• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Pengelolaan Persampahan

RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)Laporan Final

C. Ruang Lingkup Pengelolaan Persampahan

Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan UU 18 tahun 2008 yaitu:

a) Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga (tidak termasuk tinja);

b) Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dll;

c) Sampah spesifik meliputi sampah beracun, sampah akibat bencana, bongkaran bangunan, sampah yang tidak dapat diolah secara teknologi, dan sampah yang timbul secara periodik. Sampah spesifik harus dipisahkan dan diolah secara khusus. Apabila belum ada penanganan sampah B3 maka perlu ada tempat penampungan khusus di TPA secara aman sesuai peraturan perundangan.

RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Laporan Final

Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian timbulan sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor lingkungan lainnya.

7.4.2.2. Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A. Isu Strategis

Untuk merumuskan isu strategis ini, perlu dilakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, MDGs, RPJMD, RTRW Kabupaten, Renstra Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana Induk Persampahan dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Indragiri Hilir

Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah

Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah. b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan. Rendahnya kualitas

pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPA. Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan Kelembagaan

Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Laporan Final

3. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian system pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Sedangkan untuk Kabupaten Indragiri Hilir terdapat beberapa Isu strategis dibidang persampahan. Isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur (RPI2JM). Isu-isu tersebut antara lain :

1. Pelayanan persampahan belum merata. Sampai saat ini pelayanan persampahan masih terpusat di Kota Tembilahan, sedangkan kawasan perkotaan INHIL lainnya pelayanan persampahan masih sangat minim.

2. Kurangnya sarana dan prasarana persampahan hingga lingkungan permukiman, khususnya di wilayah perkotaan lainnya selain Kota Tembilahan.

3. Sistem pengolahan sampah pada lokasi pembuangan akhir sampah (TPA) di Sungai Beringin masih bersifat Open Dumping.

4. Secara geografis, akses pencapaian untuk menuju sebagian wilayah perkotaan di Kabupaten Indragiri Hilir hanya bisa dilewati oleh jalur air. Hal ini tidak memungkinkan proses

RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Laporan Final

pembuangan akhir sampah dilakukan secara memusat namun harus menyebar pada beberapa kawasan disekitar pusat kegiatan perkotaan.

5. Masih kurangnya kesadaran dan peran serta masyarakat didalam pengelolaan persampahan 6. Kurang dilaksanakannya kegiatan pengurangan persampahan, seperti; melalui program 3R

(TPST dan Komposting) serta pendirian Bank Sampah.

B. Kondisi Eksisting

Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:

a. Aspek teknis

Menguraikan sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini yang dilaksanakan oleh masyarakat (individu/komunal), pemerintah/dinas dan swasta, meliputi hal-hal berikut:

1) Teknik Operasional pengelolaan persampahan:

- Sumber sampah yang dihasilkan dan ditangani (m3/hari);

- Jumlah sampah terkumpul, terangkut dan terolah sd TPA (m3/hari);

- Cakupan pelayanan (ha).

2) Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifiknya (fisik dan sosial);

3) Upaya pengurangan sampah di sumber melalui kegiatan 3R (reduce, reuse, recycle); 4) Kapasitas kerja dan efisiensi pemanfaatan;

5) Dampak negatif yang terjadi akibat sistem pengelolaan persampahan yang ada;

6) Pola Penanganan (Pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, pembuangan akhir);

7) Rentang tanggung jawab instansi terkait dalam teknik operasional.

Kondisi eksisting pengembangan persampahan di Kabupaten Indragiri Hilir sebagaimana diuraikan di atas dapat ditampilkan dalam tabel-tabel berikut:

RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Laporan Final

Tabel 0I-28. Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini

No Uraian Volume Ket.

(1) (2) (3) (4)

1 Cakupan pelayanan 9,74 % 2 Perkiraan timbulan sampah 1.724,85 M3/hari 3

Timbulan sampah yang terangkut: - Permukiman - Non Permukiman - Total 810,68 M3/hari 914,17 M3/hari 1.724,85 M3/hari 4 Kapasitas Pelayanan TPA

RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Laporan Final

Tabel 0I-29. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan Sistem

pengelolaan/ sub sistem

Prasarana dan Sarana Satuan Kapasitas

per unit Jumlah

Lokasi Layanan Pengadaan Kondisi Ket. Tahun Sumber dana Jumlah biaya (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)