• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Rotan

Rotan merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang terdapat di Indonesia. Kata rotan dalam bahasa Melayu diturunkan dari kata raut yang berarti meraut, mengupas, melicinkan dengan bantuan benda tajam seperi pisau atau parang (Rachman & Jasni 2008). Rotan merupakan salah satu sumber hayati Indonesia, penghasil devisa negara yang cukup besar. Sebagai negara penghasil rotan terbesar, Indonesia telah memberikan sumbangan sebesar 80% kebutuhan rotan dunia. Dari jumlah tersebut 90% rotan dihasilkan dari hutan alam yang terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan sekitar 10% dihasilkan dari budidaya rotan (Kalima, 1996).

Pusat penyebaran tumbuhan rotan adalah Asia, terutama Asia Tenggara. Di daerah ini ditemui 10 genera yang meliputi 85% dari seluruh jenis rotan yang tumbuh di dunia. Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara paling kaya akan jenis sumber daya rotan. Secara nasional tercatat 312 spesies rotan yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya, Sulawesi dan Jawa (Rachman & Jasni 2008; Kalima 1996).

Rotan merupakan palem berduri yang memanjat dan hasil hutan bukan kayu yang terpenting di Indonesia (MacKinnon 1998). Rotan dapat berbatang tunggal (soliter) atau berumpun. Rotan yang tumbuh soliter hanya dipanen sekali dan tidak beregenerasi dari tunggul yang terpotong, sedangkan rotan yang tumbuh berumpun dapat dipanen terus-menerus. Rumpun terbentuk oleh berkembangnya tunas-tunas yang dihasilkan dari kuncup ketiak pada bagian bawah batang. Kuncup-kuncup tersebut berkembang sebagai rimpang pendek yang kemudian tumbuh menjadi batang di atas permukaan tanah (Dransfield & Manokaran 1996).

Batang rotan berbentuk silindris dan mempunyai diameter batang berkisar antara 6 – 50 mm, tergantung kepada jenisnya. Bentuk batang rotan terdiri dari ruas-ruas yang panjangnya berkisar antara 10 sampai 50 cm. Ruas satu dengan yang lain dibatasi dengan buku, namun buku ini hanya terdapat di bagian luar batang, tidak membentuk sekat seperti bambu (Rachman & Jasni 2008). Walaupun mirip dengan bambu, rotan dapat dibedakan dari bambu dimana rotan mempunyai batang yang padat, sedangkan pada batang bambu terdapat rongga ditengahnya. Rotan memiliki batang yang fleksibel dan panjang, dan harus ditopang, sedangkan bambu memiliki batang yang kaku dan panjang.

Secara garis besar komponen kimia penyusun rotan adalah selulosa, lignin dan zat ekstraktif (Jasni et al. 2000; Rachman & Jasni 2008). Jumlah selulosa dalam rotan  38 - 58 persen. Selulosa pada rotan berbentuk rantai panjang dan tersusun pada dinding sel rotan. Orientasi rantai selulosa ini pada satu bagian tersusun rapat (daerah kristalit) dan pada bagian lain tersusun tidak teratur (daerah amorf). Daerah amorf ini yang mudah dimasuki atau mengeluarkan air sehingga rotan bisa mengembang atau mengerut (Rachman & Jasni 2008).

Lignin merupakan komponen terbesar kedua pada rotan. Komponen lignin pada rotan berkisar 18 – 27 persen (Rachman & Jasni 2008). Lignin berfungsi

memberikan kekuatan pada batang, makin tinggi kadar lignin dalam rotan makin kuat rotan karena ikatan antar serat juga makin kuat (Jasni et al. 2000). Menurut Rachman dan Jasni (2008) zat ekstraktif pada rotan lebih kurang 13 persen. Zat ekstraktif pada rotan antara lain gula-gula yang dapat menjadi bahan makanan jamur dan serangga, lilin dan getah, zat warna dan silika.

Menurut Rachman dan Jasni (2008) sifat fisis dan mekanis adalah indikator penting untuk menentukan perilaku penampakan, kekuatan dan mutu rotan. Sifat fisis mekanis rotan ditentukan oleh susunan dan orientasi sel penyusun dan komposisi kimia rotan. Sifat fisis mekanis rotan mencakup kadar air, berat jenis dan kekuatan lentur statik. Kekuatan lentur statik adalah ukuran kemampuan rotan menahan beban lentur yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk.

Secara taksonomi, rotan mempunyai banyak jenis. Penyebutan nama rotan menunjuk kepada beberapa tanaman yang berasal dari berbagai genus dan spesies yang secara umum disebut rotan karena mempunyai persamaan ciri-ciri umum dan tempat hidup. Rotan yang dibudidayakan dan memiliki prospek pengembangan adalah palasan (Calamus merrillii Beccari), rotan batang (C. zollingeri), rotan batu (C. subinermis), rotan buku hitam (C. palustris Griffth), rotan gunung (C. exilis Griffth), rotan irit (C. trachycoleus), rotan kesup (C. ornatus), rotan lilin (C. javensis), rotan manau (C. manan), rotan manau tikus (C. tumidus), rotan semambu (C. scipionum), rotan taman (C. optimus), rotan tumalim (C. mindorensis), rotan tut (C. pogonacanthus), dan rotan udang (Korthalsia echinometra) (Januminro 2000).

Di Indonesia terdapat delapan marga rotan yang terdiri atas kurang lebih 306 jenis, hanya 51 jenis yang sudah dimanfaatkan. Hal ini berarti pemanfaatan jenis rotan masih rendah dan terbatas pada jenis-jenis yang sudah diketahui manfaatnya dan laku di pasaran. Ada beberapa jenis rotan batang asalan yang sering digunakan untuk menjadi rotan batang poles, yaitu

a. Manao : Rotan tersebut merupakan rotan yang paling baik untuk dijadikan batang poles karena kelenturannya dan kekuatannya. Ciri- cirinya: ruas/ buku sama datar, warnanya kuning gading/ cerah, tidak berumpun dan panjangnya mencapai 100 meter. Biasanya dipakai untuk membuat kursi, sofa dan meja.

b. Mandola : Rotan ini paling sering digunakan oleh para pengrajin rotan, karena harganya yang ekonomis dari rotan manau. Biasanya digunakan untuk membuat kursi dan rak

c. Tohiti : Rotan ini memiliki kualitas yang kurang baik dibandingkan rotan manao dan mandola, biasanya digunakan pengrajin sebagai palang silang kaki kursi.

d. Blunuk : Rotan tersebut basanyanya dipakai oleh pengrajin yang menjual produknya dengan harga dan kualitas yang rendah, sebab rotan ini memiliki kualitas yang rendah.

e. Suti : Rotan tersebut memiliki ciri-ciri: ukurannya lebih pendek dan diameter rotan tidak rata atau tidak proporsional.

f. Semambu: rotan tersebut memiliki ciri-ciri: ruasnya lebih panjang dan berbuku rata, warna hijau kekuning-kuningan, seratnya/ pori besar sehingga mudah patah. Biasanya digunakan untuk membuat kursi dan meja.

g. Manu : rotan tersebut terbilang jenis baru yang diproses menjadi batang poles, tetapi memiliki kualitas yang sama dengan rotan mandola.

Rotan mempunyai sifat yang unik, yaitu walaupun mempunyai diameter sebesar ibu jari, namun panjangnya dapat mencapai 100 meter. Bahan rotan bersifat keras, namun cukup elastis untuk dapat dilengkungkan. Batang polos rotan dimanfaatkan secara komersial untuk furnitur dan anyaman rotan karena kekuatan, kelenturan dan keseragamannya. Diperkirakan 20% spesies rotan digunakan secara komersial baik dalam bentuk utuh maupun dalam belahan. Kulit rotan dapat dimanfaatkan untuk tikar dan keranjang. Di daerah pedesaan banyak spesies rotan telah digunakan untuk berbagai tujuan seperti tali-temali, konstruksi, keranjang, atap dan tikar (Dransfield & Manokaran 1996).

Setiap bagian dari rotan dapat dimanfaatkan. Batang rotan yang sudah tua banyak dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan dan perabot rumah tangga. Batang yang muda digunakan untuk sayuran, akar dan buahnya untuk bahan obat tradisional. Getah rotan dapat digunakan untuk bahan baku pewarnaan pada industri keramik dan farmasi. Pohon industri rotan disajikan pada Gambar 5.

Batang rotan dapat dibuat bermacam-macam bentuk perabot rumah tangga atau hiasan-hiasan lainnya. Misalnya furnitur, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang, tempat tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya. Selain itu, batang rotan juga dapat digunakan untuk pembuatan barang-barang anyaman untuk dekorasi, tas tangan, kipas, bola takraw, karpet, dan sebagainya (Januminro 2000).

Rotan merupakan salah satu bahan baku furnitur yang paling diminati oleh masyarakat nasional maupun internasional. Salah satu keunggulan rotan sebagai bahan baku furnitur adalah bentuknya silindris dan lurus sehingga dapat digunakan sebagai kerangka furnitur berbagai macam bentuk (Krisdianto et al.

2007). Selain itu keunikan rotan terletak pada kemampuannya yang khas dalam menampilkan rasa artistik yang alami, dan secara fisik perabot rotan jika dibandingkan dengan dengan barang lain dengan fungsi yang sama lebih ringan sehingga mudah dipindahkan letak maupun posisinya (Rachman & Jasni 2008).

Keunikan rotan dibandingkan dengan material furnitur lainnya yaitu dengan bantuan pemanasan, rotan mudah dilengkungkan, sehingga komponen furnitur dapat dibuat dalam bentuk lengkung agar memiliki nilai artistik yang tinggi (Rachman dan Karnasudirdja, 1978, Hartono, 1998). Komponen dalam bentuk lengkung selain menambah nilai artisik, juga menambah ciri khas produk furnitur rotan.

Dokumen terkait