(KASUS DI BNI JAKARTA)
YUDHA IMAN SULISTYA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam laporan akhir saya yang berjudul :
“Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta)”
merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Januari 2007
Hubeis as chairman and Fransisca R. Zakaria as a member.
In the middle of 1997 Indonesia’s economic was destroyed by a long economy crisis which had influenced the US foreign currency (USD) against Rupiah (IDR). On the other side, Small and Medium Enterprises (SME) still survives and grows absorbing more than 35 million labors active in agriculture sectors. Up to this time, almost 60% of domestic earnings bruto comes from SME commerce and agriculture. SME is expected to expand, from what initially in the form of a small industry unit into a middle industry unit and hereinafter become a big industry unit. Along with the growth of entrepreneurs of SME, the number of absorbed labors also increased equal to 20% per year consisting of small industries 15,9% and middle industries 4,1%.
The objective of this research is to analize the characteristic and behavior of SME having effect on financial pattern, study constraints in giving working capital loan, determining fiancial pattern according to characteristics of SME, and also compile strategy for BNI in improving market compartment and facing competition in banking industry. Data analysis was done with methods of descriptive qualitative and analysis of strenghts, weaknesses, opportunities and threats (SWOT).
According to the responses stated in the questionnaire by the clients of BNI, 84.5% expressed that working capital loan was proper to SME’s, 82,5% expressed easy access to bank and there was relationship between bank and SME’s important. Meanwhile 77,5% expressed constraints in distribution and application of working capital loan from BNI.
According to the analysis of chi square with db = 14, and expected result frequency (fh), working capital loan was proper to UKM with highly significant effect with chi square = 26,72, and easy access to bank influenced the distribution of working capital loan to UKM with highly significant effect with chi square = 25,48. There were constraint in distribution of working capital loan which was also highly significant with chi square = 28,55.
The results of total and internal strategic factor score and strategic factor score of external with total score of IFAS = 2,55 and EFAS = 2,30 by matrix of IE indicates that BNI resides in condition of growth or of stability. The result of SWOT analysis, showed that there were alternative strategies to improve BNI performances, including : opening more SKC in and outside Java, cooperation with local government and upgrading services.
ABSTRAK
YUDHA IMAN SULISTYA. Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta). Dibimbing oleh H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan Fransisca R. Zakaria sebagai Anggota.
Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia diluluhlantakkan dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang memiliki skala makro yang ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah (IDR). Dilain pihak, Industri Kecil dan Menengah (IKM) tetap bertahan bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap lebih dari 35 juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang pertanian. Sampai dengan saat ini hampir 60% pendapatan domestik bruto berasal dari IKM pertanian dan perdagangan. Jumlah tenaga kerja yang terserap juga mengalami peningkatan, yaitu 20% per tahun terdiri dari industri kecil 15,9% per tahun dan industri menengah 4,1%.
Kajian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap penentuan pola pembiayaan yang paling sesuai dengan karakteristik UKM, mengkaji kendala-kendala dalam pemberian pembiayaan modal kerja kepada UKM, serta menyusun strategi bagi BNI dalam meningkatkan pangsa pasar dan menghadapi persaingan di industri perbankan. Analisis dilakukan dengan metode diskriptif kualitatif dan analisis strengths, weaknesses, opportunities dan threats (SWOT).
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner pada para nasabah UKM di BNI, dapat dikatakan bahwa 84,5% pengusaha UKM lebih sesuai dan cocok dengan pola pemberian fasilitas kredit modal kerja untuk membiayai usahanya. Responden menyatakan adanya kemudahan akses dalam mengajukan pembiayaan ke BNI dan pelayanan yang diberikan memegang peranan penting hubungan antara UKM dengan lembaga perbankan sebesar 82,5% dan yang menyatakan terdapat kendala sebesar 77,5%.
Berdasarkan hasil analisis Khi kuadrat dengan db = 14 dan frekuensi hasil (fh) berbeda tiap kelas, didapatkan bahwa pemberian persetujuan kredit modal kerja sesuai dengan karakteristik UKM adalah sangat nyata pada Khi kuadrat hitung = 26,72. Debitur UKM setuju bahwa penyaluran kredit modal kerja berpengaruh dengan kemudahan akses ke BNI (sangat nyata pada Khi kuadrat hitung = 25,48). Hal lainnya, debitur UKM setuju bahwa dalam penyaluran kredit modal kerja terdapat hambatan (sangat nyata pada pada Khi kuadrat hitung = 28,55).
MENENGAH BERORIENTASI EKSPOR
(KASUS DI BNI JAKARTA)
YUDHA IMAN SULISTYA
Laporan Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Laporan Akhir : Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor, (Kasus Di BNI Jakarta).
Nama Mahasiswa : Yudha Iman Sulistya
Nomor Pokok : F052044065
Program Studi : Industri Kecil Menengah
Menyetujui, Februari 2007
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Prof.Dr.Ir. Fransiska R. Zakaria, Msc
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam laporan akhir saya yang berjudul :
“Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta)”
merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Januari 2007
RINGKASAN
Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia diluluhlantakkan
dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang memiliki skala makro yang
ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap
Rupiah (IDR). Dilain pihak, Industri Kecil dan Menengah (IKM) tetap bertahan
bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap lebih dari 35
juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang pertanian. Sampai dengan
saat ini hampir 60% pendapatan domestik bruto berasal dari IKM pertanian dan
perdagangan. Jumlah tenaga kerja yang terserap juga mengalami peningkatan,
yaitu 20% per tahun terdiri dari industri kecil 15,9% per tahun dan industri
menengah 4,1%.
Kajian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang
berpengaruh terhadap penentuan pola pembiayaan yang paling sesuai dengan
karakteristik UKM, mengkaji kendala-kendala dalam pemberian pembiayaan modal
kerja kepada UKM, serta menyusun strategi alternatif bagi BNI dalam meningkatkan
pangsa pasar pinjaman dan menghadapi persaingan di industri perbankan. Analisis
dilakukan dengan metode diskriptif kualitatif dan analisis strengths, weaknesses,
opportunities dan threats (SWOT).
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner pada para nasabah UKM di BNI
sebanyak 100 responden, dapat dikatakan bahwa 84,5% pengusaha UKM lebih
sesuai dan cocok dengan pola pemberian fasilitas kredit modal kerja untuk
membiayai usahanya. Responden menyatakan adanya kemudahan akses dalam
mengajukan pembiayaan ke BNI dan pelayanan yang diberikan memegang peranan
penting hubungan antara UKM dengan lembaga perbankan sebesar 82,5% dan
yang menyatakan terdapat kendala sebesar 77,5%.
Berdasarkan hasil analisis Khi kuadrat dengan db = 14 dan frekuensi hasil
(fh), didapatkan bahwa setuju kredit modal kerja sesuai dengan karakteristik UKM
adalah nyata pada Khi kuadrat hitung = 26,72. Dalam hal ini, debitur UKM setuju
dengan penyaluran kredit modal kerja yang berpengaruh dengan kemudahan akses
ke BNI adalah nyata pada Khi kuadrat hitung = 25,48; debitur UKM setuju bahwa
dalam penyaluran kredit modal kerja terdapat hambatan dan nyata pada pada Khi
Dalam memasarkan produk kredit usaha kecil, selain dengan menggunakan
skema channelling, penyaluran kredit sangat terbantu oleh dukungan dari Sentra
Kredit Kecil (SKC) BNI yang telah beroperasi penuh pada tahun 2005, dengan
jumlah 45 sentra kredit di 12 wilayah operasional BNI untuk mempercepat proses
evaluasi kredit mulai pada saat aplikasi kredit diajukan untuk mendapatkan
persetujuan sampai saat penyaluran kredit kepada debitur.
Hambatan-hambatan yang terjadi didalam pelaksanaan pemberian kredit
modal kerja terutama ditemui dan berada pada diri debitur, baik perorangan
maupun perusahaan, antara lain diantaranya masalah legalitas perusahaan UKM,
sistem administrasi yang sangat sederhana di perusahaan UKM, adanya penilaian
yang negatif terhadap pengusaha UKM, dan resiko kredit macet yang akan timbul
dikemudian hari serta besarnya jaminan yang ditetapkan oleh bank yang
memberatkan pengusaha UKM. Selain itu banyaknya tawaran tunai cepat (instant
cash) dari bank lain dengan persyaratan rang ringan, bahkan tidak memerlukan
jaminan apapun.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah
dengan cara membuat suatu skim kredit khusus UKM dengan persyaratan yang
mudah, proses cepat dan jaminan yang diserahkan sesuai kemampuan UKM,
namun maksimal kredit yang deberikan tidak melebihi kemampuan UKM tersebut.
Dari analisis total skor faktor strategik internal dan total skor faktor strategik
eksternal dengan nilai total skor IFAS = 2,55 dan EFAS = 2,30 didapatkan matriks
IE yang menunjukkan bahwa posisi BNI berada pada kondisi growth atau stability.
Dari analisis SWOT didapatkan alternatif strategi, yaitu strategi SO dengan
membuka SKC di Jawa dan Luar Jawa untuk meningkatkan pangsa pasar,
menjalin kerjasama dengan pemda setempat; strategi WO dengan meningkatkan
mutu pelayanan, ATM dan teknologi, meningkatkan upaya promosi produk dan
layanan BNI, mempersingkat waktu proses tanpa menyampingkan aspek prudence
and complience; strategi ST dengan coorporate image BNI sebagai institusional
positioning, meningkatkan keterampilan melalui pelatihan, mempermudah prosedur
dan proses pembiayaan; strategi WT dengan menjalin kemitraan dengan BPR dan
BPD pesaing, meningkatkan program pemasaran produk.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 05 November 1971 sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari ayah H. Soenarto (alm) dan ibu Hj. Etty Kusmiaty.
Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Pancasila
Jakarta, lulus pada tahun 1995. Pada tahun 2005 diterima di Program Studi Industri
Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Berbekal ijazah S1 Manajemen, penulis diterima bekerja di PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk. pada tahun 1995 dengan pangkat Assisten Administrasi,
ditempatkan di Kantor Cabang Jakarta Kota. Tahun 2001 penulis dipindahkan ke
Divisi Pengendalian Keuangan sebagai Analis Sistem Akuntansi dan Perpajakan
pada Kelompok Sistem Akuntansi dan Perpajakan.
Menikah pada tanggal 26 September 1998 dengan Vidia Quintawaty dan
pada tahun 1999, tepatnya tanggal 15 Agustus 1999 dikaruniai seorang putri yang
bernama Revinda Syahniza Renata.
(KASUS DI BNI JAKARTA)
YUDHA IMAN SULISTYA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam laporan akhir saya yang berjudul :
“Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta)”
merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Januari 2007
Hubeis as chairman and Fransisca R. Zakaria as a member.
In the middle of 1997 Indonesia’s economic was destroyed by a long economy crisis which had influenced the US foreign currency (USD) against Rupiah (IDR). On the other side, Small and Medium Enterprises (SME) still survives and grows absorbing more than 35 million labors active in agriculture sectors. Up to this time, almost 60% of domestic earnings bruto comes from SME commerce and agriculture. SME is expected to expand, from what initially in the form of a small industry unit into a middle industry unit and hereinafter become a big industry unit. Along with the growth of entrepreneurs of SME, the number of absorbed labors also increased equal to 20% per year consisting of small industries 15,9% and middle industries 4,1%.
The objective of this research is to analize the characteristic and behavior of SME having effect on financial pattern, study constraints in giving working capital loan, determining fiancial pattern according to characteristics of SME, and also compile strategy for BNI in improving market compartment and facing competition in banking industry. Data analysis was done with methods of descriptive qualitative and analysis of strenghts, weaknesses, opportunities and threats (SWOT).
According to the responses stated in the questionnaire by the clients of BNI, 84.5% expressed that working capital loan was proper to SME’s, 82,5% expressed easy access to bank and there was relationship between bank and SME’s important. Meanwhile 77,5% expressed constraints in distribution and application of working capital loan from BNI.
According to the analysis of chi square with db = 14, and expected result frequency (fh), working capital loan was proper to UKM with highly significant effect with chi square = 26,72, and easy access to bank influenced the distribution of working capital loan to UKM with highly significant effect with chi square = 25,48. There were constraint in distribution of working capital loan which was also highly significant with chi square = 28,55.
The results of total and internal strategic factor score and strategic factor score of external with total score of IFAS = 2,55 and EFAS = 2,30 by matrix of IE indicates that BNI resides in condition of growth or of stability. The result of SWOT analysis, showed that there were alternative strategies to improve BNI performances, including : opening more SKC in and outside Java, cooperation with local government and upgrading services.
ABSTRAK
YUDHA IMAN SULISTYA. Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta). Dibimbing oleh H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan Fransisca R. Zakaria sebagai Anggota.
Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia diluluhlantakkan dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang memiliki skala makro yang ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah (IDR). Dilain pihak, Industri Kecil dan Menengah (IKM) tetap bertahan bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap lebih dari 35 juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang pertanian. Sampai dengan saat ini hampir 60% pendapatan domestik bruto berasal dari IKM pertanian dan perdagangan. Jumlah tenaga kerja yang terserap juga mengalami peningkatan, yaitu 20% per tahun terdiri dari industri kecil 15,9% per tahun dan industri menengah 4,1%.
Kajian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap penentuan pola pembiayaan yang paling sesuai dengan karakteristik UKM, mengkaji kendala-kendala dalam pemberian pembiayaan modal kerja kepada UKM, serta menyusun strategi bagi BNI dalam meningkatkan pangsa pasar dan menghadapi persaingan di industri perbankan. Analisis dilakukan dengan metode diskriptif kualitatif dan analisis strengths, weaknesses, opportunities dan threats (SWOT).
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner pada para nasabah UKM di BNI, dapat dikatakan bahwa 84,5% pengusaha UKM lebih sesuai dan cocok dengan pola pemberian fasilitas kredit modal kerja untuk membiayai usahanya. Responden menyatakan adanya kemudahan akses dalam mengajukan pembiayaan ke BNI dan pelayanan yang diberikan memegang peranan penting hubungan antara UKM dengan lembaga perbankan sebesar 82,5% dan yang menyatakan terdapat kendala sebesar 77,5%.
Berdasarkan hasil analisis Khi kuadrat dengan db = 14 dan frekuensi hasil (fh) berbeda tiap kelas, didapatkan bahwa pemberian persetujuan kredit modal kerja sesuai dengan karakteristik UKM adalah sangat nyata pada Khi kuadrat hitung = 26,72. Debitur UKM setuju bahwa penyaluran kredit modal kerja berpengaruh dengan kemudahan akses ke BNI (sangat nyata pada Khi kuadrat hitung = 25,48). Hal lainnya, debitur UKM setuju bahwa dalam penyaluran kredit modal kerja terdapat hambatan (sangat nyata pada pada Khi kuadrat hitung = 28,55).
MENENGAH BERORIENTASI EKSPOR
(KASUS DI BNI JAKARTA)
YUDHA IMAN SULISTYA
Laporan Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Laporan Akhir : Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor, (Kasus Di BNI Jakarta).
Nama Mahasiswa : Yudha Iman Sulistya
Nomor Pokok : F052044065
Program Studi : Industri Kecil Menengah
Menyetujui, Februari 2007
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Prof.Dr.Ir. Fransiska R. Zakaria, Msc
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam laporan akhir saya yang berjudul :
“Strategi Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha Industri Kecil Menengah Berorientasi Ekspor (Kasus di BNI Jakarta)”
merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Januari 2007
RINGKASAN
Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia diluluhlantakkan
dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang memiliki skala makro yang
ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap
Rupiah (IDR). Dilain pihak, Industri Kecil dan Menengah (IKM) tetap bertahan
bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap lebih dari 35
juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang pertanian. Sampai dengan
saat ini hampir 60% pendapatan domestik bruto berasal dari IKM pertanian dan
perdagangan. Jumlah tenaga kerja yang terserap juga mengalami peningkatan,
yaitu 20% per tahun terdiri dari industri kecil 15,9% per tahun dan industri
menengah 4,1%.
Kajian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang
berpengaruh terhadap penentuan pola pembiayaan yang paling sesuai dengan
karakteristik UKM, mengkaji kendala-kendala dalam pemberian pembiayaan modal
kerja kepada UKM, serta menyusun strategi alternatif bagi BNI dalam meningkatkan
pangsa pasar pinjaman dan menghadapi persaingan di industri perbankan. Analisis
dilakukan dengan metode diskriptif kualitatif dan analisis strengths, weaknesses,
opportunities dan threats (SWOT).
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner pada para nasabah UKM di BNI
sebanyak 100 responden, dapat dikatakan bahwa 84,5% pengusaha UKM lebih
sesuai dan cocok dengan pola pemberian fasilitas kredit modal kerja untuk
membiayai usahanya. Responden menyatakan adanya kemudahan akses dalam
mengajukan pembiayaan ke BNI dan pelayanan yang diberikan memegang peranan
penting hubungan antara UKM dengan lembaga perbankan sebesar 82,5% dan
yang menyatakan terdapat kendala sebesar 77,5%.
Berdasarkan hasil analisis Khi kuadrat dengan db = 14 dan frekuensi hasil
(fh), didapatkan bahwa setuju kredit modal kerja sesuai dengan karakteristik UKM
adalah nyata pada Khi kuadrat hitung = 26,72. Dalam hal ini, debitur UKM setuju
dengan penyaluran kredit modal kerja yang berpengaruh dengan kemudahan akses
ke BNI adalah nyata pada Khi kuadrat hitung = 25,48; debitur UKM setuju bahwa
dalam penyaluran kredit modal kerja terdapat hambatan dan nyata pada pada Khi
Dalam memasarkan produk kredit usaha kecil, selain dengan menggunakan
skema channelling, penyaluran kredit sangat terbantu oleh dukungan dari Sentra
Kredit Kecil (SKC) BNI yang telah beroperasi penuh pada tahun 2005, dengan
jumlah 45 sentra kredit di 12 wilayah operasional BNI untuk mempercepat proses
evaluasi kredit mulai pada saat aplikasi kredit diajukan untuk mendapatkan
persetujuan sampai saat penyaluran kredit kepada debitur.
Hambatan-hambatan yang terjadi didalam pelaksanaan pemberian kredit
modal kerja terutama ditemui dan berada pada diri debitur, baik perorangan
maupun perusahaan, antara lain diantaranya masalah legalitas perusahaan UKM,
sistem administrasi yang sangat sederhana di perusahaan UKM, adanya penilaian
yang negatif terhadap pengusaha UKM, dan resiko kredit macet yang akan timbul
dikemudian hari serta besarnya jaminan yang ditetapkan oleh bank yang
memberatkan pengusaha UKM. Selain itu banyaknya tawaran tunai cepat (instant
cash) dari bank lain dengan persyaratan rang ringan, bahkan tidak memerlukan
jaminan apapun.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah
dengan cara membuat suatu skim kredit khusus UKM dengan persyaratan yang
mudah, proses cepat dan jaminan yang diserahkan sesuai kemampuan UKM,
namun maksimal kredit yang deberikan tidak melebihi kemampuan UKM tersebut.
Dari analisis total skor faktor strategik internal dan total skor faktor strategik
eksternal dengan nilai total skor IFAS = 2,55 dan EFAS = 2,30 didapatkan matriks
IE yang menunjukkan bahwa posisi BNI berada pada kondisi growth atau stability.
Dari analisis SWOT didapatkan alternatif strategi, yaitu strategi SO dengan
membuka SKC di Jawa dan Luar Jawa untuk meningkatkan pangsa pasar,
menjalin kerjasama dengan pemda setempat; strategi WO dengan meningkatkan
mutu pelayanan, ATM dan teknologi, meningkatkan upaya promosi produk dan
layanan BNI, mempersingkat waktu proses tanpa menyampingkan aspek prudence
and complience; strategi ST dengan coorporate image BNI sebagai institusional
positioning, meningkatkan keterampilan melalui pelatihan, mempermudah prosedur
dan proses pembiayaan; strategi WT dengan menjalin kemitraan dengan BPR dan
BPD pesaing, meningkatkan program pemasaran produk.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 05 November 1971 sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari ayah H. Soenarto (alm) dan ibu Hj. Etty Kusmiaty.
Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Pancasila
Jakarta, lulus pada tahun 1995. Pada tahun 2005 diterima di Program Studi Industri
Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Berbekal ijazah S1 Manajemen, penulis diterima bekerja di PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk. pada tahun 1995 dengan pangkat Assisten Administrasi,
ditempatkan di Kantor Cabang Jakarta Kota. Tahun 2001 penulis dipindahkan ke
Divisi Pengendalian Keuangan sebagai Analis Sistem Akuntansi dan Perpajakan
pada Kelompok Sistem Akuntansi dan Perpajakan.
Menikah pada tanggal 26 September 1998 dengan Vidia Quintawaty dan
pada tahun 1999, tepatnya tanggal 15 Agustus 1999 dikaruniai seorang putri yang
bernama Revinda Syahniza Renata.
RINGKASAN iii
RIWAYAT HIDUP ix
PRAKATA x
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
I. PENDAHULUAN
A. Sejarah Perusahaan 1
B. Produk dan Layanan Perusahaan 4
C. Kondisi Lingkungan Perusahaan 6
II. ANALISIS MASALAH
A. Prinsip analisis 11
1. Tujuan 11
2. Implementasi Praktis 11
B. Metode analisis 17
1. Metode 17
2. Kelebihan/kekurangan metode 26
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan umum 27
1. Nama BNI 27
2. Usaha Kecil Menengah 29
3. Kajian Teori Perkreditan 30
4. Fungsi Kredit Modal Kerja 32
5. Pelaksanaan Pemberian Kredit Modal Kerja 34
6. Proses Pemberian Kredit Modal Kerja di BNI 38
7. Pengawasan Terhadap Pemberian Kredit Modal Kerja 43
8. Strategi Pemasaran Kredit Modal Kerja di BNI………..
viii
B. Hal yang Dikaji 48
1. Karakteristik UKM 48
2. Perilaku UKM 51
3. Sistem Pembiayaan UKM 52
4. Hambatan Yang Ditemukan dan Cara Mangatasinya 57
5. Analisis Khi Kuadrat 63
6. Analisis SWOT 68
7. Implementasi Strategi 73
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan 77
2. Saran 79
DAFTAR PUSTAKA 80
LAMPIRAN 83
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Saldo pokok kredit modal kerja segmen usaha kecil per 31 Desember
2005 8
2. Peringkat bank berdasarkan kredit 9
3. Perkembangan unit usaha industri kecil menengah 11
4. Tarif suku bunga pinjaman BNI 14
5. Matriks SWOT 19
6. Faktor strategis eksternal 21
7. Faktor strategis internal 22
8. Matriks Internal - Eksternal 23
9. Jumlah outlet BNI 28
10. Hasil isian kuesioner mengenai penyaluran kredit modal kerja 50
11. Hasil isian kuesioner mengenai penyaluran pembiayaan 52
12. Hasil isian kuesioner mengenai kendala penyaluran kredit 54
13. Pola pembiayaan kredit modal kerja sesuai dengan UKM 62
14. Penyaluran kredit modal kerja kepada UKM 63
15. Kendala dalam penyaluran kredit modal kerja kepada UKM 64
16. Faktor strategis internal dan eksternal BNI 68
17. Matriks Internal – Eksternal BNI 69
18. Matriks SWOT BNI 70
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Flow chart penyaluran KMK………. 41
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
2. Kuesioner kajian………. 81
3. Struktur organisasi Sentra Kredit Kecil... 92
4. Data hasil kuesioner ………. 93
I. PENDAHULUAN
A. Sejarah Perusahaan
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), pada mulanya didirikan
selang satu tahun setelah kemerdekaan Indonesia dengan nama “Bank Negara
Indonesia” berdasarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor
2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946 memiliki peran sebagai bank sentral yang
bertanggung jawab dalam menerbitkan dan mengelola mata uang Rupiah.
Berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 1968, Bank Negara
Indonesia ditetapkan oleh pemerintah menjadi bank komersial dengan status
bank umum milik negara, dan nama resminya diubah menjadi “Bank Negara
Indonesia 1946”. Fungsi yang diemban adalah merupakan salah satu bank yang
bergerak di bidang jasa keuangan/perbankan, berfungsi sebagai bank umum
dengan usaha dan tugas pokok yang diarahkan kepada perbaikan ekonomi
rakyat dan sebagai Agent of Development.
Bank Negara Indonesia 1946 pada tahun 1986 melakukan restrukturisasi
operasional dengan menyusun Performance Improvement Program yang
bertujuan untuk menjadikan BNI lebih dinamis dalam menyikapi kondisi
lingkungan yang senantiasa berubah. Program ini mencakup berbagai aspek di
dalam tubuh BNI seperti pembenahan visi dan misi perusahaan,
penyempurnaan rencana strategis, pengembangan teknologi informasi terkini
dan sumber daya manusia, serta membangun budaya perusahaan yang baru.
Pada tahun 1992 nama resmi Bank Negara Indonesia berubah menjadi
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Seiring dengan perubahan tersebut,
logo BNI mengalami perubahan. Citra baru BNI digambarkan sebagai bahtera
perlindungan dan penolong. Secara bertahap, BNI mengembangkan jaringan
cabang dan menerapkan sistem penunjang operasional cabang secara on line
system dengan tujuan untuk memudahkan nasabah bertransaksi.
Pada tanggal 28 Oktober 1996, BNI menjadi perusahaan publik melalui
penawaran umum perdana atas saham kepada masyarakat melalui pasar
modal. BNI merupakan bank pertama di Indonesia yang mencatatkan sahamnya
di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Jumlah lembar
saham yang ditawarkan sebanyak 1.085.032.000 lembar saham seri B dengan
nilai nominal sebesar Rp.500 (nilai penuh) setiap saham dan harga penawaran
sebesar Rp.850 (nilai penuh) setiap saham kepada masyarakat di Indonesia
(BNI, 2005).
Langkah-langkah awal BNI menuju transformasi dimulai di paruh kedua
tahun 2004. Bulan Juli 2004, sesuai jadwalnya, BNI memperkenalkan identitas
perusahaan baru yang menggambarkan prospek masa depan lebih baik dan
sekaligus mencerminkan upaya pemulihan kepercayaan diri setelah melalui
tahun yang memprihatinkan. Disamping itu, sebagai bagian dari strategi
bisnisnya, BNI meningkatkan cakupan dan ragam jalur distribusi, memperkuat
pengelolaan risiko, dan membenahi seluruh Strategic Business Unit (SBU)
yang ada. Untuk meningkatkan nilai tambah Perseroan, BNI menjalin kemitraan
strategis dengan beberapa lembaga terkemuka pada tahun 2004, termasuk
antara lain dengan Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Garuda
Indonesia, Indosat dan Pos Indonesia.
Hasil-hasil operasional BNI tahun buku 2004 mencerminkan
keberhasilan upaya-upaya tersebut. Laba bersih meningkat 278,25% atau Rp
3,14 triliun, terutama akibat kenaikan 37,63% pada pendapatan bunga bersih
3
atas kerugian akibat kasus Letter of Credit (L/C) fiktif di tahun 2003, BNI
berupaya keras meningkatkan pendapatan di tahun 2004 untuk
mengkompensasi kerugian tersebut, dengan hasil yang menggembirakan.
Pencapaian tersebut lebih nyata bila mengingat kontributor terbesar adalah
pendapatan bunga dari kredit. Ini mencerminkan komitmen BNI dalam
mengurangi ketergantungan pada Obligasi Pemerintah dan meningkatkan
fungsi BNI di bidang intermediasi keuangan.
Seiring dengan perkembangan dunia usaha dan pasar yang sangat
dinamis, maka telah terjadi perubahan Visi dan Misi BNI berikut :
Visi : Menjadi bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan
kinerja. Visi tersebut dapat dijabarkan secara lengkap, yaitu menjadi
bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan
harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan
konsumer.
Misi : Memaksimalkan steakeholder value dengan menyediakan solusi
keuangan yang fokus pada segmen pasar korporasi, komersial dan
konsumer
Dalam rangka untuk mencapai visi dan misi tersebut, BNI telah memiliki
strategi jangka pendek dan jangka panjang yang tertuang di dalam “Peta
Navigasi BNI” . Dalam peta navigasi tersebut telah ditetapkan langkah-langkah
yang akan diambil BNI untuk mencapai target jangka menengah (5 tahun), yaitu
sebagai bank yang unggul dalam layanan, jangka panjang (10 tahun), yaitu
sebagai bank yang unggul dalam kinerja dan 15 tahun mendatang menjadi bank
Selaras dengan perubahan Visi dan Misi BNI tersebut, maka BNI
melakukan perubahan logo yang didasari oleh nilai-nilai yang terkandung di
dalam tubuh BNI, yaitu layanan yang unggul, kedekatan dengan nasabah,
pemikiran yang kreatif dan kinerja yang handal. Identitas baru BNI merupakan
hasil desain ulang untuk menciptakan suatu identitas yang tampak lebih segar,
lebih modern, dinamis, serta menggambarkan posisi dan arah organisasi yang
baru. Identitas tersebut merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari
simbol “46” dan kata “BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk
logo baru BNI.
Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar BNI, ruang lingkup kegiatan BNI
adalah melakukan usaha di bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan
berdasarkan prinsip syariah (BNI, 2005 a). Sampai dengan saat ini, BNI memiliki
12 kantor wilayah yang membawahi 916 kantor cabang dan cabang pembantu
dalam negeri dan juga 31 kantor cabang syariah. Selain itu, jaringan BNI juga
meliputi lima kantor cabang luar negeri yaitu Singapore, Hong Kong, Tokyo,
London dan New York. Pada tahun 2003, BNI telah menutup cabang Cayman
Island dan telah menerima surat persetujuan penutupan cabang dari Cayman
Island Monetary Authority dan memberitahukan kepada Bank Indonesia.
B. Produk dan Layanan Perusahaan
Sebagaimana bank komersial lainnya, BNI memberikan kemudahan
kepada nasabahnya yang berupa layanan Automatic Teller Machine (ATM),
dimana apabila nasabah ingin bertransaksi baik penarikan, pemindahbukuan,
transfer dengan sesama pemegang rekening BNI, pembayaran tagihan-tagihan
(kartu kredit BNI, kartu kredit bank lain, telepon dan lain-lain), bahkan dapat
5
teller. Sebagai alat pengamannya, kepada setiap nasabah diberikan Personal
Identification Number (PIN) yang dapat diubah sesuai dengan keinginan
nasabah.
Sampai dengan saat ini BNI memiliki 2.272 ATM yang tersebar
diseluruh wilayah Indonesia, berada di lokasi pertokoan, perkantoran, hotel, dan
fasilitas-fasilitas umum lainnya yang mudah dijangkau oleh nasabah. Jaringan
ATM BNI juga terhubung langsung dengan jaringan ATM lainnya, baik lokal
maupun Internasional seperti Cirrus, Plus, Link, Visa, Master Card dan ATM
Bersama. Selain fasilitas ATM, BNI juga telah memiliki fasilitas phone banking
dan mobile banking. Sedangkan untuk internet banking masih dalam tahap
pembangunan.
Disamping itu, BNI memiliki produk-produk layanan lainnya yang dapat
memenuhi kebutuhan nasabah, yaitu :
1. Simpanan dalam bentuk Rekening Giro, baik perusahaan maupun
perorangan, dalam mata uang Rupiah dan Valuta Asing.
2. Simpanan dalam bentuk Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, Deposit
on Call (DOC) dalam mata uang Rupiah dan Valuta Asing.
3. Tabungan BNI Taplus + BNI Card.
4. Tabungan BNI Haji.
5. Tabungan Pendidikan Anak Sekolah BNI Tapenas
6. Kartu Kredit BNI (Visa dan Mastercard).
7. BNI Debit Card.
8. BNI Griya (Kredit Kepemilikan Rumah)
9. Kiriman uang, baik dalam maupun luar negeri (incoming dan outgoing
transfer) dan inkaso.
11. Safe Deposit Box (SDB).
12. Jasa Luar Negeri, yang meliputi transaksi Impor dan Ekspor, penukaran
valuta asing, Travellers Cheque dan BNI Remittance.
13. Surat Keterangan Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN), khusus digunakan
untuk bertransaksi di wilayah pabean Indonesia.
14. Automatic Teller Machine (ATM)
15. Cash Deposit Machine (CDM), digunakan untuk melakukan setoran tunai
ke rekening nasabah tanpa harus memalui teller.
16. Memberikan berbagai macam kredit berikut :
a. Kredit Investasi (KI).
b. Kredit Modal Kerja (KMK).
c. Kredit Kelayakan Usaha.
d. Kredit Multi Guna.
e. Kredit Pemilikan Rumah (BNI Griya).
f. Kredit Profesi.
g. Kredit Usaha Kecil.
h. Kredit Koperasi.
i. Cash Collateral Credit.
C. Kondisi lingkungan perusahaan
1. Lingkungan Internal
Sebagai bank yang telah berusia lebih dari setengah abad dan telah
memiliki jaringan hampir disetiap kota kabupaten di Indonesia serta lima
cabang di Luar Negeri dan dengan total aset per 31 Desember 2005 sebesar
Rp.147,81 trilyun, naik 8,22% dibandingkan pada tahun 2004, merupakan
7
ini BNI didukung dengan sistem teknologi informasi baru yang disebut
Integrated and Centralized On Line System (ICONS) dengan 12 Kantor
Wilayah dan 916 cabang. Dengan didukung oleh Sumber Daya Manusia
(SDM) yang handal dan berpengalaman, maka tidaklah sulit bagi BNI untuk
mengembangkan bisnisnya, terutama dalam hal menyalurkan pembiayaan
bagi pengusaha kecil menengah berorientasi ekspor.
Komitmen untuk mewujudkan visi dan misi baru BNI, terutama dalam
hal menyalurkan pembiayan bagi pengusaha kecil dan menengah, dibentuk
Strategic Bussiness Unit (SBU) komersial BNI untuk segmen usaha
menengah dan usaha kecil. Sedangkan untuk segmen usaha mikro dilayani
secara tidak langsung melalui beberapa skema kredit bekerja sama dengan
lembaga-lembaga seperti Perguruan Tinggi dalam hal ini Institut Pertanian
Bogor (IPB), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Koperasi.
Jumlah total kredit yang disalurkan oleh SBU Komersial BNI
mencapai Rp. 25,20 trilyun atau sama dengan 40,54% dari total portofolio
kredit BNI pada akhir tahun 2005. Segmen usaha menengah SBU Komersial
memberikan kontribusi Rp. 12,92 trilyun dari jumlah kredit tersebut pada
akhir tahun 2005 dengan pertumbuhan 9,77% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Sementara itu gabungan segmen usaha kecil dan mikro
menghasilkan Rp. 12,29 trilyun pada periode yang sama. Hal ini menunjukan
adanya diversifikasi portofolio yang baik diantara kredit UKM (BNI, 2005 b).
Berdasarkan data di BNI khususnya segmen usaha kecil (retail),
jumlah kredit modal kerja yang disalurkan kepada UKM sampai dengan
tanggal 31 Desember 2005 drinci berdasarkan produk, mata uang dan
Tabel 1. Saldo pokok kredit modal kerja segmen usaha kecil per 31 Desember 2005
Valuta Produk Kredit Kolektibilitas Pokok
Jumlah debitur
IDR KMK KL Efektif IDR 1 24,196,811,094 23
IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 1 89,452,296,807 943
IDR KMK BNI Efektif IDR 1 7,601,018,919,566 21,557
USD KMK BNI Efektif IDR 1 0 1
SGD KMK BNI Efektif SGD 1 34,090,031,779 13
USD KMK BNI Efektif USD 1 107,301,002,187 40
IDR KMK TSL Efektif IDR 1 10,215,645,866 45
USD KMK TSL Efektif USD 1 5,480,893,440 4
IDR KMK KL Efektif IDR 2 6,278,940,607 18
IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 2 7,553,072,742 78
IDR KMK BNI Efektif IDR 2 551,152,559,979 1,317
USD KMK BNI Efektif USD 2 8,077,955,357 4
IDR KMK TSL Efektif IDR 2 135,343,978 1
IDR KMK KL Efektif IDR 3 139,595,280 4
IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 3 586,424,829 9
IDR KMK BNI Efektif IDR 3 96,935,521,725 364
USD KMK BNI Efektif USD 3 835,550,000 1
IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 4 797,000,000 9
IDR KMK BNI Efektif IDR 4 90,084,800,227 225
IDR KMK TSL Efektif IDR 4 20,000,000 1
IDR KMK KL Efektif IDR 5 576,806,633 33
IDR KMK SUP-005 EFEKTIF IDR 5 911,539,832 11
IDR KMK BNI Efektif IDR 5 407,912,871,716 1,403
USD KMK BNI Efektif USD 5 41,363,735,837 8
IDR KMK TSL Efektif IDR 5 148,742,090 3
Sumber : EIS BNI, 2005 (data diolah kembali)
Keterangan :
9
2. Lingkungan eksternal
Sebagai bank konvensional, BNI dalam menyalurkan kreditnya tidak
sendirian, tetapi juga melakukan hal yang sama dengan beberapa bank lain
[image:34.612.159.534.217.594.2]dalam menyalurkan kreditnya kepada pengusaha kecil menengah (Tabel 1)
Tabel 2. Peringkat bank berdasarkan kredit per Desember 2005
No. Nama Bank Total Kredit (dalam jutaan
Rupiah)
Pangsa total kredit Bank (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Bank Mandiri
Bank Rakyat Indonesia
Bank Negara Indonesia
Bank Central Asia
Bank Danamon Bank Niaga Bank Permata Bank Internasional Indonesia Bank Tabungan Negara
Pan Indonesia Bank
100.780 75.352 62.375 54.125 35.896 29.362 22.218 20.318 15.360 15.143 14,49 10,83 8,97 7,78 5,16 4,22 3,19 2,92 2,21 2,18
Sumber : Bank Indonesia, 2005 (data diolah kembali)
Masing-masing bank tersebut menawarkan berbagai macam
kemudahan dalam proses persetujuan dan memberikan bunga yang cukup
menarik bagi pengusaha, serta jasa dan pelayanan perbankan lainnya.
Mengingat posisi BNI berada pada urutan ketiga setelah Bank Rakyat
meningkatkan pelayanan kepada calon debitur agar mau mengajukan
permohonan kreditnya ke BNI.
Melihat kondisi persaingan yang sangat ketat diantara bank-bank
tersebut, BNI menganggap bank-bank tersebut bukan sebagai pesaing,
namun sebagai mitra kerja, karena masing-masing bank memiliki target
pasar dan jangkauan operasional berbeda, ditentukan oleh kemudahan
bertransaksi, jenis dan fitur produk yang ditawarkan, serta teknologi
informasi yang digunakan oleh bank bersangkutan.
Selain lembaga keuangan tersebut di atas, yang menjadi tantangan
bagi BNI dalam menyalurkan kreditnya adalah :
a. Bank Umum Syariah
b. BPR, baik konvensional maupun syariah
c. Bank Pembangunan Daerah (BPD), baik konvensional maupun syariah
d. Kartu Kredit dan Pinjaman Tanpa Agunan (KTA) dalam bentuk tunai
cepat (instant cash), dengan bunga dan cicilan flat (tetap) setiap
bulannya.
e. Adanya rentenir di daerah-daerah yang menawarkan kemudahan dalam
II. ANALISIS MASALAH
A. Prinsip Analisis
1. Tujuan
Tujuan analisis adalah :
a. Mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap
pola pembiayaan yang paling sesuai.
b. Mengkaji kendala-kendala dalam pemberian kredit modal kerja kepada
UKM berprospek dan berorientasi ekspor.
c. Menentukan strategi alternative bagi BNI dalam meningkatkan pangsa
pasar pinjaman dan menghadapi persaingan di industri perbankan.
2. Implementasi Praktis
Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian Indonesia
diluluhlantakkan dengan terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang
memiliki skala makro yang ditandai dengan melonjaknya kurs tukar Dollar
Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah (IDR).
Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang dinilai banyak pihak akan
berguguran akibat skala usahanya yang terbatas, ternyata memiliki
kekebalan/resistensi tinggi terhadap krisis yang terjadi. Bahkan IKM tetap
bertahan bahkan cenderung untuk tumbuh dan berkembang, yaitu menyerap
lebih dari 35 juta tenaga kerja yang separuhnya bergerak di bidang
pertanian. Sampai dengan saat ini hampir 60% pendapatan domestik bruto
Jika ditinjau dari pengertiannya, IKM adalah merupakan kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau badan, bertujuan untuk
memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial,
dengan nilai penjualan per tahun lebih besar dari Rp. 1 milyar, namun
kurang dari Rp. 50 milyar. Produk barang ataupun jasa yang diperniagakan
tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Dalam Negeri, tetapi untuk
dipasarkan ke pasar luar negeri (Depperindag, 2002a).
IKM berorientasi ekspor merupakan industri yang telah memiliki
tingkat kompetitif yang cukup, sehingga produknya dapat dijual ke Luar
Negeri, baik dilakukan sendiri maupun oleh mediator (Depperindag, 2002b).
IKM merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional
yang dapat mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi
penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan
masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa serta
[image:37.612.160.535.512.691.2]memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 2005a).
Tabel 3. Perkembangan unit usaha industri kecil menengah pada tahun 2000-2004 (unit)
NO URAIAN 2000 2001 2002 2003 2004
1. 2. 3. 4. 5. IKM Pangan IKM Sandang IKM Kimia IKM logam IKM Kerajinan 897.629 213.497 548.278 59.634 1.005.632 950.325 303.767 536.760 57.733 1.037.235 978.834 312.880 552.863 61.853 995.024 1.008.199 322.267 569.449 63.730 1.024.874 1.038.445 331.935 586.533 65.669 1.055.621
Jumlah IKM 2.724.670 2885.820 2.901.454 2.988.519 3.078.202
13
Tabel 3 merupakan perkembangan jumlah unit usaha IKM secara
umum sejak tahun 2000 yang mengalami peningkatan tajam. Hal tersebut
merupakan indikasi positif bahwa IKM melaju lebih cepat. Perkembangan
tersebut juga harus diikuti dengan peningkatan pangsa pasar dan mutu hasil
produksinya, serta memiliki keunggulan baik komparatif maupun kompetitif
yang erat kaitannya dengan spesialisasi industri yang dinamis dan
keberlanjutan pendapatan yang dapat meningkatkan Product Domestic
Bruto (PDB) negara (Hubeis, 2005 b).
IKM harus dapat berkembang, yang pada awalnya berupa unit usaha
kecil berkembang menjadi usaha menengah dan selanjutnya menjadi usaha
besar. Seiring dengan perkembangan jumlah pengusaha IKM, jumlah tenaga
kerja yang terserap juga mengalami peningkatan, yaitu 20% per tahun terdiri
dari industri kecil 15,9% per tahun dan industri menengah 4,1%
(Depperindag, 2002).
Sampai dengan saat ini, pengusaha IKM masih menjadi tulang
punggung perekonomian Indonesia dan memiliki peran yang sangat penting,
sehingga dapat dijadikan sebagai sokoguru perekonomian nasional dari
potensi yang dimilikinya (Wiyono, 2003), yaitu :
a. Populasi usaha kecil dan mikro bersifat massal dan terdistribusi
dimana-mana.
b. Bergerak diberbagai sektor kegiatan ekonomi (pertanian, peternakan,
industri, kerajinan dan jasa), baik di kota maupun di desa.
c. Usaha mikro dan kecil sebagai mata pencaharian pokok, sehingga
sangat tekun dan ulet dalam menjalankan usahanya.
d. Dapat dipercaya dan memiliki lalu lintas likuiditas usaha yang cukup
e. Pola pembiayaan usaha relatif sederhana dapat menjadikan tingkat
keuntungan yang diperoleh cukup tinggi.
Perkembangan pengusaha tersebut tentunya tidak dapat dilakukan
hanya dengan menggunakan modal dari dalam, tetapi membutuhkan
bantuan tambahan modal dari bank berupa kredit. Pengertian kredit
dimaksud adalah merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Ikatan Akuntansi
Indonesia, 2000). Di dalam pengertian kredit tersebut termasuk pula kredit
yang berasal dari garansi bank, L/C (Letter of Credit), atau fasilitas lainnya
yang tidak dapat diselesaikan (wanprestasi) dan dialihkan menjadi kredit,
serta cerukan atau overdraft (Bank Indonesia, 2001).
Dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti
pembelian bahan baku/bahan mentah, bahan penolong/bahan pembantu,
barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain
diperlukan suatu fasilitas kredit modal kerja (Rivai, 2006). Kegunaan dari
kredit modal kerja tersebut adalah untuk membiayai kegiatan pengusaha
IKM berorientasi ekspor agar dapat berkembang, dalam hal ini untuk
membiayai kegiatan produksi atau pengumpulan/penyiapan barang untuk di
ekspor, yaitu melalui pemberian fasilitas kredit modal kerja ekspor.
Persyaratan yang diperlukan agar pengusaha IKM dapat
memperoleh fasilitas kredit ekspor tersebut sebagai berikut (BNI, 2004) :
1. Pemohon memiliki izin usaha dan izin lainnya dan berpengalaman dalam
15
2. Adanya L/C ekspor dari pembeli
3. Perjanjian jual beli atau bukti pesanan dari importir di luar negeri
4. Adanya rencana produksi atau pengumpulan barang untuk diekspor
yang didukung oleh pengalaman ekspor debitur
5. Jangka waktu paling lama satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai
dengan kebutuhan.
Namun terdapat kendala yang dihadapi oleh pengusaha IKM,
diantaranya masalah pengalaman dalam kegiatan ekspor. Pada umumnya
pengusaha IKM memiliki pengalaman ekspor yang sangat minim atau
bahkan belum berpengalaman sama sekali, terutama dalam hal pemenuhan
kelengkapan dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam L/C dan masalah
tingkat bunga pinjaman yang cukup tinggi (14,75%-15,75% per tahun),
sedangkan suku bunga diskonto wesel ekspor dalam mata uang asing
[image:40.612.157.537.474.700.2]berkisar 4,385% per tahun (Tabel 4).
Tabel 4. Tarif suku bunga pinjaman BNI per tahun 2005
NO. SEGMEN PASAR TARIF SUKU BUNGA
1. Usaha besar/Korporasi (wholesale) 14,50% p.a s/d 16,75% p.a
2. Usaha menengah (middle) 14,75% p.a s/d 16,75% p.a
3. Usaha kecil (retail), dibagi
berdasarkan jenis kreditnya sebagai
berikut :
a. Kredit Kelayakan Usaha (KKU)
b. Kredit Usaha Kecil (KUK)
c. Non KUK
15,75% p.a
15,75% p.a
15,50% p.a
Sumber : BNI, 2005.
Selain pengalaman ekspor dan bunga pinjaman, bagi BNI masalah
jaminan juga harus dipenuhi oleh pengusaha IKM untuk memenuhi aspek
prudent banking, mengingat risiko kredit yang akan timbul apabila pinjaman
yang diberikan tersebut macet di kemudian hari dan tunduk kepada
peraturan Bank Indonesia (BNI, 2005). Untuk mengatasi kendala-kendala
yang dihadapi oleh pengusaha IKM tersebut, diperlukan peran aktif dari
lembaga perbankan (BNI) dengan memberikan bantuan kemudahan berupa
pembinaan kepada pengusaha IKM berprospek dan berorientasi ekspor,
memberikan bantuan permodalan dengan tingkat bunga rendah dan
persyaratan pinjaman, terutama jaminan diperlunak.
Proses pemberian kredit kepada calon debitur di BNI, dimulai dari
tahapan pengumpulan data, verifikasi, analisa kredit, persetujuan kredit,
pengikatan jaminan dan pemantauan kredit. Dalam proses analisa kredit,
dilakukan analisa terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek
usaha nasabah, dikenal dengan istilah 5C’s + C, yaitu Character, Capacity,
Capital, Condition of Economic,Collateral dan Constraint. Selain itu juga
dilakukan analisa terhadap manajemen perusahaan dan analisa laporan
keuangan berdasarkan Laporan Neraca dan Laporan Laba/Rugi. Dari
analisa tersebut dapat disimpulkan apakah suatu permohonan kredit layak
diberikan atau ditolak (BNI, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan
permasalahan-pemasalahan pada kajian ini, yaitu :
1. Jenis pembiayaan apa yang paling sesuai dengan UKM ?
2. Kendala apa saja yang ditemukan dalam pemberian kredit modal kerja
17
3. Strategi alternatif apa saja yang diperlukan BNI dalam meningkatkan
pangsa pasar pinjaman dan menghadapi persaingan di industri
perbankan ?
B. Metode Analisis
1. Metode
Untuk keperluan analisis dalam membahas permasalahan
pembiayaan IKM, akan dilakukan pencarian dan pengumpulan data yang
relevan dengan tujuan penulisan dan studi kepustakaan yang menyangkut
teori-teori tentang pengembangan produk-produk perbankan, terutama
mengenai produk-produk yang berkaitan dengan para pengusaha IKM. Data
yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data utama yang digunakan dalam kajian ini
berupa hasil kuesioner (Lampiran 1) yang disebarkan kepada para debitur
BNI di beberapa cabang BNI, yaitu di Jakarta, Bandung dan sekitarnya.
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi
yang relevan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi dengan
realibilitas dan validitas setinggi mungkin (Singarimbun dan Effendi, 1987).
Mengingat banyaknya debitur BNI yang tersebar diseluruh wilayah
Indonesia, maka dalam pengumpulan data primer ini yang dijadikan
responden adalah sebanyak 100 responden di 6 cabang BNI. Selain data
hasil kuesioner, data primer diperoleh dengan metode wawancara dengan
pegawai Divisi Usaha Kecil (USK), Cabang dan nasabah.
Data sekunder merupakan data tambahan dan digunakan untuk
menunjang analisis, yaitu data portofolio pembiayaan BNI berdasarkan jenis
perbankan dan pangsa pasarnya dalam perbankan nasional. Data lain
secara kualitatif dapat diperoleh dari majalah/surat kabar, literatur-literatur
yang berkaitan dengan pola penyaluran kredit serta ulasan-ulasan para
pakar ekonomi yang dipublikasikan dalam buletin, jurnal-jurnal ilmiah atau
melalui sarana internet.
Data yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan metode
analisis sebagai berikut :
a. Tabulasi Silang
Metode analisis lainnya yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode tabulasi silang yang merupakan analisis
hubungan antara karakteristik dan perilaku dengan jumlah penyaluran
kredit modal kerja, penentuan penyaluran pembiayaan dan
hambatan-hambatannya dengan peubah-peubah yang dianalisa.
b. Khi Kuadrat (
χ
²
)Khi Kuadrat (
χ
²
), merupakan teknik statistik yang digunakan untukmenguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau
lebih klas, data berbentuk nominal dan contohnya besar. Yang
dimaksud hipotesis deskriptif disini bisa merupakan estimasi/dugaan
terhadap ada tidaknya perbedaan frekuensi antara kategori satu dan
kategori lain dalam sebuah contoh tentang sesuatu hal. Tes Khi Kuadrat
dapat digunakan untuk menguji perbedaan nyata antara banyak data
yang diamati dan obyek atau jawaban yang masuk dalam
masing-masing kategori dengan banyak yang diharapkan berdasarkan hipotesis
19
Rumus dasar Khi Kuadrat adalah :
k
χ
²
=
Σ
Σ
(fo - fh)
²
fh
i = 1
Keteragan : χ² = Khi Kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan
c. Deskriptif Kualitatif
Metode yang akan digunakan untuk menganalisa kajian yang akan
dilakukan adalah dengan menggunakan gabungan dari sumber data
primer dan data sekunder, sehingga data yang diperoleh lengkap dan
aktual. Dalam hal ini digunakan analisa deskriptif kualitatif. Statistik
deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2002). Metode
analisis deskriptif kualitatif ini dimaksudkan untuk memaparkan atau
deskripsi statistik peubah-peubah ukuran analisis yang meliputi
karakteristik, perilaku dan sistem pembiayaan. Dalam hal ini digunakan
analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT)
(Muljono, 2001) yang meliputi :
i. Kekuatan (Strenghts) dalam menerobos pasar. Hal ini dapat diukur
dari jumlah cabang sebagai sales force yang dimiliki, jumlah dana
yang siap dipasarkan, nasabah-nasabah debitur maupun nasabah
giro yang telah dikuasai, dan sebagainya.
ii. Kelemahan (Weaknesses) yang dilihat dari kekurangan administrasi
iii. Peluang usaha (Opportunities) yang dimanfaatkan dalam rangka
menerobos pasar dana (kredit).
iv. Ancaman (Threats) yang ada, seperti besarnya market share dari
pesaing.
Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai
faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan
kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2006). Analisis SWOT
mempertimbangkan faktor lingkungan internal strenghts dan
weaknesses, serta lingkungan eksternal oportunities dan threats yang
dihadapi dunia bisnis. Analisis ini didahului dengan identifikasi posisi
perusahaan/institusi melalui nilai faktor internal dan evaluasi nilai faktor
eksternal (Marimin, 2005).
Analisis SWOT (Hubeis, 2005b) adalah analisis faktor eksternal
dan internal perusahaan yang menghasilkan faktor pendorong,
penghambat dan potensi (Tabel 5). Masing-masing komponen
penyusun SWOT diartikan : Kekuatan (Strengths) adalah sumber daya
atau kapasitas organisasi yang dapat digunakan secara efektif dalam
mencapai tujuannya; Kelemahan (Weaknesses) adalah keterbatasan,
toleransi ataupun cacat dari organisasi yang dapat menghambat
pencapaian tujuannya; Peluang (Opportunities) adalah situasi
mendukung dalam suatu organisasi yang digambarkan dari
kecenderungan atau perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan
21
mendukung dalam lingkungan organisasi yang berpotensi untuk
[image:46.612.181.537.163.350.2]merusak strategi yang telah disusun, sehingga menimbulkan masalah.
Tabel 5. Matriks SWOT
IFAS EFAS Strength (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
Strategi S – O
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi W – O
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Strategi S – T
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi W – T
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2006.
Keterangan :
IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary EFAS : External Strategic Factors Analysis Summary
Matriks SWOT dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif
strategi (Rangkuti, 2006), yaitu :
i. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
ii. Strategi ST
Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang
dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
iii. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
iv. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari
ancaman.
Evaluasi faktor strategi eksternal menggunakan matriks faktor
strategi eksternal (Tabel 5) dan dilakukan dengan langkah-langkah
berikut (Rangkuti, 2006) :
i. Menyusun EFAS.
ii. Melakukan pembobotan terhadap EFAS dengan skala mulai 1,00
(paling penting) sampai 0,00 (tidak penting) berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategik perusahaan.
iii. Melakukan rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 sebagai prioritas tertinggi sampai dengan 1
sebagai prioritas terendah berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi perusahaan bersangkutan.
iv. Melakukan penilaian dengan mengalikan bobot dengan rating.
Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
v. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total skor
pembobotan ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi
23
Tabel 6. Faktor strategik eksternal (Opportunities dan Threats)
Faktor Strategis Eksternal Bobot (a)
Rating (b)
Skor c = (a x b)
Opportunities 1. 2. 3.
Threats 1. 2. 3.
Jumlah 1,00
Sumber : Rangkuti, 2006.
Evaluasi faktor strategik internal menggunakan matriks faktor
strategik internal (Tabel 6) dan dilakukan dengan langkah-langkah
(Rangkuti, 2006) :
i. Menyusun IFAS.
ii. Melakukan pembobotan terhadap IFAS dengan skala mulai 1,00
(paling penting) sampai 0,00 (tidak penting) berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategik perusahaan.
iii. Melakukan rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 sebagai prioritas tertinggi sampai dengan 1
sebagai prioritas terendah berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi perusahaan bersangkutan.
iv. Melakukan penilaian dengan mengalikan bobot dengan rating.
Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
v. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total skor
pembobotan ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi
Tabel 7. Faktor strategik internal (Strengths dan Weaknesses)
Faktor Strategis Internal Bobot (a)
Rating (b)
Skor c = (a x b)
Strengths 1. 2. 3.
Weaknesses 1. 2. 3.
Jumlah 1,00
Sumber : Rangkuti, 2006.
Total skor faktor strategis eksternal dan internal menghasilkan
Matriks Internal-Eksternal (IE) yang mengindikasikan sembilan sel
strategi (Tabel 7), tetapi secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga
strategi utama (Rangkuti, 2006), yaitu :
i. Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy) yang merupakan
pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2, dan 5) atau upaya
diversifikasi (sel 7 dan 8).
ii. Strategi Stabilitas (Stability Strategy) adalah strategi yang diterapkan
tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan (sel 4 dan 5).
iii. Strategi Penciutan (Retrenchment Strategy) adalah usaha
memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan
25
Tabel 8. Matriks IE
Sumber : Rangkuti, 2006.
Selain analisa SWOT, juga digunakan strategi bauran pemasaran
(marketing mix). Strategi ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari
kegiatan yang terkendali sebatas kemampuan perusahaan untuk
mencapai objectives pemasaran yang sudah ditetapkan (Sameto, 2004).
Adapun pokok kebijakan dalam strategi ini dikenal dengan istilah 4P
(Kotler and Amstrong, 1991), yaitu :
i. Produk (Product). Produk perkreditan di BNI harus sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pengusaha IKM.
ii. Harga (Price). Dalam hal ini tingkat suku bunga kredit yang berlaku
secara umum di BNI.
iii. Tempat (Place) meliputi lokasi penyaluran kredit, kemudahan untuk
dijangkau oleh nasabah.
iv. Promosi (Promotion) bertujuan agar para calon nasabah mengenal
dan memahami produk dan layanan yang dihasilkan BNI. 1 Growth 2 Growth 3 Retrenchment 4 Stability 5 Growth Stability 6 Retrenchment 7 Growth 8 Growth 9 Retrenchment
4,0 3,0 1,0
Total skor fa
ktor strategik eksterna
l
Total skor faktor strategik internal
3,0
2,0
2,0
Kuat Rata-rata Lemah
Tinggi
Menengah
Rendah
2. Kelebihan/kekurangan metode
a. Kelebihan metode
Kelebihan metode pengumpulan data adalah :
1) Mudah dan cepat, karena data yang berkaitan dengan masalah
penyaluran kredit kepada IKM tersedia di Kantor Besar Divisi Usaha
Kecil (USK), demikian pula para pakar pembiayaan BNI.
2) Hemat biaya, karena dengan menyebar kuesioner melalui Kantor
Besar Divisi USK, maka tidak perlu mendatangi ke Cabang di
daerah-daerah yang debiturnya dijadikan sebagai responden, serta
hasil kuesioner secara lengkap dapat diterima kembali dan telah
terisi.
3) Dengan analisis deskriptif kualitatif tidak ada uji nyata, tidak ada taraf
kesalahan, karena tidak dimaksudkan untuk generalisasi.
b. Kekurangan metode
Kekurangan metode pengumpulan data adalah :
1) Banyaknya referensi mengenai pola penyaluran pembiayaan yang
dilakukan oleh BNI kepada sektor UKM.
2) Khusus untuk kuesioner, mengingat penyebaran kuesioner kepada
debitur dilakukan melalui cabang-cabang BNI, maka dapat
dipertanyakan mengenai tingkat distorsinya.
3) Lambatnya pengembalian isian hasil kuesioner dari debitur, sehingga
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum
1. Nama BNI
Bank Negara Indonesia (BNI) berdiri sejak 5 Juli 1946, dan
merupakan bank pertama yang didirikan oleh Pemerintah Republik
Indonesia. Dalam perjalanan sejarah sejak berdirinya, nama resmi BNI
dari masa ke masa mengalami perubahan. Seperti halnya perbankan
lainnya, BNI juga mengalami masa pasang surut yang disebabkan
karena adanya perubahan iklim ekonomi makro.
Langkah-langkah awal BNI menuju transformasi dimulai pada
paruh kedua tahun 2004. BNI memperkenalkan identitas perusahaan
baru yang menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik,
sekaligus mencerminkan upaya pemulihan kepercayaan diri setelah
melalui tahun-tahun yang memprihatinkan. Identitas baru BNI tercermin
pada logo baru yang memiliki makna sebagai berikut :
a. Identitas Baru BNI – Dasar Pembuatan Desain
Identitas baru BNI merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan
suatu identitas yang tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta
menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas
tersebut merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari simbol
“46” dan kata “BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu
b. Huruf BNI
Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk mencerminkan
kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern.
Huruf tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan struktur
yang orisinal dan unik.
c. Simbol “46”
Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal kelahiran BNI, sekaligus
mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia.
Dalam logo ini, angka “46” diletakkan secara diagonal menembus
kotak berwarna jingga untuk menggambarkan BNI baru yang
modern.
d. Palet Warna
Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap
mempertahankan warna korporat yang lama, yakni turquoise dan
jingga. Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih
gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna
jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih
percaya diri dan segar.
Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan
dinamis. Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat
identitas tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di
pasar perbankan melalui identitas yang unik, segar dan modern (BNI,
2005).
Seiring dengan era transformasi yang dilaksanakan tersebut,
istilah kantor Cabang mengalami penyesuaian nama menjadi outlet.
29
outlet yang tersebar diseluruh pelosok nusantara dan Luar Negeri
(Singapore, Hong Kong, Tokyo, London dan New York). Adapun
perinciannya disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Outlet BNI per Desember 2005
Outlet Cabang KLN KCP KM KK Total
Konvensional Syariah Luar Negeri 216 19 5 173 --405 15 --25 --97 -- -- 916 34 5
Total 240 173 420 25 97 955
Sumber : BNI, 2005
Keterangan :
KLN = Kantor Layanan
KCP = Kantor Cabang Pembantu KM = Kas Mobil
KK = Kantor Kas
2. Usaha Kecil Menengah
Meskipun kondisi makro ekonomi Indonesia kurang kondusif pada
semester kedua tahun 2005, segmen pasar UKM tetap merupakan salah