Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 05 November 1971 sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari ayah H. Soenarto (alm) dan ibu Hj. Etty Kusmiaty.
Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Pancasila
Jakarta, lulus pada tahun 1995. Pada tahun 2005 diterima di Program Studi Industri
Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Berbekal ijazah S1 Manajemen, penulis diterima bekerja di PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk. pada tahun 1995 dengan pangkat Assisten Administrasi,
ditempatkan di Kantor Cabang Jakarta Kota. Tahun 2001 penulis dipindahkan ke
Divisi Pengendalian Keuangan sebagai Analis Sistem Akuntansi dan Perpajakan
pada Kelompok Sistem Akuntansi dan Perpajakan.
Menikah pada tanggal 26 September 1998 dengan Vidia Quintawaty dan
pada tahun 1999, tepatnya tanggal 15 Agustus 1999 dikaruniai seorang putri yang
bernama Revinda Syahniza Renata.
RINGKASAN iii
RIWAYAT HIDUP ix
PRAKATA x
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
I. PENDAHULUAN
A. Sejarah Perusahaan 1
B. Produk dan Layanan Perusahaan 4
C. Kondisi Lingkungan Perusahaan 6
II. ANALISIS MASALAH
A. Prinsip analisis 11 1. Tujuan 11 2. Implementasi Praktis 11 B. Metode analisis 17 1. Metode 17 2. Kelebihan/kekurangan metode 26
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan umum 27
1. Nama BNI 27
2. Usaha Kecil Menengah 29
3. Kajian Teori Perkreditan 30
4. Fungsi Kredit Modal Kerja 32
5. Pelaksanaan Pemberian Kredit Modal Kerja 34 6. Proses Pemberian Kredit Modal Kerja di BNI 38 7. Pengawasan Terhadap Pemberian Kredit Modal Kerja 43 8. Strategi Pemasaran Kredit Modal Kerja di BNI………..
viii
B. Hal yang Dikaji 48
1. Karakteristik UKM 48
2. Perilaku UKM 51
3. Sistem Pembiayaan UKM 52
4. Hambatan Yang Ditemukan dan Cara Mangatasinya 57
5. Analisis Khi Kuadrat 63
6. Analisis SWOT 68
7. Implementasi Strategi 73
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan 77
2. Saran 79
DAFTAR PUSTAKA 80
LAMPIRAN 83
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Saldo pokok kredit modal kerja segmen usaha kecil per 31 Desember
2005 8
2. Peringkat bank berdasarkan kredit 9 3. Perkembangan unit usaha industri kecil menengah 11
4. Tarif suku bunga pinjaman BNI 14
5. Matriks SWOT 19
6. Faktor strategis eksternal 21
7. Faktor strategis internal 22
8. Matriks Internal - Eksternal 23
9. Jumlah outlet BNI 28
10. Hasil isian kuesioner mengenai penyaluran kredit modal kerja 50 11. Hasil isian kuesioner mengenai penyaluran pembiayaan 52 12. Hasil isian kuesioner mengenai kendala penyaluran kredit 54 13. Pola pembiayaan kredit modal kerja sesuai dengan UKM 62 14. Penyaluran kredit modal kerja kepada UKM 63 15. Kendala dalam penyaluran kredit modal kerja kepada UKM 64 16. Faktor strategis internal dan eksternal BNI 68 17. Matriks Internal – Eksternal BNI 69
18. Matriks SWOT BNI 70
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Flow chart penyaluran KMK………. 41
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
2. Kuesioner kajian………. 81 3. Struktur organisasi Sentra Kredit Kecil... 92 4. Data hasil kuesioner ………. 93
I. PENDAHULUAN
A. Sejarah Perusahaan
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), pada mulanya didirikan
selang satu tahun setelah kemerdekaan Indonesia dengan nama “Bank Negara
Indonesia” berdasarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor
2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946 memiliki peran sebagai bank sentral yang
bertanggung jawab dalam menerbitkan dan mengelola mata uang Rupiah.
Berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 1968, Bank Negara
Indonesia ditetapkan oleh pemerintah menjadi bank komersial dengan status
bank umum milik negara, dan nama resminya diubah menjadi “Bank Negara
Indonesia 1946”. Fungsi yang diemban adalah merupakan salah satu bank yang
bergerak di bidang jasa keuangan/perbankan, berfungsi sebagai bank umum
dengan usaha dan tugas pokok yang diarahkan kepada perbaikan ekonomi
rakyat dan sebagai Agent of Development.
Bank Negara Indonesia 1946 pada tahun 1986 melakukan restrukturisasi
operasional dengan menyusun Performance Improvement Program yang
bertujuan untuk menjadikan BNI lebih dinamis dalam menyikapi kondisi
lingkungan yang senantiasa berubah. Program ini mencakup berbagai aspek di
dalam tubuh BNI seperti pembenahan visi dan misi perusahaan,
penyempurnaan rencana strategis, pengembangan teknologi informasi terkini
dan sumber daya manusia, serta membangun budaya perusahaan yang baru.
Pada tahun 1992 nama resmi Bank Negara Indonesia berubah menjadi
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Seiring dengan perubahan tersebut,
logo BNI mengalami perubahan. Citra baru BNI digambarkan sebagai bahtera
perlindungan dan penolong. Secara bertahap, BNI mengembangkan jaringan
cabang dan menerapkan sistem penunjang operasional cabang secara on line
system dengan tujuan untuk memudahkan nasabah bertransaksi.
Pada tanggal 28 Oktober 1996, BNI menjadi perusahaan publik melalui
penawaran umum perdana atas saham kepada masyarakat melalui pasar
modal. BNI merupakan bank pertama di Indonesia yang mencatatkan sahamnya
di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Jumlah lembar
saham yang ditawarkan sebanyak 1.085.032.000 lembar saham seri B dengan
nilai nominal sebesar Rp.500 (nilai penuh) setiap saham dan harga penawaran
sebesar Rp.850 (nilai penuh) setiap saham kepada masyarakat di Indonesia
(BNI, 2005).
Langkah-langkah awal BNI menuju transformasi dimulai di paruh kedua tahun 2004. Bulan Juli 2004, sesuai jadwalnya, BNI memperkenalkan identitas perusahaan baru yang menggambarkan prospek masa depan lebih baik dan sekaligus mencerminkan upaya pemulihan kepercayaan diri setelah melalui tahun yang memprihatinkan. Disamping itu, sebagai bagian dari strategi bisnisnya, BNI meningkatkan cakupan dan ragam jalur distribusi, memperkuat pengelolaan risiko, dan membenahi seluruh Strategic Business Unit (SBU) yang ada. Untuk meningkatkan nilai tambah Perseroan, BNI menjalin kemitraan strategis dengan beberapa lembaga terkemuka pada tahun 2004, termasuk antara lain dengan Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Garuda Indonesia, Indosat dan Pos Indonesia.
Hasil-hasil operasional BNI tahun buku 2004 mencerminkan keberhasilan upaya-upaya tersebut. Laba bersih meningkat 278,25% atau Rp 3,14 triliun, terutama akibat kenaikan 37,63% pada pendapatan bunga bersih dan 35,68% pada pendapatan operasional lainnya. Setelah pencadangan penuh
3
atas kerugian akibat kasus Letter of Credit (L/C) fiktif di tahun 2003, BNI berupaya keras meningkatkan pendapatan di tahun 2004 untuk mengkompensasi kerugian tersebut, dengan hasil yang menggembirakan. Pencapaian tersebut lebih nyata bila mengingat kontributor terbesar adalah pendapatan bunga dari kredit. Ini mencerminkan komitmen BNI dalam mengurangi ketergantungan pada Obligasi Pemerintah dan meningkatkan fungsi BNI di bidang intermediasi keuangan.
Seiring dengan perkembangan dunia usaha dan pasar yang sangat
dinamis, maka telah terjadi perubahan Visi dan Misi BNI berikut :
Visi : Menjadi bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja. Visi tersebut dapat dijabarkan secara lengkap, yaitu menjadi
bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan
harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan
konsumer.
Misi : Memaksimalkan steakeholder value dengan menyediakan solusi keuangan yang fokus pada segmen pasar korporasi, komersial dan
konsumer
Dalam rangka untuk mencapai visi dan misi tersebut, BNI telah memiliki
strategi jangka pendek dan jangka panjang yang tertuang di dalam “Peta
Navigasi BNI” . Dalam peta navigasi tersebut telah ditetapkan langkah-langkah
yang akan diambil BNI untuk mencapai target jangka menengah (5 tahun), yaitu
sebagai bank yang unggul dalam layanan, jangka panjang (10 tahun), yaitu
sebagai bank yang unggul dalam kinerja dan 15 tahun mendatang menjadi bank
Selaras dengan perubahan Visi dan Misi BNI tersebut, maka BNI
melakukan perubahan logo yang didasari oleh nilai-nilai yang terkandung di
dalam tubuh BNI, yaitu layanan yang unggul, kedekatan dengan nasabah,
pemikiran yang kreatif dan kinerja yang handal. Identitas baru BNI merupakan
hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang tampak lebih segar,
lebih modern, dinamis, serta menggambarkan posisi dan arah organisasi yang
baru. Identitas tersebut merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari
simbol “46” dan kata “BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk
logo baru BNI.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar BNI, ruang lingkup kegiatan BNI
adalah melakukan usaha di bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan
berdasarkan prinsip syariah (BNI, 2005 a). Sampai dengan saat ini, BNI memiliki
12 kantor wilayah yang membawahi 916 kantor cabang dan cabang pembantu
dalam negeri dan juga 31 kantor cabang syariah. Selain itu, jaringan BNI juga
meliputi lima kantor cabang luar negeri yaitu Singapore, Hong Kong, Tokyo,
London dan New York. Pada tahun 2003, BNI telah menutup cabang Cayman
Island dan telah menerima surat persetujuan penutupan cabang dari Cayman
Island Monetary Authority dan memberitahukan kepada Bank Indonesia.
B. Produk dan Layanan Perusahaan
Sebagaimana bank komersial lainnya, BNI memberikan kemudahan
kepada nasabahnya yang berupa layanan Automatic Teller Machine (ATM),
dimana apabila nasabah ingin bertransaksi baik penarikan, pemindahbukuan,
transfer dengan sesama pemegang rekening BNI, pembayaran tagihan-tagihan
(kartu kredit BNI, kartu kredit bank lain, telepon dan lain-lain), bahkan dapat
5
teller. Sebagai alat pengamannya, kepada setiap nasabah diberikan Personal
Identification Number (PIN) yang dapat diubah sesuai dengan keinginan
nasabah.
Sampai dengan saat ini BNI memiliki 2.272 ATM yang tersebar
diseluruh wilayah Indonesia, berada di lokasi pertokoan, perkantoran, hotel, dan
fasilitas-fasilitas umum lainnya yang mudah dijangkau oleh nasabah. Jaringan
ATM BNI juga terhubung langsung dengan jaringan ATM lainnya, baik lokal
maupun Internasional seperti Cirrus, Plus, Link, Visa, Master Card dan ATM
Bersama. Selain fasilitas ATM, BNI juga telah memiliki fasilitas phone banking
dan mobile banking. Sedangkan untuk internet banking masih dalam tahap
pembangunan.
Disamping itu, BNI memiliki produk-produk layanan lainnya yang dapat
memenuhi kebutuhan nasabah, yaitu :
1. Simpanan dalam bentuk Rekening Giro, baik perusahaan maupun
perorangan, dalam mata uang Rupiah dan Valuta Asing.
2. Simpanan dalam bentuk Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, Deposit
on Call (DOC) dalam mata uang Rupiah dan Valuta Asing.
3. Tabungan BNI Taplus + BNI Card.
4. Tabungan BNI Haji.
5. Tabungan Pendidikan Anak Sekolah BNI Tapenas
6. Kartu Kredit BNI (Visa dan Mastercard).
7. BNI Debit Card.
8. BNI Griya (Kredit Kepemilikan Rumah)
9. Kiriman uang, baik dalam maupun luar negeri (incoming dan outgoing
transfer) dan inkaso.
11. Safe Deposit Box (SDB).
12. Jasa Luar Negeri, yang meliputi transaksi Impor dan Ekspor, penukaran
valuta asing, Travellers Cheque dan BNI Remittance.
13. Surat Keterangan Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN), khusus digunakan
untuk bertransaksi di wilayah pabean Indonesia.
14. Automatic Teller Machine (ATM)
15. Cash Deposit Machine (CDM), digunakan untuk melakukan setoran tunai
ke rekening nasabah tanpa harus memalui teller.
16. Memberikan berbagai macam kredit berikut :
a. Kredit Investasi (KI).
b. Kredit Modal Kerja (KMK).
c. Kredit Kelayakan Usaha.
d. Kredit Multi Guna.
e. Kredit Pemilikan Rumah (BNI Griya).
f. Kredit Profesi.
g. Kredit Usaha Kecil.
h. Kredit Koperasi.
i. Cash Collateral Credit.
C. Kondisi lingkungan perusahaan
1. Lingkungan Internal
Sebagai bank yang telah berusia lebih dari setengah abad dan telah
memiliki jaringan hampir disetiap kota kabupaten di Indonesia serta lima
cabang di Luar Negeri dan dengan total aset per 31 Desember 2005 sebesar
Rp.147,81 trilyun, naik 8,22% dibandingkan pada tahun 2004, merupakan
7
ini BNI didukung dengan sistem teknologi informasi baru yang disebut
Integrated and Centralized On Line System (ICONS) dengan 12 Kantor
Wilayah dan 916 cabang. Dengan didukung oleh Sumber Daya Manusia
(SDM) yang handal dan berpengalaman, maka tidaklah sulit bagi BNI untuk
mengembangkan bisnisnya, terutama dalam hal menyalurkan pembiayaan
bagi pengusaha kecil menengah berorientasi ekspor.
Komitmen untuk mewujudkan visi dan misi baru BNI, terutama dalam
hal menyalurkan pembiayan bagi pengusaha kecil dan menengah, dibentuk
Strategic Bussiness Unit (SBU) komersial BNI untuk segmen usaha
menengah dan usaha kecil. Sedangkan untuk segmen usaha mikro dilayani
secara tidak langsung melalui beberapa skema kredit bekerja sama dengan
lembaga-lembaga seperti Perguruan Tinggi dalam hal ini Institut Pertanian
Bogor (IPB), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Koperasi.
Jumlah total kredit yang disalurkan oleh SBU Komersial BNI
mencapai Rp. 25,20 trilyun atau sama dengan 40,54% dari total portofolio
kredit BNI pada akhir tahun 2005. Segmen usaha menengah SBU Komersial
memberikan kontribusi Rp. 12,92 trilyun dari jumlah kredit tersebut pada
akhir tahun 2005 dengan pertumbuhan 9,77% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Sementara itu gabungan segmen usaha kecil dan mikro
menghasilkan Rp. 12,29 trilyun pada periode yang sama. Hal ini menunjukan
adanya diversifikasi portofolio yang baik diantara kredit UKM (BNI, 2005 b).
Berdasarkan data di BNI khususnya segmen usaha kecil (retail),
jumlah kredit modal kerja yang disalurkan kepada UKM sampai dengan
tanggal 31 Desember 2005 drinci berdasarkan produk, mata uang dan
Tabel 1. Saldo pokok kredit modal kerja segmen usaha kecil per 31 Desember 2005
Valuta Produk Kredit Kolektibilitas Pokok
Jumlah debitur
IDR KMK KL Efektif IDR 1 24,196,811,094 23
IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 1 89,452,296,807 943
IDR KMK BNI Efektif IDR 1 7,601,018,919,566 21,557
USD KMK BNI Efektif IDR 1 0 1
SGD KMK BNI Efektif SGD 1 34,090,031,779 13
USD KMK BNI Efektif USD 1 107,301,002,187 40
IDR KMK TSL Efektif IDR 1 10,215,645,866 45
USD KMK TSL Efektif USD 1 5,480,893,440 4
IDR KMK KL Efektif IDR 2 6,278,940,607 18
IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 2 7,553,072,742 78
IDR KMK BNI Efektif IDR 2 551,152,559,979 1,317
USD KMK BNI Efektif USD 2 8,077,955,357 4
IDR KMK TSL Efektif IDR 2 135,343,978 1
IDR KMK KL Efektif IDR 3 139,595,280 4
IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 3 586,424,829 9
IDR KMK BNI Efektif IDR 3 96,935,521,725 364
USD KMK BNI Efektif USD 3 835,550,000 1
IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 4 797,000,000 9
IDR KMK BNI Efektif IDR 4 90,084,800,227 225
IDR KMK TSL Efektif IDR 4 20,000,000 1
IDR KMK KL Efektif IDR 5 576,806,633 33
IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 5 911,539,832 11
IDR KMK BNI Efektif IDR 5 407,912,871,716 1,403
USD KMK BNI Efektif USD 5 41,363,735,837 8
IDR KMK TSL Efektif IDR 5 148,742,090 3
Sumber : EIS BNI, 2005 (data diolah kembali)
Keterangan :
9
2. Lingkungan eksternal
Sebagai bank konvensional, BNI dalam menyalurkan kreditnya tidak
sendirian, tetapi juga melakukan hal yang sama dengan beberapa bank lain
dalam menyalurkan kreditnya kepada pengusaha kecil menengah (Tabel 1)
Tabel 2. Peringkat bank berdasarkan kredit per Desember 2005
No. Nama Bank Total Kredit (dalam jutaan
Rupiah)
Pangsa total kredit Bank (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Bank Mandiri
Bank Rakyat Indonesia
Bank Negara Indonesia
Bank Central Asia
Bank Danamon Bank Niaga Bank Permata Bank Internasional Indonesia Bank Tabungan Negara
Pan Indonesia Bank
100.780 75.352 62.375 54.125 35.896 29.362 22.218 20.318 15.360 15.143 14,49 10,83 8,97 7,78 5,16 4,22 3,19 2,92 2,21 2,18
Sumber : Bank Indonesia, 2005 (data diolah kembali)
Masing-masing bank tersebut menawarkan berbagai macam
kemudahan dalam proses persetujuan dan memberikan bunga yang cukup
menarik bagi pengusaha, serta jasa dan pelayanan perbankan lainnya.
Mengingat posisi BNI berada pada urutan ketiga setelah Bank Rakyat
meningkatkan pelayanan kepada calon debitur agar mau mengajukan
permohonan kreditnya ke BNI.
Melihat kondisi persaingan yang sangat ketat diantara bank-bank
tersebut, BNI menganggap bank-bank tersebut bukan sebagai pesaing,
namun sebagai mitra kerja, karena masing-masing bank memiliki target
pasar dan jangkauan operasional berbeda, ditentukan oleh kemudahan
bertransaksi, jenis dan fitur produk yang ditawarkan, serta teknologi
informasi yang digunakan oleh bank bersangkutan.
Selain lembaga keuangan tersebut di atas, yang menjadi tantangan
bagi BNI dalam menyalurkan kreditnya adalah :
a. Bank Umum Syariah
b. BPR, baik konvensional maupun syariah
c. Bank Pembangunan Daerah (BPD), baik konvensional maupun syariah
d. Kartu Kredit dan Pinjaman Tanpa Agunan (KTA) dalam bentuk tunai
cepat (instant cash), dengan bunga dan cicilan flat (tetap) setiap
bulannya.
e. Adanya rentenir di daerah-daerah yang menawarkan kemudahan dalam
II. ANALISIS MASALAH
A. Prinsip Analisis
1. Tujuan
Tujuan analisis adalah :
a. Mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap
pola pembiayaan yang paling sesuai.
b. Mengkaji kendala-kendala dalam pemberian kredit modal kerja kepada
UKM berprospek dan berorientasi ekspor.
c. Menentukan strategi alternative bagi BNI dalam meningkatkan pangsa
pasar pinjaman dan menghadapi persaingan di industri perbankan.
2. Implementasi Praktis
Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia
diluluhlantakkan dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang
memiliki skala makro yang ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar
Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah (IDR).
Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang dinilai banyak pihak akan
berguguran akibat skala usahanya yang terbatas, ternyata memiliki
kekebalan/resistensi tinggi terhadap krisis yang terjadi. Bahkan IKM tetap
bertahan bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap
lebih dari 35 juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang
pertanian. Sampai dengan saat ini hampir 60% pendapatan domestik bruto
Jika ditinjau dari pengertiannya, IKM adalah merupakan kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau badan, bertujuan untuk
memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial,
dengan nilai penjualan per tahun lebih besar dari Rp. 1 milyar, namun
kurang dari Rp. 50 milyar. Produk barang ataupun jasa yang diperniagakan
tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Dalam Negeri, tetapi untuk
dipasarkan ke pasar luar negeri (Depperindag, 2002a).
IKM berorientasi ekspor merupakan industri yang telah memiliki
tingkat kompetitif yang cukup, sehingga produknya dapat dijual ke Luar
Negeri, baik dilakukan sendiri maupun oleh mediator (Depperindag, 2002b).
IKM merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional
yang dapat mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi
penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan
masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa serta
memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 2005a).
Tabel 3. Perkembangan unit usaha industri kecil menengah pada tahun 2000-2004 (unit) NO URAIAN 2000 2001 2002 2003 2004 1. 2. 3. 4. 5. IKM Pangan IKM Sandang IKM Kimia IKM logam IKM Kerajinan 897.629 213.497 548.278 59.634 1.005.632 950.325 303.767 536.760 57.733 1.037.235 978.834 312.880 552.863 61.853 995.024 1.008.199 322.267 569.449 63.730 1.024.874 1.038.445 331.935 586.533 65.669 1.055.621 Jumlah IKM 2.724.670 2885.820 2.901.454 2.988.519 3.078.202 Sumber : Depperindag, 2005.
13
Tabel 3 merupakan perkembangan jumlah unit usaha IKM secara
umum sejak tahun 2000 yang mengalami peningkatan tajam. Hal tersebut
merupakan indikasi positif bahwa IKM melaju lebih cepat. Perkembangan
tersebut juga harus diikuti dengan peningkatan pangsa pasar dan mutu hasil
produksinya, serta memiliki keunggulan baik komparatif maupun kompetitif
yang erat kaitannya dengan spesialisasi industri yang dinamis dan
keberlanjutan pendapatan yang dapat meningkatkan Product Domestic
Bruto (PDB) negara (Hubeis, 2005 b).
IKM harus dapat berkembang, yang pada awalnya berupa unit usaha
kecil berkembang menjadi usaha menengah dan selanjutnya menjadi usaha
besar. Seiring dengan perkembangan jumlah pengusaha IKM, jumlah tenaga
kerja yang terserap juga mengalami peningkatan, yaitu 20% per tahun terdiri
dari industri kecil 15,9% per tahun dan industri menengah 4,1%
(Depperindag, 2002).
Sampai dengan saat ini, pengusaha IKM masih menjadi tulang
punggung perekonomian Indonesia dan memiliki peran yang sangat penting,
sehingga dapat dijadikan sebagai sokoguru perekonomian nasional dari
potensi yang dimilikinya (Wiyono, 2003), yaitu :
a. Populasi usaha kecil dan mikro bersifat massal dan terdistribusi dimana-
mana.
b. Bergerak diberbagai sektor kegiatan ekonomi (pertanian, peternakan,
industri, kerajinan dan jasa), baik di kota maupun di desa.
c. Usaha mikro dan kecil sebagai mata pencaharian pokok, sehingga
sangat tekun dan ulet dalam menjalankan usahanya.
d. Dapat dipercaya dan memiliki lalu lintas likuiditas usaha yang cukup
e. Pola pembiayaan usaha relatif sederhana dapat menjadikan tingkat
keuntungan yang diperoleh cukup tinggi.
Perkembangan pengusaha tersebut tentunya tidak dapat dilakukan
hanya dengan menggunakan modal dari dalam, tetapi membutuhkan
bantuan tambahan modal dari bank berupa kredit. Pengertian kredit
dimaksud adalah merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Ikatan Akuntansi
Indonesia, 2000). Di dalam pengertian kredit tersebut termasuk pula kredit
yang berasal dari garansi bank, L/C (Letter of Credit), atau fasilitas lainnya
yang tidak dapat diselesaikan (wanprestasi) dan dialihkan menjadi kredit,
serta cerukan atau overdraft (Bank Indonesia, 2001).
Dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti
pembelian bahan baku/bahan mentah, bahan penolong/bahan pembantu,
barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain
diperlukan suatu fasilitas kredit modal kerja (Rivai, 2006). Kegunaan dari
kredit modal kerja tersebut adalah untuk membiayai kegiatan pengusaha
IKM berorientasi ekspor agar dapat berkembang, dalam hal ini untuk
membiayai kegiatan produksi atau pengumpulan/penyiapan barang untuk di
ekspor, yaitu melalui pemberian fasilitas kredit modal kerja ekspor.
Persyaratan yang diperlukan agar pengusaha IKM dapat
memperoleh fasilitas kredit ekspor tersebut sebagai berikut (BNI, 2004) :
1. Pemohon memiliki izin usaha dan izin lainnya dan berpengalaman dalam
15
2. Adanya L/C ekspor dari pembeli
3. Perjanjian jual beli atau bukti pesanan dari importir di luar negeri
4. Adanya rencana produksi atau pengumpulan barang untuk diekspor
yang didukung oleh pengalaman ekspor debitur
5. Jangka waktu paling lama satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai
dengan kebutuhan.
Namun terdapat kendala yang dihadapi oleh pengusaha IKM,
diantaranya masalah pengalaman dalam kegiatan ekspor. Pada umumnya
pengusaha IKM memiliki pengalaman ekspor yang sangat minim atau
bahkan belum berpengalaman sama sekali, terutama dalam hal pemenuhan
kelengkapan dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam L/C dan masalah
tingkat bunga pinjaman yang cukup tinggi (14,75%-15,75% per tahun),
sedangkan suku bunga diskonto wesel ekspor dalam mata uang asing
berkisar 4,385% per tahun (Tabel 4).
Tabel 4. Tarif suku bunga pinjaman BNI per tahun 2005
NO. SEGMEN PASAR TARIF SUKU BUNGA
1. Usaha besar/Korporasi (wholesale) 14,50% p.a s/d 16,75% p.a
2. Usaha menengah (middle) 14,75% p.a s/d 16,75% p.a
3. Usaha kecil (retail), dibagi
berdasarkan jenis kreditnya sebagai
berikut :
a. Kredit Kelayakan Usaha (KKU)
b. Kredit Usaha Kecil (KUK)
c. Non KUK
15,75% p.a
15,75% p.a
15,50% p.a
Sumber : BNI, 2005.
Selain pengalaman ekspor dan bunga pinjaman, bagi BNI masalah
jaminan juga harus dipenuhi oleh pengusaha IKM untuk memenuhi aspek
prudent banking, mengingat risiko kredit yang akan timbul apabila pinjaman
yang diberikan tersebut macet di kemudian hari dan tunduk kepada
peraturan Bank Indonesia (BNI, 2005). Untuk mengatasi kendala-kendala
yang dihadapi oleh pengusaha IKM tersebut, diperlukan peran aktif dari
lembaga perbankan (BNI) dengan memberikan bantuan kemudahan berupa
pembinaan kepada pengusaha IKM berprospek dan berorientasi ekspor,