• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sakura dalam Pandangan Masyarakat Jepang

BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP KONSEP MAKNA, SAKURA,

2.2 Sakura

2.2.4 Sakura dalam Pandangan Masyarakat Jepang

Bunga sakura adalah bunga yang sangat dalam dicintai oleh rakyat Jepang sejak dulu. Meskipun tidak disahkan melalui undang-undang, tetapi secara umum bunga sakura diakui sebagai salah satu bunga yang menjadi simbol kebanggaan bangsa Jepang (Aneka Jepang, 2009:324). Bunga sakura seperti sudah mendarah daging dalam kehidupan bangsa Jepang. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam tradisi dan perayaan yang berkaitan dengan bunga sakura yang sampai saat ini masih dilestarikan. Misalnya hanami, kegiatan hanami ini bertujuan untuk mempererat hubungan sosial, kekeluargaan, dan kekerabatan antara sesama masyarakat Jepang, baik keluarga sendiri, teman, kolega atau rekan bisnis.

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes (2001:14) mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, kakak, adik, menantu, cucu, paman, bibi, kakek, nenek, dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari jumlahnya dari relative kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Masyarakat Indonesia umumnya juga mengenal kelompok

kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

Orang Jepang akan saling mempererat hubungan sosial dan kekeluargaan atau kekerabatan melalui acara seperti kegiatan hanami, misalnya hubungan keluarga antara orang tua dan anak-anaknya yang tinggal maupun tidak tinggal serumah lagi ataupun dengan teman dan kerabat jauh, juga antara atasan dengan bawahan yang juga memanfaatkan momen hanami sebagai perayaan awal tahun bisnis yang baru. Biasanya mereka akan berkumpul bersama dibawah pohon sakura yang sedang bermekaran dan berpiknik serta berpesta dengan diiringi musik sambil menikmati minuman dan makanan khas perayaan mekarnya bunga sakura. Berdasarkan paparan di atas penulis berpendapat bahwa kegiatan hanami ini merupakan sarana silaturahmi antar sesama warga Jepang dan merupakan simbol pemersatu rakyat Jepang.

Bunga sakura sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari bangsa Jepang. Hal ini dapat dilihat dari referensi lukisan dan lagu-lagu yang bertemakan sakura. Bahkan dalam manga (komik Jepang) dan anime (film animasi Jepang) bunga sakura juga dipakai sebagai metafora. Tidak sedikit pula orang tua yang memberikan nama anaknya dengan nama Sakura-ko bagi anak perempuan mereka. Nama sakura-ko berarti perempuan yang cantik, putih dan bersih. Bunga sakura juga merupakan simbol dari wanita, kekuatan, cinta, kekuatan seorang wanita, kelembutan, dan euphoria kebahagiaan menyambut kedatangan musim semi. Di lain pihak, di China bunga sakura dijadikan lambang dari dominasi feminim, kecantikan wanita dan sexualitas, dan sebagai lambang dari pemimpin wanita.

Selama masa perang dunia ke-II, pilot kamikaze (pasukan AU khusus Jepang) akan men-cat atau menggambar bunga sakura di sisi pesawat terbang mereka. Pilot-pilot ini adalah sukarelawan yang akan mengorbankan nyawa mereka untuk misi bunuh diri. Para pemimpin mereka akan memaksa mereka dengan arahan itu dan meyakinkan mereka bahwa hak tersebut merupakan suatu kehormatan. Kehormatan memiliki arti segala-galanya bagi para pemuda Jepang dan mereka diberitahu bahwa ketika gugur dalam medan perang maka mereka akan bereinkarnasi sebagai bunga sakura sebagai penghargaannya.

Bunga sakura memang istimewa di hati orang-orang Jepang. Pada zaman dulu menikmati bunga sakura hanya ditujukan bagi kaisar dan kaum bangsawan, namun bagi para prajurit samurai yang telah berperang dan membela negara juga memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati bunga sakura. Bunga sakura dikatakan dapat menggerakkan hati para samurai, tidak hanya ketika bermekaran akan tetapi juga pada saat berguguran. Sebagai prajurit, bunga sakura menjadi simbol yang berarti keberanian dan kehormatan.

Kemurnian dan kesederhanaan nilai-nilai tradisional masyarakat Jepang merupakan refleksi dari bunga sakura. Dari segi estetika bunga sakura merupakan simbol trensisi dan keindahan atau kecantikan sesaat, bunga sakura akan mekar sekitar satu minggu dan kemudian jatuh berguguran. Fenomena ini sering diibaratkan sebagai refleksi dari kehidupan manusia yang singkat dan tidak kekal. Bunga sakura sering dijadikan simbol transisi kehidupan karena umurnya yang pendek. Simbol ini sejalan dengan pengajaran agama Budha.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari aktivitas keagamaan atau yang biasa disebut dengan kegiatan religi. Berbagai kegiatan bahkan upacara peringatan dilakukan di berbagai wilayah setiap Negara, dengan

tujuan yang sama, yaitu untuk memperoleh kasih sayang dan kebahagiaan dari sang pencipta. Demikian halnya dengan Negara Jepang yang memiliki berbagai macam kegiatan keagamaan. Masyarakat berpikir serta merasa dan bertindak didorong oleh kepercayaan (religi) pada tenaga-tenaga gaib yang diyakini mengisi, menghuni seluruh alam semesta dalam keadaan yang seimbang. Tiap tenaga gaib itu merupakan bagian dari kosmos dan bagian dari keseluruhan hidup jasmaniah dan rohaniah. Keseimbangan inilah yang harus ada dan tetap dijaga, apabila terganggu maka harus dipulihkan. Memulihkan keseimbangan ini berwujud dalam beberapa upacara, pantangan dan ritus-ritus. Kegiatan-kegiatan upacara atau perayaan yang dilakukan tidak selalu dilaksanakan dari segi religi saja, tetapi berdampingan dengan kegiatan budaya. Karena antara religi dan budaya hampir memiliki kesamaan, namun berbeda antara pengertian maupun pelaksanaannya. Kebudayaan merupakan wujud ideal yang bersifat abstrak, tidak dapat diraba dan ada dalam pikiran manusia, misalnya: gagasan, ide, norma, religi dan sebagainya (koentjaraningrat, 1974: 376-377). Maka dapat dilihat bahwa religi adalah bagian dari kebudayaan yang merupakan rangkaian kebiasaan dan pusat dari aktifitas keagamaan.

Masyarakat Jepang yang beragama Budha setiap tahunnya pada tanggal 8 April akan mengadakan upacara keagamaan di kuil Budha untuk merayakan kelahiran Budha. Upacara tahunan ini dinamakan dengan Kanbutsu-e. upacara dan festival ini juga sering disebut dengan hana-matsuri (festival bunga). Masyarakat Jepang percaya akan reinkarnasi, dalam ajaran agama Budha reinkarnasi merupakan siklus kehidupan yang akan dijalani oleh manusia di dunia. Kehidupan manusia itu tidak kekal dan sangat singkat, oleh karena itu bunga sakura sering

diartikan sebagai simbol kehidupan masyarakat Jepang. Dalam kehidupan Masyarakat Jepang, ada pohon yang memiliki makna simbolik :

1. Pohon Cemara : melambangkan persahabatan dan keawetan. 2. Pohon Bambu : Kejujuran, tidak ada kejahatan.

3. Pohon Aprikot (ume bai) : Kebangsawanan dan keberanian. 4. Sakura : sebagai pagar Tuhan

Orang Jepang juga percaya bahwa pohon sakura adalah pagar antara Tuhan dan manusia. Oleh karena itu, melakukan kegiatan hana-mi juga merupakan ritual keagamaan.

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa sakura juga memiliki makna religious yang juga merupakan simbol ikatan antara Tuhan dan manusia. Manusia sering diingatkan akan kehidupan duniawi yang tidak kekal dan singkat, sama seperti umur bunga sakura yang singkat. Jadi manusia senantiasa diingatkan untuk menjalani kehidupan yang singkat ini dengan sebaik-baiknya.

Bunga sakura juga menyimpan makna filosofis. Setiap pohon bunga sakura hanya akan memekarkan bunganya selama tujuh sampai sepuluh hari saja dalam setahun. Setelah itu bunga-bunganya akan berguguran. Bunga sakura banyak memberikan inspirasi filosofis bagi orang Jepang, diantaranya adalah falsafah kemanfaatan, ketulusan, dan keberanian. Sakura mengajarkan kemanfaatan sebab kehadirannya memberi keceriaan bagi banyak orang. Pada hari-hari bunga sakura mekar, orang-orang bersukacita dalam kebersamaan. Sakura yang sepanjang tahun tidak pernah “ditoleh” orang, tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Setelah bunga-bunganya berguguran orang-orang pun melupakannya. Tapi sakura tetap hadir lagi ditahun mendatang. Inilah lambang ketulusan orang

dalam berkarya. Bagi sakura, kebahagiannya adalah pada saat bisa memberikan kebahagiaan bagi banyak orang.

Sedangkan falsafah keberanian ditunjukkan oleh kaum samurai. Bagi para samurai keindahan bunga sakura justru pada saat ia berguguran. Samurai adalah se butan bagi komunitas pejuang yang hidupnya diabdikan untuk membela keagungan negeri. Bagi mereka kehidupan ini singkat, seperti singkatnya hidup sakura dan puncak keindahan perjuangan dalam hidup adalah saat gugur membela kebenaran.

Dilihat dari keistimewaan bunga sakura yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Jepang maka tidak heran jika bunga sakura sejak dahulu sering menjadi falsafah bagi seniman maupun sastrawan dalm menghasilkan karya seperti lagu maupun karya sastra berupa haiku (puisi Jepang). Bunga sakura sering dianggap sebagi perlambangan dari kehidupan manusia sehingga sering dijadikan pandangan hidup bagi masyarakat Jepang.

Para sastrawan pada zaman dahulu menggunakan bunga sakura untuk mengekspresikan perasaan dan emosi mereka dalam puisi-puisi dan sajak-sajak bahkan dalam lagu sekalipun. Setiap lirik dan sajak mewakili perasaan penyair yang sulit diungkapkan secara langsung sehingga mereka menggunakan puisi ataupun lagu untuk mengekspresikan keindahan bunga sakura dan segala sesuatu yang sedang terjadi atau mereka alami sendiri saat itu. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam karya sastra bertemakan kepahlawanan yang muncul dalam kojiki (712) bahwa pada masa itu masyarakat sudah biasa menikmati bunga sakura. Para penyair zaman Heian (794-1192) menceritakan bahwa bunga sakura merupakan simbol dari alam yang penting bagi manusia.

Dokumen terkait