• Tidak ada hasil yang ditemukan

sangat menghambat proses pemberantasan korupsi.

Dalam dokumen Jihad NU Melawan Korupsi (Halaman 91-95)

partai mampu menghindar dari komitmen partainya terkait dana partai? Hal ini hampir mustahil terjadi dan inilah masalah pelik yang bisa jadi menjadi sandungan dalam proses pemberantasan korupsi.

Di samping soal konlik kepentingan, seorang pejabat negara juga manusia biasa yang tidak bisa lepas dari godaan nafsu duniawi. Boleh jadi pejabat yang bersangkutan adalah seorang manusia pilihan dan mampu mengontrol diri dan nafsunya dengan baik, tetapi mungkin saja orang terdekatnya tidak sejalan dengan sikap sang pejabat, mungkin pasangan hidupnya, anak, atau cucunya yang justru mempengaruhi dan membujuk agar memanfaatkan ilmu “aji mumpung”. Belum lagi jika melihat kenyataan bahwa para anggota DPR dan DPRD pada saat kampanye mereka telah mengeluarkan dana miliaran atau setidaknya ratusan juta rupiah, dipastikan dalam benak mereka mengandung niat untuk mengembalikan dana yang pernah digunakan sebagai modal saat berkampanye dan penyelenggaraan Pemilu. Dalam rangka untuk “mengembalikan modal” inilah berbagai upaya dapat dilakukan termasuk dengan cara melakukan tindak pidana korupsi. Inilah realitas masyarakat dan corak politik bangsa ini. Maka, berbagai upaya melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi wajib terus digalakkan, termasuk melalui mimbar agama. Masjid maupun di tempat ibadah umat lain dan lebih penting lagi dilakukan melalui dunia pendidikan. Jalur pendidikan wajib memberikan pendidikan antikorupsi sejak dini kepada anak didik di semua tingkatan, baik formal maupun informal. Nah, berkaitan dengan masalah konlik kepentingan ini sangatlah penting kita mengingat dan mencatat pandangan Ibnu Khaldun yang mengatakan:

ٌةَدَسْفَم َو اَياَعَرلاِب ٌةَرَضَم ِناَطْلُسلا َنِم َةَراَجِّتلا َنَأ يِف َنوُعَب ْرَ ْلا ُلْصَفْلَا

ِةَياَب ِجْلِل

“Pembahasan ke-40 dalam menerangkan masalah bisnis yang dilakukan oleh seorang penguasa merupakan bentuk kemudaratan

bagi rakyat dan kerusakan bagi pemasukan negara.” 26

Penguasa sekaligus sebagai pengusaha dimungkinkan akan menimbulkan mudarat akibat dalam benaknya terdapat konlik kepentingan yang dapat mengarah kepada tindakan melanggar karena merasa berkuasa dan dapat berusaha memperkaya diri sendiri atau koorporasi/kelompok dan keluarganya. Hal ini telah dikemukakan Ibnu Khaldun beberapa abad silam sebagai sebuah pemikiran brilian yang sangat bermanfaat.

Hal lain yang menjadi masalah adalah pemahaman sebagian masyarakat yang masih memandang bahwa korupsi hanya masuk dalam kategori dosa kecil. Menurut pendapat mereka, dosa korupsi akan dapat tersterilisasi melalui shalat, infaq, sedekah, umrah, haji atau dengan cara banyak beramal kebajikan kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam, termasuk kepada pesantren.27 Padahal beramal sedekah di lembaga pendidikan

Islam dengan uang hasil korupsi, menurut hadits riwayat Imam Muslim Allah SWT tidak akan menerima sedekah seseorang yang berasal dari korupsi, sebagaimana halnya tidak akan diterima shalat seseorang yang tidak berwudhu.28

Problem konlik kepentingan antara pejabat negara di satu sisi dan pengusaha atau tokoh agama di sisi lain, dalam sejarah Islam sudah sangat jelas diatur oleh Rasulullah SAW pada saat beliau menjadi kepala pemerintahan di Madinah dan bukan hanya sebagai pembawa risalah kenabian. Tepatnya konlik kepentingan antara petugas pemungut zakat di satu sisi dan sebagai pembimbing masyarakat dalam bidang keagamaan

27 Anggapan sebagian masyarakat yang meyakini korupsi hanya masuk dosa kecil ini jelas ke- liru, sebab dalam Kitab al-Kaba`ir, Syamsuddin al-Dzahabi menyebutkan bahwa korupsi/ghulul masuk

peringkat dosa besar yang ke 22. Lihat Syamsuddin al-Dzahabi, Kitab al-Kaba`ir, (Jakarta: Dinamika

Berkah Utama, Tth,) hlm. 79.

28 Hadits tersebut adalah sebagai berikut:

ِنِإ َلاَق .َرَمُع َنْبا اَي ِل َهَللا وُعْدَت َاَأ َلاَقَف ٌضيِرَم َوُهَو ُهُدوُعَي ٍرِماَع ِنْبا َلَع َرَمُع ُنْب ِهَللا ُدْبَع َلَخَد َلاَق ٍدْع َس ِنْب ِبَع ْصُم ْنَع }ملسم هاور{ » ٍلوُلُغ ْنِم ٌةَقَد َص َاَو ٍروُهُط ِ ْيَغِب ٌةَا َص ُلَبْقُت َا « ُلوُقَي -ملسو هيلع هللا لص- ِهَللا َلو ُسَر ُتْعِم َس

Dari Mus’ab bin Sa’ad berkata, Abdullah bin Umar masuk ke dalam rumah Amir pada saat ia sakit menjenguknya. Keika itu Sa’ad berkata, mengapa kamu idak mendoakan saya? Abdullah bin Umar berkata, sungguh saya mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa shalat yang dilakukan tanpa wud-

di sisi lain. Atau tepatnya antara kapasitas seorang sahabat Nabi sebagai pendakwah Islam di Yaman dan sebagai petugas pemungut zakat di masyarakat Yaman yang sedang dibina.

Kasus konlik kepentingan yang sejak dini telah diantisipasi oleh Nabi Muhammad SAW ini terkait peristiwa pengiriman salah seorang sahabat Nabi di kawasan Yaman. Pada saat itu Nabi mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman untuk menjadi juru dakwah dan menyiarkan ajaran Islam kepada masyarakat Yaman. Terkait dengan pengiriman Mu’adz bin Jabal ini, hadits yang sangat popular terkait lima sumber ajaran Islam: al-Quran, hadits, ijtihad.29

Dalam pengakuan Mu’adz bin Jabal, sesaat setelah Nabi melepas ia dan Abu Musa al-Asy’ari bertolak menuju Yaman, Nabi SAW ternyata lupa suatu wasiat penting, hingga akhirnya mengutus seseorang agar saya kembali lagi menghadap beliau yang telah melepaskan beberapa saat sebelumnya. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa kejadian ini terjadi pada tahun 10 Hijriah. Keduanya diutus ke Yaman menjadi kepala daerah dan sekaligus guru di sana.30 Setelah Mu’adz berangkat dan berada dalam

perjalanan, Rasulullah SAW memanggil Mu’adz untuk kembali pulang. Ketika menghadap Rasulullah SAW, ia diberi pesan sangat penting oleh Rasulullah SAW, yaitu agar saya tidak melakukan korupsi terhadap

29 Sebagaimana hadits riwayat Imam Ahmad sebagai berikut :

ِضْقَأ َلاَق ِضْقَت َفْيَك َلاَقَف ِنَمَيْلا َلِإ ُهَثَعَب َمَل َمَل َسَو ِهْيَلَع ُهَللا َل َص َيِبَنلا َنَأ ٍذاَعُم ِباَح ْصَأ ْنِم ٍلاَجِر ْنَع وٍرْمَع ِنْب ِثِراَحْلا ِنَع ُهَللا َل َص ِهَللا ِلو ُسَر ِةَن ُس ِف ْنُكَي ْمَل ْنِإَف َلاَق َمَل َسَو ِهْيَلَع ُهَللا َل َص ِهَللا ِلو ُسَر ِةَن ُسِبَف َلاَق ِهَللا ِباَتِك ِف ْنُكَي ْمَل ْنِإَف َلاَق ِهَللا ِباَتِكِب َمَل َسَو ِهْيَلَع ُهَللا َل َص ِهَللا ِلو ُسَر َلو ُسَر َقَفَو يِذَلا ِهَلِل ُدْمَحْلا َمَل َسَو ِهْيَلَع ُهَللا َل َص ِهَللا ُلو ُسَر َلاَقَف َلاَق يِيْأَر ُدِهَتْجَأ َلاَق َمَل َسَو ِهْيَلَع )دمحأ هاور(

Dari al-Hars bin Amr, dari beberapa orang teman-teman Mu’az, sesungguhnya Nabi SAW.

pada saat mengutus Mu’adz, beliau bertanya: bagaimana kamu akan memutuskan hukum? Mu’adz

menjawab, saya akan memutuskan hukum dengan dasar Kitab Allah, Nabi bertanya: kalau tidak kamu dapatkan dalam kitab Allah? Mu’adz menjawab, dengan dasar sunnah Rasulullah SAW. Nabi bertanya

lagi: kalau tidak kamu dapatkan ketentuan dalam sunnah Nabi? Mu’adz menjawab, saya akan berijtihad

dengan pemikiran saya. Maka Rasulullah bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah menolong utusan

Rasulullah SAW. (HR. Ahmad)

Dalam dokumen Jihad NU Melawan Korupsi (Halaman 91-95)