BAB II: KAJIAN TEORI
B. Sampul
Buku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti lembar kertas yang
berjilid, berisi tulisan atau kosong.30 Buku digunakan sebagai media menulis
untuk menyimpan atau membagikan informasi baik berupa ilmu pengetahuan, fakta-fakta, pendapat, atau cerita. Anatomi dari sebuah buku antara lain sampul, pendahuluan, dan teks isi. Salah satu bagian dari buku yang memiliki peran penting dalam menarik perhatian pembaca ialah sampul atau cover. Hal ini dikarenakan calon pembaca akan meilhat sampul bukunya terlebih dahulu, sebelum memutuskan membaca sinopsisnya.
Sampul buku terdiri atas dua unsur, yaitu unsur verbal dan unsur visual. Unsur verbal dalam sampul yaitu teks judul, pengarang, dan subjudul. Judul atau tajuk adalah nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang
menyiratkan secara singkat isi atau maksud buku atau bab itu.31 Pengarang atau
penulis adalah seseorang yang membuat karya tulis, baik karya ilmiah maupun karya sastra. Subjudul adalah judul tematis yang digunakan untuk menjelaskan
29 Op.Cit., Nurgiyantoro, h. 320.
30 Kemdikbud, KBBI Daring, “buku”, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/buku, diakses pada 20 Mei 2020, pukul 12.00 WIB.
31 Kemdikbud, KBBI Daring, “judul”, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/judul, diakses pada 20 Mei 2020, pukul 12.22 WIB.
segmentasi topik pembicaraan karya tersebut. Selain ketiga unsur tersebut terkadang terdapat juga teks-teks lain baik testimonial, label, atau kata-kata lain yang sifatnya tentatif.
Unsur visual di dalam sampul antara tipografi, gambar atau ilustrasi, warna, dan layout. Kedua unsur tersebut membangun sampul buku sebagai suatu media. Namun untuk memahami lebih jauh tentang unsur visual dalam sampul berikut adalah unsur-unsur visual dalam sampul:
1. Tipografi
Tipografi secara sederhana adalah keterampilan menyusun huruf. Keterampilan ini dikhususkan pada teknik menciptakan rangkaian teks yang menarik. Secara lebih spesifik berikut adalah definisi tipografi menurut praktisi-praktisi dan ahli visual:
a. Tipografi atau tata huruf adalah ilmu yang mempelajari tentang penempatan, penataan huruf untuk mendapatkan kesan tertentu agar
pembaca bisa mendapatkan informasi secara maksimal.32
b. Tipografi adalah suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi
menggunakan huruf cetak.33
c. Tipografi adalah seni memilih dan menata huruf untuk pelbagai kepentingan menyampaikan informasi berbentuk pesan sosial ataupun
komersial.34
Tipografi menurut para pakar di atas merupakan suatu ilmu mengenai pemanfaatan huruf untuk berbagai kepentingan. Ruang lingkup tipografi adalah pemilihan huruf mulai dari jenis huruf, ketebalan, aksen, dan ukuran huruf; juga penyusunan huruf termasuk pembentukan kata, frasa, atau kalimat yang menarik. Tujuannya tidak lain untuk memaksimalkan potensi huruf dalam menyampaikan suatu nilai atau pesan.
32 Hendi Hendratman, Computer Graphic Design, (Bandung: Penerbit Informatika, 2017), h. 191.
33 Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007), h. 190.
34 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 25. Edisi revisi.
Tipografi berkembang dari sejarah penemuan aksara, seperti yang dijelaskan berikut:
The process of developing alphabets began quite simply, though the first messages weren’t actually “writing” as we know it. Rather, they were simple tokens: a flower left outside someone’s hut symbolizing a tender sentiment, a pile of rocks along a trail warning of danger. Slowly, however, these tokens and signs evolved into marks. The marks were the beginning of written communication. They had to be simple and well shaped, so each could be recognized consistently for its unique meaning. From its earliest beginnings, writing was an art.35
Tipografi yang berkembang dari penemuan aksara, membuatnya berkaitan erat dengan berbagai jenis aksara terutama aksara alphabet. Perkembangan alphabet pertama diyakini ada di Romawi, dengan adanya stonecutters carved atau pengukir batu. Oleh karena itu jenis huruf Roman identik dengan guratan atau tangkai di sisi-sisinya, karena pada zaman dahulu huruf tersebut ditulis di batu. Pengukir atau pemahat tidak bisa mengontrol kekuatan pukulannya yang menyebabkan guratan kasar dan bertangkai pada huruf. Sejarah penulisan yang dimulai dari tulisan tangan tersebut kemudian berubah menjadi percetakan, dengan ditemukannya teknik cetak timah oleh Johannes Guttenberg pada tahun 1440 yang menjadi
tonggak berdirinya tipografi.36
Berdasarkan perkembangannya, terdapat banyak sekali macam huruf Romawi atau Latin di seluruh dunia, tetapi sejatinya terdapat lima bentuk/jenis huruf yang mendasarinya yaitu Romein, Egyptian, Sans Serif, Miscellaneous, dan Script. Huruf Romein atau dikenal juga dengan serif memiliki variasi tebal-tipis dan kait yang lancip di setiap sisi. Huruf Egyptian atau slab serif memiliki ketebalan yang sama dan kaitnya berbentuk kaku (kotak). Huruf Sans Serif yang lebih modern, memiliki ketebalan yang sama dan tidak berkait. Huruf Miscellaneous yang dekoratif
35 Allan Haley, “First Alphabets”, artikel dalam Fontology,
https://www.fonts.com/content/learning/ fontology/level-1/type-history/first-alphabets, diakses pada 1 Juni 2020, pukul 16.00 WIB.
dan ornamental cenderung mengedepankan nilai hias daripada komunikasi.
Huruf Script yaitu huruf berupa tulisan tangan yang terkesan spontan.37
2. Ilustrasi
Ilustrasi adalah segala hal yang merupakan gambaran untuk menjelaskan sesuatu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh David Blaiclock bahwa, illustration is a way of explaining and constructing visual experiences of contemporary society, in which pictures, language, and meaning are inextricably entwined.38 Ilustrasi biasanya menyajikan gambar-gambar (secara umum) yang merujuk terhadap makna tertentu. Pada konteks sampul buku, ilustrasi menciptakan komunikasi super cepat kepada para pembaca untuk mengetahui tema buku tanpa harus membaca dahulu keseluruhan isi buku.
Pada awalnya bentuk ilustrasi terbatas pada seni gambar dan lukis, tetapi seiring berjalannya waktu bentuk fotografi dan foto digital juga termasuk dalam ilustrasi. Hal ini dikarenakan esensi ilustrasi sebagai media komunikasi dengan gambar, yang tujuannya mempersingkat atau memudahkan komunikasi, bukan pada bentuknya. Adapun ragam bentuk ilustrasi antara lain, sketsa, lukis, grafis, karikatural, dan akhir-akhir ini
bahkan dipakai image bitmap39 hingga karya foto.40 Bahkan dalam bentuk
sederhana seperti titik, garis, bangun ruang, ataupun tekstur.41
3. Warna
Warna dapat didefinisikan secara objektif sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif sebagai bagian dari pengalaman indra
pengelihatan.42 Warna merupakan salah satu unsur yang menghasilkan daya
tarik visual, dan pada kenyataannya warna lebih memiliki daya tarik pada
37 Op.Cit, Sumbo Tinarbuko, h. 26.
38 Alan Male (ed), A Companion to Illustration, (US: Wiley Blackwel, 2019), p. 1.
39 Image bitmap adalah istilah untuk format foto digital, baik lukisan maupun fotografi.
40 Op.Cit., Adi Kusrianto, h. 140.
41 Op.Cit., Hendi Hendratman, h. 73.
42 Wong dalam Sarwo Nugroho, Manajemen Warna dan Desain, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015), h. 22.
emosi daripada akal. Warna pada fungsinya memiliki beberapa peran seperti warna sebagai objek, warna sebagai representasi alam, dan warna sebagai tanda. Warna sebagai objek berarti warna menjadi identitas yang membedakan antarobjek. Warna sebagai representasi alam berarti warna yang identik dengan alam, misal hijau menandakan tumbuhan, biru untuk langit dan laut, putih untuk udara. Warna sebagai simbol dan ekspresi berarti pemaknaan warna sebagai suatu sifat tertentu, seperti merah yang diidentikan dengan semangat atau amarah, biru dengan ketenangan, kuning dengan kemuliaan, atau putih dengan suci.
4. Layout
Layout adalah usaha untuk menyusun, menata atau memadukan unsur-unsur komunikasi grafis (teks, gambar, tabel, teks, dll.) menjadi media
komunikasi visual yang komunikatif, estetik dan menarik.43 Adapun
prinsip-prinsip dalam layout antara lain keseimbangan, irama, kesatuan, dan pusat perhatian. Layout menjadi kunci yang menentukan bagaimana sebuah desain secara keseluruhan bernilai seni dan komunikatif atau tidak. Layout yang buruk akan menghasilkan karya visual yang berantakan, melelahkan mata, dan tidak terstruktur, sehingga informasi yang ingin disampaikan terganggu bahkan gagal.