• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Kegiatan Aktualisasi

BAB I PENDAHULUAN

D. Ruang Lingkup Kegiatan Aktualisasi

Dengan memberi batasan dalam pembahasan dan pelaksanaan aktualisasi nilai – nilai dasar Aparatur Sipil Negara diharapkan mampu melaksanakan tahapan kegiatan terfokus tanpa keluar dari substansi rancangan Aktualisasi yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu ruang lingkup rancangan aktualisasi ini adalah

hal-hal yang menyangkut pelaksanaan tugas penulis sebagai sanitarian dengan melibatkan para pimpinan , petugas laundry,dan sesama tenaga sanitarian yang berada di bawah naungan RSUD Buton Utara.

BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI, KONSEP NILAI-NILAI DASAR DAN KEDUDUKAN PERAN ASN DAN PENETAPAN ISU

A. Gambaran Umum Organisasi 1. Dasar Hukum

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buton Utara telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum dengan Klasifikasi Tipe D berdasarkan Surat Izin Operasional RS Nomor 1 Tahun 2017.RSUD Kabupaten Buton Utara juga telah mendapatkan Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan Lulus Tingkat Perdana oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit, dengan Nomor : KARS- SERT/392/V/2019.

2. Profil Organisasi

RSUD Kabupaten Buton Utara didirikan pada Tahun 2009 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008, pada awalnya RSUD Kabupaten Buton Utara berlokasi di Kelurahan Bangkudu dan kemudian pada tahun 2011 berpindah lokasi di Desa Eelahaji.Pada tahun 2012, RSUD Kab.Buton Utara berpindah tempat ke Puskesmas Kulisusu dan membuka pelayanan medis pertama kali. Di tahun yang sama yaitu tahun 2012, RSUD Kab. Buton Utara berganti kepemimpinan sekaligus berpindah lokasi di Jalan Poros Ereke – Waode Buri yang digunakan hingga saat ini.

Selanjutnya pada tahun 2013, mulai dibangun gedung pelayanan rumah sakit antara lain gedung Unit Gawat Darurat (UGD), gedung kebidanan dan gedung rawat inap.Seiring berjalannya waktu hingga akhir tahun 2019, RSUD Kab. Buton Utara telah menyelesaikan pembangunan gedung baru diantaranya gedung Poliklinik, Gedung ICU dan Radiologi, Gedung Operasi (OK), Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) dan Gedung Apotik. Kapasitas tempat tidur sampai saat ini adalah sebanyak 50 tempat tidur.Pembangunan gedung dan kapasitas tempat tidur ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Buton Utara.

3. Visi ,Misi dan Nilai Organisasi

Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut ke mana instansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Visi merupakan suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin di wujudkan instansi pemerintah.Visi RSUD Buton Utara adalah

“Terwujudnya RSUD Kabupaten Buton Utara sebagai Rumah Sakit yang terkemuka yang mengutamakan kualitas pelayanan yang prima dan terjangkau oleh masyarakat”.

Misi Organisasi:

1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan memberikan layanan yang paripurna, efektif, efisien dan manusiawi dalam suasana yang ramah bagi pasien dan keluarganya.

2) Meningkatkan kompetensi dan kualitas SDM rumah sakit yang tangguh dan profesional melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan serta mendukung upaya penelitian dan pengembangan rumah sakit.

3) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana sesuai standar rumah sakit.

4) Meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh karyawan rumah sakit.

5) Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien dengan menciptakan iklim kerja yang kondusif bagi setiap orang berdasarkan kemanusiaan, kesejawatan, disiplin dan tanggung jawab.

6) Mewujudkan rumah sakit yang terakreditasi dalam standar nasional.

4. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Berdasarkan Peraturan Bupati Buton Utara No. 5 tahun 2008 tentang Kedudukan Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton Utara, maka RSUD Kabupaten Buton Utara mempunyai fungsi :

a) Perumusan kebijakan teknis Rumah Sakit Umum Daerah;

b) Pembinaan terhadap kelompok jabatan fungsional;

c) Pengelolaan urusan ketatausahaan Rumah Sakit Umum Daerah;

d) Pembinaan pelaksanaan dan peningkatan Mutu Perawatan dan Pelayanan Kesehatan;

e) Peningkatan mutu Pelayanan Medik;

f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

5. Tugas Pokok dan Fungsi Tenaga Sanitarian

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 07 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Tugas dan Fungsi tenaga sanitarian antara lain

a) Melakukan penyehatan Air

b) Melakukukan program penyehatan udara c) Melaksanakan program penyehatan tanah

d) Melakukan program penyehatan pangan siap saji e) Melakukan penyehatan sarana dan bangunan f) Melakukan program pengamanan limbah

g) Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit h) Pengawasan linen (laundry)

i) Pengawasan proses dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi j) Pengawasan kegiatan konstruksi atau renovasi bangunan Rumah Sakit

6. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi yang berlaku saat ini sesuai dengan Peraturan Bupati Kabupaten Buton Utara Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Tugas Pokok dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Tipe D Non Pendidikan Kabupaten Buton Utara dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2007 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741), sebagaimana tercantum dalam gambar dibawah ini:

9

Gambar 2.1Struktur Organisasi RSUD Buton Utara

Gambar 2.1 diatas menunjukkan struktur organisasi RSUD Kabupaten Buton Utara Pimpinan tertinggi adalah Direktur Rumah sakit yang merupakan Eselon III.a dan membawahi 1 (satu) orang Kepala Tata Usaha Eselon IV.a dan 3 (tiga) orang Kepala Seksimasing-masing Eselon IV.a. Kepala tata Usaha membawahi bagian Perencanaan, Kepegawaian, dan Keuangan.Sementara itu Kepala Seksi masing–masing mempunyai tanggung jawab di bagian pelayanan keperawatan dan rekam medik. Selain itu terdapat kelompok jabatan fungsional sesuai dengan profesi masing-masing yang bekerja di berbagai tingkat pelayanan rumah sakit.

7. Data-Data Pendukung Isu yang Diangkat 1. Sumber Daya Manusia dan Kesehatan

Sumber daya manusia kesehatan RSUD Kabupaten Buton Utara dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan RSUD Buton Utara

No. Kualifikasi Pendidikan PNS Kontrak Jumlah yang Tersedia EKA FITRIYAWATI L., S.Kep.,Ns.,M.Kep KELOMPOK

7 Dokter Gigi - 1 1

2. Sarana Fisik Bangunan dan Peralatan

Sarana RSUD Kabupaten Buton Utara mulai dibangun sejak tahun 2012 melalui Dana DAU dan DAK serta dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dan negara.Pada tahun 2012 sampai dengan saat ini pembangunannya bersumber dari Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan APBD Kabupaten Buton Utara.

Sampai pada tahun 2019 Sarana yang tersedia sebagaimana dipersyaratkan dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit terdiri dari :

1) 1 Unit Bangunan administrasi dan kantor, gizi dan laundry

2) 1 Unit Bangunan poliklinik, rekam medik, apotik dan laboratorium 3) 1 Unit Bangunan UGD

4) 2 Unit Bangunan Rawat inap yang terdiri dari bangunan rawat inap umum, obgyn, perinatal, dan anak

5) 1 Unit Bangunan radiologi 6) 1 Unit Bangunan ICU

7) 1 Unit Bangunan OK (Operatio Kamer) 8) 1 Unit Bangunan Apotek

Adapun peralatan penunjang medis di RSUD Kab. Buton Utara belum memadai akan tetapi tiap tahunnya terus diadakan pengadaan peralatan peralatan penunjang medis sehingga peralatan penunjang medis di RSUD Kab.Buton Utara dapat memadai. RSUD Kab. Buton Utara memiliki 2-unit Mobil Ambulance yang siap digunakan untuk menunjang dan meningkatkan akses pelayanan kesehatan dalam hal pelayanan rujukan kesehatan.

B. Nilai-Nilai Dasar ASN

Ada lima (5) nilai dasar profesi PNS, yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan antikorupsi. Nilai dasar ASN merupakan modal awal seorang ASN dalam menjalankan tugasnya. Sebelum mengimplementasikan nilai dasar PNS, ada satu tahap yang dilalui yaitu tahap internalisasi yitu proses pemahaman atas nilai yang terkandung dari masing-masing poin ANEKA yaitu:

1. Akuntabilitas

Merupakan kesadarannya bertanggung jawab dan kemauan untuk bertanggungjawab. PNS memiliki tugas pokok fungsi yang wajib untuk dijalankan.

Setiap PNS harus bertanggung jawab atas apa yang telah dilaksanakan. Ada 9 aspek akuntabilitas antara lain:

1) Kepimpinan 2) Transparansi;

3) Integritas;

4) Tanggungjawab;

5) Keadilan;

6) Kepercayaan;

7) Keseimbangan;

8) Kejelasan; dan 9) Konsistensi.

2. Nasionalisme

Nasionalisme yaitu sikap menjunjung tinggi nilai – nilai pancasila. Setiap sila dalam Pancasila mengandung nilai – nilai kemuliaan. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketiga, Persatuan Indonesia. Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan. Kelima, Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sila ini merupakan pondasi dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Indikator - indikator yang terdapat dalam nilai nasionalisme yang harus dimiliki Aparatur Sipil Negara antara lain sebagai berikut:

1) Berwawasan kebangsaan yang kuat ; 2) Memahami pluralitas;

3) Berorientasi kepublikan yang kuat; dan

4) Mementingkan kepentingan nasional di atas segalanya.

3. Etika Publik

Etika publik yaitu pemberian pelayanan kepada masyarakat. Seorang PNS harus mampu member pelayanan yang ramah selama menjalankan tugasnya. Dalam kondisi apapun, PNS tidak boleh terlihat sombong, angkuh, galak, apalagi tidak sopan. Aspek etika publik antara lain:

a. Jujur;

b. Integritas;

c. Disiplin;

d. Sopan;

e. Transparan;

f. Kerjasama;

g. Empati;

h. Respek; dan i. Keluwesan.

4. Komitmen Mutu

Komitemen mutu yaitu sikap menjaga efektivitas dan efisiensi mutu. Ada empat komponen utama komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Efektif

Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target.

Sedangkan efektivitas menunjukan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik yang menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.

Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari kuantitas dan mutu hasil kerja, melainkan kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.

b. Efisien

Efisien adalah berdayaguna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilakukan sehingga dapat diketahui ada tidaknya penggunaan sumberdaya yang berlebihan, penyalahgunaan alokasi, penyimpanagan prosedur dan mekanisme yang tidak sesuai dengan alur.

c. Inovasi

Inovasi Pelayanan Publik merupakan hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.

d. Mutu

Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapan.

5. Anti Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruption yang artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi dikatakan sebagai kejahatan yang luar biasa karena dampaknya yang luar biasa yaitu mampu merusak tatanan kehidupan dalam ranah pribadi, keluarga, masyarakat maupun ranah kehidupan yang lebih luas lagi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama dengan pakar telah melakukan identifikasi nilai – nilai dasar anti korupsi. Ada 9 nilai – nilai anti korupsi yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Jujur

1) Tidak melakukan perbuatan curang pada saat melakukan pengadaan 2) Tidak melakukan perbuatan curang pada saat pengawasan proyek 3) Tidak melakukan perbuatan curang pada saat melakukan

inventarisasi asset milik negara

b. Peduli

1) Tidak membiarkan orang lain merusak atau menghilangkan barang inventaris dan kekayaan instansi

2) Bersedia member keterangan atas kasus penyalahgunaan wewenang dan kerugian negara yang sedang dilakukan penanganan berwajib c. Mandiri

1) Tidak memberikan hadiah atau imbalan berupa apapun pada petugas/pejabat yang telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

2) Tidak tergantung dengan orang lain dalam melaksanakan tugas pokoknya

d. Disiplin

1) Tidak melakukan tindakan melawan hukum

2) Taat menjalankan tugas yang diberikan oleh atasan sesuai dengan peraturan yang berlaku

e. Tanggung Jawab

1) Tidak menyalahgunakan wewenang untuk menguntungkan diri sendiri / orang lain dan korporasi dan dapat merugikan keuangan Negara 2) Tidak menerima imbalan apapun atas pelaksanaan pekerjaan yang

menjadi tugas dan tanggung jawabnya f. Kerja Keras

1) Bekerja dengan hasil terbaik dan tidak meminta imbalan apapun atas pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya 2) Memiliki kemampuan dan kemauan bekerja sesuai aturan

3) Memiliki ketekunan dalam bekerja untuk mendapatkan hasil terbaik g. Sederhana

1) Efisien dalam menggunakan sumber daya untuk mendapatkan hasil terbaik

2) Mensyukuri apapun hasil yang dicapainya setelah melakukan upaya maksimal

3) Memiliki gaya hidup sederhana yang akan mempengaruhi pelaksanaan tugas pokoknya

4) Menggunakan dan memelihara aset negara

h. Berani

1) Berani menolak perintah yang berlawanan dengan hukum yang dapat merugikan Negara

2) Berani memberikan informasi sesuai dengan fakta i. Adil

1) Memberikan layanan sesuai dengan aturan yang berlaku secara konsisten pada semua orang

2) Memberikan sesuai dengan apa yang menjadi haknya 3) Tidak melakukan penyuapan untuk melancarkan urusannya C. Kedudukan dan Peran ASN

1. Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari paktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain: kepastian hokum, profesionalitas, proporsionalitas, keterpaduan, delegasi, netralitas, akuntabilitas, efektif dan efisien, keterbukaan, non diskriminatif, persatuan, kesetaraan, keadilan, kesejahteraan.

2. Pelayanan Publik

Pelayanan publik menurut Lembaga Administrasi Negara adalah segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di pusat dan daerah dan dilingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah :

a. Partisipatif

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.

b. Transparan

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga Negara untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan pelayanan publik.

c. Responsive

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.

d. Tidak Diskriminatif

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga dengan warga lainnya atas dasar perbedaan identitas warga negara.

e. Mudah dan Murah

Penyelenggara pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh layanan yang di butuhkan harus diterapkan prinsip mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak di maksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk memnuhi mandat konstitusi.

f. Efektif dan efisien

Penyelenggara pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya murah.

g. Aksesibel

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.

h. Akuntabel

Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka kepada masyarakat. Pertangungjawaban disini tidak hanya secara formal kepada atasan akan tetapi yang lebih penting harus di

pertanggungjawabkan secara terbuka kapada masyarakat melalui media publik.

i. Berkeadilan

Penyelenggara pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.

C. Whole of Government

Whole of Goverment (WoG) merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintah dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.

Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan perbedaan kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat sebagai berikut :

1. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi menjadi :

a. Penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan mempertimbangkan dampak;

b. Dialog atau pertukaran informasi;

c. Joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama sementara.

2. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi menjadi : a. Joint working, atau kolaborasi sementara ;

b. Joint venture, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama pada pekerjaan besar yang menjadi urusan utama salah satu peserta kerjasama ;

c. Satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk sebagai mekanisme integratif.

3. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi menjadi : a. Aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama pada isu

besar yang menjadi urusan utama salah satu peserta kerjasama;

b. Union, berupa unfikasi resmi, identitas masing-masing masih tampak merger, yaitu penggabungan ke dalam struktur baru (LAN,2017)

D. Identifikasi Isu

1. Belum optimalnya pemneglolaan Limbah medis di RSUD Buton Utara 2. Masih rendahnya pemahaman petugas laundry tentang Penggunaan

Alat Pelindung Diri

3. Belum optimalnya sterilisasi Ruang dan bangunan

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Pemilihan Isu Prioritas atau Core Isu

Teknik analisis yang digunakan untuk memprioritaskan isu yang akan ditindaklanjuti yaitu metode analisa APKL dengan cara menentukan tingkat Aktualisasi, Problematik, Kekhalayakan, dan Layaknya. Selanjutnya menentukan skala nilai 1-5 diman isu yang memiliki total skor tertinggi setelah perengkingan merupakan isu prioritas.

• Aktual : Benar-benar terjadi, sedang hangat dibicarakan masyarakat

• Problematik : Isu memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan solusinya sesegera mungkin

▪ Kekhalayakan : Isu menyangkut hajat hidup orang banyak

▪ Kelayakan : Masuk akal, realistis, relevan untuk dimunculkan

Masing – masing poin dari APKL tersebut diberi penilaian dengan scoring system yaitu, 5 = sangat Aktual, 4 = Aktual, 3 = Cukup, 2 = kurang, 1 = sangat kurang aktual

Tabel 3.1 Matriks Penilaian Kualitas Isu dengan Analisis APKL

No. Isu teridentifikasi Kriteria Skor

Total Ranking

A P K L

1. Belum optimalnya pengelolaan limbah medis

4 4 3 4 15 II

2. Rendahnya pemahaman petugas laundry tentangPengguna an Alat Pelindung Diri

4 5 4 4 17 I

3. Belum optimalnya sterilisasi Ruang dan bangunan

4 3 3 3 13 III

Berdasarkan analisis APKL, maka diperoleh masalah dengan nilai paling tinggi yaitu “Rendahnya pemahaman petugas laundry tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri”.

B. Analisis Dampak Isu

Gambaran yang terjadi bila core isu Masih rendahnya pemahaman petugas laundry tentang penggunaan Alat pelindung Diri tidak segera dipecahkan maka akan terjadi:

1) Resiko terjadinya penularan penyakit bagi petugas laundry 2) Resiko terjadinya Kecelakaan Kerja

3) Menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia dan menghambat proses pelayanan.

C. Gagasan pemecahan Isu

Dari isu yang terpilih yaitu masih rendahnya pemahaman petugas laundry tentang penggunaan Alat Pelindung Diri maka Gagasan pemecahan isu adalah Peningkatan pemahaman petugas laundry tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri melalui penyusunan SOP Penggunaan Alat pelindung Diri di Unit Laundry RSUD Buton Utara.

D. Kegiatan dan Tahapan Untuk Memecahkan Isu

Kegiatan yaitu langkah-langkah kerja yang harus dilakukan agar gagasan tersebut bisa terwujud atau isu terpilih terpecahkan sedangkan tahapan kegiatan yaitu langkah-langkah yang harus ditempuh agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan sukses. Untuk memecahkan isu tersebut kegiatan dan tahapan kegiatan yang saya rencanakan adalah sebagai berikut :

1. Meminta dukungan dan persetujuan kepada pimpinan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Meminta dukungan kepada Kepala seksi Pelayanan b. Meminta dukungan kepada Kasubag Tata Usaha

c. Meminta dukunga dan persetujuan atas kegiatan kepada Direktur 2. Membuat SOP tentang penggunaan Alat Pelindung Diri untuk petugas

laundry tahapan sebagai berikut:

a. Mengumpulkan bahan referensi pedoman SOP b. Menyusun SOP

c. Konsultasi kepada atasan d. Meminta persetujuan pimpinan e. Legalisasi SOP

3. Membuat banner SOP penggunaan Alat Pelindung Diri dengan tahapan sebagai berikut :

a. Merancang / mendesain banner b. Konsultsi kepada atasan

c. Memperbaiki rancangan banner d. Mencetak banner

4. Penyediaan Alat Pelindung Diri dengan Tahapan Sebagai berikut:

a. Merincikan keperluan APD

b. Mencari informasi tempat penjualan APD c. Membeli APD

5. Sosialisasi penggunaan Alat Pelindung Diri kepada petugas laundry dengan tahapan :

a. Menginformasikan kegiatan sosialisasi kepada petugas laundry melalui media Handphone

b. Menyiapkan alat dan bahan c. Mengadakan Pre test

d. Mensosialisasikan penggunaan APD e. Mengadakan post test

6. Mensosialisasikan Penggunaan APD lewat media Youtube dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Merekam proses sosialisasi penggunaan APD c. Mengedit video

d. Mengupload ke youtube

E. Analisis Keterkaitan Nilai Dasar Dengan Kegiatan

Table 3.2 Analisis Keterkaitan Nilai Dasar Dengan Kegiatan Kegiatan 1 : Meminta dukungan kepada pimpinan

Tahapan Kegiatan Output / hasil Keterkaitan dengan nilai dasar 1. Meminta

Akuntabilitas : saya akan meminta dukungan kepada kepala seksi pelayanan secara

transparansi

Nasionalisme: saya akan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

Etika Publik :saya akan bersikap Sopan santun dalam meminta dukungan

Komitmen mutu : sebelum meminta dukungan kepada atasan saya akan menentukan waktu yang tepat dan efisien

Anti Korupsi : saya akan meminta dukungan Kepada kepala seksi pelayanan secara mandiri

2. Meminta dukungan

kepada Kasubag Tata Usaha

Adanya dukungan dari Kasubag Tata Usaha

Akuntabilitas : dalam meminta dukungan kepada kasubag Tata Usaha saya akan memberikan kejelasan atas rencana kegiatan aktualisasi

Nasionalisme: Saya akan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

Etika Publik : Saya akan bersikap Sopan santun dalam meminta dukungan

Komitmen mutu : sebelum meminta dukungan menentukan waktu yang tepat dan efisien

Anti Korupsi : saya akan Menyampaikan permintaan dukungan secara mandiri

3. Meminta

persetujuan atas

Adanya persetujuan Akuntabilitas : saya akan meminta persetujuan kepada Direktur Secara tranparansi

Kegiatan dari

kegiatan kepada Direktur

Direktur Nasionalisme : saya akan Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

Etika Publik: saya akan bersikap sopan santun dalam meminta dan persetujuan atas kegiatan Komitmen mutu : sebelum meminta persetujuan saya akan menentukan waktu yang tepat dan efisien

Anti Korupsi : Saya akan bersikap jujur dalam menyampaikan rencana kegiatan aktualisasi pada saat meminta persetujuan atas kegiatan kepada pimpinan

Kontribusi terhadap Visi, Misi Organisasi :

Meminta dukungan kepada atasan merupakan nilai dasar tanggung jawab yang juga

Meminta dukungan kepada atasan merupakan nilai dasar tanggung jawab yang juga

Dokumen terkait