• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran baca tulis al-Qur'an pada anak usia dini (penelitian deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran baca tulis al-Qur'an pada anak usia dini (penelitian deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara)"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

HIMMATUL ULIYA

NIM 108011000172

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Anak Usia Dini (Penelitian Deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara).

Kata Kunci : Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, Anak Usia Dini.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada anak usia dini di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre yang terkait dengan proses pembelajaran, penggunaan metode, materi, dan pelaksanaan evaluasi baca tulis al-Qur’an. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 25 siswa yang diambil dari seluruh anak usia dini dalam rentang usia 6-8 tahun yang menjadi siswa kelompok TPA di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre. Pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini didapat dari observasi langsung terhadap guru dan siswa dengan menggunakan pedoman observasi. Pedoman observasi terhadap guru terkait pembelajaran baca tulis al-Qur’an meliputi aspek: Proses pelaksanakan pembelajaran baca tulis al-Qur’an terkait materi baca tulis al-Qur’an, penggunaan metode dalam proses pembelajaran baca tulis al-Qur’an, dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar dalam proses pembelajaran baca tulis al-Qur’an. Sedangkan pedoman observasi pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada siswa meliputi: kemampuan membaca al-Qur’an (kelancaran membaca al-Qur’an, makhorijul huruf, tajwid, hafalan al-Qur’an, surat pendek, dan ayat pilihan) dan kemampuan menulis al-Qur’an (kebenaran tulisan dan kerapihan tulisan). Peneliti juga melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan guru sesuai pedoman wawancara dan dokumentasi untuk menunjang data yang diperlukan.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.,

Bismillahirrahmanirrahim. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah melimpahkan curahan kasih sayang dan rahmat-Nya kepada hamba-Nya ini. Dengan bimbingan dan pertolongan-Nya serta mengucapkan Alhamdulillahhirobbil„alamin, penulisan skripsi dengan judul “Pembelajaran Baca Tulis al-Qur’an pada Anak Usia Dini (Penelitian Deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara)” telah terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan juga pengikutnya. Penelitian ini penulis ajukan untuk menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Islam di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI atas arahannya kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Ibu Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi. selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan saran-sarannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Tanenji, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan motivasi kepada penulis.

5. Bapak (Alm. Kaharuddin) dan Mama (Dahlia) tercinta serta adik-adikku tersayang Wali Atmamuddin dan Muhammad Sihab, atas doa, kasih sayang dan dukungan baik materi maupun moral.

(8)

iii

7. Ibu Darmawati, S.Sos.I. selaku kepala TKA-TPA PlusJakarta Islamic Centre Jakarta Utara yang telah memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di TKA-TPA tersebut.

8. Ibu Nurhasanah, A.Ma. dan Ibu Siti Rahayu, S.Pd.I. selaku wali kelas TPA Plus Jakarta Islamic Center Jakarta Utara yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan bagi penulis untuk melakukan penelitian di kelasnya.

9. Siswa-siswi kelas TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara atas kesediaannya menjadi subyek penelitian-ku yang selalu terkenang di hati. 10.Teman-teman seperjuangan di kelas E PAI angkatan 2008 (Aminah, Eros,

Silvi, Hikmah, Ley, Cucun, Yoni, Fawzul, Asep, Farhan, Ifan, Ruly, Ghofur, Baha, Bana, Aden, Imam, Wawan, Subhan dan Nafi) atas semangat, kebersamaan dalam suka maupun duka, dan pengalaman dalam ukhuwah yang tak terlupakannya selama ini.

11.Teman-teman di PG/TK Blooming Montessori School (Mr. Andang Sofyan, Ms. Siti Maryati, Ms. Ayu Tirtawati, Ms. Juweriyah, Ms. Dini Agustin dan Maghfirah) yang senantiasa selalu berusaha memberikan semangat hidup dan bantuan moral maupun materi kepada penulis dalam melaksanakan penelitian. 12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut

membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan bimbingan pihak-pihak tersebut selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesan sempurna. Akhirul kalam, penulis mengharapkan agar skripsi ini nantinya bisa bermanfaat bagi pembaca semuanya. Wassalam.

Jakarta, 9 September 2014

(9)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Pembelajaran Baca Tulis al-Qur’an ... 6

1. Pengertian Pembelajaran Baca Tulis al-Qur’an ... 6

2. Dasar Pembelajaran Baca Tulis al-Qur’an ... 10

3. Tujuan Pembelajaran Baca Tulis al-Qur’an ... 12

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Baca Tulis al-Qur’an ... 14

B. Anak Usia Dini ... 21

(10)

v

E. Kerangka Berpikir 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

B. Metode Penelitian ... 41

C. Subjek Penelitian ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara ... 47

B. Temuan Penelitian ... 53

C. Pembahasan terhadap temuan Penelitian ... 77

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

C. Implikasi ... 84

(11)

vi Baca Tulis Al- Qur’an

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Terhadap Siswa dalam Pembelajaran Baca Tulis Al- Qur’an

Tabel 4.1 Data Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Tahun Ajaran 2013/2014

Tabel 4.2 Data Siswa TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Center Tahun Ajaran 2013/2014

Tabel 4.3 Waktu Belajar di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre

Tabel 4.4 Data Sarana dan Prasarana TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Center

Tabel 4.5 Pelaksanaan Kegiatan Pembuka dalam Proses Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Tabel 4.6 Pelaksanaan Kegiatan Inti dalam Proses Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Tabel 4.7 Pelaksanakan Kegiatan Penutup dalam Proses Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Tabel 4.8 Penggunaan Metode Iqra’ dalam Proses Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Tabel 4.9 Penggunaan Metode Uktub dalam Proses Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

(12)

vii

Tabel 4.13 Kemampuan Membaca Al-Qur’an dalam Hal Tajwid

Tabel 4.14 Kemampuan Menghafal Surat-Surat Pendek Al-Qur’an

Tabel 4.15 Kemampuan Menghafal Ayat-Ayat Pilihan dalam Al-Qur’an

Tabel 4.16 Kemampuan Menulis Al-Qur’an dalam Hal Kebenaran Tulisan

Tabel 4.17 Kemampuan Menulis Al-Qur’an dalam Hal Kerapihan Tulisan

Tabel 4.18 Rekapitulasi Data Hasil Observasi Langsung Terhadap Guru

(13)

viii

TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara

Gambar 4.2 Guru sedang menuliskan materi

Gambar 4.3 Guru sedang mengajarkan siswa membaca iqra’

Gambar 4.4 Form penilaian baca iqra’ yang digunakan.

Gambar 4.5 Perkembangan kemajuan salah seorang siswa dalam membaca al-Qur’an dengan metode iqra’ yang dicatat dalam daftar prestasi iqra’.

Gambar 4.6 Penilaian latihan menulis al-Qur’an dengan metode uktub

Gambar 4.7 Siswa sedang latihan membaca iqra’

Gambar 4.8 Siswa sedang menyetor hafalan ayat-ayat pilihan al-Qur’an

Gambar 4.9 Tulisan Siswa dalam latihan menulis al-Qur’an di dalam buku Uktub

Gambar 4.10 Siswa sedang latihan menulis Uktub

(14)

ix Lampiran 2 : Hasil Observasi Guru

Lampiran 3 : Pedoman Observasi untuk Siswa Lampiran 4 : Hasil Observasi Siswa

Lampiran 5 : Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah Lampiran 6 : Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah Lampiran 7 : Pedoman Wawancara dengan Guru Lampiran 8 : Hasil Wawancara dengan Guru

Lampiran 9 : Daftar Nama Siswa-Siswi Kelas TPA Plus Jakarta Islamic Centre Tahun Ajaran 2013-2014

Lampiran 10 : Rancangan Kegiatan Harian (RKH) Lampiran 11 : Daftar Prestasi Iqra’ / Al-Qur’an Lampiran 12 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 13 : Surat Permohonan Izin Penelitian

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, yang jika membacanya akan bernilai ibadah. Dalam al-Qur’an terdapat petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia selain al-Hadits, dimana bila seorang muslim memegang teguh pedoman tersebut akan membawanya kepada keselamatan di dunia dan akhirat.

Sebagai pedoman hidup, al-Qur’an seharusnya dipelajari dan dipahami isi kandungannya oleh setiap muslim. Dengan mempelajari dan memahaminya, setiap muslim akan turut serta melestarikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an tersebut.

Untuk mempelajari dan memahami al-Qur’an dapat dilakukan dengan cara membaca, menuliskan, menerjemahkan, bahkan menafsirkannya. Dalam melaksanakan hal tersebut diperlukan suatu sistem pendidikan yang menaunginya. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan al-Qur’an.

Pendidikan al-Qur’an memberikan kemampuan dasar kepada anak didik dalam membaca, menulis, membiasakan, memahami dan menggemari membaca al-Qur'an. Selain itu pendidikan al-Qur’an juga dapat membimbing anak didik berpedoman selalu pada al-Qur'an dan mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari.

(16)

dituntut pula seorang siswa (muslim) agar bisa menyalin atau menuliskan ayat-ayat al-Qur’an.

Pembelajaran baca tulis al-Qur’an begitu menjadi prioritas oleh Pemerintah sebagaimana yang dituangkan dalam Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI nomor 128 tahun 1982/44 A tahun 82 yaitu, “Perlunya usaha peningkatan kemampuan baca tulis al-Qur’an bagi umat Islam dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.” Keputusan bersama ini ditegaskan pula oleh Intruksi Menteri Agama RI nomor 3 tahun 1990 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kemampuan baca tulis huruf al-Qur’an 1

Pembelajaran Agama Islam melalui pendidikan baca tulis al-Qur’an menjadi suatu hal yang penting dan prioritas utama dalam pendidikan peserta didik, yang dimulai dari anak usia dini, karena pada tahapan ini sedang terjadi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, yaitu dari fisik, motorik, kognitif, emosi, sosial, bahasa, dan moral. Pada usia dini, anak sebaiknya mulai diarahkan dengan nilai-nilai al-Qur’an, karena dengan perkembangan-perkembangan yang sedang terjadi pada anak usia dini tersebut merupakan saat yang tepat untuk melaksanakan pembelajaran al-Qur’an. Dengan menanamkan nilai-nilai al-Qur’an sejak usia dini, kecenderungan setelah remaja dan dewasa, anak memiliki kepribadian yang religius.

Rasulullah SAW. telah menyeru umat Islam agar mendidik anak-anak mereka untuk bisa membaca dan menuliskan al-Qur’an. Sebagaimana hadits Rasulullah berikut ini:

Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai keluarga Nabi, dan membaca al-Qur’an.” (HR. Thabrani)2

1 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), Cet. II, h. 41.

(17)

Hak anak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya ialah memilihkan nama

yang baik, mengajarkan tulis-menulis, dan menikahkan ketika mulai dewasa

(HR. Dailami dan Abu Nuaim).3

Anak diharapkan mampu membaca dan menulis al-Qur’an secara baik dan benar dengan berbagai metode yang memudahkan anak untuk belajar al-Qur’an. Di lembaga pendidikan al-Qur’an yang bersifat non-formal seperti Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) biasanya menyelenggarakan pendidikan Islam dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), karena dunia anak usia dini adalah bermain dan menyenangkan, sehingga anak merasa senang dalam belajar membaca dan menulis al-Qur’an. Namun sebagaimana hasil observasi yang peneliti lakukan di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre, terdapat beberapa permasalahan yaitu, proses pelaksanaan pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada anak usia dini tingkat TPA dalam rentang usia 6-8 tahun belum menggunakan metode PAIKEM. Anak-anak kurang motivasi dalam mengikuti pembelajaran baca tulis

al-Qur’an. Masih kurangnya sarana dan prasarana yang memadai dalam

mengoptimalkan pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada anak usia dini.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik melakukan penelitian terkait baca tulis al-Qur’an (BTQ) dengan judul: Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Usia Dini(Penelitian Deskriptif di TPA-TKA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu sebagai berikut:

(18)

1. Pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada anak usia dini tingkat TPA dalam rentang usia 6-8 tahun belum menggunakan pendekatan PAIKEM.

2. Anak-anak kurang motivasi dalam mengikuti pembelajaran baca tulis al-Qur’an.

3. Masih kurangnya sarana dan prasarana yang memadai dalam mengoptimalkan pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada anak usia dini.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas lingkupannya, maka pembahasan masalah ini dibatasi pada:

1. Pembelajaran baca tulis al-Qur’an dalam penelitian ini yang terkait dengan proses pembelajaran, penggunaan metode, materi, dan pelaksanaan evaluasi baca tulis al-Qur’an.

2. Anak Usia Dini yang dimaksud adalah anak rentang usia 6-8 tahun yang masuk ke dalam kelompok TPA (Taman Pendidikan al-Qur’an).

3. Lembaga pendidikan al-Qur’an dalam penelitian ini adalah TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

- Bagaimana pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada anak usia dini di TKA -TPA Plus Jakarta Islamic Centre yang terkait dengan proses pembelajaran, penggunaan metode, materi, dan pelaksanaan evaluasi baca tulis Al-Qur’an?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

(19)

pembelajaran, penggunaan metode, materi, dan pelaksanaan evaluasi baca tulis al-Qur’an.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Pendidik

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada anak usia dini.

b. Bagi Anak

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar membaca dan menulis al-Qur’an bagi anak-anak sejak usia dini. c. Bagi Lembaga Pendidikan

(20)

6 A. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

1. Pengertian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Sebelum menjelaskan pembelajaran, terlebih dahulu akan dijelaskan apa itu belajar. Menurut Margaret E. Bell Gredler belajar; adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.1

Belajar menurut W.S. Winkel adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. 2 Sedangkan menurut Slameto, belajar merupakan suatu perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.3

Selanjutnya, pembelajaran menurut Hamzah B. Uno, “adalah upaya mempengaruhi siswa agar belajar. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa”.4

Pembelajaran pada hakikatnya sangat terkait dengan bagaimana membangun interaksi yang baik antara dua komponen yaitu guru dan anak didik. Interaksi yang baik dapat digambarkan dengan suatu keadaan dimana guru dapat membuat anak didik belajar dengan mudah dan

1 Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994), h. 1 2 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. V, h. 53.

3 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. IV, h. 2.

(21)

terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang ada dalam kurikulum sebagai kebutuhan mereka. 5

Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah menyatakan “dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama setidaknya terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh. Ketiga komponen tersebut adalah: (1) Kondisi Pembelajaran; (2) Metode Pembelajaran; dan (3) Hasil Pembelajaran”.

Penjelasan dari ketiga komponen tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah adalah sebagai berikut:

1. Kondisi pembelajaran. Kondisi ini adalah faktor penting yang berpengaruh terhadap peningkatan hasil pembelajaran agama Islam. Kondisi ini meliputi bagaimana melakukan pemilihan metode, penetapan, dan pengembangan metode pembelajaran. Seorang muslim dituntut mampu mengkondisikan pembelajaran dengan baik. Sebab, cakupan bidang studi ini tidak hanya pada persoalan kognisi, tetapi juga afeksi dan psikomotor. Sehingga jika guru tidak dapat mengkondisikan pembelajaran dengan baik, bukan tidak mungkin ketiga ranah tersebut tidak terealisasi sesuai dengan yang diinginkan. 2. Metode pembelajaran. Setiap metode pembelajaran di dalamnya terdapat kelebihan dan kekurangan. Bagi guru agama Islam, kecermatan dalam memilih metode disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak didik menjadi sangat penting. Ketika mengajarkan bacaan al-Qur’an, misalnya, guru agama Islam hendaknya memilih metode yang memungkinkannya dapat memberi contoh sebanyak mungkin kepada anak didik, dan bukan hanya ceramah dengan menjelaskan beragam teori seputar ilmu tajwid.

5 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan

(22)

3. Hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran pendidikan agama Islam mencakup semua dampak yang dapat dijadikan indikator apakah nilai-nilai yang diajarkan telah dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik oleh anak didik.6

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki sebaiknya memperhatikan ketiga hal di atas. Bambang Sutjipto menambahkan “Pencapaian suatu tujuan pembelajaran turut ditentukan oleh ketepatan penggunaan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang berupa teknik atau metode instruksional yang digunakan guru atau dosen dapat mengoptimalisasikan aktifitas belajar siswa/mahasiswa, agar diperoleh kualitas hasil belajar yang lebih optimal”.7

Jadi, secara garis besar berdasarkan pendapat-pendapat di atas dinyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik agar peserta didik melakukan aktivitas belajar dengan segala faktor-faktor yang mendukung aktivitas tersebut sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan akan tercapai.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “baca” sama dengan kata “eja” merupakan kata dasar dari membaca yang memiliki pengertian melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) atau pengertian lainnya yaitu mengeja/melafalkan apa yang tertulis.8 Sedangkan kata “tulis” merupakan kata dasar dari menulis mempunyai arti membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya).9

6Ibid., h. 19-21.

7 Bambang Sutjipto, “Penggunaan Metoda Pembelajaran”,Jurnal Teknodik, Vol. 7, 2003, h. 81.

8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) Cet. I, Ed. IV, h. 109.

(23)

Menurut Ahmad Syarifuddin “Kata al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna”10

Abdul Majid Khon menyatakanbahwa:

Al-Qur’an secara etimologi diambil dari kata:

yang berarti sesuatu yang dibaca ( ). Jadi, al-Qur’an secara lughawi adalah sesuatu yang dibaca. Berarti menganjurkan kepada umat agar membaca al-Qur’an, tidak hanya dijadikan hiasan rumah saja. Atau pengertian al-Qur’an sama dengan bentuk mashdar (bentuk kata benda), yakni yang berarti menghimpun dan mengumpulkan ( ). Seolah-olah al-Qur’an menghimpun beberapa huruf, kata dan kalimat satu dengan yang lain secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu, al-Qur’an harus dibaca dengan benar sesuai dengan makhraj (tempat keluarnya huruf) dan sifat-sifat hurufnya, dipahami, dihayati, diresapi makna-makna yang terkandung kemudian diamalkan.”

Secara terminologi al-Qur’an, sebagaimana yang disepakati oleh para ulama dan ahli Ushul Fikih dalam Abdul Majid Khon, adalah sebagai berikut:

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan) diturunkan kepada penghulu para nabi dan rasul (yaitu Nabi Muhammad SAW) melalui malaikat Jibril yang tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah membacanya, yang dimulai dari surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.11

Maidir Harun dan Dasrizal mengatakan bahwa untuk mencapai tingkatan prestasi belajar membaca dan menulis huruf al-Qur’an terdapat aspek-aspek yang mempengaruhinya. Aspek-aspek tersebut meliputi:

1. Faktor dari luar, terdiri dari lingkungan (alami dan sosial), dan instrumental (seperti kurikulum, program, sarana dan fasilitas, serta guru).

10 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), Cet. II, h. 17.

(24)

2. Faktor dari dalam, terdiri dari faktor fisiologis umum dan panca indera, serta faktor psikologis (seperti minat, kecerdasan/IQ, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif).

Aspek-aspek tersebut di atas dapat menjadi faktor penghambat ataupun pendukung prestasi belajar membaca dan menulis al-Qur’an siswa.12

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran baca tulis al-Qur’an adalah suatu aktivitas pembelajaran yang memiliki tujuan agar seseorang mampu dalam membaca dan menulis al-Qur’an dimana orang tersebut dapat melihat, melafalkan serta memahami al-Qur’an secara baik dan juga membuat huruf-huruf dari tulisan-tulisan yang tertera dalam Kitab Suci al-Qur’an.

2. Dasar Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Dalil-dalil al-Qur’an dan hadits yang mendasari pembelajaran baca tulis al-Qur’an adalah sebagai berikut:

٥

۱

“Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhan-mu Yang Menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq [96]: 1-5).13

12 Maidir Harun dan Dasrizal, Kemampuan Membaca dan Menulis Huruf Al-Qur’an pada

Siswa SMA, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat, Departemen Agama, 2008), h. 13.

(25)

۱

“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.” (Q.S. Al-Qalam [68]:1).14

Bukhari meriwayatkan dari „Utsman RA, ia berkata:“Rasulullah SAW

bersabda: „Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.’”.15

Pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian dalam hal pembelajaran baca tulis al-Qur’an yang ditegaskan dalam keputusan bersama sebagai berikut:

“Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI nomor 128 tahun 1982/44 A tahun 82 menyatakan, “Perlunya usaha peningkatan kemampuan baca tulis al-Qur’an bagi umat Islam dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.”

Keputusan bersama ini ditegaskan pula oleh Intruksi Menteri Agama RI nomor 3 tahun 1990 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kemampuan baca tulis huruf Al-Qur’an.” 16

Hal ini menunjukkan bahwa selain al-Qur’an dan hadits yang mendasari pelaksanaan pembelajaran baca tulis al-Qur’an, Undang -Undang Pemerintahan RI juga turut mendasarinya.

14 Ibid. , h. 450.

15 Imam Nawawi, Peringkas: Syaikh Yusuf An-Nabhani, Ringkasan Riyadhush Shalihin, Terj. dari Mukhtashor Riyaadhush Shoolihiin oleh Abu Khodijah Ibnu Abdurrohim, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2012), Cet. XI, h. 160.

(26)

3. Tujuan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Menurut Muhammad Abdul Qadir Ahmad dalam mengajarkan al-Qur’anul Karim bertujuan memberi pengetahuan kepada anak didik yang mengarah kepada:17

a. Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan, dan menghafal ayat-ayat atau surah-surah yang mudah bagi mereka.

b. Kemampuan memahami kitab Allah secara sempurna, memuaskan akal, dan mampu menenangkan jiwanya.

c. Kesanggupan menerapkan ajaran Islam dalam menyelaraskan problema hidup sehari-hari.

d. Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran yang tepat.

e. Kemampuan memanifestasikan keindahan retorika dan uslub al-Qur’an.

f. Penumbuhan rasa cinta dan keagungan al-Qur’an dalam jiwanya. g. Pembinaan pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumber yang utama

dari al-Qur’anul Karim.

Muhammad Abdul Qadir Ahmad menambahkan “Hendaklah kita memberi perhatian yang seimbang terhadap ayat bacaan ini, karena mengajar ayat-ayat bacaan itu bertujuan agar: 18

- Murid-murid dapat membaca kitab Allah dengan mantap, baik dari segi ketepatan harakat, saktat (tempat-tempat berhenti), menyembunyikan huruf-huruf sesuai dengan makhrojnya, dan persensi maknanya.

- Murid-murid mengerti makna al-Qur’an dan berkesan dalam jiwanya. - Menimbulkan rasa haru, khusyuk dan tenang jiwa murid-murid serta

takut kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala.

17 Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 78.

(27)

Sa’ad Riyadh mengatakan bahwa:

Mengajarkan al-Qur’an mampu menumbuhkan sifat-sifat kebaikan pada seseorang, terutama jika pengajaran tersebut diberikan dan diarahkan khusus kepada orang yang menjadi tanggung jawabnya. Apalagi jika cara pengajarannya disampaikan dengan metode yang baik dan menarik sehingga mampu menumbuhkan rasa cinta pada diri anak-anak terhadap al-Qur’an.19

Dalam hal tujuan pembelajaran baca tulis al-Qur’an, Ahmad Syarifuddin memberikan pendapat yaitu diuraikan sebagai berikut:

Dahulu Nabi SAW. memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan al-Qur’an, khususnya untuk kalangan anak-anak. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan anak-anak berkeyakinan atau setidak-tidaknya mengenal bahwa sesungguhnya Allah SWT itu Tuhannya dan al-Qur’an ini adalah kalam-Nya. Juga bertujuan agar ruh al-Qur’an senantiasa tertanam pada jiwa mereka. Cahaya al-Qur’an memancar pada pemikiran, pandangan dan indera mereka. Bertujuan pula agar mereka menerima akidah-akidah al-Qur’an sejak dini, tumbuh dan beranjak dewasa senantiasa mencintai al-Qur’an, kontak dengannya, menjalankan perintah-perintahnya, dan menjauhi larangan-larangannya, berakhlak seperti akhlak al-Qur’an, serta berjalan di atas -atas prinsip-prinsip Kitab Suci al-Qur’an.20

Selanjutnya Muhammad Ali Sunan menyatakan bahwa tujuan pembelajaran al-Qur’an pada anak-anak yaitu:21

a. Anak dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar berdasarkan kaidah-kaidah ilmu tajwid.

b. Anak dapat menulis al-Qur’an dengan baik dan benar.

c. Anak dapat menghafal surat-surat pendek dan doa-doa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

d. Anak dapat melakukan sholat dengan baik serta terbiasa hidup dalam suasana Islami.

19 Sa’ad Riyadh, Langkah Mudah Mengairahkan Anak Hafal Al-Qur’an, (Solo: Samudera, 2009), h. 14.

20 Ahmad Syarifuddin, op. cit., h. 68.

21 Muhammad Ali Sunan, Metode Pengajaran Al-Qur’an, 2014, h. 1,

(28)

Baca tulis al-Qur’an perlu diajarkan pada anak usia dini karena merupakan modal dasar bagi anak untuk menempuh pendidikan agama Islam selanjutnya, contohnya pelajaran tentang sholat, dimana membutuhkan kelancaran bacaan-bacaan al-Qur’an dalam menunaikannya. Selain pelajaran tentang sholat, pelajaran berdoa, membaca ayat-ayat pendek, dan kalimat-kalimat thoyyibah juga membutuhkan kemampuan baca tulis al-Qur’an.

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Zakiah Daradjat dkk. menyatakan bahwa isi pengajaran al-Qur’an itu meliputi:22

a. Pengenalan huruf hijaiyyah, yaitu huruf Arab dari Alif sampai Ya (alifbata).

b. Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyyah dan sifat-sifat huruf itu; ini dibicarakan dalam ilmu Makhraj.

c. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syaddah, tanda panjang (maad), tanwin dan sebagainya.

d. Bentuk da fungsi tanda berhenti baca (waqaf), seperti waqaf mutlak, waqaf jawaz dan sebagainya.

e. Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam irama dan bermacam qiraat yang dimuat dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu Nagham. f. Adabut tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca al-Qur’an

sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.

Tambah Zakiah Daradjat lagi “Ruang lingkup pengajaran al-Qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran keterampilan khusus yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan”.23

22

Zakiah Daradjat dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. IV, h. 91.

23

(29)

Pembelajaran baca tulis al-Qur’an sebagaimana yang telah diatur dalam Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), ruang lingkup materi dan metode yang berkaitan dan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran baca tulis al-Qur’an dijabarkan sebagai berikut: 24

1. Bacaan Iqro

a) Bacaan Iqro ialah bimbingan belajar membaca al-Qur’an dengan mengacu pada Buku Iqro susunan K.H. As’ad Humam (Almarhum), yaitu yang terdiri dari enam jilid.

b) Bahan bimbingan belajar membaca tersebut diselesaikan oleh santri TKA maupun santri TPA selambat-lambatnya dalam tempo 12 bulan (1 tahun) pada Paket A.

c) Cara pembelajarannya (metodologi pengajarannya) didasarkan atas petunjuk yang telah dipolakan oleh penyususn buku tersebut melalui pendidikan individual (privat). Prinsip-prinsip pembelajarannya ialah: bacaan langsung (tanpa dieja/diurai), tatap muka langsung (musyafahah), CBSA, dapat melalui asistensi, dan menggunakan sistem modul.

d) Dalam proses pembelajarannya, guru yang bertugas harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan psikologis dan karakteristik anak, yaitu dengan mengacu pada prinsip “bermain sambil belajar” atau “belajar sambil bermain”. Untuk itu suasana belajar di TKA maupun TPA harus diselenggarakan dengan mencptakan suasana TAMAN, yaitu: Indah, Bersih, Nyaman, dan Menyenangkan. 2. Bacaan Surah Pendek

a) Yang dimaksud dengan Surah Pendek ialah sejumlah surah yang terdapat dalam Juz „Amma (Juz ke-30), yaitu (targetnya) sebanyak 13 Surah untuk santri TKA, dan 22 Surah untuk santri TPA.

24

Syamsuddin MZ., Tasrifin Karim dan Mamsudi AR., Panduan Kurikulum dan Pengajaran

Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) , (Jakarta: LPPTKA

(30)

b) Sejumlah Surah Pendek yang ditargetkan untuk dihafal tersebut adalah sebagai berikut:

1) Bagi santri TKA (sebanyak 13 Surah), yaitu surah at-Takatsur (surah ke-102) sampai dengan surah an-Nas (surah ke-114). 1 surah tersebut dihafal dalam 24 bulan (TKA Paket A dan Paket B)

2) Bagi santri TPA (sebanyak 22 Surah), yaitu sebanyak target hafalan santri TKA (13 Surah) ditambah 9 Surah lainnya, yaitu:

 Surah adh-Dhuha (Surah ke-93)

 Surah al-Insyirah (Surah ke-94)

 Surah at-Tin (Surah ke-95)

 Surah al-Alaq (Surah ke-96)

 Surah al-Qadar (Surah ke-97)

 Surah al-Bayyinah (Surah ke-98)

 Surah al-Zilzalah (Surah ke-99)

 Surah al-Adiyat (Surah ke-100)

 Surah al-Qari’ah (Surah ke-101)

22 Surah tesebut di atas diharapkan dapat dihafal dalam tempo 12 bulan (TPA Paket A).

c) Proses pembelajaran hafalan surah pendek, pada dasarnya sama dengan proses pembelajaran hafalan bacaan shalat. Bahkan tujuan penghafalan surah pendek tersebut berhubungan erat dengan bacaan dan praktik ibadah shalat. Oleh karena itu, Guru yang bertugas, selain melakukan pendekatan pembelajaran secara terpisah (dengan alokasi waktu sendiri-sendiri), sewaktu-waktu ia harus kreatif melakukan penggabungan (terintegrasi) dengan cara sebagai berikut:

(31)

2) Mengadakan latihan praktik shalat secara utuh, yakni meliputi aspek bacaan shalat (qauliyyah) dan aspek gerakan (fi’liyah). Terlebih-lebih untuk anak-anak yang masih tergolong pemula, yakni santri kelompok TKA Paket A dan santri TPA Kelompok umur 7-10 tahun.

3) Mendorong para santrinya agar membiasakan mengerjakan shalat di luar jam belajar, yakni di rumahnya masing-masing bersama orang tuanya dan atau di bawah pengawasan dan bimbingan orang tua atau kakak-kakaknya. Untuk itu kerjasama antara guru dan orang tua santri harus tercipta dengan baik.

3. BacaanTadarus Bittartil

a) Yang dimaksud “Tadarus Bittartil” ialah membaca Al-Qur’an dengan pola Tartil (Murattal). Dalam pengajaran di TK/TP Al-Qur’an, bimbingan Tadarus ini adalah bagi santri yang sudah tamat/lulus dalam menyelesaikan paket Iqro, yakni buku Iqro jilid 1 sampai jilid 6 (Paket A).

b) Bimbingan tadarus bittartil ini dilakukan melalui pendekatan individual (privat) dan atau kelompok privat, dibawah bimbingan guru privat. Prinsip pembelajarannya hampir sama dengan pembelajarannya bacaan Iqro. Bedanya, selain itu dalam pola lagunya yang tidak lagi dengan pola “mu’allaq” (pada Paket Iqro), juga dalam pengelolaan kelasnya. Pada paket Iqro, anak-anak dikelompokkan berdasarkan jenjang prestasi pencapaian dari jilid ke jilid, sedangkan pada Paket Tadarus pengelompokkannya berdasarkan jenjang pencapaian dari juz ke juz dan tahap kemahiran dalam cara membacanya.

4. Ilmu Tajwid

(32)

kelas III SD/MI). Dengan demikian, bagi santri kelompok TKA, sekalipun mereka sudah tadarus al-Qur’an (TKA Paket B) mereka belum dituntut target penguasaan ilmu Tajwid. Bagi mereka, yang diutamakan pembiasaan dan ketapatan membaca (bacaan “Mujawwad”) tanpa harus tahu secara teotitis (kaidah-kaidah Ilmu Tajwid). Kalaupun harus memperkenalkan teorinya, hal itu bersifat terbatas, yakni terbatas pada bagian ilmu Tajwid yang mudah diingat dan dipahami anak. Itu pun dengan mempertimbangkan tingkat kecerdasan anak yang bersangkutan.

b) Proses pembelajarannya dilakukan secara klasikal melalui metode dan alat bantu atau media yang praktis, komunikatif, dan menarik bagi anak. Dalam hubungan ini, alat peraga dalam bentuk bagan, alat permainan dan kemasan dalam bentuk lagu-lagu/nyanyian adalah termasuk cara-cara yang menarik dan disenangi anak. Dan terbukti cukup efektif. Karenanya perlu dikembangkan dan dimasyarakatkan.

c) Mengenai buku pegangan santri, Buku “Cara Cepat Belajar Tajwid

Praktis” susunan K.H. As’ad Humam (Alm.) cukup memadai untuk dijadikan standar. Namun demikian, guru yang bertugas dituntut untuk mengembangkannya, terutama dalam segi metodologi pengajarannya. Karena buku tersebut belum dilengkapi dengan cara mengerjakannya.

(33)

rumahnya masing-masing. Seiring dengan kegairahan membaca al-Qur’an tersebut (ingat motto Tiada Hari Berlalu Tanpa Tadarus al- Qur’an), tingkat penguasaan Tadarus tersebut ditunjang dengan pembelajaran ilmu Tajwid. Dalam Kurikulum 1997, materi ilmu Tajwid ini diberlakukan bagi santri kelompok TPA Paket B. 5. Hafalan Ayat Pilihan

a) Yang dimaksud dengan ayat pilihan adalah ayat al-Qur’an yang dipilih dari surah tertentu (selain surah yang terhimpun dalam Juz „Amma/Juz ke-30) sebagai bahan hafalan bagi santri. Dalam hal ini santri TPA Paket B. Ayat Pilihan dimaksud adalah sejumlah ayat tertentu yang berisi tuntunan tentang Aqidah, Syari’ah, Akhlaq, dan Ayat yang berisi tentang rahasia alam (Ayat Kauniyah)

Paket materi hafalan ayat pilihan tersebut adalah sebagai berikut:

 Surah al-Baqarah (Q.S. 2) ayat 284-286

 Surah Ali Imran (Q.S. 3) ayat 133-136

 Surah an-Nahl (Q.S. 16) ayat 65-69

 Surah al-Mu’minun (Q.S. 23) ayat 1-11

 Surah Luqman (Q.S. 31) ayat 12-19

 Surah al-Fath (Q.S. 48) ayat 28-29

 Surah ar-Rahman (Q.S. 55) ayat 1-16

 Surah al-Jumu’ah (Q.S. 62) ayat 9-11

b) Proses pembelajaran hafalan ayat pilihan, dalam banyak hal tidak berbeda dengan proses pembelajaran hafalan surah pendek, yaitu: Disajikan melalui pendekatan klasikal dengan variasi pendekatan individual, dihafal bersam secara bertahap dan berulang-ulang, dan bukti kelulusannya didata dalam Data Prestasi Hafalan. Bedanya hafalan ayat pilihan ini tidak disatu-paketkan dengan Materi hafalan bacaan shalat dan praktik shalat.

(34)

ditopang melalui tulisan. Maksudnya, ayat pilihan tersebut ditulis dan pada buku catatan anak. Hal ini dapat didapatkan dengan program materi Tahsinul Kitabah (Materi Penunjang). Dengan demikian diharapkan dapat menunjang memori anak, baik dari segi ketepatan dalam cara pengucapannya maupun segi penulisannya, dan yang tak kurang pentingnya adalah segi pemahaman dan penghayatan terhadap kandungan maknanya. Untuk itu sebaiknya guru memberikan penjelasan tentang isi ayat yang bersangkutan. Tentu saja dengan penafsiran yang proporsional dan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak- anak. Dengan cara demikian, para santri diharapkan menjadi akrab terhadap ayat pilihan tersebut, sehingga upaya untuk menghafalkannya semakin antusias.

6. Tahsinul Kitabah

a) Materi Tahsinul Kitabah ialah bahan pengajaran tentang cara belajar menulis huruf al-Qur’an (huruf dan angka Arab). Bimbingan belajar menulis huruf al-Qur’an ini pada dasarnya diikuti oleh semua santri, baik santri TKA maupun santri kelompok TPA.

b) Materi dan teknis pembelajaran Tahsinul Kitabah ini disesuaikan denga taraf kemampuan anak. Bagi anak yang masih taraf pemula, terutama anak TKA, materi ini diawali dengan pendekatan menggambar/mewarnai (TKA Paket A). Hal ini dimaksudkan sebagai pemberian dasar-dasar menulis, sekaligus dalam rangka melatih keterampilan motorik halus mereka.

(35)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa ruang lingkup pembelajaran baca tulis al-Qur’an mencakup pengenalan huruf hijaiyyah, Ilmu Tajwid termasuk makharijul huruf (cara membunyikan huruf menurut tempat keluarnya), menulis huruf al-Qur’an (huruf dan angka Arab) dengan metode yang menyenangkan dan disesuaikan dengan karakteristik anak didik.

B. Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Di Indonesia, anak usia dini ditujukan kepada anak yang berusia 0 sampai 6 tahun. The National Association for the Education for Young Children (NAECY), membuat klasifikasi rentang usia dini (early childhood) yaitu sejak lahir sampai usia delapan tahun.25

Anak usia prasekolah juga termasuk dalam kategori anak usia dini. Biechler dan Snowman menegaskan anak usia prasekolah yaitu anak yang berusia antara 3-6 tahun.26

Jadi, yang dimaksud dengan anak usia dini di Indonesia adalah anak yang masih kecil dimana termasuk dalam kategori rentangan usia dari sejak lahir sampai usia sekitar enam tahun.

2. Karakteristik dan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Beberapa karakteristik yang khas pada anak usia dini, antara lain dorongan rasa serba ingin tahu yang besar terhadap apa saja di dekatnya, mobilitas yang tinggi (bergerak dan bergerak), dan bermain tanpa kenal waktu.27

25 Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), h. 78.

26 Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 16.

(36)

Berikut ini dikemukakan ciri-ciri fisik, sosial, emosi, dan kognitif anak menurut Biechler dan Snowman (dalam Anita Yus):28

1. Ciri Fisik a. Sangat aktif.

b. Melakukan banyak kegiatan.

c. Otot-otot besar (lengan, kaki) lebih dahulu berkembang dari otot yang lebih kecil (jari).

d. Koordinasi tangan, kaki, dan mata belum sempurna. e. Tubuh lentur sehingga mudah bergerak.

f. Anak laki-laki umumnya lebih besar dari anak perempuan. 2. Ciri Sosial

a. Bersahabat hanya pada satu atau dua orang dan mudah berganti. b. Bermain dalam kelompok kecil.

c. Anak yang lebih muda bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.

d. Pola bermain bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan gender. e. Sering terjadi perselisihan dan mudah berbaikan kembali. f. Telah menyadari peran jenis kelamin.

3. Ciri Emosi

a. Mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah lebih sering diperlihatkan.

b. Iri hati pada anak lain. Selalu memperebutkan perhatian orang dewasa di dekatnya (gurunya).

4. Ciri Kognitif

a. Umumnya terampil dalam berbahasa. b. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

c. Mengemukakan pikiran secara terbuka dan spontan.

Selanjutnya Isjoni menjelaskan lebih rinci tentang karakteristik anak usia dini usia 4-6 tahun sebagai berikut:29

(37)

a. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal itu bermanfaat untuk pengembangan otot-otot kecil maupun besar, seperti memanjat, melompat dan berlari.

b. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu, seperti meniru, mengulang pembicaraan.

c. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.

d. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial, walaupun aktivitas bermain dilakukan anak secara bersama.

Maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik yang terdapat pada anak usia dini yaitu rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungannya, terus bergerak dan bermain. Dengan mengenali karakteristik tersebut kita akan memahami tingkah laku anak usia dini dan dapat mengarahkannya kepada hal-hal yang positif.

Menurut Isjoni, aspek-aspek perkembangan pada anak usia dini adalah sebagai berikut:30

1. Perkembangan Fisik dan Motorik

Terdapat ciri yang sangat menonjol dan berbeda ketika anak mencapai tahapan usia prasekolah/kelompok bermain (3-6) tahun, dengan usia bayi. Perbedaan tersebut terletak pada penampilan, proporsi tubuh, berat panjang badan serta keterampilan yang mereka miliki. Pada anak usia ini tampak otot-otot tubuh yang berkembang sehingga memungkinkan mereka melakukan berbagai jenis keterampilan. Semakin usia mereka bertambah, maka perbandingan

(38)

antar bagian tubuh akan berubah pula. Selain itu letak gravitasi makin berada di bawah bagian tubuh, sehingga keseimbangan akan berada pada tungkai bagian bawah.

Gerakan anak usia pra sekolah lebih terkendali dan terorganisasi, dengan pola-pola gerakan seperti mampu menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat terjuntai dengan santai, serta mampu melangkah dengan menggerakkan tungkai dan kaki. Pola-pola tersebut memungkinkan anak untuk merespon dalam berbagai situasi. Pada usia prasekolah/kelompok bermain ini, keterampilan motorik halus sangat pesat perkembangannya.

Pada umumnya anak usia prasekolah/kelompok bermain sangat aktif, mereka memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Meskipun demikian, mereka tetap memerlukan istirahat yang cukup karena aktivitas yang dilakukan oleh mereka pada masa ini sangat memerlukan energi yang besar. Selain itu, otot-otot besar lebih berkembang dibandingkan dengan kontrol terhadap tangan dan kaki, sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan yang rumit.

2. Perkembangan Kognitif

Pada masa prasekolah anak sudah mampu berpikir dengan menggunakan simbol. Meskipun cara berpikir mereka masih dibatasi oleh persepsi serta masih bersifat memusat dan kaku, namun mereka sudah mulai mengerti bagaimana mengklasifikasi sesuatu berdasarkan pemahaman mereka yang masih sederhana.

3. Perkembangan Emosi

(39)

1. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan.

2. Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan tanpa ada objeknya.

3. Marah, yaitu perasaan tidak senang atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri atau objek tertentu.

4. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang disayanginya.

5. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman karena terpenuhi keinginannya.

6. Kasih sayang, yaitu perasaan memberikan perhatian dan perlindungan pada orang lain.

7. Phobi, yaitu rasa takut terhadap objek yang tidak perlu ditakutinya (irrasional).

8. Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal atau mengetahui tentang objek-objek yang ada di sekitarnya.

4. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya sekedar kematangan. Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon terhadap dirinya. Bagi anak TK, kegiatan bermain menjadikan fungsi sosial anak semakin berkembang. Tatanan sosial yang baik dan sehat serta dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri yang positif akan menjadi perkembangan sosialisasi anak menjadi lebih optimal.

(40)

muncul kesadaran anak akan konsep diri yang berkenaan dengan gender, anak mulai memahami perannya sebagai anak perempuan dan sebagai anak laki-laki.

5. Perkembangan Bahasa

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi menjadi melakukan ekspresi dengan berkomunikasi melalui gerakan menjadi ujaran.

Anak usia dini biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan bernyanyi. Sejak usia dua tahun anak menunjukkan minat untuk menyebut nama benda. Minat tersebut terus berkembang sejalan dengan bertambah usia dan menunjukkan bertambah pula perbendaharaan kata. Dengan perbendaharaan kata yang dimiliki anak mampu berkomunikasi dengan lingkungannya yang lebih luas. Anak dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang lebih kaya.

(41)

sebagainya. Kemampuan moral yang tertinggi adalah ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.31

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada anak usia dini terjadi perkembangan-perkembangan yang signifikan yaitu dari segi aspek fisik, motorik, kognitif, emosi, sosial, bahasa, dan moral. Hal tersebut merupakan pedoman bagi orang tua maupun pendidik untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak (anak didik)-nya secara baik dan sesuai dengan kebutuhan anak, sehingga dapat mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki anak, yang berguna bagi kehidupannya di masa yang akan datang.

C. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Usia Dini

Rasululah SAW. telah menyeru para orang tua agar mendidik anak-anak mereka membaca al-Qur’an. Menurut Ahmad Syarifuddin, “Usia yang ideal untuk menerima pendidikan al-Qur’an adalah usia dini, usia kanak-kanak, atau usia sekitar 4-6 tahun”.32

Ahmad Syarifuddin menambahkan, “ditekankannya memberikan pendidikan al-Qur’an pada masa anak-anak berlandaskan pemikiran bahwa masa kanak-kanak adalah masa pembentukan watak yang ideal. Anak-anak pada masa itu mudah menerima apa saja gambar yang dilukiskan kepadanya. Sebelum menerima lukisan negatif, anak perlu didahului semaian pendidikan membaca al-Qur’an sejak dini agar nilai-nilai kitab suci al-Qur’an tertanam dan bersemi dalam jiwanya kelak”.33

Al-Hafizh as-Suyuthi dalam Jamaal Abdur Rahman mengatakan sebagai berikut, “mengajarkan al-Qur’an kepada anak-anak merupakan salah satu hal pokok dalam Islam agar anak-anak didik dibesarkan dalam nuansa fitrah yang putih lagi bersih dan kalbu mereka telah diisi terlebih dahulu oleh cahaya

31 Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

(42)

hikmah sebelum hawa nafsu menguasai dirinya yang menghitamkannya karena pengaruh kekeruhan, kedurhakaan dan kesesatan.”34

Maka dapat disimpulkan bahwa mendidik membaca al-Qur’an pada anak sejak usia dini adalah suatu hal yang sangat penting. Mengajarkan al-Qur’an pada anak sejak usia dini akan menanamkan pondasi agama Islam dan pembentukan kepribadian muslim yang kuat. Selain itu hal tesebut menjadikan pedoman hidup untuk anak di dunia sehingga akan bahagia di akhirat.

Selain menyeru mendidik anak membaca al-Qur’an, Rasulullah SAW. juga menekankan pentingnya mendidik anak menulis huruf-huruf al-Qur’an. Anak diharapkan memiliki kemampuan menulis (kitabah) aksara al-Qur’an dengan baik dan benar dengan cara imla’“dikte” atau setidak-tidaknya dengan cara menyalin (naskh) dari mushaf.35 Selanjutnya Bila mendidik anak membaca al-Qur’an menjadi hak anak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya, maka mendidik anak menulis al-Qur’an juga menjadi hak anak yang wajib ditunaikan oleh orang tuanya. Sesungguhnya dalam kegiatan tulis menulis huruf-huruf al-Qur’an terdapat syiar agama Islam. Menggalakkan tradisi ini pada anak, berarti ikut serta menggemakan syiar agama Islam. Atas dasar ini, orang tua dan para pendidik tidak boleh mengabaikan aspek pegajaran menulis huruf-huruf al-Qur’an itu pada masa anak-anak.36

Hal ini menunjukkan bahwa antara membaca dan menulis al-Qur’an memiliki keterkaitan yang erat. Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca saja, melainkan perlu untuk menuliskannya karena dengan menuliskannya seorang muslim akan lebih mudah untuk menghafal dan memahami isi kandungan dari al-Qur’an. Dengan memperhatikan hal tersebut maka tujuan pendidikan al-Qur’an terhadap anak usia dini akan tercapai, sehingga pada usia dewasa

34 Jamaal „Abdur Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Terj. dari Athfalul Muslimin, Kaifa

Rabbahumun Nabiyyul Amiin oleh Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi, (Bandung: Irsyad Baitus

Salam, 2005), h. 410-411.

35

(43)

kelak, anak-anak yang telah mendapat pendidikan tentang menulis al-Qur’an tersebut akan terus menyiarkan ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an.

Prinsip pengajaran al-Qur’an pada dasarnya bisa dilakukan dengan bermacam-macam metode. Diantara metode-metode itu ialah sebagai berikut:

Pertama, guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul anak atau murid. Dengan metode ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak akan dapat melihat dan menyaksikan langsung praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya. Yang disebut dengan musyafahah „adu„ lidah. Metode ini diterapkan oleh Nabi SAW kepada kalangan sahabat.

Kedua, murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya. Metode ini dikenal dengan metode sorogan atau „ardul qira’ah’ „setoran bacaan’. Metode ini dipraktikkan oleh Rasulullah SAW bersama dengan malaikat Jibril kala tes bacaan al-Qur’an di bulan Ramadhan.

Ketiga, guru mengulang-ulang bacaan, sedang anak atau murid menirukannya kata perkata dan kalimat per kalimat juga secara berulang-ulang hingga terampil dan benar.37

Berikut ini adalah macam-macam metode pembelajaran al-Qur’an untuk anak usia dini menurut Yolly Mulya:38

1. Metode Lamma

Metode ini adalah metode lancar membaca dan menulis al-qur’an. Metode ini cocok sekali untuk anak usia dini, dan memiliki pendekatan secara individual dan klasikal.

Pencipta/Penemu Metode Lamma: Metode Lamma diciptakan/ditemukan oleh tim penulis Syahirman S.Ag dkk. Badan kerjasama TPA/TPSA kota Padang

37 Ibid., h. 81.

(44)

Tahun dipublikasikan: Padang,7 Mei 2004

Latar belakang Metode Lamma: Pengalaman bertahun-tahun Syahirman S.Ag. sebagai guru TPA. Pengalaman kemudian dituangkan kedalam tulisan yang diperkenalkan kepada rekan-rekan sesama guru TPA.

Tujuan: Membantu guru-guru TPA dan mengajar baik secara privat atau klasikal dan membantu santri TPA dalam memperlajari, membaca dan menulis Al-Qur’an. Mulai dari tingkat dasar dan membantu program pemerintah kota Padang dalam penuntasan buta baca al-Qur’an.

Tujuan hasil pencapaian peserta didik: Anak bisa membaca dan menulis huruf al-Qur’an dengan baik dan benar. Maka tiap-tiap pembelajaran di dalam buku ini dilampiri dengan kertas tipis (droslah) yang tujuannya adalah agar setelah santri dapat membaca dengan baik dan benar kemudian santri akan berlatih menulis bacaan tersebut dengan cara menjiplak dengan kertas droslah yang telah disediakan.

Target pengguna: Anak usia dini, anak TPA, umum .

Prinsip-prinsip metode Lamma:

a. Anak mampu membaca dan menulis al-Qur’an dengan baik dan benar. b. Kemampuan membaca dapat diperoleh dari latihan-latihan, pada setiap

pembelajaran melalui pendekatan secara individual.

c. Kemampuan menulis dapat diperoleh dari latihan-latihan menulis ayat al-Qur’an dan menjiplak dengan kertas transparan.

d. Buku ini terdiri dari 15 kali pertemuan.

Kelebihan Metode Lamma: a. Guru sebagai fasilitator.

b. Anak mengenan huruf hijaiyyah di awal.

(45)

d. Anak mengenal tajwid, sehingga anak bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.

e. Metode ini menggunakan 15 pembelajaran. Untuk tiap-tiap pembelajaran disesuaikan dengan waktu belajar di TPA, PAUD, dan sebagainya.

f. Metode ini sesuai dengan karakteristik anak dan sesuai dengan tingkat umur anak.

g. Dalam metode ini langkah-langkahnya lengkap sehingga mudah di laksanakan guru atau pendidik.

h. Metode ini bisa digunakan dengan nyanyian, dan berbagai media. Sehingga menarik bagi anak, dan anak tidak cepat bosan.

Kelemahan metode Lamma: Metode ini tidak menggunakan kata-kata lembaga, seperti metode al-Barqi.

Langkah-langkah menerapkan metode Lamma: - Pengenalan huruf hijaiyah dari alif sampai ya. - Pembelajaran 1 pengenalan tanda baca fathah. - Pembelajaran 2 pengenalan tanda baca kasrah. - Pembelajaran 3 pengenalan tanda baca dhommah.

- Pembelajaran 4 pengenalan bacaan berbaris: “a” “i” “u”. - Pembelajaran 5 pengenalan tanda mati atau sukun. - Pembelajaran 6 pengenalan tanda tanda tasdid. - Pembelajaran 7 pengenalan bacaan tanwin.

- Pembelajaran 8 pengenalan bacaan panjang baris tegak dan dhommah terbalik.

(46)

- Pembelajaran 14 pengenalan bacaan mim bertasdid, dan nun bertasdid - Pembelajaran 15 pengenalan tanda waqaf

- Latihan-latihan bacaan ayat al-Qur’an

Metode Lamma memungkinkan anak didik untuk mempelajari baca tulis al-Qur’an dengan baik karena metode ini dirancang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Selain itu metode Lamma juga sangat menyenangkan bagi anak didik karena dilakukan dengan sambil bernyanyi dan didukung dengan bantuan media untuk lebih mempermudah anak belajar membaca dan menulis al-Qur’an.

2. Metode Al-Barqi

Pencipta/penemu metode al-Barqi: Muhadjir Sulthon adalah dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Tahun diterbitkan: Tahun 1965.

Latar belakang metode al-Barqi: Pengalaman penyusun dalam mengajar, karena banyak murid yang mengalami kesulitan dalam belajar dan menulis al-Qur’an.

Target pengguna: Anak-anak hingga dewasa.

Metode Barqi (kilat) dinilai sebagai metode cepat membaca al-Qur’an yang paling awal. Metode ini disebut metode “anti lupa“ karena mempunyai struktur yang apabila siswa lupa, anak bisa mengingatnya kembali tanpa bantuan guru. Metode al-Barqi, menggunakan metode kata lembaga dengan pendekatan global dan bersifat analitik sintetik.

Metode ini menggunakan 4 lembaga (struktur kalimat yang mudah diingat):

(47)

Tiap kata lembaga hanya 4 suku kata dan tiap-tiap lembaga mempunyai arti hingga mudah dipahami dan dihafal, kemudian dapat digunakan sebagai kunci rujukan pada saat anak-anak lupa karena metode ini merupakan metode anti lupa.

Metode ini menggunakan empat sistem: - Pengamatan sebuah struktur kata/kalimat - Pemisahan

- Pemilihan - Pemanduan

Teknik penyajiannya yang akurat, seperti:

- Konsentrasi menggunakan titian ingatan (mengingat sewaktu lupa).

- Mengadakan kelompok bunyi untuk mengenal/pindah dari huruf yang telah dikenal kehuruf sulit.

- Isyarat bunyi.

- Mengelompokkan bentuk huruf untuk memudahkan belajar menyambung.

Kelebihan Metode Al-Barqi: - Menggunakan sistem delapan jam. - Praktis untuk segala umur.

- Menggunakan metode yang aktual, yakni SAS (Struktur Analitik Sintetik) yang memudahkan murid dalam belajar al-Qur’an.

- Cepat dapat membaca huruf sambung. - Adanya teknik imla, menulis khat.

- Tidak membosankan karena adanya nyanyian. - Sangat cepat dipakai secara klasikal.

- Cocok untuk anak usia dini.

- Menurut pakar bahasa, dengan menggunakan kata bermakna, anak lebih mudah menghafal dan mudah diingat.

(48)

Kelemahan Metode Al-Barqi:

- Anak tidak mengenal huruf hijaiyah dengan lengkap. - Huruf hijaiyah diajarkan pada akhir pembelajaran.

- Anak usia dini ,harus mengembangkan metode dengan permainan-permainan.

Prinsip Metode Al-Barqi:

- Mengunakan titian ingatan untuk mengenalkan bunyi dan bentuk huruf. - Menggunakan kemiripan bentuk, dan bunyi huruf sebelumnya untuk

mengenal huruf yang tidak tercakup dalam kelompok titian ingatan. - Langsung dikenalkan pada huruf sambung, selain huruf tunggal.

- Langsung dikenalkan fathah, kasrah, dhommah, panjang, pendek, dan tajwid.

Pendekatan Metode Al-Barqi: - Pendekatan klasikal

- Pendekatan individual

Metode al-Barqi dengan SAS maksudnya adalah dengan model struktur, kita harus mencari akar kata atau sebuah kalimat yang bermakna. Dari kalimat bermakna ini, lalu dilakukan pemisahan pada tiap-tiap suku kata atau kalimat dengan menggunakan (Analitik). Dengan pemisahan ini, peserta didik harus mengerti bunyi tiap-tiap suku kata atau kalimat tersebut. Setelah proses ini dilakukan, maka fase berikutnya adalah dengan menyusun kata baru dengan menggunakan unsur suku-suku kata yang telah dipahami tersebut (Sintetik).39

Metode al-Barqi juga cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada anak usia dini. Selain menyenangkan dengan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik anak seperti sambil bernyanyi, metode al-Barqi juga menggunakan pendekatan yang lebih

(49)

modern yaitu SAS (Struktur Analitik Sintetik), sehingga membuat anak lebih mudah dalam mempelajari al-Qur’an.

3. Metode Iqra’

Metode Iqra’ disusun oleh H. As’ad Humam. Metode Iqra’ memang dirancang untuk anak-anak sejak balita atau TK (Taman Kanak-Kanak) dan RA (Raudhatul Athfal). Dan ini memiliki keuntungan banyak antara lain, mereka mudah untuk diarahkan melafalkan makhroj secara benar, sebab mereka belum punya perbendaharaan kata lain dalam makhroj Arab, sehingga dapat terbiasa dan lebih awet.40

Muhammad Muhyidin menyatakan bahwa:

“Ketika kita cermati pengajaran-pengajaran ke-al-Qur’an-an di TPA-TPA atau tempat-tempat lain yang sejenis, maka biasanya diterapkan metode baca dan tulis al-Qur’an. Di kota-kota di pulau Jawa (kota besar maupun kecil, juga di desa-desa), biasanya para ustadz menggunakan satu di antara dua metode membaca al-Qur’an, yaitu metode Qiraati dan metode Iqra’. Di samping itu juga terkenal metode al-Barqi dan metode al-Baghdadi.”41 Menilik metode-metode pembelajaran al-Qur’an oleh para ustadz tersebut, maka kita akan menemukan kekhasan masing-masing metode itu. Walaupun begitu, sesungguhnya yang ingin dicapai oleh metode tersebut adalah usaha bagaimana anak-anak bisa cepat dalam membaca dan menulis al-Qur’an.42

Berdasarkan penjelasan tentang metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran baca tulis al-Qur’an maka hal ini tentunya sangat memudahkan para pendidik untuk mengajarkan al-Qur’an pada anak usia dini, sehingga tujuan pembelajaran al-Qur’an pun akan tercapai.

Hendaknya dalam proses pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada anak usia dini menggunakan model pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif,

40 Ibid., h. 100.

41 Muhammad Muhyidin, Mengajar Anak Berakhlak Al-Qur’an, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. III, h. 48-49.

(50)

Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Hal ini akan meningkatkan hasil pembelajaran baca tulis al-Qur’an.

Menurut Isjoni PAIKEM adalah pembelajaran yang dirancang agar anak terdorong untuk mengaktifkan diri, mengembangkan kreativitas, dan mereka merasa senang dan aman. Ciri-ciri PAIKEM adalah sebagai berikut:43

1. Anak didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan melalui perbuatan.

2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan membagkitkan semangat, lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran menarik, menyenangkan dan sesuai dengan dunia anak didik.

3. Guru mengatur kelas yang dapat membuat anak betah dan kerasan untuk berlama-lama di dalamnya.

4. Guru menerapkan pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk di dalamnya pembelajaran berkelompok.

5. Guru mendorong anak didik untuk menemukan pemecahan masalah untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Berdasarkan pemaparan tentang berbagai metode yang diterapkan dalam pembelajaran baca tulis al-Qur’an di atas, kita sebagai pendidik agama Islam, khususnya guru yang mengajarkan baca tulis al-Qur’an, hendaknya mengapresiasinya dengan terus mengembangkan dan mempraktikkannya, sehingga anak didik pun dapat dengan mudah mempelajari al-Qur’an dan syiar agama Islam pun semakin menggema. Terkait anak usia dini menggunakan pendekatan PAIKEM, karena dunia anak usia dini adalah bermain dan menyenangkan.

Metode yang diterapkan di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre dalam pembelajaran baca tulis al-Qur’an pada anak usia dini yaitu; metode Iqra’

(51)

untuk pembelajaran membaca al-Qur’an. Sedangkan metode Uktub untuk pembelajaran menulis al-Qur’an.

Metode Uktub adalah (sebuah pengantar menulis al-Qur’an dan bahasa Arab) yang disusun oleh Ustadz Abu Maschuri sejak tahun 1987 untuk membantu mempermudah proses penguasaan huruf-huruf al-Qur’an.44

Adapun yang harus dicapai siswa tingkat TPA secara fleksibel (sesuai kemampuan kognitif anak masing-masing) dalam pembelajaran baca tulis al-Qur’an di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara sebagai berikut:45

a. Bacaan Iqra’ dan Al-Qur’an

- Dapat membaca al-Qur’an/Buku Iqra’ dengan lancar. b. Ilmu Tajwid

- Dapat mengetahui dan membaca al-Qur’an sesuai dengan makharijul huruf.

- Dapat mengetahui dan membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid Mad, Nun Sukun, Tanwin dan Mim Sukun.

c. Hafalan Surat Pendek dan Ayat Pilihan al-Qur’an.

- Dapat menghafal surat-surat pendek (Humazah - an-Nas) dalam al-Qur’an.

- Dapat menghafal ayat-ayat pilihan (QS. Al-Baqarah: 284-286, QS. Ali Imran: 133-136, dan QS. An-Nahl: 65-68) dalam al-Qur’an.

d. Menulis Al-Qur’an

- Dapat menulis al-Qur’an dengan benar. - Dapat menulis al-Qur’an dengan rapih.

44 Abu Maschuri, Uktub Sebuah Pengantar Menulis Bahasa Arab dan Al-Qur’an, (Jakarta: Yayasan Sukses Mandiri, 2009), h. ii.

(52)

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebelum mengajukan penelitian dalam kajian skripsi ini, penulis terlebih dahulu melakukan survei terhadap hasil penelitian yang membahas tema tentang pembelajaran baca tulis al-Qur’an, yaitu dengan membaca dan memahami skripsi-skripsi yang telah ada di perpustakaan, terutama yang berkaitan dengan tema penelitian ini. Di antara penelitian yang dianggap relevan adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Andriani dalam skripsi S1-nya pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009. Penelitiannya berjudul ”Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an di SMP Islam Parung Bogor”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pembelajaran baca tulis al-Qur’an cukup baik.46

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Masyrifah dalam skripsi S1-nya pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2009. Penelitiannya berjudul “Penerapan Kurikulum Muatan Lokal Baca Tulis Al-Qur’an di SMP Negeri Purwodadi Pasuruan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebijakan kurikulum tentang baca yang telah ditempuh dalam meningkatkan kemampuan siswa

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Observasi terhadap Siswa dalam Pembelajaran
Tabel 4.1
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tentu saja, retro- marketing tidak cocok dalam setiap kesempatan, tetapi dapat diterapkan untuk setiap produk, jasa, atau segmen pasar tertentu, apakah sebuah pemasaran

Pengenalpastian kawasan yang hendak dimajukan sahaja tidak memadai kerana perancangan pembangunan seharusnya mengambilkira bukan hanya persekitaran fizikal dan manusia di

Hal positif ini juga serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iqbal, dkk (2013) dengan judul penelitian yaitu Impact of performance appraisal

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode ekstraksi spin kolom diperoleh RNA virus yang lebih banyak dibandingkan dengan metode

Beberapa cara telah dilakukan untuk memanen energi yang terbuang tersebut, seperti Kinetic Energy Recovery System (KERS) yang memanen energi terbuang saat pengereman, Thermal

Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi yang berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang kemudian dilanjutkan

Sebelum pekerjaan dilaksanakan, daerah kerja dibersihkan lebih dahulu dari pepohonan, semak belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon, dan semua material

Seminar Nasional Lahan Basah 2016 ini merupakan wadah temu ilmiah yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarat (LPPM) Universitas Lambung