• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I I I GAMBARAN KOTA MEDAN

PROFI L POTENSI PRODUK PERI KANAN DAN PEMASARAN PRODUK PERI KANAN KOTA MEDAN

4.1. Profil Bagian Pembangunan dan Sumber Daya Alam

4.1.5. RUANG LI NGKUP PENGENDALI AN

1. Pemantauan atau Monitoring, Rangkaian pengamatan secara langsung pada saat program kegiatan yang sedang berjalan

2. Pelaporan, Pemberian data info yang cepat, tepat dan akurat untuk bahan pengambilan keputusan

3. Evaluasi, Penilaian terhadap rencana yang ditetapkan dengan hasil implementasi menurut kriteria yang disepakati

4. Estimasi, untuk mendapatkan info awal yang cepat, tepat dan akurat mengenai perkiraan pelaksanaan program dan kegiatan

4.1.6. STRATEGI

1. Optimalisasi motivasi SDM untuk meningkatkan kinerja pada Bagian Pembangunan dan SDA

Pemerintah Kota Bandung

3. Optimalisasi peran Bagian Pembangunan dan SDA guna lebih meningkatkan komitmen untuk berperan aktif dalam semua bidang pembangunan

4. Optimalisasi pelaksanaan VI SI dan MI SI untuk merealisasikan TUPOKSI Bagian Pembangunan

5. Optimalisasi dukungan lembaga-lembaga di tingkat lebih atas untuk memperoleh anggaran bagi Pemerintah Kota Bandung

6. Optimalisasi tim pembina program/ kegiatan dalam mendorong dan memfasilitasi program/ kegiatan pada tiap-tiap SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung

7. Optimalisasi asistensi dalam rangka mewujudkan Bagian Pembangunan sebagai institusi konsultatif dengan tiap-tiap SKPD di lingkungan

Pemerintah Kota Bandung guna pencapaian program/ kegiatan yang taat aturan

4.1.7. PROGRAM

1. Program Peningkatan Pengelolaan Administrasi Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan Non Fisik

2. Program Peningkatan Kualitas dan Akses I nformasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

3. Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi I nformasi (E-Project Planning)

PPS Belawan terletak pada posisi yang cukup strategis, yakni terletak diantara Perairan Pantai Timur Sumatera (Selat Malaka), Perairan Zona Ekonomi Ekslusif I ndonesia (ZEEI ) dan Laut Cina Selatan, serta merupakan pintu masuk bagi kegiatan ekonomi beberapa negara di Asia.

Pembangunan pelabuhan perikanan diperlukan dalam rangka menunjang usaha serta pengembangan ekonomi perikanan secara menyeluruh terutama dalam menunjang perkembangan industri perikanan baik hulu maupun hilir, sehingga akan tercapai pemanfaatan sumberdaya perikanan yang seimbang, merata dan proporsional.

Dengan kata lain bahwa pembangunan pelabuhan perikanan bertujuan memberikan kemudahan kemudahan bagi para pengguna jasa dan nelayan dalam mengembangkan usahanya, sehingga akan meningkatkan pendapatan melalui efektifitas dan efesiensi usaha yang pada gilirannya akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.

Visi atau harapan yang ingin dicapai kedepan yakni sebagai "PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PERI KANAN DAN KELAUTAN SECARA TERPADU". Untuk mewukudkan visi tersebut PPS Belawan menetapkan beberapa MI SI , antara lain :

1. peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran produk perikanan

2. pengembangan fasilitas (sarana dan prasarana) pelabuhan dalam

jumlah dan kapasitas yang memadai

3. peningkatan profesionalisme SDM perikanan melalui pendidikan dan

pelatihan

4. pengembangan sistem data/ informasi perikanan yang jelas dan akurat 5. memelihara kelestarian dan kesinambungan sumberdaya perikanan

6. peningkatan pendapatan negara non migas melalui peningkatan

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

PER.06/ MEN/ 2009 tanggal 25 Januari 2009, PPS Belawan mempunyai tugas memfasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan dan pemanfaatan sumberdaya ikan untuk pelestariannya, dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.

Dalam melaksanakan tugas pokoknya PPS Belawan mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. perencanaan, pembangunan, pengembangan, pemeliharaan,

pengawasan dan pengendalian serta pendayagunaan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan

2. pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran di pelabuhan

perikanan

3. pelayanan jasa dan fasilitasi usaha perikanan

4. pengembangan dan fasilitasi penyuluhan serta pemberdayaan

masyarakat perikanan

5. pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi dan pemasaran hasil perikanan

6. pelaksanaan fasilitasi publikasi hasil riset, produksi dan pemasaran hasil perikanan

7. pelaksanaan fasilitasi pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari

8. pelaksanaan pengawasan, penangkapan sumberdaya ikan dan

penanganan, pengolahan, pemasaran serta pengendalian mutu hasil perikanan

9. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data perikanan

serta pengolahan sistem informasi

10.pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban dan pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan

antara perairan pantai timur Sumatera dan Selat Malaka. Juga berada di perairan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) I ndonesia dan Laut Cina Selatan, yang merupakan pintu masuk bagi kegiatan ekonomi beberapa negara di Asia .

Namun, potensi yang besar ini belum dimanfaatkan secara optimal. Kesemerawutan nampak sekali dalam areal dermaga ini. Tangkahan- tangkahan (pendaratan) ikan yang dikuasai oleh pemiliknya (kalangan pengusaha ikan) terkesan eksklusif atau tertutup, bahkan juga terhadap instansi terkait.

Kegiatan tangkahan ikan ini sulit dimonitor, misalnya berapa banyak hasil tangkapan ikan yang didaratkan, begitu pula jenis ikannya. Laporan maupun data tidak gampang diperoleh. Mereka enggan memberitahu kepada aparat berwenang tentang data hasil tangkapan yang didaratkan di dalam tangkahan.

Ada belasan tangkahan yang beroperasi di dalam kawasan PPS ini. Namun, pelataran dermaga terkesan kumuh. Genangan air berwarna hijau dan berlumut, plastik yang bertebaran, dan sisa ikan menebar aroma tidak sedap. Jika air laut surut terlihat jelas endapan gumpalan lumpur bercampur sampah berwarna pekat kecokelatan. Ketika laut pasang, seluruh pelataran dermaga tergenangi air laut.

Melihat kenyataan ini, tentunya menjadi tugas utama bagi Kepala PPS Belawan beserta jajarannya untuk segera berbenah. Sebagai pelabuhan perikanan bertaraf samudera, pelbagai fasilitas untuk menunjang kegiatan yang berorientasi komoditas ekspor, seharusnya mendapat prioritas dalam pengembangan pembangunan fisik secara menyeluruh.

PPS Belawan memprioritaskan perbaikan dan pengembangan, serta pelayanan yang prima. Sedikitnya, dia mengaku, membutuhkan waktu 12 bulan untuk melakukan pembenahan serta perbaikan pelbagai persoalan yang dihadapi PPS Belawan, terutama mengenai data-data yang berkaitan dengan usaha atau produksi perikanan.

PPS Belawan memang akan diwujudkan berstandar pelabuhan di Eropa. Standar ini penting, agar ikan hasil tangkapan nelayan bisa langsung diekspor ke Eropa dan negara lainnya tampa masalah. Untuk itu, lanjut Asifus, program yang akan dilaksanakan di antaranya adalah pengembangan fasilitas (sarana dan prasarana) pelabuhan dengan jumlah dan kapasitas yang memadai.

Pembangunan pelabuhan diperlukan untuk menunjang usaha serta pengembangan perekonomian industri perikanan, baik hulu maupun hilir. Kemudian, diharapkan dapat meningkatkan produksi, pengolahan dan pemasaran produk perikanan yang berstandar internasional. Kegiatan operasional di PPS Belawan dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan. Namun, secara fluktuatif cenderung merosot di sektor pengolahan. Pada 2006 produksi ikan (lokal) mencapai 16.830 ton, pada 2009 meningkat menjadi 23.727 ton, namun tahun 2008 (sampai November) turun menjadi 19.685 ton.

volume ekspor PPS Belawan tahun 2009 untuk ikan segar dan beku mencapai 11.382 ton. Ekspor tahun sebelumnya sebanyak 7.829 ton, sehingga ada peningkatan 3.553 ton (45,38 persen). I kan mencukupi untuk dipasok antarpulau dan pasar lokal. Sedangkan yang ditolak pasar diolah menjadi tepung untuk pakan ternak.

I kan yang memenuhi syarat diekspor ke Malaysia , Singapura, Jepang, Vietnam , Korsel, dan Tiongkok. Pada Juni-Agustus 2009, sempat masuk ikan dari Malaysia sebanyak 1.612 ton, antara lain kembung dan selayang, dengan harga lebih murah. Akibatnya, terjadi persaingan harga yang kurang sehat. Pengelola PPS akhirnya melarang ikan impor itu.

Di bidang PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), pada 2006 senilai Rp 227.061.723, kemudian meningkat pada 2009 sebesar Rp 253.216.446. Tahun 2008 (data November) baru meraup Rp 236.901.654. PNBP diharapkan terus meningkat, apalagi jika pembenahan berjalan lancar.

Produksi ikan, selain bersumber dari hasil tangkapan kapal-kapal ikan milik pengusaha yang ada dalam kawasan ini, juga berasal dari hasil pembelian dari nelayan mitra pengusaha. Jumlah ikan yang didaratkan selama 2009 tercatat 39.134 ton. Jika dibandingkan 2006 sebanyak 42.592 ton, berarti terjadi penurunan 3.458 ton atau 8,12 persen.

Di PPS Belawan jumlah perputaran uang mencapai Rp 3,87 miliar per hari atau Rp 116 miliar per bulan atau sekitar Rp 1,4 triliun pada tahun 2009 saja. Perputaran uang ini bersumber dari kegiatan operasional kapal ikan, penyaluran perbekalan melaut (BBM, es balok, air bersih, dan ransum

orang.

Terjadinya penurunan produksi ikan disebabkan faktor oceanografis, seperti musim angin, arus dan gelombang yang relatif besar pada bulan- bulan tertentu. Sehingga nelayan takut untuk melaut dan hal ini berdampak pada penurunan jumlah hasil tangkapan. “Kami akan bekerja keras untuk mewujudkan pelabuhan ini menjadi andalan ekspor produk perikanan di wilayah Sumatera Utara,”

Administrasi perizinan harus ditertibkan. Memanipulasi bobot kapal adalah pelanggaran hukum. Tim penertiban perizinan dari pusat (DKP dan Departemen Perhubungan) harus melakukan inspeksi pengukuran ulang terhadap kapal perikanan yang tidak sesuai ukuran, antara dokumen dan fisiknya, serta aplikasi sistem perizinan secara mobile di daerah.

Selain itu, alat tangkap yang digunakan kapal penangkap ikan yang biasa berlabuh di PPS Belawan, kebanyakan memakai jaring pukat ikan

diantaranya merusak terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan berkembangbiaknya ikan.

Jenis alat tangkap yang digunakan, antara lain pukat ikan (fish net) 117 unit, pukat cincin (purse seine) 237 unit, lampara dasar (damersial danis seine) 97 unit, jaring insang (gill net) 48 unit, dan pancing 7 unit.

Jumlah armada kapal penangkap ikan di PPS Belawan selama 2009 sebanyak 506 unit, atau bertambah 34 unit (7,2 persen) bila dibandingkab tahun 2006 sebanyak 472 unit. Ukuran kapal lebih kecil atau berbobot 10 GT sebanyak 117 unit, 10-20 GT 18 unit, 20-30 GT 195 unit, 30-50 GT 48 unit, 50-100 GT 49 unit, dan 100-200 GT sebanyak 79 unit.

Pada 2009, tercatat frekuensi kapal yang berkunjung sebanyak 61.959 trip/ kali, sedangkan kapal yang berangkat ke laut untuk menangkap ikan sebanyak 14.927 trip/ kali. Pada 2006, frekuensi kapal yang berkunjung mencapai 65.232 trip, atau terjadi penurunan 3.265 trip (5 persen). Kapal yang berkunjung ke PPS adalah kapal ikan yang melakukan aktivitas bongkar ikan, mengisi perbekalan untuk melaut, memperbaiki kapal, dan beristirahat menunggu musim penangkapan.

Kebutuhan solar pada 2009 mencapai 34.891 ton, dan minyak tanah 3.348 ton. Terjadi peningkatan permintaan, karena pada 2006 hanya dibutuhkan 28.515 ton solar (naik 22,36 persen). Sedangkan permintaan minyak tanah naik 52,53 persen. Peningkatan terjadi karena wilayah penangkapan (fishing ground) menjadi lebih jauh dan waktu penangkapan ikan menjadi lebih lama.

Selain solar, kebutuhan utama logistik kapal untuk melaut adalah es balok, garam, minyak tanah, oli, dan bahan makanan. Kebutuhan disesuaikan dengan lamanya melaut. Untuk kapal pukat ikan yang memiliki hari operasi 10-15 hari membutuhkan lebih banyak. BBM solar dan minyak tanah untuk kebutuhan industri dan kapal ikan ditangani tujuh agen penyalur minyak solar (APMS) dan satu solar packed dealer nelayan (SPDN).

Prasarana Perikanan Samudera Cabang Belawan dengan total kapasitas terpasang 396 ton per hari. Namun, mulai Juli 2009, satu pabrik es milik swasta tidak operasional lagi. I ni disebabkan peralatan tua dan tidak ada dana untuk memperbaiki. Harga jual es Rp 13.000 sampai Rp 15.000 per balok (60 kg).

Total penyaluran es selama tahun 2009 sebanyak 62.818 ton, sedangkan pada 2006 sebesar 60.974 ton, atau meningkat 1.844 ton (3,02 persen). Peningkatan ini terjadi karena para pedagang ikan dan pengusaha perikanan mulai menyadari pentingnya es guna mempertahankan mutu ikan.

Dari buku laporan tahunan PPS Belawan 2009 disebutkan, jumlah usaha yang memanfaatkan lahan kawasan industri tercatat 91 perusahaan. Mereka dari pelbagai jenis usaha, seperti penangkapan dan pengolahan ikan, cold storage, SPDN, pabrik es, bengkel kapal, dan suku cadang mesin kapal.

Saat ini, masalah yang dihadapi para pengusaha dan pengelola PPS, antara lain areal pelabuhan yang rendah mengakibatkan banjir ketika hujan dibarengi air laut pasang, dan belum ada unit pengolah limbah berstandar. Selain itu, masih ada dualisme penerbitan Surat I zin Berlayar (SI B) dari syahbandar perikanan dan syahbandar perhubungan laut.

Pelabuhan perikanan ini akan merealisasikan visinya sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan perikanan secara terpadu. Dalam areal 50 hektar dan panjang pelabuhan sekitar dua kilometer, PPS ini akan dibangun sesuai perencanaan, yakni membenahi maupun merelokasi semua tangkahan yang tidak sesuai lagi. Dermaga akan dipanjangkan, begitu juga luas hanggar maupun selasar akan disiapkan sesuai kebutuhan.

Untuk pembangunan pelabuhan perikanan bertaraf internasional dibutuhkan dana yang cukup besar. “Memang pihak I DB (I slamic Development Bank) akan memberi bantuan pinjaman sebesar Rp 200 miliar

2009,” ucap Asifus.

Untuk mewujudkan PPS bertaraf internasional, perlu komitmen dari semua pihak, terutama pemerintah daerah dan pusat, dalam hal ini DKP. Perlu ada kucuran dana atau anggaran yang lebih besar. Cita-cita menjadikan pelabuhan berstandar Eropa bukanlah hal yang sulit, tentunya jika ada kesungguhan pemerintah untuk mewujudkan sektor perikanan menjadi andalan perekonomian daerah dan nasional. (TPP, ADP, SMK, STP. Telah dimuat di Majalah Samudera Edisi Desember 2009)

4.3. Potensi Perikanan Kota Medan