• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah penerapan strategi know want learned dapat mengingkatkan hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Mariso Makassar?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dari rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan strategi pembelajaran know want learned pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Mariso Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: manfaat teoretik dan manfaat praktis.

5

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pengembangan teori dalam membaca khususnya membaca pemahaman

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa: peningkatan kemampuan membaca pemahaman diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi guru: menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan teknik belajar pada siswa.

c. Bagi dunia pendidikan: mengembangkan paradigma pengajaran menjadi pembelajaran, yang berarti bahwa siswa belajar tidak cukup dengan memperhatikan, menulis, membaca, dan berlatih, tetapi pembelajaran adalah membelajarkan siswa (sebagai subjek) dengan cara melakukan-mengalami-mengomunikasikan.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Keterampilan Membaca

a. Pengertian Membaca

Tarigan (2008: 7) mengatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Farida Rahiem (2008: 13) berpendapat bahwa membaca juga merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses asosiasi dan eksperimental sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Kemudian ia membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Untuk itu, ia harus mampu berpikir secara sistematis, logis, dan kreatif.

Bertitik tolak dari kesimpulan itu, pembaca dapat menilai bacaan. Kegiatan menilai menuntut kemampuan berpikir kritis. Sebagian pembaca memahami salah satu teks bacaan merupakan hal yang sulit. Kesulitan memahami suatu teks

7

bacaan ini tidak hanya disebabkan oleh rumitnya suatu ide yang diungkapkan oleh penulis atau pengarang, tetapi dapat pula dikarenakan pola kalimat atau struktur bahasa yang digunakan.

Tarigan (2008: 7) dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording end decoding prosess), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (ecoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (or languagemeaning) yang mencakup perubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.

Membaca juga merupakan suatu strategi. Pembaca yang yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengontruk makna ketika membaca. Stategi ini bervariasi sesuai dengan jenis dan teks tujuan membaca.

Membaca adalah interaktif. Keterlibatan membaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang membaca suatu teks yang bermanfaat akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

Dapat ditarik simpulan bahwa membaca adalah upaya memahami apa yang disampaikan oleh pengarang baik berupa pesan yang tersirat maupun pesan yang tersurat serta memahami makna yang terkandung dalam pesan tersebut.

b. Proses Membaca

Syafe’ie (1993: 44) mengatakan bahwa membaca merupakan proses berpikir, untuk memahami bacaan, pembaca harus terlebih dahulu memahami

8

kata-kata dan kalimat melalui proses asosiasi dan eksperimental sebagai mana dijelaskan sebelumnya. Kemudian ia membuat kesimpulan dengan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Untuk itu, ia harus mampu berpikir secara sistimatis, logis, dan kreatif. Bertitik tolak dari kesimpulan itu pembaca dapat menilai bacaan. Kegiatan menilai menuntut kemampuan berpikir kritis.

Peningkatan kemempuan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru SD dapat membimbing siswanya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru hendaknya merangsang siswa siswa bepikir, seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana. Jadi, pertanyaan yang menghasilkan jawaban berupa fakta. Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna merupakan proses asosiasi dalam membaca.

Anak-anak belajar menghubungkan simbol-simbol grafis dengan bunyi bahasa dan makna. Tanpa kedua kemampuan asosiasi tersebut siswa tidak mungkin dapat memahami teks.

Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenan dengan kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca (sesuai dengan minatnya), dan menumbuhkan motifasi membaca ketika sedang membaca (Burns, dkk, 1996). Perumusan perhatian, kesenangan dan motifasi yang tinggi, diperlukan dalam membaca. Anak-anak SD seharusnya terlatih memusatkan perhatiannya pada bahan bacaan yang di bacanya, guru SD bisa melatih siswanya terbiasa memusatkan perhatian dengan memberikan bacaan yang menjadi minat mereka. Tanpa perhatian yang penuh ketika membaca, siswa sulit mendapatkan

9

sesuatu yang dibacaan. Motifasi dan kesenangan membaca sangat membantu siswa untuk memusatkan perhatian pada bacaannya.

Aspek keseimbangan adalah aspek pemberian gagasan. Aspek gagasan dimulai dengan pensori dan perceptual dengan latar belakang yang pengalaman dan tanggapan afektif serta membangun makna tes yang dibacanya secara pribadi.

Makna dibangun berdasarkan pada teks yang dibacanya, tetapi tidak seluruhnya ditemukan dalam teks. Teks tersebut ditransformasikan oleh pembaca dari informasi yang diambil dari teks pembaca dengan latar belakang pengalaman membaca dan reaksi afektif yang berbeda akan menghasilkan makna yang berbeda dari teks yang sama.

c. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) berhubungan erat dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.

Berikut ini, kita kemukakan beberapa yang penting:

1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh; apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokok. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).

2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk

10

mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideals).

3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi pertama, kedua dan ketiga/seterusnya – setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).

4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak bisa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to avaluate).

7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini

11

disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).

Rahiem (2008: 11) mengemukakan bahwa tujuan membaca: Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena saseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.

Mempelajari tujuan membaca di ruangan kelas sama-sama membuka wawasan. Sebagian dari tujuan-tujuan yang ditegaskan berulang kali dalam laporan-laporan dan penelitian-penelitian belakangan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan spesifik.

2. Untuk menentukan tujuan pengarang.

3. Untuk menemukan pokok pikiran dari suatu pilihan.

4. Untuk mengikuti runtutan peristiwa yang berhubungan / terkait.

5. Untuk menikmati fakta-fakta atau cerita yang disajikan.

6. Untuk menemukan butir-butir pokok dan detail-detail yang mendukung.

7. Untuk memilih fakta-fakta yang berhubungan dengan suatu masalah.

8. Untuk menimbang validitas pertanyaan-pertanyaan.

9. Untuk menemukan fakta/bukti yang mendukung suatu sudut pandang.

10. Untuk menarik kesimpulan yang valid dari materi-materi yang dibaca.

11. Untuk menemukan masalah-masalah untuk studi tambahan.

12. Untuk mengingat apa yang dibaca.

12

13. Untuk menentukan kondisi esensial dari suatu masalah.

14. Untuk mengikuti arahan dengan kecepatan dan keakuratan yang masuk akal.

Menanggapi hasil-hasil dari berbagai penelitian, Gray (dalam bukunya Pramila dan Ahuja 2004: 17) mengatakan , “bila hasil berbagai penelitian digabungkan, kita akan menemukan tiga kesimpulan yang jelas: pertama, membaca digunakan untuk variasi tujuan yang luas; kedua, tujuan membaca dalam satu bidang kurikulum, dalam beberapa hal, bervariasi dengan tujuan dalam bidang kurikulum lainnya; dan ketiga, tujuan membaca bervariasi dari satu tingkat/level perkembangan akademik diutarakan dengan tingkat/level lainnya.”

d. Jenis – Jenis Membaca

Jenis-jenis membaca menurut Harras (2009: 8) terbagi dalam beberapa macam, yaitu:

1) Membaca Nyaring

Harras (2009: 8) berpendapat bahwa membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. Pada tataran yang paling rendah membaca nyaring merupakan aktivitas membaca sebatas melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras, sedangkan pada tataran yang lebih tinggi membaca nyaring merupakan proses mengomunikasikan isi wacana atau bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain. Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta isi bacaan itu sendiri.

Di samping itu, tanda baca dalam tata tulis bahasa Indonesia tidak boleh diabaikan. Para siswa harus dapat membedakan intonasi kalimat tanya, kalimat berita, kalimat seru, dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang sedang marah, susah, gembira, dan sebagainya.

13

Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu pelajaran membaca dan pelajaran membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksud yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain, misalnya guru atau kawan-kawan lainnya. Si pembaca bertanggung jawab dalam hal lafal kata, lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di dalamnya. Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. Pembaca bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan, suara dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih bertanggung jawab terhadap isi bacaan, karena mereka ini di pihak yang berkepentingan dengan kegiatan membaca.

2) Membaca dalam Hati

Harras (2009: 9) berpendapat bahwa membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa mengeluarkan suara. Yang aktif bekerja hanya mata dan otak. Yang perlu diperhatikan pada saat membaca dalam hati adalah:

a) Mata kita gunakan untuk melihat dan menyapu halaman-halaman bacaan, dan

b) Ingatan berperan sebagai penyimpanan dan penyaring isi bacaan yang kita tangkap lewat mata.

Selanjutnya Harras (2009: 9) membagi membaca dalam hati ke dalam dua bagian yaitu:

14

(1) Membaca Ekstensif

Menurut Harras (2009: 18) membaca ekstensif adalah membaca untuk kesenangan dengan penekanan secara umum. Dalam program membaca ekstensif seseorang dituntut untuk dapat mengakses sebanyak mungkin judul buku/artikel/berita dengan topik-topik yang sudah popular. Dalam program membaca ekstensif kemauan dan kemampuan membaca seseorang diamati secara teratur baik dengan catatan formal maupun tidak formal oleh pembaca sendiri.

Harras (2009: 19) menambahkan bahwa membaca ekstensif dilakukan dalam rangka menumbuhkan kesenangan dan kemauan membaca beragam wacana tulis dalam bahasa target (bahasa yang sedang dipelajari). Dengan membaca ekstensif seseorang dapat meningkatkan kemampuan dan minat bacanya.

Dari pengertian dapat disimpulkan bahwa membaca ekstensif adalah membaca teks secara luas untuk mendapatkan kesenangan dan kemauan dalam membaca dengan waktu yang sesingkat-singkatnya.

Membaca ekstensif adalah membaca yang bersifat jangkauan luas.

Membaca ekstensif berarti ketika membaca suatu informasi hendaknya pandangan mata kita menyeluruh ke bidang bacaan. Dalam suatu teks terdapat dua informasi yaitu fakta dan opini (http://anditubiru blog frienster.com)

Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat. Sebagai ilustrasi, ketika Anda membaca koran. Anda tentu tidak hanya terpaku pada satu berita saja. Yang Anda lakukan mungkin membaca banyak berita dan iklan. Tindakan yang anda lakukan tersebut termasuk membaca ekstensif. Begitu juga ketika anda mengunjungi

15

perpustakaan atau toko buku. Anda tentu tidak hanya terpaku pada satu buku.

Yang anda lakukan mungkin membuka buku-buku, membaca sampul, dan daftar isi, kemudian berpindah pada buku lainnya. Jadi kegiatan membaca ekstensif itu tidak lepas dari kehidupan kita sehari-hari.

Langkah-langkah membaca ekstensif yang dipaparkan dalam (http://anditubiru blog frienster.com) sebagai berikut:

(a) Menemukan topik bacaan,

(b) Mencari sumber lain dengan tema yang sama, (c) Tentukan pokok pikiran tiap paragraf,

(d) Berupa fakta dan opini, dan

(e) Rangkumlah dalam beberapa kalimat.

Membaca ekstensif terbagi dalam tiga jenis yaitu membaca survei, membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal. Membaca survei adalah kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan ruang lingkup bacaan. Membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat. Sedangkan membaca dangkal adalah kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan yang kita baca.

Membaca sekilas atau skimming merupakan salah satu teknik membaca cepat. Membaca dengan teknik skimming berarti kita secara cepat membaca sekilas teks untuk menentukan ide-ide penting dalam teks. Pada waktu melakukan skimming, secara cepat mata bergerak keseluruh teks untuk memperoleh gambaran

16

umum mengenai teks. Pembacaan cara ini boleh melewati bagian-bagian tertentu yang dianggap kurang penting.

Harras (2009: 22) mengemukakan bahwa Skimming bukan sekadar menyapa teks bacaan, melainkan suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk mendapatkan berbagai tujuan, misalnya:

1) Mengenai topik bacaan;

2) Mengetahui pendapat orang;

3) Mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya;

4) Mengetahui organisasi tulisan, urutan ide pokok;

5) Penyegaran.

Langkah-langkah membaca sekilas yang dipaparkan oleh Harras (2009:

22) adalah sebagai berikut:

a) Menyiapkan pertanyaan, “Apa yang akan dicari?”

b) Jika sebuah buku, baca daftar isi dan kata pengantar.

c) Telusuri dengan kecepatan membaca.

d) Berhenti ketika Anda menemukan bagian yang dicari.

e) Baca dengan kecepatan normal dan pahami.

Selanjutnya Harras (2009: 23) mengemukakan cara melakukan skimming yaitu:

1) Memahami dan menentukan bagian-bagian dari suatu bacaan yang memuat informasi penting (misalnya memahami dan menentukan letak ide pokok

17

dalam paragraf, memahami dan menentukan letak informasi yang penting dari suatu bacaan),

2) Membaca sekilas dan melompati bagian-bagian yang tidak penting dari suatu bacaan,

3) Detail khusus yang penting (nama, tanggal) perlu dilihat sepintas tanpa menatap lama-lama,

4) Paragraf pertama dan terakhir dari suatu wacana perlu dibaca dengan kecepatan rata-rata karena umumnya berisi ringkasan bacaan yang dibicarakan,

5) Membaca skimming dapat dilakukan dengan membaca paragraf awal, subjudul, dan paragraf akhir seseorang mencoba memahami hal-hal penting dari teks.

(2) Membaca Intensif

Membaca intensif merupakan studi bersama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi. Menurut Nurgiantoro (1995: 95) membaca intensif adalah perbuatan membaca yang dilakukan secara teliti dan berbagai cara membaca lambat.

Harras (2009: 95) mengemukakan bahwa membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara tepat dan akurat.

Kemampuan membaca intensif adalah kemampuan memahami detail secara akurat, lengkap, dan kritis terhadap fakta, konsep, gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang ada pada wacana tulis. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu, dari beberapa pilihan bahan bacaan yang ada dan bertujuan untuk menumbuhkan serta mengasah kemampuan membaca secara kritis.

18

Secara garis besar membaca intensif terbagi dua, yakni pertama, membaca telaah isi, yaitu jenis membaca intensif yang difokuskan pada isi bacaan. Kedua, membaca telaah bahasa, yaitu jenis membaca intensif yang difokuskan pada penggunaan bahasa dalam bacaan.

3) Membaca Pemahaman

Membaca bergantung pada pengalaman, jika suatu kata tidak mempunyai hubungan dengan pengalaman, maka hal itu perlu diterjemahkan ke dalam kata yang sudah diketahui. Selain itu, kemampuan mental atau intelegensi mempunyai pengaruh terhadap proses pemahaman dalam membaca pada setiap jenjang pendidikan.

Keterampilan pemahaman merupakan keterampilan mengembangkan kemampuan bahasa. Kemampuan membaca juga lebih banyak dikembangkan melalui bahasa tertulis, tetapi tidak bisa disangkal juga pengembangan keterampilan bahasa dalam pemakaian bahasa lisan.

Wiryodijoyo (1989: 15) mengenai penelitian pemahaman, ada beberapa pendapat yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi, yaitu:

a. Untuk menilai pemahaman harfiah dalam membaca, digunakan pertanyaan mengenai teks. Dipakai juga teks penyimpulan isi bacaan, karena yang terakhir ini merupakan pusat dari proses pemahaman.

b. Tes isian dan pilihan ganda dapat mengukur keterampilan-keterampilan yang sama. Untuk mengukur pemahaman, pelaksanaan teks pemahaman berbeda-beda sesuai dengan tuntutan pelajaran yang dites.

19

Membaca memahami merupakan kegiatan membaca sesungguhnya, yang ditunjukkan kepada kemampuan memahami bacaan secara tepat dan cepat. Dalam proses membaca ini, terlihat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami, membandingkan, menemukan, mengorganisasikan, dan pada akhirnya merupakan sesuatu yang terkandung dalam bacaan.

1) Prinsip-prinsip membaca pemahaman

Beberapa peneliti memperlihatkan bahwa banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan membaca. Menurut Mclaughlin dan Allen (dalam bukunya Rahiem 2008: 3), prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling memengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini.

a) Pemahaman merupakan proses kontruktivis sosial.

b) Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

c) Guru membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar siswa.

d) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.

e) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

f) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas.

g) Perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman membaca.

h) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.

20

i) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.

j) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

2) Keterampilan memahami

Smith dan Dechant (dalam bukunya Pramila dan Ahuja 2004: 50) menyatakan, bahwa penulis menyarankan bahwa kemampuan-kemampuan di bawah ini merupakan dasar atau pondasi untuk memahami dan dapat disebut”keterampilan memahami”:

a) Kemampuan mengaitkan makna dengan simbol grafis

b) Kemampuan memahami konteks kata dan kemampuan memilih makna yang sesuai dengan konteks tersebut dan memenuhinya.

c) Kemampuan membaca dalam satuan-satuan pemikiran.

d) Kemampuan memahami satuan-satuan ukuran yang bertingkat-tingkat: frase, klausa, kalimat, paragraf.

e) Kemampuan menyerap makna suatu kata.

f) Kemampuan memilih dan memahami gagasan utama.

g) Kemampuan mengikuti alur pemikiran.

h) Kemampuan menarik kesimpulan.

i) Kemampuan memahami cara penulis mengorganisasi pemikirannya.

j) Kemampuan menilai atau mengerti apa yang dibaca: mengenal perangkat-perangkat literer dan mengindentifikasi nada, suasana dan tujuan penulis.

k) Kemampuan mencerap dan menyimpan gagasan.

21

l) Kemampuan menerapkan gagasan dan mengintegrasikannya dengan pengalaman masa lalu.

Stauffer (Pramila 2004: 51) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman anak-anak tersebar di sepanjang garis kontinum yang panjang: di satu titik ekstrem adalah anak-anak yang semata-mata mereproduksi gagasan eksak dalam buku teks, dan di titik ekstrem lainnya adalah anak-anak yang mampu memproduksi bangunan mental (baru) secara kreatif dan orisinal.

Zintz (dalam bukunya Pramila dan Ahuja 2004: 51) menggolongkan keterampilan memahami menjadi dua: harfiah (literal) dan tafsiriah (interpretif).

Dia melihat kemampuan kritis membaca sebagai “penerapan keterampilan tersebut dalam membaca dan menerapkan keterampilan-keterampilan menimbang, mengevaluasi dan menyeleksi saat membaca”.

Pemahaman harfiah berarti keterampilan mendapatkan makna pokok (primer), langsung, harfiah dari suatu kata, gagasan atau kalimat dan konteksnya.

Tidak ada kedalaman dalam jenis membaca ini. Dapat disebut anak tangga paling rendah pada tangga “proses memperoleh makna”. Walaupun demikian, ini merupakan anak tangga yang sebagian besar dipraktekkan oleh guru-guru masa lalu. Penafsiran atau interprestasi adalah usaha mencari kedalaman yang lebih besar. Ia berkaitan dengan proses memasok makna implisit (tak langsung) sebuah teks. Dalam penafsiran, pembaca harus memikir ulang lambang-lambang bahasa dan menarik makna yang implisit ada pada lambang itu. Membaca kritis adalah

Tidak ada kedalaman dalam jenis membaca ini. Dapat disebut anak tangga paling rendah pada tangga “proses memperoleh makna”. Walaupun demikian, ini merupakan anak tangga yang sebagian besar dipraktekkan oleh guru-guru masa lalu. Penafsiran atau interprestasi adalah usaha mencari kedalaman yang lebih besar. Ia berkaitan dengan proses memasok makna implisit (tak langsung) sebuah teks. Dalam penafsiran, pembaca harus memikir ulang lambang-lambang bahasa dan menarik makna yang implisit ada pada lambang itu. Membaca kritis adalah

Dokumen terkait