• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1.6. Risiko Dalam Investasi

Menurut Husnan dan Muhamad (2000), setiap usulan investasi selalu mempunyai risiko. Semakin tinggi risiko suatu investasi, semakin tinggi tingkat keuntungan yang diminta para pemilik modal yang menanamkan modalnya. Hubungan yang positif antara risiko dan tingkat keuntungan merupakan pertimbangan dalam sebuah penilaian investasi. Ada beberapa pendekatan yang dipergunakan dalam pemasukan faktor risiko dalam investasi antara lain dalam pendefinisian risiko. Namun, apa pun definisi risiko yang dipergunakan maka hubungan yang positif antara risiko dan tingkat keuntungan harus tetap berlaku. Lebih lanjut Kasmir dan Jakfar (2003) mengungkapkan bahwa risiko kerugian yang ditimbulkan dalam sebuah investasi di masa yang akan datang disebabkan karena di masa yang akan datang penuh dengan berbagai ketidakpastian. Akan tetapi, yang paling penting untuk diperhatikan adalah memprediksikan risiko yang akan datang.

Keown et al (2001) mendefinisikan risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar). Risiko merupakan suatu atas pengembalian yang diperkirakan seperti yang diukur sebagai deviasi standar. Semakin besar rentang penyimpangan yang mungkin terjadi, maka akan semakin besar risikonya. Standar deviasi adalah akar dari rata-rata penyimpangan pangkat dua dari setiap kemungkinan pengembalian terhadap pengembalian yang diharapkan. Semakin lama usia investasi semakin besar kemungkinan terjadi penyimpangan atas return yang diharapkan (σ) dari return rata-rata (E), yang disebabkan meningkatnya variabilitas. Suatu bisnis berisiko tinggi dapat disebabkan oleh faktor antara lain situasi ekonomi, situasi politik, situasi keamanan, situasi pasar, situasi konsumen dan lainnya.

Sementara itu, menurut Brigham dan Houston (2001) risiko didefinisikan sebagai peluang bahwa kejadian yang tidak menguntungkan akan terjadi. Lebih jauh diungkapkan oleh Brigham dan Houston bahwa tidak ada investasi yang akan dilakukan kecuali tingkat pengembalian yang diharapkan cukup tinggi untuk mengkompensasi investor atas risiko investasi yang diharapkan. Jika risiko investasi dihubungkan dengan probabilitas laba aktual yang lebih kecil darpada

30

pengembalian yang diharapkan, maka semakin besar peluang bahwa pengembalian akan rendah atau negatif, semakin berisiko investasi tersebut.

Bila risiko suatu investasi adalah nol, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan mestinya adalah tingkat keuntungan yang tidak mengandung risiko (tingkat keuntungan bebas risiko). Akan tetapi bila risiko suatu investasi diukur dengan standar deviasi maka teori yang berlaku adalah teori portofolio dan model penentuan harga aktiva (Capital Assets Pricing Model). Teori portofolio dan model penentuan harga aktiva berguna dalam masalah penilaian investasi dengan memasukan unsur risiko (yang diukur dengan standar deviasi) bisa dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, memilki berbagai jenis pilihan investasi. Memiliki berbagai jenis investasi, maka fluktuasi tingkat keuntungan akan semakin berkurang karena saling menguntungkan. Maka dengan demikian deviasi standar sekumpulan investasi tersebut (portofolio) akan cenderung lebih kecil daripada deviasi stanadar suatu investasi saja (Husnan dan Muhamad, 2000).

Menurut Keown et al (2001) pengurangan risiko dapat dilakukan dengan mendiversifikasikan portofolio, akan tetapi hanya sampai satu titik. Risiko yang dapat dihindarkan hanyalah risiko spesifik atau risiko unik perusahaan (risiko yang dapat didiversifikasikan atau tidak sistematik). Risiko yang sistematik atau risiko pasar (risiko yang tidak dapat didiversifikasi) tidak dapat dihilangkan sebanyak apa pun kita mendiversifikasikannya.

Menurut Weston dan Brigham (1995), terdapat tiga jenis risiko bisnis yang terpisah dan berbeda satu sama lain. Pertama, risiko berdikari (stand alone risk)

dari bisnis itu sendiri yaitu risiko yang didasari asumsi bahwa bisnis tersebut merupakan satu-satunya aktiva perusahaan dan bahwa perusahaan tersebut merupakan satu-satunya perusahaan yang dimiliki para investor bersangkutan. Kedua, risiko dalam perusahaan (within firm risk) yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan diversifikasi portofolio dari pemegang saham. Risiko ini diukur dari variabelitas laba perusahaan yang diakibatkan oleh suatu bisnis tertentu. Ketiga, risiko pasar atau beta (market or beta risk) yaitu bagian dari risiko bisnis yang tidak dapat dieliminasi melalui diversifikasi, risiko ini diukur dengan beta koefisien.

31

Titik awal untuk menganalisis risiko berdikari dari suatu bisnis adalah penentuan ketidakpastian yang terkandung dalam arus kas bisnis. Tiga teknik untuk memperkirakan risiko berdikari bisnis yaitu, Analisis Sensitivitas, Analisis Skenario dan Analisis Monte Carlo.

1. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas proses menentukan bagaimana distribusi dari pengembalian yang mungkin untuk bisnis tertentu dipengaruhi oleh perubahan salah satu variable input (Keown et al (2001). Sedangkan Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung (dan kadang-kadang cukup) dalam menganalisa pengaruh-pengaruh risiko yang ditanggung dan ketidakpastian dalam analisa bisnis. Menurut Kadariah et al (1999), analisis sensitivitas tujuannya adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis bisnis jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Perubahan yang mungkin terjadi antara lain; kenaikan dalam biaya konstruksi (cost over run),

perubahan dalam harga hasil produksi dan terjadi penurunan pelaksanaan pekerjaan. Lebih Lanjut Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa pada bidang pertanian, bisnis sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama, yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil.

2. Analisis Skenario

Menurt Keown et al (2001) analisis skenario mengidentifikasikan hasil yang mungkin terjadi dalam kategori kasus yang paling jelek, terbaik, dan yang paling mungkin terjadi. Pihak manajemen akan memeriksa penyebaran ini untuk menentukan tingkat risiko bisnis dan kemudian membuat penyesuaian yang diperlukan. Analisis skenario merupakan analisis risiko yang mempertimbangkan sensitivitas NPV terhadap perubahan variabel-variabel kunci maupun rentangan (range) dari nilai-nilai variabel yang memungkinkan. Pada umumnya risiko berdikari bergantung pada kedua hal tersebut.

Pada analisis skenario, terdapat keadaan yang negatif dan positif. NPV untuk keadaan buruk dan baik kemudian dihitung dan dibandingkan dengan NPV yang diharapkan atau NPV dasar. Nilai-nilai skenario terburuk dan

32

terbaik dapat diterapkan pada biaya tetap dan biaya variabel, tarif pajak penghasilan, nilai sisa, dan sebagainya (Weston dan Copeland, 1995).

3. Analisis Monte Carlo

Menurut Weston dan Copeland (1995), simulasi Monte Carlo adalah teknik analisis skenario dimana kejadian yang cukup memungkinkan akan terjadi di masa yang akan datang, disimulasikan dalam komputer sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan indeks risiko. Pada hal ini, simulasi memerlukan komputer dengan daya yang cukup besar disertai paket perangkat lunak untuk perencanaan keuangan yang efisien, sementara analisis skenario dapat dilakukan hanya dengan menggunakan perangkat komputer (PC) serta program spreadsheet atau bahkan hanya dengan menggunakan kalkulator sekalipun. Keunggulan utama dari simulasi ini adalah dapat menunjukan berbagai hasil yang mungkin sekaligus dengan probabilitasnya.

Dokumen terkait