perkecualian. Implikasi hukumnya secara terkait antara lain dapat dilacak dalam ketentuan-ketentuan yang termuat dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang mengharuskan bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang diperkirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib disertai dengan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Salah satu sub-komponen lingkungan hidup dalam AMDAL yang harus dikaji kemungkinan dampaknya yang timbul akibat diterapkannya suatu rencana kegiatan adalah kesehatan masyarakat, khususnya yang terkait dengan:
1) Insidensi dan prevalensi penyakit yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan.
2) Sanitasi Lingkungan, khususnya ketersediaan air bersih serta cakupan pelayanannya. 3) Status gizi dan kecukupan pangan.
4) Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
5) Cakupan pelayanan tenaga dokter dan paramedis.
Penerapan secara konkrit dan konsekuen dan ketentuan-ketentuan tentang AMDAL dan AMDAL KESEHATAN hakekatnya merupakan upaya protektif agar tercipta lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan hak yang paling mendasar bagi manusia atas lingkungan hidup di mana dia tumbuh dan berkembang.
4. April 2000, Menteri-Menteri Kesehatan negara-negara ASEAN mencanangkan HEALTHY ASEAN 2020 DECLARATION, yang mencita-citakan bahwa di tahun 2020 kesehatan akan merupakan fokus utama pembangunan, dan kerja-sama ASEAN di bidang kesehatan harus diperteguh untuk memastikan setiap bahwa warga/penduduk dapat sepenuhnya sehat jasmani dan rohani, hidup serasi dan selaras dalam lingkungan hidup yang sehat.
Naskah asli Healthy ASEAN 2020 Declaration itu menyatakan bahwa tujuan utamanya adalah untuk:
o memperteguh dan mendayagunakan lebih lanjut kerja-sama ASEAN di bidang kesehatan untuk memastikan bahwa masalah kesehatan harus menjadi arus-utama dalam setiap upaya pembangunan;
o Memastikan bahwa masalah pembangunan kesehatan secara efektif diintegrasikan ke dalam kerangka kerjasama regional yang lebih luas;
o Meningkatkan advokasi dan menggalakkan tingkat kesadaran masyarakat tentang hal-hal yang terkait dengan kesehatan;
o Memastikan ketersediaan dan aksesibilitas ke pelayanan dan produk-produk yang terkait dengan kesehatan secara aman, terjangkau, bermutu dan manjur;
o Memperkuat kapasitas ASEAN baik secara nasional maupun kolektif dalam menghadapi berbagai implikasi yang terkait dengan kesehatan akibat globalisasi dan perdagangan bebas; dan
o Memacu tingkat kompetisi di antara industri-industri ASEAN yang terkait dengan kesehatan dengan tetap mempertimbangkan kekuatan dan keanekaragaman masing-masing negara anggota (lihat lampiran 1).
Dalam bulan Maret 2002, Menteri-Menteri Kesehatan ASEAN mengadopsi sebuah deklarasi untuk meningkatkan intensitas upaya-upaya regional dalam rangka meningkatkan gaya hidup penduduk ASEAN, sehingga menjelang 2020 semua penduduk negara-negara ASEAN akan menikmati gaya hidup sehat yang konsisten dengan nilai-nilai, kepercayaan dan budaya lingkungan yang menunjang.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, hal yang sangat signifikan yang ditekankan dalam
Regional Action Plan adalah “equal accessibility” bagi setiap penduduk ASEAN ke
dalam program-program pelayanan yang terkait dengan kesehatan lingkungan, yang mencerminkan bahwa realisasi atau penerapan Hak Asasi Manusia di bidang Kesehatan Lingkungan merupakan kunci utama dari keberhasilan aplikasi program regional tersebut di masing-masing negara anggota.
Table 1: Access to Health Services (Selected ASEAN Countries)
Country % of population with access to Child Immunization (% of children aged under 12 months) Health care Safe Water Sanitation Measles D P T 1980 1995 2000 1980 1995 2000*1980 1995 2000 1980 1995 2000 1980 1995 2000 Cambodia - - - 1 3 32 - 75 - 79 -Indonesia 43 6 2 75 5 1 66 89 92 -Lao PDR - - 3 9 44 1 9 46 65 54 • Malaysia 8 8 8 8 94’ 75 9 1 981 11 81 58 90 -Myanmar** 30 75 20 6 0 57 20 4 3 46 82 86 4 84 75 Philippines 87 - 83 9 86 47 86 -Singapore 100 100 100 100 9 7 1 00 47 88 84 95 -Thailand 30 59 81 76 7 0 96 86 49 94 -Vietnam 75 36 56 2 1 73 1 95 4 94 Sumber: SoER2, 2001: 46, table 5.9, Notes: * = United Nations Statistics 2000.
Semiloka Kesehatan dan Hak Asasi ManusiaDalam Action Plan Healthy ASEAN 2010 di-tekankan agar negara-negara anggota ASEAN mementingkan berbagai isu pokok yang terkait dengan kesehatan lingkungan, terutama yang terkait dengan akses yang sama untuk mendapatkan air minum dan makanan yang aman dan sehat, keamanan lingkungan binaan/ lingkungan fisik, serta secara kontinyu melakukan analisis tentang faktor-faktor determinan sosial dan lingkungan yang menyangkut gaya hidup sehat dalam konteks ASEAN, serta melaksanakan penelitian-penelitian tentang investasi untuk kebijakan publik yang sehat dan kesehatan para kelompok rentan.
5. Cakupan kajian kesehatan dan Hak Asasi Manusia merupakan bidang kajian yang relatif baru yang memfokuskan keterkaitan antara dua bidang kajian yang secara tradisional berbeda. Bidang kajian ini berkembang karena adanya semacam rekognisi bahwa sulit untuk mempraktekkan kesehatan masyarakat atau Hak Asasi Manusia tanpa menyadari bahwa kedua bidang ini terpaut secara erat satu sama lain. Misalnya, dapatkah derajat kesehatan penduduk berkembang di tengah-tengah situasi di mana hak-hak asasi manusia secara sistematis dilecehkan? Atau, mungkinkah Hak Asasi Manusia mekar di tengah-tengah status kesehatan penduduk yang terus memburuk?
Masih segar diingatan kita bagaimana di tahun 2000an lebih dari seribu balita meninggal selama epidemi tampek (measles) di Afganistan. Jumlah kematian balita tersebut sebetulnya bisa ditekan andaikata mereka telah diimunisasi terlebih dulu atau mereka punya peluang/ akses yang layak ke dalam pelayanan kesehatan. Di samping epidemi tampak terjadi pula peledakan demam berdarah dan kolera. Tidak adanya system pengawasan dan pencegahan
(surveillance) telah memperlambat proses deteksi dan konfirmasi tentang adanya
ledakan-ledakan penyakit serta penyebarannya ke pelosok-pelosok negara. Beribu-ribu balita dikabarkan meninggal karena diare dan pneumonia, dan diperkirakan sekitar 1500 wanita meninggal setiap tahunnya karena alasan yang terkait dengan kehamilan dan kelahiran akibat tidak memiliki akses/peluang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu.
Dalam INDONESIA SEHAT 2010, konsepsi tentang paradigma sehat merujuk pada isu-isu utama, yaitu (a) sehat adalah Hak Asasi Manusia, (b) pembangunan berwawasan kesehatan, dan (c) konsep dan sistem pelayanan dokter keluarga, yang secara kolektif menyandang 4 (empat) indikator utama, yaitu kebijakan kesehatan, sosial-ekonomi, dan lingkungan kesehatan, pemeliharaan dan pelayanan kesehatan, serta status kesehatan.
Konsepsi bahwa sehat adalah Hak Asasi Manusia dapat dijabarkan ke dalam 3 (tiga) kategorial (Moeloek, 2002), yaitu bahwa:
1) Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan, pemeliharaan, dan pelayanan kesehatan.
2) Setiap warga negara berhak mendapatkan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. 3) Setiap upaya, usaha, produk yang mengakibatkan kesakitan atau kematian adalah melanggar
Hak Asasi Manusia.
Dalam PROPENAS 2000-2004 (lihat lampiran 2), arah kebijakan pembangunan kesehatan dan kesejahteraan sosial sebagai bagian integral dari pembangunan sosial budaya adalah:
a. Meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut.
b. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana-prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat. c. Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja untuk
mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan kerja yang memadai yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan, dan pekerja.
d. Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan pemberdayaan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
e. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga harkat dan martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
f. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir-miskin dan anak-anak terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
g. Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, dan meningkatkan kualitas program Keluarga Berencana.
h. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan obat-obat terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen, pengedar, dan pemakai.
i. Memberikan aksesibilitas fisik dan non-fisik guna menciptakan perspektif penyandang cacat dalam segala pengambilan keputusan.
Adapun strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang kesehatan secara umum melalui desentralisasi, peningkatan peranserta masyarakat, termasuk dunia usaha, pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan, perempuan, dan keluarga, penguatan kelembagaan, termasuk koordinasi antar sektor dan antar lembaga.
6. Sebagaimana digariskan dalam pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan yang baik dan sehat. Ini merupakan manifestasi konkrit dari Hak Asasi Manusia di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Atas kekuatan-ketentuan pasal 5 ayat (1) tersebut, masyarakat (individu maupun kelompok) berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan/atau melaporkan ke penegak hukum mengenai berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan perikehidupan masyarakat (pasal 37 ayat 1). Selanjutnya, apabila diketahui bahwa masyarakat menderita sebagai akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga mempengaruhi perikehidupan pokok, derajat kesehatan dan masa depan masyarakat, maka instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup dan yang terkait, dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat
(pasal 37 ayat 2). Adapun ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang pelanggaran pasal-pasal di atas tertuang dalam pasal-pasal 42 - 48 yang berkaitan dengan sanksi kepidanaan dalam Undang-undang yang sama.
Lampiran 2