• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN ANGGARAN PEMBANGUNAN

RUSAK RINGAN

RUSAK BERAT (RUAS) (KM) (KM) % (KM) % (KM) % (KM) % 1 CIBINONG 56 151,86 78,94 51,98 20,10 13,24 14,90 9,81 37,92 24,97 2 CIAWI 51 142,65 59,75 41,89 32,30 22,64 21,30 14,93 29,30 20,54 3 CIOMAS 61 154,57 55,07 35,63 16,20 10,48 24,70 15,98 58,60 37,91 4 PARUNG 46 191,05 58,17 30,45 27,30 14,29 33,16 17,36 62,42 32,67 5 CIAMPEA 40 152,65 63,15 41,37 30,00 19,65 20,40 13,36 39,10 25,61 6 LEUWILIANG 36 183,90 35,30 19,20 18,20 9,90 29,15 15,85 101,25 55,06 7 CIGUDEG 30 126,65 24,25 19,15 14,05 11,09 21,25 16,78 67,10 52,98 8 JASINGA 31 154,31 47,00 30,46 23,30 15,10 24,65 15,97 59,36 38,47 9 CILEUNGSI 16 76,70 55,60 72,49 6,30 8,21 4,30 5,61 10,50 13,69 10 JONGGOL 25 172,23 48,10 27,93 19,80 11,50 22,40 13,01 81,93 47,57 J U M L A H 392 1.506,57 525,33 34,87 207,55 13,78 216,21 14,35 547,48 36,34 Sumber : Dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten Bogor, 2005

Kabupaten Bogor umumnya dapat dijangkau dengan akses jalan, sehingga perkembangannya dapat dikategorikan berkembang. Namun ada yang relatif berkembang cepat dan ada yang lambat karena letak geografisnya, yang jauh dari pusat kota, juga ada wilayah yang karena aksesnya mudah mengakibatkan sangat bergantung pada daerah sekitarnya.

Jalan tol dan jalan Nasional serta jalan arteri utama yang menghubungkan wilayah Bogor dengan Kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya yang dapat ditempuh dengan fasilitas umum berupa transportasi darat yang tersedia hanya melalui wilayah tengah Bogor, sehingga semua akses jalan dari setiap desa atau kecamatan menuju jalan utama tersebut cukup tinggi dan terpadat. Selain itu untuk menghubungkan antar wilayah intern Kabupaten Bogor dapat ditempuh melalui jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lainnya.

Pada Tabel 33 dapat dilihat tingkat aksesibilitas berupa panjang jalan per kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor.

Tabel 33 Tingkat aksesibilitas di Kabupaten Bogor

No. Kecamatan Aksesibi

litas

Tingkat Aksesibilitas

No. Kecamatan Aksesibi

litas Tingkat Aksesibilitas 1. Kemang 7.309 I 16. Leuwiliang 3.912 II 2. Megamendung 6.785 I 17. B.Madang 3.885 II 3. Sukaraja 6.427 II 18. Cijeruk 3.860 II 4. Cibinong 6.194 II 19. Cileungsi 3.782 II

5. Gunung Putri 6.038 II 20. Cibungbulang 3.773 II

6. Bojonggede 5.928 II 21. Nanggung 3.694 II

7. Rumpin 5.106 II 22. Jasinga 3.587 II

8. Ciampea 4.757 II 23. Pamijahan 3.583 II

9. Gunung Sindur 4.702 II 24. Tenjo 3.234 III

10. Drarmaga 4.55 II 25. Jonggol 2.953 III

11. Citeureup 4.525 II 26. Caringin 2.858 III

12. Ciawi 4.271 II 27. Sukamakmur 2.54 III

13. Ciomas 4.202 II 28. Cariu 1.955 III

14. Parung 4.109 II 29. Cigudeg 1.826 III

15. Parung Panjang 4.01 II 30. Cisarua 0.384 III

Sumber: Anggawen F (2006).

Untuk Kabupaten Bogor hanya dua kecamatan yang memiliki aksesibilitas (I) atau tinggi, yaitu kecamatan Kemang dan kecamatan Megamendung. Kemudian untuk tingkat aksesibilitas (II) atau sedang meliputi kecamatan Sukaraja, Cibinong, Gunung Putri, Bojonggede, Rumpin, Ciampea, Gunung Sindur, Dramaga, Citeureup, Ciawi, Ciomas, Parung, Parung Panjang, Leuwiliang, Babakan Madang, Cijeruk, Cileungsi, Cibungbulang, Nanggung, Jasinga, dan Pamijahan. Sedangkan untuk aksesibilitas (III) atau rendah di Kabupaten Bogor terdapat pada kecamatan Tenjo, Jonggol, Caringin, Sukamakmur, Cariu, Cigudeg, dan Cisarua.

CAR IU CIGUDEG JAS INGA RUM PIN CILEUNGSI NANGGUNG TENJO JONGG OL SUKAMAKM UR PAM IJAHAN LEUW I LIANG CIJERUK CAR INGIN CISA RUA CIAM PEA GPUTR I CIAW I PAR UNG CIOM AS KEM ANG GN. SINDUR CITEUREUP BAB AKAN MADA NG CIB INONG SUKARAJA PAR UNG PANJANG BOJONG GEDE MEGAM ENDUNG C IBUNG

BULANG DARM AGA

660000 660000 680000 680000 700000 700000 720000 720000 740000 740000 92 40000 9240000 92 600 00 9260000 92 800 00 9280000 9300000 9300000 Aksesib ilitas: Tin gkat I Tin gkat II Tin gkat III LEGE NDA PETA TINGKAT AKSESIBILITAS KABUPATEN B OGOR 2 0 2 4 Kilo m eters PS. PW L IPB - 2007

HasilAnalisis Tipologi Wilayah

Penentuan tipologi wilayah di Kabupaten Bogor dilakukan dengan menggunakan analisis gerombol (clustering analysis) terhadap seluruh kecamatan di Kabupaten Bogor. Tipologi wilayah ini bertujuan untuk menggabungkan beberapa unit wilayah ke dalam kelas yang sama berdasarkan karateristiknya.

Tabel 34 Karateristik tipologi wilayah di Kabupaten Bogor

Klaster Karateristik Keterangan

Klaster I - Wilayah relatif maju

- Persentase keluarga pertanian rendah - Kepadatan penduduk tinggi

- Tingkat pendidikan tinggi

- Sarana pendidikan & kesehatan tinggi - Sarana perbelanjaan tinggi

- Aksesibilitas baik

- Sarana transportasi banyak

Sebagian besar berada di wilayah Bogor bagian Utara (Cibinong, Bojonggede, Gunung Putri, sebagian lainnya di bagian tengah Selatan (Ciawi dan Cisarua)

Klaster II - Wilayah relatif masih berkembang

- Persentase keluarga pertanian masih tinggi - Kepadatan penduduk mulai tinggi

- Tingkat pendidikan relatif rendah - Sarana pendidikan & kesehatan sedang - Sarana perbelanjaan & komunikasi sedang - Aksesibilitas relatif baik

Sebagian besar cenderung menyebar dan merata di wilayah Kabupaten Bogor

Klaster III - Wilayah belum maju

- Persentase keluarga pertanian tinggi - Kepadatan penduduk rendah - Tingkat pendidikan relatif rendah - Sarana pendidikan & kesehatan rendah - Sarana perbelanjaan kurang

- Aksesibilitas rendah

Sebagian besar berada di wilayah Selatan dari Barat hingga Timur Kabupaten Bogor

Dari tabel 34 di atas terlihat bahwa wilayah pembangunan yang paling maju adalah wilayah yang termasuk dalam Klaster I. Wilayah ini merupakan daerah- daerah yang relatif dekat dengan pusat pemerintahan dan lebih dekat ke Jakarta ataupun ke Kota Bogor. Klaster ini merupakan wilayah dimana lahan-lahan pertanian yang relatif banyak mengalami perubahan fungsi lahan menjadi penggunaan lain, terutama untuk pemukiman.

Sedangkan wilayah yang pembangunannya masih sedang berkembang adalah wilayah yang masuk dalam Klaster II. Wilayah ini merupakan wilayah yang relatif masih berkembang dan cenderung merupakan wilayah sub urban yang relatif tidak terlalu jauh dari pusat-pusat pemerintahan.

Klaster III merupakan wilayah yang pembangunannya masih tertinggal, wilayah ini cenderung berada paling jauh dari Kota Jakarta dan Kota Bogor.

Jika dilihat dari pola penyebaran klaster-klaster tersebut, klaster I sebagian besar berada disekitar bagian Tengah Utara, wilayah ini memang merupakan pusat pertumbuhan. Sebagian lainnya berada di bagian Tengah selatan yang merupakan daerah tujuan wisata bagi warga Bogor dan Jakarta sehingga mempunyai ketersediaan sarana dan prasarana yang relatif cukup baik dari segi aksesibilitas maupun sarana lainnya. Klaster III cenderung berada di wilayah selatan dari Barat hingga Timur. Daerah ini memang mempunyai bentuk lahan yang mempunyai luas lahan dengan tingkat kelerengan yang relatif tinggi dan merupakan kawasan hutan atau kawasan lindung. Sedangkan klaster II cenderung menyebar merata di setiap wilayah pembangunan Kabupaten Bogor.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bogor

Indikator komposit Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dapat dijadikan alat ukur untuk menelaah, merencanakan dan menganalisis kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Bogor.

Tabel 35 IPM Kabupaten Bogor dan komponennya tahun 2000 – 2004*)

Komponen 2000 2001 2002 2003 2004

1. Angka Harapan Hidup (AHH) 65,40 66,38 66,80 66,82 66,94

2. Angka Melek Huruf (AMH) 89,50 90,78 92,80 92,80 93,22

3. Rata-rata Lama Sekolah 5,90 5,90 6,10 6,18 6,26

4. PPP 515,30 549,18 550,40 551,52 552,45

INDEKS KESEHATAN 67,33 69,00 69,70 69,70 69,90

INDEKS PENDIDIKAN 72,78 73,60 75,40 75,60 76,06

INDEKS DAYA BELI 49,76 57,60 57,90 58,13 58,34

ANGKA IPM 63,32 66,70 67,70 67,81 68,10

*) Angka Regional.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor tahun 2005.

Angka IPM Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai hingga akhir tahun 2004 adalah 68,01 point. Angka ini sedikit lebih tinggi dari angka IPM yang dicapai pada tahun 2003, yaitu 67,87 tetapi masih berada di bawah angka target yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) dan Kebijakan Umum, yaitu 69,41.

Tabel 36 IPM Kabupaten Bogor tahun 2005

No Kecamatan IPK IKS IDB IPM Bogor Barat 1 Nanggung 78,30 74,58 73,56 75,48 2 Leuwiliang 81,16 64,92 70,35 72,14 3 Leuwisadeng 75,67 71,97 28,23 58,62 4 Pamijahan 81,47 62,90 68,10 70,82 5 Cibungbulang 76,14 67,36 51,88 65,13 6 Ciampea 74,93 80,69 55,49 70,37 7 Tenjolaya 81,11 55,63 57,22 64,65 8 Rumpin 80,89 72,13 73,51 75,51 9 Cigudeg 79,32 82,77 60,48 74,19 10 Sukajaya 74,82 81,00 46,35 67,39 11 Jasinga 75,47 64,03 12,50 50,67 12 Tenjo 75,42 61,60 10,38 49,13 13 Parung Panjang 75,64 80,80 44,28 66,91 Rata-rata 77,71846 70,79846 50,17923 66,23154 Bogor Tengah 14 Dramaga 81,03 63,08 64,91 69,67 15 Ciomas 75,33 62,14 66,04 67,84 16 Taman Sari 74,44 58,36 59,55 64,12 17 Cijeruk 78,63 55,48 71,36 68,49 18 Cigombong 82,85 56,90 71,66 70,47 19 Caringin 81,51 58,38 71,15 70,35 20 Ciawi 83,51 67,45 75,51 75,49 21 Cisarua 81,63 52,92 76,00 70,18 22 Megamendung 74,16 66,32 38,88 59,78 23 Sukaraja 75,11 53,25 54,80 61,05 24 Babakan Madang 75,61 77,21 32,19 61,67 25 Citeureup 76,42 65,74 54,45 65,53 26 Cibinong 76,64 52,69 72,27 67,20 27 Bojonggede 75,40 60,12 57,88 64,47 28 Tajurhalang 75,72 57,38 59,55 64,22 29 Kemang 82,89 60,17 73,04 72,03 30 Rancabungur 81,51 64,37 67,55 71,15 31 Parung 77,05 67,97 58,71 67,91 32 Ciseeng 78,87 58,87 62,17 66,64 33 Gunung Sindur 76,00 63,42 68,84 69,42 Rata-rata 78,2155 61,111 62,8255 67,384 Bogor Timur 34 Sukamakmur 73,04 61,21 52,85 62,37 35 Cariu 74,82 69,96 64,84 69,87 36 Tanjungsari 73,63 71,63 64,90 70,05 37 Jonggol 77,62 66,34 65,27 69,74 38 Cileungsi 76,01 80,89 72,19 76,36 39 Klapanunggal 81,28 57,16 60,20 66,21 40 Gunung Putri 78,34 54,57 70,49 67,80 Rata-rata 76,39143 65,96571 64,39143 68,91429 Indeks Rata-rata 76,62 69,99 58,61 68,41 Indeks Rata-rata 2004 76,06 69,90 58,34 68,10

Rendahnya realisasi pencapaian IPM di atas, terkait dengan kapasitas keuangan APBD Kabupaten Bogor yang masih terbatas, jika dihitung proporsinya terhadap keseluruhan PDRB Kabupaten Bogor. Berdasarkan realisasi belanja dalam APBN maka proporsinya terhadap PDRB tahun 2004 hanya sekitar 6.02%, turun dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 11,21% yang berarti bahwa sebesar 88,79% - 93,98% sangat tergantung dari kebijakan umum pembangunan lainnya, yaitu dari masyarakat dan swasta/dunia usaha. Oleh karena itu, kemampuan APBD untuk meningkatkan pencapaian IPM juga relatif kecil atau setara dengan kontribusinya terhadap total PDRB.

Namun demikian jika diperhatikan dari komponen pembentuk dari IPM, yang meliputi Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS) serta Kemampuan Daya Beli Masyarakat (PPP) maka pencapaiannya sebagai berikut: (1) Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2004 telah mencapai 66,94 tahun lebih tinggi dari tahun 2003 yang mencapai 66,82 tahun, tetapi masih lebih rendah dari target dokumen Renstra dan Kebijakan Umum sebesar 67,22 tahun; (2) Angka Melek Huruf (AMH) penduduk Kabupaten Bogor telah mencapai 93,22% pada tahun 2004, lebih tinggi dari AMH tahun 2003 yang hanya mencapai 93,10%, sedangkan Rata- rata Lama Sekolah (RLS) penduduk Kabupaten Bogor baru mencapai 6,26 tahun pada tahun 2004, lebih tinggi dari RLS tahun 2003 yang hanya mencapai 6,18 tahun. Kedua indikator AMH dan RLS tersebut berada diatas target yang ditetapkan dalam dokumen Renstra dan Kebijakan Umum tetapi belum mencapai harapan AMH 100%; (3) Kemampuan daya beli masyarakat yang dihitung berdasarkan tingkat konsumsi riil per kapita per bulan (Purchasing Power Parity = PPP) penduduk Kabupaten Bogor adalah mencapai Rp 552.450 pada tahun 2004, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai sebesar Rp 551.520 tetapi berada di bawah target yang ditetapkan Renstra dan Kebijakan Umum.

Secara komposit angka pencapaian IPM Kabupaten Bogor sebesar 68,10 poin di atas, menurut klasifikasi dari UNDP adalah termasuk dalam kategori masyarakat sejahtera menengah atas, namun belum mencapai angka IPM sebesar 80 poin,

sebagaimana diharapkan bersama oleh Pemerintah Kabupaten Bogor maupun Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan peta kelas IPM yang ditunjukkan pada Gambar 23 terlihat bahwa wilayah di Kabupaten Bogor dengan kategori IPM Tinggi sebagian besar berada Bogor bagian Barat dan Bogor bagian Timur, kategori IPM menengah atas dan menengah bawah sebagian berada di Bogor bagian Tengah dan Bogor bagian Timur, sedangkan kategori IPM rendah berada di Bogor bagian Barat

Jumlah penduduk miskin pada tahun 2004 adalah sebanyak 1.001.805 orang. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun 2003, yang berjumlah sebanyak 1.019.077 orang, berarti penduduk miskin berkurang sebanyak 17.272 orang. Tetapi jumlah penduduk miskin ini berada di atas target yang telah ditetapkan dalam dokumen Rentra dan Kebijakan Umum yaitu sebanyak 440.160 jiwa.

Dokumen terkait