• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Laporan Final

PROV APBD

7.3. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan system penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:

a. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

c. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Laporan Final

d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari- hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundangundangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.

Pemerintah melalui Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup:

• Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan system penyediaan air minum;

• Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Laporan Final

• Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.

7.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan G. Isu Strategis

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum; 2. Pengembangan Pendanaan;

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;

4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan; 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;

6. Rencana Pengamanan Air Minum;

7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat;

8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

Sedangkan untuk Kabupaten Indragiri Hilir terdapat beberapa Isu strategis dibidang air minum. Isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur (RPI2JM). Isu-isu tersebut antara lain :

1. Kualitas pengolahan air minum PDAM (SPAM-IKK) belum dapat menghasilkan air yang layak dan higienis untuk diminum

2. Jumlah penduduk yang sedikit namun menyebar membuat jarak pelayanan air minum menjadi jauh.

3. Sumber air baku sebagian besar berasal dari tanah gambut sehingga tidak layak minum dan biaya pengolahan menjadi mahal.

4. Distribusi jaringan air minum perpipaan hingga sambungan rumah yang masih sangat terbatas, khususnya di perkotaan.

RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Laporan Final

6. Kebutuhan akan air minum diperoleh melalui sistem Penampungan Air Hujan (PAH) karena kualitas air perpipaan PDAM yang keruh dan tidak layak minum.

H. Kondisi Eksisting

Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Indragiri Hilir secara umum adalah:

a. Aspek Teknis

Berisi hal-hal yang berkaitan dengan jenis dan jumlah system jaringan yang terdapat di dalam Kabupaten Indragiri Hilir, tingkat pelayanan, sumber air baku yang digunakan, serta kondisi pelanggan, system pengolahan air, dan jam pelayanan. Di dalam aspek teknis ini perlu juga dimunculkan besarnya unit konsumsi air minum (liter/orang/hari) untuk jaringan perpipaan dan bukan perpipaan

b. Aspek Pendanaan

Berisi uraian umum pembiayaan pengelolaan air minum baik system jaringan perpipaan maupun jaringan bukan perpipaan, kemampuan masyarakat dalam pembiayaan air minum, pencapaian target pembayaran rekening air, prosentase besaran tunggakan rekening. Disebutkan pula tarif dasar air dan harga dasar air serta struktur pelanggan. c. Kelembagaan

Berisi penjelasan dan uraian mengenai kondisi organisasi pengelola sistem penyediaan air minum baik jaringan perpipaan maupun non perpipaan. Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan SPAM adalah:

1. Organisasi Tata Laksana Penyelenggara SPAM baik untuk jaringan perpipaan maupun bukan perpipaan;

2. Sumber daya manusia penyelenggara SPAM; 3. Rencana Kerja Kelembagaan; dan

4. Monitoring dan Evaluasi Pengkajian Kelembagaan SPAM. d. Peraturan Perundangan

Tabel 0I-16. Peraturan Daerah/ Peraturan Gubernur/ Peraturan Bupati/ peraturan lainnya terkait Air Minum

No

Perda/ Pergub/ Perbup/ Peraturan Lainnya

Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk

Pengaturan No / Tahun Perihal

1 Perda Pembentukan PDAM No. 31 Tahun 2005, Tanggal 21 November 2005 Pembentukan PDAMTirta Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir-

(Lembaran Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2005 Nomor 31 Seri:E)

RPIJM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (2015 – 2021)

Laporan Final

e. Peran Serta Masyarakat

Berisi peran serta masyarakat dalam pengelolaan air minum terkait dengan kepatuhan membayar retribusi air, inisiatif masyarakat mengembangan SPAM di wilayah mereka, peran serta masyarakat memelihara kuantitas dan kualitas sumber air. Diuraikan pula permasalahan yang dihadapi terkait dengan peran negative masyarakat dalam menjaga keberlanjutan sumber air, jaringan yang ada dll.

Tabel 0I-17. Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Kabupaten Indragiri Hilir

No Sistem

Jaringan

Daerah Pelayanan Tingkat Pelayanan Sumber Air

Luas WP Jumlah Pddk WP (2010) Jmlh Pddk Terlayani

Pddk WIayah Lokasi Debit

(lt/dt) -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 1 Pelayanan Jaringan Perpipaan 30.667 7.356 23,99 Kota Tembilahan 150 5.184 1.138 21,95 IKK Kota Baru 20 43.122 213 0,49 Kuala Enok 20 1.812 1.812 100,00 IKK Sungai Piring 2,5 1.260 253 20,08 IKK Kuala Lahang 5 1.016 454 44,69 IKK Khairah Mandah 5 30.243 282 0,93 IKK Sapat 5 1.268 213 16,80 IKK Enok 5 43.143 128 0,30 IKK Concong 2,5 39.494 102 0,26 IKK Pelangiran 5 39.484 205 0,52 IKK Pulau Burung 10 16.511 180 1,09 IKK Kampas 10 26.949 121 0,45 IKK Kemuning 10 1.876 351 18,71 IKK Beringin 2,5 3.188 749 23,49 Sungai Salak 20 3.348 767 22,91 Pulau Kijang 5 21.585 62 0,29 Seberang Tembilahan 2,5 62.907 220 0,35 Pengalihan Keritang 2,5 Sumber : RISPAM Kab. INHIL

I. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM