BAB II KAJIAN TEORETIK
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Baca Tulis al- Qur’an
Zakiah Daradjat dkk. menyatakan bahwa isi pengajaran al-Qur’an itu
meliputi:22
a. Pengenalan huruf hijaiyyah, yaitu huruf Arab dari Alif sampai Ya (alifbata).
b. Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyyah dan sifat-sifat huruf itu; ini dibicarakan dalam ilmu Makhraj.
c. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syaddah, tanda panjang (maad), tanwin dan sebagainya.
d. Bentuk da fungsi tanda berhenti baca (waqaf), seperti waqaf mutlak,
waqaf jawaz dan sebagainya.
e. Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam irama dan bermacam qiraat yang dimuat dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu Nagham. f. Adabut tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca al-Qur’an
sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.
Tambah Zakiah Daradjat lagi “Ruang lingkup pengajaran al-Qur’an
ini lebih banyak berisi pengajaran keterampilan khusus yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan”.23
22
Zakiah Daradjat dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. IV, h. 91.
23
Pembelajaran baca tulis al-Qur’an sebagaimana yang telah diatur
dalam Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-Kanak
Al-Qur’an (TKA) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), ruang lingkup materi
dan metode yang berkaitan dan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran baca tulis al-Qur’an dijabarkan sebagai berikut: 24
1. Bacaan Iqro
a) Bacaan Iqro ialah bimbingan belajar membaca al-Qur’an dengan
mengacu pada Buku Iqro susunan K.H. As’ad Humam
(Almarhum), yaitu yang terdiri dari enam jilid.
b) Bahan bimbingan belajar membaca tersebut diselesaikan oleh santri TKA maupun santri TPA selambat-lambatnya dalam tempo 12 bulan (1 tahun) pada Paket A.
c) Cara pembelajarannya (metodologi pengajarannya) didasarkan atas petunjuk yang telah dipolakan oleh penyususn buku tersebut melalui pendidikan individual (privat). Prinsip-prinsip pembelajarannya ialah: bacaan langsung (tanpa dieja/diurai), tatap muka langsung (musyafahah), CBSA, dapat melalui asistensi, dan menggunakan sistem modul.
d) Dalam proses pembelajarannya, guru yang bertugas harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan psikologis dan karakteristik anak, yaitu dengan mengacu pada prinsip “bermain sambil belajar” atau “belajar sambil bermain”. Untuk itu suasana belajar di TKA
maupun TPA harus diselenggarakan dengan mencptakan suasana TAMAN, yaitu: Indah, Bersih, Nyaman, dan Menyenangkan. 2. Bacaan Surah Pendek
a) Yang dimaksud dengan Surah Pendek ialah sejumlah surah yang
terdapat dalam Juz „Amma (Juz ke-30), yaitu (targetnya) sebanyak
13 Surah untuk santri TKA, dan 22 Surah untuk santri TPA.
24
Syamsuddin MZ., Tasrifin Karim dan Mamsudi AR., Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) , (Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 2006 ), h. 35-46.
b) Sejumlah Surah Pendek yang ditargetkan untuk dihafal tersebut adalah sebagai berikut:
1) Bagi santri TKA (sebanyak 13 Surah), yaitu surah at-Takatsur (surah ke-102) sampai dengan surah an-Nas (surah ke-114). 1 surah tersebut dihafal dalam 24 bulan (TKA Paket A dan Paket B)
2) Bagi santri TPA (sebanyak 22 Surah), yaitu sebanyak target hafalan santri TKA (13 Surah) ditambah 9 Surah lainnya, yaitu:
Surah adh-Dhuha (Surah ke-93)
Surah al-Insyirah (Surah ke-94)
Surah at-Tin (Surah ke-95)
Surah al-Alaq (Surah ke-96)
Surah al-Qadar (Surah ke-97)
Surah al-Bayyinah (Surah ke-98)
Surah al-Zilzalah (Surah ke-99)
Surah al-Adiyat (Surah ke-100)
Surah al-Qari’ah (Surah ke-101)
22 Surah tesebut di atas diharapkan dapat dihafal dalam tempo 12 bulan (TPA Paket A).
c) Proses pembelajaran hafalan surah pendek, pada dasarnya sama dengan proses pembelajaran hafalan bacaan shalat. Bahkan tujuan penghafalan surah pendek tersebut berhubungan erat dengan bacaan dan praktik ibadah shalat. Oleh karena itu, Guru yang bertugas, selain melakukan pendekatan pembelajaran secara terpisah (dengan alokasi waktu sendiri-sendiri), sewaktu-waktu ia harus kreatif melakukan penggabungan (terintegrasi) dengan cara sebagai berikut:
1) Guru membimbing para santrinya untuk mengembangkan hafalan bacaan shalat berikut hafalan sejumlah surah pendek tertentu dalm waktu bersamaan (secara klasikal).
2) Mengadakan latihan praktik shalat secara utuh, yakni meliputi aspek bacaan shalat (qauliyyah) dan aspek gerakan (fi’liyah). Terlebih-lebih untuk anak-anak yang masih tergolong pemula, yakni santri kelompok TKA Paket A dan santri TPA Kelompok umur 7-10 tahun.
3) Mendorong para santrinya agar membiasakan mengerjakan shalat di luar jam belajar, yakni di rumahnya masing-masing bersama orang tuanya dan atau di bawah pengawasan dan bimbingan orang tua atau kakak-kakaknya. Untuk itu kerjasama antara guru dan orang tua santri harus tercipta dengan baik.
3. BacaanTadarus Bittartil
a) Yang dimaksud “Tadarus Bittartil” ialah membaca Al-Qur’an
dengan pola Tartil (Murattal). Dalam pengajaran di TK/TP
Al-Qur’an, bimbingan Tadarus ini adalah bagi santri yang sudah
tamat/lulus dalam menyelesaikan paket Iqro, yakni buku Iqro jilid 1 sampai jilid 6 (Paket A).
b) Bimbingan tadarus bittartil ini dilakukan melalui pendekatan individual (privat) dan atau kelompok privat, dibawah bimbingan guru privat. Prinsip pembelajarannya hampir sama dengan pembelajarannya bacaan Iqro. Bedanya, selain itu dalam pola
lagunya yang tidak lagi dengan pola “mu’allaq” (pada Paket Iqro),
juga dalam pengelolaan kelasnya. Pada paket Iqro, anak-anak dikelompokkan berdasarkan jenjang prestasi pencapaian dari jilid ke jilid, sedangkan pada Paket Tadarus pengelompokkannya berdasarkan jenjang pencapaian dari juz ke juz dan tahap kemahiran dalam cara membacanya.
4. Ilmu Tajwid
a) Materi ilmu Tajwid diberikan kepada para santri kelompok TPA yakni TPA Paket B. Terutama bagi anak-anak yang sudah berumur 9 tahun ke atas (pada pendidikan formalnya minimal telah duduk di
kelas III SD/MI). Dengan demikian, bagi santri kelompok TKA, sekalipun mereka sudah tadarus al-Qur’an (TKA Paket B) mereka
belum dituntut target penguasaan ilmu Tajwid. Bagi mereka, yang diutamakan pembiasaan dan ketapatan membaca (bacaan
“Mujawwad”) tanpa harus tahu secara teotitis (kaidah-kaidah Ilmu Tajwid). Kalaupun harus memperkenalkan teorinya, hal itu bersifat terbatas, yakni terbatas pada bagian ilmu Tajwid yang mudah diingat dan dipahami anak. Itu pun dengan mempertimbangkan tingkat kecerdasan anak yang bersangkutan.
b) Proses pembelajarannya dilakukan secara klasikal melalui metode dan alat bantu atau media yang praktis, komunikatif, dan menarik bagi anak. Dalam hubungan ini, alat peraga dalam bentuk bagan, alat permainan dan kemasan dalam bentuk lagu-lagu/nyanyian adalah termasuk cara-cara yang menarik dan disenangi anak. Dan terbukti cukup efektif. Karenanya perlu dikembangkan dan dimasyarakatkan.
c) Mengenai buku pegangan santri, Buku “Cara Cepat Belajar Tajwid
Praktis” susunan K.H. As’ad Humam (Alm.) cukup memadai untuk
dijadikan standar. Namun demikian, guru yang bertugas dituntut untuk mengembangkannya, terutama dalam segi metodologi pengajarannya. Karena buku tersebut belum dilengkapi dengan cara mengerjakannya.
d) Seperti halnya pada tahap paket Iqra’, maka pada tahap tadarus ini, bimbingan dan peyimakan dari guru lebih menekankan pada target ketepatan membaca ketimbang kecepatan pencapaian jumlah yang dibacanya. Dengan kata lain, lebih menekankan segi kualitas bacaan daripada kuantitas jumlah bacaannya orientasi kualitas ini dilakukan secara intensif sejak juz-juz awal (minimal juz 1 sampai juz III/akhir surah Ali Imran). Untuk juz-juz berikutnya, santri dirangsang untuk giat membacanya tidak hanya pada jam-jam belajar di TK/TP al-Qur’an, melainkan pula (terutama) di
rumahnya masing-masing. Seiring dengan kegairahan membaca
al-Qur’an tersebut (ingat motto Tiada Hari Berlalu Tanpa Tadarus al-
Qur’an), tingkat penguasaan Tadarus tersebut ditunjang dengan
pembelajaran ilmu Tajwid. Dalam Kurikulum 1997, materi ilmu Tajwid ini diberlakukan bagi santri kelompok TPA Paket B. 5. Hafalan Ayat Pilihan
a) Yang dimaksud dengan ayat pilihan adalah ayat al-Qur’an yang
dipilih dari surah tertentu (selain surah yang terhimpun dalam Juz
„Amma/Juz ke-30) sebagai bahan hafalan bagi santri. Dalam hal ini
santri TPA Paket B. Ayat Pilihan dimaksud adalah sejumlah ayat
tertentu yang berisi tuntunan tentang Aqidah, Syari’ah, Akhlaq,
dan Ayat yang berisi tentang rahasia alam (Ayat Kauniyah) Paket materi hafalan ayat pilihan tersebut adalah sebagai berikut:
Surah al-Baqarah (Q.S. 2) ayat 284-286
Surah Ali Imran (Q.S. 3) ayat 133-136
Surah an-Nahl (Q.S. 16) ayat 65-69
Surah al-Mu’minun (Q.S. 23) ayat 1-11
Surah Luqman (Q.S. 31) ayat 12-19
Surah al-Fath (Q.S. 48) ayat 28-29
Surah ar-Rahman (Q.S. 55) ayat 1-16
Surah al-Jumu’ah (Q.S. 62) ayat 9-11
b) Proses pembelajaran hafalan ayat pilihan, dalam banyak hal tidak berbeda dengan proses pembelajaran hafalan surah pendek, yaitu: Disajikan melalui pendekatan klasikal dengan variasi pendekatan individual, dihafal bersam secara bertahap dan berulang-ulang, dan bukti kelulusannya didata dalam Data Prestasi Hafalan. Bedanya hafalan ayat pilihan ini tidak disatu-paketkan dengan Materi hafalan bacaan shalat dan praktik shalat.
c) Berhubung materi hafalan ayat pilihan ini tidak sepopuler surah-surah pendek (karena surah-surah pendek sering dibaca waktu shalat), maka teknis pembelajarannya, selain dihafal di luar kepala, juga
ditopang melalui tulisan. Maksudnya, ayat pilihan tersebut ditulis dan pada buku catatan anak. Hal ini dapat didapatkan dengan program materi Tahsinul Kitabah (Materi Penunjang). Dengan demikian diharapkan dapat menunjang memori anak, baik dari segi ketepatan dalam cara pengucapannya maupun segi penulisannya, dan yang tak kurang pentingnya adalah segi pemahaman dan penghayatan terhadap kandungan maknanya. Untuk itu sebaiknya guru memberikan penjelasan tentang isi ayat yang bersangkutan. Tentu saja dengan penafsiran yang proporsional dan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak- anak. Dengan cara demikian, para santri diharapkan menjadi akrab terhadap ayat pilihan tersebut, sehingga upaya untuk menghafalkannya semakin antusias.
6. Tahsinul Kitabah
a) Materi Tahsinul Kitabah ialah bahan pengajaran tentang cara belajar menulis huruf al-Qur’an (huruf dan angka Arab). Bimbingan belajar menulis huruf al-Qur’an ini pada dasarnya
diikuti oleh semua santri, baik santri TKA maupun santri kelompok TPA.
b) Materi dan teknis pembelajaran Tahsinul Kitabah ini disesuaikan denga taraf kemampuan anak. Bagi anak yang masih taraf pemula, terutama anak TKA, materi ini diawali dengan pendekatan menggambar/mewarnai (TKA Paket A). Hal ini dimaksudkan sebagai pemberian dasar-dasar menulis, sekaligus dalam rangka melatih keterampilan motorik halus mereka.
c) Proses pembelajarannya, selain melalui pendekatan klasikal, juga melalui pendekatan individual. Untuk materi ini, guru yang bertugas dituntut keahlian khusus berupa keterampilan menulis yang benar dan baik, sesuai dengan kaidah huruf Arab. Salah satu alat batunya adalah papan tulis, kapur tulis, buku tulis, pensil khusus, pensil berwarna, buku panduan Tahsinul Kitabah, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa ruang lingkup pembelajaran baca tulis al-Qur’an mencakup pengenalan huruf
hijaiyyah, Ilmu Tajwid termasuk makharijul huruf (cara membunyikan huruf menurut tempat keluarnya), menulis huruf al-Qur’an (huruf dan
angka Arab) dengan metode yang menyenangkan dan disesuaikan dengan karakteristik anak didik.