• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOGRAFI IBN KATSIR DAN HAMKA

A. Ibn Katsir

1. Riwayat Hidup Haji Abdul Malik Karim Amrullah

Haji Abdul Malik Karim Amrullah biasa di singkat dengan HAMKA. Nama ini adalah nama sesudah beliau menunaikan ibadah haji pada 1927, dan mendapat

tambahan ‟Haji‟10. Beliau dilahirkan di sebuah desa bernama Tanah Sirah,11 dalam

Nagari Sungai Batang, di tepi Danau Maninjau12, Sumatra Barat, pada tanggal 17 Februari 1908 atau bertepatan pada tanggal 14 Muharram 1326 H, dari pasangan Syekh Haji Abdul Karim Amrullah dan Siti Shafiyah. Ayahnya, Syekh Haji Abdul Karim Amrullah, terkenal dengan sebutan Haji Rasul, adalah seorang ulama yang cukup terkemuka dan pembukaan dalam Islam yang di waktu itu disebut orang Kaum

10 Van Hoeve, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar, 1994), cet. Ke- II, h. 75. 11 Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 294.

12 Danau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi

Sumatra Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatra Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam. Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km2 dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan. Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Antokan. Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Antokan terdapat PLTA Maninjau. Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang. Untuk bisa mencapai Danau Maninjau jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal Kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau. Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia. Sedangkan di Sumatra Barat, Maninjau merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km2 yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Di sekitar Danau Maninjau terdapat fasilitas wisata, seperti Hotel (Maninjau Indah Hotel dan Pasir Panjang Permai) serta penginapan dan restoran. Lihat, artikel ini diakses dari Wikipedia bebas, pada tanggal 29 November 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Maninjau

Nan Batuah. Di kala mudanya terkenal sebagai guru tari, nyanyian dan pencak silat. Di waktu Hamka masih kecil selalu mendengarkan pantun-pantun yang berarti dan mendalam dari neneknya.14 Buya Hamka dalam memonya mengatakan ”Ayahku

menaruh harapan atas kelahiranku agar aku kelak menjadi orang alim pula seperti ayahnya, neneknya dan nenek-neneknya yang terdahulu”. Ketika Hamka lahir,

ayahnya mengatakan kepada neneknya bahwa dia akan dikirim ke Mesir agar menjadi ulama kelak setelah berusia sepuluh tahun.15

Ketika berusia 22 tahun, ketika beliau pulang dari tanah suci, Mekah. Dua tahun kemudian, Hamka dikawinkan oleh ayahnya pada tanggal 29 April 1929 dengan seorang anak perempuan yaitu Siti Raham binti Endah Sutan.16 Hamka berusia 22 tahun dan isteri beliau berusia 15 tahun dan ketika beliau berada di Jakarta pada tanggal 5 April 1969, Hamka dan isterinya memperingati 40 tahun perkawinan beliau. Dan pada tanggal 1 Januari 1972 isteri Hamka yang tercinta telah berpulang ke rahmatullah di Jakarta, dengan meninggalkan cahaya mata seramai sepuluh orang anak. Di antaranya tujuh laki-laki dan tiga perempuan, delapan sudah berkawin dan dikaruniai cucu 21 orang.17 Satu tahun delapan bulan setelah isteri pertama Hamka

13 Minangkabau juga merujuk pada wilayah yang dihuni Suku Minangkabau atau Kerajaan

Pagaruyung atau nama sebuah Nagari atau Desa yang berada di Minangkabau, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Lihat artikel ini diakses dari Wikipedia bebas, pada tanggal 29 November 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabau.

14 Rusjdi Hamka, Hamka, Di Mata Hati Umat (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), cet. Ke-III, h.

51.

15 Hamka, Kenang-kenanganHidup, h. 9.

16 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 1 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), h. 2 17 Pada masa ini anak-anak beliau menikah sebelum tahun 1978

Hajah Siti Khadijah dari Cirebon18, Jawa Barat.19

Hamka seorang ulama yang terkenal, penulis yang produktif20 dan mubalig21 besar yang berpengaruh di Asia Tenggara dan beliau adalah ketua Majelis Ulama Indonesia yang pertama. Dan anak putra kepada Haji Abdul Karim Amrullah seorang

tokoh pelopor gerakan Islam ‟Kaum Muda‟ di Minangkabau.22 Sejak di usia muda,

18 Kota Cirebon adalah sebuah kota mandiri terbesar kedua di Provinsi Jawa Barat, setelah ibukota

Jawa Barat, yakni Kota Bandung. Kota ini berada di pesisir Laut Jawa, di jalur pantura. Jalur Pantura Jakarta – Cirebon – Semarang merupakan jalur terpadat di Indonesia. Kota Cirebon juga adalah kota terbesar keempat di wilayah Pantura setelah Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Karena letaknya yang sangat strategis yakni di persimpangan antara Jakarta, Bandung dan Semarang, menjadikan kota Cirebon sangat cocok dan potensial untuk berinvestasi dalam segala bidang investasi seperti hotel, rumah makan, pusat perbelanjaan baru, dan pendidikan. Sehingga Kota Cirebon merupakan pilihan yang sangat tepat untuk berinvestasi. Dengan didukung oleh kegiatan ekonomi yang baik dan terpadu menjadikan Kota Cirebon berkembang menjadi Kota METROPOLITAN ketiga di Jawa Barat setelah metropolitan BoDeBeK (Bogor, Depok, Bekasi) yang merupakan hinterland / kota penyangga bagi ibukota Jakarta dan metropolitan Bandung. Kota Cirebon merupakan pusat bisnis, industry, dan jasa di wilayah Jawa Barat bagian timur dan utara. Banyak sekali Industri baik sekala kecil, menengah dan besar menanamkan modalnya di kota wali, Cirebon. Dengan didukung dengan banyaknya orang-orang yang bekerja, beraktifitas dan menuntut ilmu di Kota Cirebon, sekitar kurang lebih 1 juta orang, menjadikan kota Cirebon lebih hidup. Pembangunan di Kota Cirebon juga menggeliat dan menunjukkan respon positif, hal ini terbukti dengan banyaknya bangunan-bangunan besar dan tinggi yang berada di jalan-jalan utama Kota Cirebon. Saat ini, wajah Kota Cirebon telah berubah, menjadi kota modern mandiri ketiga di Pulau Jawa bagian barat setelah Jakarta dengan kota-kota satelitnya (Bogor, Depok, Banten, dan Bekasi) dan Bandung Raya dengan kota-kota satelitnya (Tasikmalaya, Cimahi, Subang, Purwakarta, Cianjur, Garut). Kini pemerintah wilayah Cirebon sedang giat-giatnya mengembangkan potensi wilayah kota Cirebon Metropolitan dengan kota-kota satelitnya (Indramayu, Majalengka, Kuningan, dan sebagian Jawa Tengah bagian barat yakni Tegal, Brebes Purwokerto dan Pekalongan). Dahulu Cirebon merupakan ibu kota Kesultanan Cirebon dan Kabupaten Cirebon, namun ibu kota Kabupaten Cirebon kini telah dipindahkan ke Sumber. Cirebon juga disebut

dengan nama „Kota Udang‟ dan „Kota Wali‟. Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak

beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, bahasa Sunda dan Jawa. Lihat artikel ini diakses dari Wikipedia bebas, pada tanggal 29 November 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon.

19 Rujidi Hamka, Hamka, Di Mata Hati Umat, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), cet. Ke – III, h. 51-52.

20 Produktif : banyak mendatangkan hasil. (W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa

Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka.) Edisi III, cet ke – III, h. 911.

21 Mubalig : orang yang menyiarkan ajaran agama Islam. (W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum

Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka.) Edisi III, cet ke – III, h. 776.

22 Van Hoeve, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1994), cet ke – II, h. 75

‟Si Bujang Jauh‟.23

Dua bulan sebelum wafatnya, Hamka yang sejak tahun 1975 menjadi Ketua Umum Majelis Indonesia, mengundurkan diri dari jabatan tersebut. Pengunduran diri

ini disebabkan oleh masalah perayan ‟natal bersama‟ antara umat Kristen dan agama

lain, termasuk Islam. Majelis Ulama Indonesia, yang Hamka menjadi ketua umumnya, mengeluarkan fatwa bahwa haram hukumnya seorang muslim mengikuti perayaan natal.

Dua bulan sesudah pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Hamka telah dimasukkan ke Rumah Sakit, tersebab serangan jantung yang cukup berat. Selama lebih kurang satu minggu Hamka dirawat di Rumah Sakit Pertamina Pusat Jakarta, ditangani oleh para dokter ahli. Namun, kendatipun dokter telah mengerahkan seluruh kemampuan mereka bagi kesembuhan Hamka, akan tetapi Allah SWT lebih menyayangi beliau, karena sesungguhnya Allah lagi mengetahui setiap sesuatu yang terbaik bagi makhluknya. Pada tanggal 24 Juli 1981, Hamka telah dikelilingi oleh isteri tersayang, Khadijah dan putranya Afif Amrullah, dan beberapa teman dekat Hamka, beliau telah berpulang ke rahmatullah dalam usia 73 tahun.

Hamka menutup mata dalam suatu penyelesaian tugas, dengan meminjam kata-kata Leon Agusta, ”di akhir pementasan yang rampung” dalam kapasitas sebagai

mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Dengan predikat keulamaan itu,

Hamka memastikan ‟kehadirannya‟ dalam upaya menggenapi kredo hidupnya sendiri” sekali berbakti sudah itu mati”.

Pada waktu kecil Hamka dipanggil Abdul Malik, dan dia mengawali pendidikannya yang pertama dengan belajar membaca al-Qur‟an di rumah orang tuanya,

ketika mereka sekeluarga pindah dari Maninjau ke Padang-panjang, pada tahun 1914 M. Hamka pada waktu kecil belum memperoleh pendidikan formal dan hanya sempat masuk ke sekolah desa selama tiga tahun.24

Pada tahun 1916, ketika Zainuddin Labai el-Yunusi mendirikan Diniyah School pada petang hari, di Pasar Usang Padangpanjang, Hamka lalu dimasukkan oleh ayahnya ke sekolah ini. Pagi hari, Hamka pergi sekolah ke sekolah desa. Dan pada malam hari berada di surau bersama teman-teman sebayanya. Inilah seputar kegiatan Hamka sehari-hari pada usia kecil. Dan putaran kegiatan Hamka ini dapat dirasakan oleh beliau sebagai sesuatu yang tidak ada kebebasan dan tidak menyenangkan dan sangat mengekang kebebasan masa kanak-kanaknya.25

Pada tahun 1918, di saat Abdul Malik, si Hamka kecil itu, sudah dikhitankan di kampung halamannya, Maninjau dan di waktu yang sama, ayahnya, Syekh Abdul Karim Amrullah, kembali dari perlawatan pertamanya ke tanah Jawa, Surau Jembatan Besi tempat Syekh Abdul Karim Amrullah memberikan pelajaran agama dengan sistem lama, diubah menjadi madrasah yang kemudian dikenal dengan Thawalib School. Dan dengan hasrat agar anaknya kelak menjadi ulama seperti dia pula, Syekh Abdul Karim Amrullah

24 Hamka, Kenang-Kenangan Hidup, h. 28

25 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Penamadani, 2003), cet ke

berhenti.26

Thawalib School dalam perkembangan awal ini, masih belum mampu melepaskan diri dari cara-cara lama belajar agama. Kendatipun demikian, unsur kebaruan sudah memasuki lembaga pendidikan ini. Malah menurut Mahmud Yunus, Surau Jembatan Besi yang sejak mula memberikan pelajaran agama dalam sistem lama, merupakan surau pertama di Minangkabau dengan mempergunakan sitem klasikal. Tercatat ada tujuh kelas yang disediakan oleh Thawalib School diawal perubahannya. Namun, kendatipun sitem klasikal sudah diberlakukan oleh Thawalib School, kurikulum dan materi pelajaran masih menggunakan cara lama. Buku-buku lama dengan keharusan menghafal, masih merupakan ciri utama dari sekolah ini. Inilah yang membuat Hamka menjadi cepat bosan dan malas, meminjam istilah Hamka sendiri, memusingkan kepalanya.27 Akan tetapi, Hamka pada setiap tahun tetap naik kelas, samapai ia menduduki kelas empat.28

Dalam pembelajaran Hamka, keseriusan belajar tidak tumbuh dari dalam, tetapi dipaksa dari luar. Keadaan inilah yang kemudian membawa Hamka berada di perpustakaan umum milik Zainuddin Labai El-Yunusi dan Bagindo Sinaro. Hamka menjadi asyik di perpustakaan itu dengan banyak membaca buku-buku cerita dan sejarah. Perpustakan itu, yang di beri nama dengan Zainaro, memberikan bentuk keghairahan tertentu bagi Hamka. Tindihan rasa tertekan yang dirasakan selama ini membuat Hamka menjadi pelarian di perpustakaan ini dan membuatkan dirinya bebas dengan buku-buku

26 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Penamadani, 2003), cet ke

II, h. 41.

27 Keharusan mengahafal buku-buku matan Taqrib, Matan Bina, dan Fathul Qarib, sangat

membosankan dan sangat memusingkan kepala. Hamka, Kenang-kenangan Hidup, h. 58.

28 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Penamadani, 2003), cet ke

pertumbuhan imajinasi masa kanak-kanaknya itu sekali lagi mendapat jegalan juga.29 Ketokohan Hamka tidak hanya di Indonesia, tapi hingga mancanegara. Hal ini dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang diperolehnya. Seperti anugrah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958 dan Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974 dan juga gelar Datuk dan Pengeran Wiroguno dari Pemerintah Indonesia.30 Karena menghargai jasa-jasanya dalam penyiaran Islam dan sejak itu, beliau berhak untuk memakai gelar Dr. di depan namanya. Hamka bercita-cita,

sebagaimana dalam ceramahnya ”membangun al-Azhar kedua di Indonesia, setelah Mesir.” Kini cita-cita Hamka sudah mulai terwujud dalam bentuk lembaga pendidikan al-Azhar.31

Dokumen terkait