• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

D. Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia

Risiko merupakan suatu potensi timbulnya kerugian yang dialami oleh bank atau suatu perusahaan yang tidak diharapkan terjadi sebelumnya. Bank Syariah dalam menjalankan kegiatan usaha tidak terlepas dari risiko yang dihadapinya. Risiko kredit/pembiayaan merupakan risiko yang timbul akibat kegagalan counterparty atau debitur dalam memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo. Risiko kredit ini menjadi sumber risiko utama yang umumnya menyebabkan gagalnya usaha bank. Beberapa penyebab risiko kredit yang muncul pada pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia diantaranya berkaitan dengan investasi, operasional, dan kepatuhan pembiayaan. Berikut risiko-risiko yang dihadapi Bank Muamalat Indonesia, antara lain :

1. Risiko Investasi

Dalam pembiayaan Musyarakah, bank memiliki risiko investasi dimana bank akan ikut menanggung kerugian dari modal yang diinvestasikan jika usaha nasabah mengalami kerugian atau tidak

mendapatkan keuntungan sesuai yang diproyeksikan bank. Risiko-risiko yang terjadi, antara lain : 43

a. Business Risk (Risiko bisnis yang dibiayai)

1. Kondisi usaha nasabah menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal :

a) Market Risk. Risiko pasar merupakan risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar serta hal lain yang mempengaruhi harga pasar saham, ekuitas, maupun komoditas.44 Contoh kasus yang dihadapi Bank Muamalat adalah ketika suatu saat usaha batu bara sedang bagus di pasaran namun pada suatu waktu tertentu usaha pada sektor batu bara terjadi penurunan permintaan dan penurunan harga komoditas yang menyebabkan pendapatan perusahaan pun menurun dan bank pun ikut mengalami kerugian.

b) Collection risk, yaitu risiko yang terjadi ketika debitur mengalami kendala dalam melakukan penagihan piutang usaha pada costumer. Contohnya ketika nasabah memiliki omset penjualan, namun banyak pembeli yang menunggak. Hal ini akan membuat nasabah terhambat memperoleh

43

Wawancara Pribadi dengan Bpk. Amin Syafi’i, Commercial Financing Risk Manager, 10 April 2015, KPO Bank Muamalat Indonesia

44

pendapatan dan bank pun tidak dapat memperoleh pendapatan bagi hasilnya

2. Adanya pembatalan/pemutusan kontrak dari pihak bowheer (pemberi pekerjaan/proyek). Pembatalan proyek dapat terjadi karena perubahan regulasi/kebijakan pemerintah yang tidak mendukung proyek tersebut dijalankan. Misalnya PLN membuat usaha pusat pembangkit listrik tenaga air, kemudian tiba-tiba ketika proyek berjalan bowheer PLN membatalkan karena ada regulasi pemerintah yang tidak menggunakan itu lagi dan terpaksa kontraknya terputus

3. Force majeure (keadaan memaksa) yakni keadaan diluar kuasa para pihak yang bersangkutan seperti bencana alam, kebakaran, dan kerusuhan. Misalnya ketika proyek sedang dijalankan terjadi musibah gempa atau kerusuhan menyebabkan proyek tidak bisa dijalankan.

b. Character Risk (Risiko karakter nasabah). Risiko karakter nasabah yang buruk sering terjadi setelah adanya dropping (pencairan) pembiayaan. Dalam hal ini, nasabah melakukan penyimpangan (moral hazard) dari apa yang telah disepakati saat akad.

1) Nasabah tidak amanah melaporkan pendapatan usahanya. Nasabah sebagai pengelola usaha tentunya memiliki informasi penuh mengenai usaha yang dibiayai daripada informasi yang

dimiliki bank. Demi mendapatkan profit yang lebih besar, nasabah dalam bermitra terkadang berperilaku menyimpang dengan memberikan laporan pendapatan usaha yang tidak sesuai dengan perolehan profit nasabah sebenarnya. Hal tersebut akan merugikan pihak bank karena mempengaruhi besar kecilnya keuntungan yang diperoleh bank. Misalnya untung nasabah sebenarnya 50 juta, namun nasabah melaporkan untung yang didapat hanya 30 juta, dengan demikian bank mendapatkan keuntungan lebih kecil dari yang seharusnya diperoleh.

2) Nasabah tidak melaporkan pendapatan usahanya. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah tidak melaksanakan kewajibannya sesuai kesepakatan saat akad. Pada pembiayaan musyarakah nasabah diwajibkan untuk melaporkan realisasi pendapatannya kepada bank setiap bulan untuk menentukan bagi hasilnya, namun nasabah terkadang lalai atau bahkan tidak memberikan laporan pendapatannya kepada bank. Dengan demikian, bank tidak dapat menentukan bagi hasil yang diterima oleh bank atau bahkan bank akan kehilangan proyeksi pendapatannya.

3) Kemampuan nasabah mengelola usaha. Pengelolaan internal perusahaan seperti manajemen organisasi, teknis produksi, dan

keuangan sangat berpengaruh pada pendapatan yang akan diperoleh. Jika pengelolaan tidak dilakukan secara professional, maka kinerja perusahaan akan menurun dan menyebabkan rendahnya profit yang diperoleh nasabah dan bank.

2. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko-risiko yang dihadapi BMI, antara lain :

a. Pilihan buruk (adverse selection) dimana karyawan tidak mengetahui dengan jelas mengenai usaha dan karakter nasabah yang menyebabkan karyawan membuat pilihan buruk dalam penyaluran pembiayaan dan menimbulkan pembiayaan bermasalah. Kesalahan dalam proses pemberian pembiayaan oleh pihak bank dapat disebabkan oleh kurangnya kompetensi karyawan mengenai usaha yang diajukan nasabah dan karyawan percaya begitu saja dengan informasi usaha yang diberikan oleh nasabah tanpa mengecek terlebih dahulu atas kebenaran informasi tersebut.

b. Kurangnya pengawasan terhadap kinerja keuangan dan manajemen usaha nasabah. Pengawasan pembiayaan merupakan hal yang penting setelah dropping. Jika pengawasan yang dilakukan bank tidak maksimal, risiko penyimpangan maupun permasalahan dalam pembiayaan akan lebih besar dan menyebabkan nasabah gagal memenuhi pembayaran.

c. Kesalahan dalam pendebetan bagi hasil. Dalam pembiayaan musyarakah, bank diharuskan melakukan pendebetan atas bagi hasil yang menjadi hak bank karena jumlah pendapatan yang diperoleh bank jumlahnya tidak tetap yakni sesuai dengan pendapatan yang diperoleh pada usaha nasabah. Risiko kesalahan pendebetan dapat muncul karena pendebetan dilakukan manual. Jika risiko ini terjadi, maka pihak dari bank maupun nasabah akan dirugikan. Jumlah pendebetan yang kurang akan merugikan pihak bank karena pendapatan bank menjadi berkurang, dan sebaliknya. 3. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan merupakan risiko yang ditimbulkan akibat tidak mematuhi atau tidak melaksanakan aturan yang telah ditetapkan, baik peraturan internal maupupun eksternal bank. Adapun risiko yang dihadapi berkaitan dengan kepatuhan, antara lain :

a. Terjadi kecurangan (fraud) antara karyawan dan nasabah sehingga pembiayaan dapat dengan mudah diproses dan dicairkan tanpa

melalui proses pembiayaan yang rumit. Dalam hal ini terlihat bahwa adanya karyawan tidak mematuhi prosedur pembiayaan yang ditetapkan oleh bank. Hal ini akan menyebabkan risiko pembiayaan jika nasabah tersebut ternyata tidak kompeten dalam mengelola usahanya.

Dokumen terkait