BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Saran
Bakat tidak muncul dengan sendirinya, bakat tidak sekedar membutuhkan wadah. Beberapa bakat memiliki syarat akan sarana dan prasarana. Hal ini akan mendukung seseorang untuk menemukan bakat yang ia miliki. Sarana dan prasarana yang memadai akan semakin mendukung berkembangnya bakat yang dimiliki oleh sesorang pada bidang tertentu.
c. Dukungan dan dorongan orang tua atau keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama seseorang belajar bersosialisasi. Keluarga yang mendukung seseorang untuk mengembangkan bakatnya, akan menjadi kekuatan bagi seseorang dalam mengasah dan mengembangkan bakat yang dimiliki. Dukungan dan dorongan yang selalu keluarga
berikan kepada seseorang akan memberikan dampak positif bagi seseorang tersebut.
d. Lingkungan tempat tinggal
Selain keluarga, seseorang juga hidup di tengah masyarakat yaitu lingkungan tempat tinggal. Lingkungan tempat tinggal yang kondusif akan memberikan keleluasan untuk mengekspresikan diri. Melalui kegiatan yang disenangi, seseorang akan mampu memaksimalkan bakat yang dimiliki tanpa ada rasa terbatas atau terhambat karena lingkungan tempat tinggal yang tidak kondusif. Lingkungan yang nyaman dan aman akan memberikan rasa nyaman untuk seseorang dalam memaksimalkan diri untuk mengeksplor bakat yang dimiliki.
e. Pola asuh orang tua.
Pola asuh orang tua berperan penting dalam membentuk karakter seseorang. Selain membentuk karakter, pola asuh secara tidak langsung akan menjadi panutan seseorang dalam bertindak. Pola asuh yang baik akan membuat seseorang mampu memaksimalkan potensi dimiliki dan mendapat arahan yang sesuai.
3. Upaya mengembangkan bakat
Dalam mewujudkan bakat khususnya secara optimal, individu memerlukan program pendidikan khusus sesuai dengan
bakatnya. Program pendidikan untuk mengembangkan individu berbakat khusus dikenal dengan program pendidikan berdiferensiasi (Ali dan Asrori, 2005 :82 ). Program pendidikan ini berbeda dari program pendidikan yang lainnya. Namun, mampu mewujudkan bakat dan kemampuan individu secara optimal. Selain, pengembangan melaui pendidikan berdiferensiasi, individu yang memiliki bakat khusus juga sangat memerlukan dukungan dari lingkungannya dan memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan bakatnya.
Ada sejumlah langkah yang perlu dilakukan untuk mengembangkan bakat khusus individu, (Ali dan Asrori, 2005: 83) Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi anak dan remaja untuk mengembangkan bakat khususnya dengan mengusahakan dukungan baik psikologis maupun fisik.
b. Menumbuhkembangkan minat dan motif berprestasi tinggi dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
c. Meningkatkan daya juang anak dan remaja dalam menghadapi berbagai tantangan.
d. Mengembangkan program pendidikan berdiferensiasi di sekolah dengan kurikulum berdiferensiasi pula guna
memberikan pelayanan secara efektif kepada anak dan remaja yang memiliki bakat khusus.
C. Bakat Keguruan
Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawan yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Sedangkan keguruan, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 377), perihal (yang menyangkut), pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Menurut Wasidi & Mardapi (2016: 99-100), bakat keguruan adalah potensi kemampuan individu dapat berkembang dengan pendidikan untuk melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik. Salah satu kesempatan untuk mengembangkan bakat keguruan tersebut, yaitu dengan cara menempuh pendidikan melalui pendidikan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Melalui LPTK mahasiswa akan memperoleh berbagai latihan untuk mengasah keterampilan dan kemampuan keguruannya. Bakat keguruan terdiri atas kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi, dan kecerdasan emosional.
Kreativitas pedagogi merupakan salah satu aspek dalam bakat keguruan. Kreativitas dalam pendidikan lebih menekankan pada kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang menarik dan unik, merencanakan pembelajaran, meningkatkan motivasi siswa dan dirinya, kreatif dalam menggunakan media dan metode pembelajaran, mampu memberikan solusi bagi siswa yang mengalami kesulitan. Guru yang kreatif memiliki ciri-ciri antara lain rasa ingin tahu yang tinggi,
berfikir orisinal, mandiri, berani mengambil risiko, energik, mempunyai rasa humor, mampu memecah masalah, sealalu berpikiran terbuka, dan intuitif (Wasidi & Mardapi 2016: 100). Guru yang kreatif adalah guru yang mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan membuat pembelajaran lebih efektif.
Aspek yang kedua dari bakat keguruan adalah aspek komitmen pedagogi. Komitmen dalam pendidikan lebih menekankan pada keterikatan terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru. Seorang guru harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik yaitu, berperilaku disiplin, bekerja keras dan ulet, bertanggungjawab, serta memiliki motivasi yang tinggi. Mulyasa (2007: 151) menjelaskan Komitmen secara mandiri perlu dibangun pada setiap individu warga sekolah termasuk guru, terutama untuk menghilangkan setting pemikiran dan budaya kelakuan birokrasi, seperti harus menunggu petunjuk atasan dengan mengubahnya menjadi pemikiran yang kreatif dan inovatif. Guru yang memiliki komitmen, akan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan bersungguh-sungguh.
Wasidi & Mardapi (2016: 101), menjelaskan bahwa komitmen pedagogi terdiri atas empat faktor yaitu motivasi terhadap tugas, disiplin terhadap tugas, tanggung jawab terhadap tugas, dan keuletan menjalankan tugas. Motivasi terhadap tugas adalah dorongan dari dalam dan luar untuk menyelesaikan tugas yang diembannya. Disiplin terhadap pelaksanaan tugas adalah tingkat ketepatan waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas yang diembannya. Tanggung jawab terhadap tugas adalah tingkat keberanian menanggung beban yang diembannya. Keuletan dalam menjalankan tugas adalah tingkat kegigihan pelaksanaan tugas yang diembannya.
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan bakat keguruan selain dari aspek kreativitas pedagogi dan komitmen pedagogi adalah aspek kecerdasan emosional. Kematangan emosi berpengaruh dalam menentukan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mampu mengendalikan emosi dengan baik, maka seseorang tersebut akan semakin mudah dalam menyelesaikan setiap persoalan yang ada. Goleman (2000: 180), menjelaskan bahwa kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Kecerdasan emosi dalam pendidikan lebih menekankan pada kemampaun seseorang untuk mengelola dan memahami perasaan pada diri seorang guru maupun siswa, agar tercipta keharmonisan hubungan antara sesama guru maupun dengan siswa, serta interaksi yang baik sesama siswa.
Berdasarkan uraian-uraian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa bakat keguruan terdiri atas kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi, dan kecerdasan emosi. Dalam mengembangkan bakat keguruan seseorang harus mampu menguasai dari ketiga aspek tersebut. Guru maupun calon guru yang mampu menguasai ketiga aspek tersebut akan semakin
berhasil dalam mengembangkan bakat keguruannya serta semakin berhasil dalam mengembankan tugasnya menjadi seorang guru.
D. Motivasi
1. Pengertian motivasi
Banyak teori yang mengemukakan tentang motivasi. Berikut dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2008: 456), disebut bahwa, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan teretentu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation yang berarti dorongan, pengalasan, dan motivasi. Menurut Winkel (1996: 150), motivasi adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi tujuan tertentu. Hal ini berarti ketika mahasiswa termotivasi masuk jurusan tertentu, mahasiswa tersebut akan tergerak untuk mengikuti pembelajaran yang telah ditentukan dalam jurusan tersebut. Sedangkan menurut Sadirman (1986: 75), motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini motivasi bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat disaksikan.
Ada tiga komponen utama motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan, kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan mental yang beorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Tujuannya adalah hal yang ingin dicapai oleh individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini belajar.
Dari pengertian-pengertian motivasi di atas, motivasi disimpulkan sebagai suatu dorongan dari dalam individu untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
2. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Sadirman (1986: 88-90), motivasi dibedakan menjadi dua, yakni motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik:
a. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi-motivasi yang berfungsi karena adanya perangsangan dari luar, misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi akan ada ujian, orang
membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum ia dapat melamar pekerjaan, dan sebagainya.
b. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik, yaitu motivasi-motivasi yang berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar. Dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya orang gemar membaca tidak perlu ada orang yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut, tetapi telah mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya, orang yang rajin dan bertanggung jawab tidak perlu menunggu ada perintah, tetapi sudah belajar secara sebaik-baiknya.
3. Indikator-indikator motivasi
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mustikaningrum (2011), menyebutkan bahwa, ada beberapa indikator yang termasuk dalam motivasi instrinsik dan ekstrinsik adalah sebagai berikut:
a. Motivasi Intrinsik 1) Cita-cita
Setiap individu memiliki cita-cita yang berbeda-beda. Menurut Mulyaningtyas (2007: 40), cita-cita adalah keinginan yang selalu ada dalam pikiran atau tujuan yang ditetapkan seseorang untuk diri sendiri dan hendak dicapainya. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, cita-cita adalah suatu keinginan (kehendak) yang selalu ada di dalam pikiran.
Adanya cita-cita seseorang untuk menjadi guru merupakan salah satu indikator motivasi intrinsik seseorang untuk memilih masuk di FKIP. Cita-cita yang dimiliki oleh seseorang biasanya muncul sejak ia masih kecil. Seseorang yang memiliki cita-cita menjadi guru, cenderung akan melanjutkan studinya di FKIP. Dengan menjalani studi di FKIP, biasanya akan membuat seseorang semakin memiliki cita-cita untuk menjadi guru.
2) Bakat
Bakat merupakan indikator kedua yang ada dalam motivasi intrinsik. Bakat merupakan kemampuan bawaan seseorang yang masih perlu dikembangkan. Seseorang yang merasa memiliki kemampuan sebagai seorang pendidik, pengajar, dan pelatih biasanya seseorang tersebut berbakat menjadi guru. Seseorang yang telah memiliki bakat menjadi guru, ia akan cenderung mengembangkan bakat tersebut dengan menempuh pendidikan melalui FKIP. Dengan menjalankan studi di FKIP, seseorang akan banyak memperoleh bekal untuk menguasai keterampilan
keguruan baik dibekali melalui teori maupun melalui praktik.
3) Minat
Minat merupakan indikator ketiga yang ada dalam motivasi intrinsik. Minat merupakan rasa tertarik yang berasal dari dalam diri seseorang. Rasa tertarik ini merupakan hasil mengamati suatu kegiatan ataupun sesuatu hal. Minat merupakan hal yang tidak dapat dipaksakan, ini merupakan rasa yang bersifat alamiah dan merupakan hasil pemikiran seseorang di dalam dirinya sendiri
Menurut Hurlock (1999 :58), minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Sedangkan Winkel (1984 :30) mengemukakan minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam suatu bidang. Seseorang yang senang mendidik, mengajar dan melatih biasanya ia akan tertarik dengan profesi guru. Seseorang yang tertarik menjadi guru, ia akan cenderung melanjutkan studinya di FKIP.
4) Hobi
Hobi merupakan salah satu kesenagan yang biasanya dilakukan seseorang dalam waktu luang. Kesenangan yang ada dalam diri seseorang akan membuatnya tertarik untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih biasanya akan tertarik dengan profesi guru. Dengan memiliki rasa senang terhadap profesi guru, biasanya seseorang tertarik untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan keguruan. Kesenangan tersebut juga bisa di ungkapkan melalui tulisan yang berkaitan dengan profesi guru.
b. Motivasi ekstrinsik 1) Biaya pendidikan
Biaya pendidikan merupakan salah satu indikator motivasi ekstrinsik ketika seseorang ingin melanjutkan studinya. Sebagian besar siswa yang masuk pada jurusan tertentu dikarenakan mempertimbangkan biaya. Orang-orang yang berasal dari kalangan tingkat ekonomi menengah ke bawah biasanya akan cenderung memilih untuk masuk pada jurusan yang cukup murah.
FKIP merupakan salah satu fakultas yang biaya pendidikannya cukup murah jika dibandingkan dengan fakultas lainnya.
Seseorang yang menjalani studinya di FKIP juga bisa memiliki kesempatan untuk memperoleh beasiswa. Selama menjalankan studi di FKIP, ketika ada siswa yang mengalami kesulitan keuangan dalam pembayaran biaya kuliah, siswa tersebut bisa mengajukan dispensasi. Kebijakan-kebijakan tersebut menjadikan pertimbangan ketika seseorang hendak melanjutkan studinya.
2) Pengaruh teman
Ketika hendak melanjutkan studi pada jurusan tertentu, tidak jarang ada beberapa orang yang cenderung hanya ikut-ikutan orang lain. Terkadang salah satu yang menjadi alasan seseorang untuk melanjutkan studinya di jurusan tertentu dikarenakan teman-teman dekatnya masuk di jurusan tersebut. Hal ini juga merupakan indikator motivasi ekstrinsik bagi seseorang yang hendak melanjutkan studinya.
3) Peluang kerja
Peluang kerja merupakan indikator ketiga motivasi ekstrinsik seseorang untuk melanjutkan studinya.
Sebagian orang melanjutkan studinya pada bidang tertentu dikarenakan bidang tersebut memberikan peluang kerja yang cukup luas. Profesi guru merupakan salah satu profesi yang peluang kerjanya masih luas. Hal ini dapat dilihat bahwa kebanyakan sekolah-sekolah di pedalaman masih mengalami kekurangan tenaga guru. Program SM3T juga memberikan peluang kerja yang cukup luas bagi sarjana mudah terutama bagi lulusan FKIP. Hal ini bisa menjadi alasan ketika seseorang memilih untuk melanjutkan studinya di FKIP.
4) Prasarana dan sarana kampus
Ketika hendak melanjutkan studi di Universitas tertentu, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan seseorang. Prasarana dan sarana yang dimiliki oleh Universitas tertentu juga menjadi indikator motivasi ekstrinsik seseorang untuk melanjutkan studinya. Kelengkapan prasarana dan sarana yang dimiliki oleh universitas tertentu dapat membuat sesorang untuk memutuskan melanjutkan studinya di universitas tersebut. Adanya bangunan gedung yang luas, ruang kelas yang cukup banyak, perpustakaan yang lengkap, laboratorium yang lengkap, dan sebagainya akan
memberikan dampak positif bagi proses pembelajaran di Universitas tersebut. Hal ini juga biasanya menjadi pertimbangan seseorang ketika hendak melanjutkan studinya pada bidang tertentu.
4. Motivasi masuk FKIP
Setiap individu memiliki motivasi yang berbeda-beda yang mendorong timbulnya suatu perbuatan. Selain dari faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, ada juga beberapa faktor lain yang melatarbelakangi seseorang masuk di FKIP. Salah satunya adalah Sertifikasi guru. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 pasal 8 tahun 2005 tentang guru, menyatakan bahwa, “guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”
Sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar guru. Sertifikat adalah dokumen resmi yang menyatakan informasi di dalam dokumen itu adalah benar adanya. Guru yang telah mendapat sertifikat berarti telah mempunyai kualifikasi mengajar seperti yang dijelaskan dalam sertifikat tersebut. Setelah menerima sertifikat pendidik, yaitu yang diberikan kepada guru-guru yang lulus dalam uji sertifikasi, maka akan memperoleh haknya berupa tunjangan profesi. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 16 ayat 2 mengemukakan bahwa:
“Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan setara dengan satu kali gaji pokok yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan belanja kualifikasi yang sama.”
Ada beberapa dampak yang dirasakan oleh guru setelah medapatkan sertifikasi, dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya mutu guru
Mengikuti sertifikasi guru maka guru akan menjadi lebih profesionalisme. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya.
b. Profesi guru setara dengan profesi lainnya.
Profesionalisme guru memiliki makna penting salah satunya, yaitu profesionalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini di anggap rendah dari pada profesi lain seperti dokter, TNI, dan lain sebagainya. Dengan mengikuti sertifikasi guru maka martabat guru juga akan meningkat selain meningkatnya mutu guru.
c. Meningkatnya kualitas pendidikan
Kualitas guru sangat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Dengan demikian guru yang berkualitas akan berdampak pada siswa, sehingga hasil belajar siswa juga akan berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
d. Terjalin relasi yang baik dengan sesama guru dan dengan siswa.
Seorang guru yang profesional tentu mampu mengembangkan relasi yang baik dengan ditunjukkan perilaku saling hormat menghormati guru dengan sesama guru, dan membangun hubungan yang dapat dipercaya. Interaksi yang baik antara guru dengan siswa tentu akan memberi efek positif bagi proses pembelajaran. Guru yang profesional akan selalu berusaha untuk meningkatkan dan memelihara citra profesinya serta merasa bangga dengan profesinya. e. Peningkatan pendapatan guru
Setelah lulus uji sertifikasi, guru akan menerima sertifikat pendidik. Dengan menerima sertifikat pendidik menunjukkan bukti bahwa guru yang bersangkutan telah lulus uji sertifikasi dan sebagai imbalannya guru akan
memperoleh haknya berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok, dengan begitu pendapatan guru dalam memenuhi kebutuhan hidupnya semakin meningkat.
Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan di atas, sertifikasi guru memberikan pengaruh positif bagi peningkatan dunia pendidikan, terutama bagi kesejahteraan finansial guru. Sertifikasi dapat meningkatkan kesejahteraan guru, sehingga semakin banyak siswa yang berminat menjadi guru, dikarenakan kesejahteraan guru akan terjamin dengan adanya sertifikasi tersebut. Guru yang telah memperoleh sertifikasi berhak memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok. Dengan adanya sertifikasi guru, dapat membuat sebagian besar siswa tertarik dengan profesi guru dan berminat untuk menjadi guru.
E. Pengajaran Mikro (microteaching)
1. Pengertian Pengajaran Mikro (microteaching)
Microteaching berasal dari dua kata, micro dan teaching, Micro berarti kecil, terbatas, sempit, dan sedikit. Teaching berarti mengajar. Dengan demikian, microteaching adalah kegiatan mengajar yang segala aspek pengajarannya diperkecil atau disederhanakan. Pengecilan atau penyederhanaan sejumlah aspek dalam pengajaran menjadikan microteaching tidak serumit mengajar biasa. Memahami microteaching dari berbagai segi bahasa tidaklah cukup, kita perlu menyimak beberapa pendapat para ahli. Menurut Sulthon (2009: 18) pengajaran mikro dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pengajaran yang situasi dan kondisinya diperkecilkan, dibatasi, disederhanakan atau dimikrokan. Menurut La Sulo (1980: 7) pengajaran mikro merupakan salah satu latihan praktik mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang dimikrokan untuk membentuk atau mengembangkan keterampilan mengajar.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengajaran mikro adalah suatu teknik atau metode latihan yang dirancang untuk pengembangan keterampilan yang telah dimiliki oleh calon guru. Pengajaran mikro dilakukan dengan cara melatih
keterampilan-keterampilan mengajar, sehingga setiap komponen keterampilan mengajar dapat dikuasai dengan baik oleh calon guru. 2. Tujuan Pengajaran Mikro (Microteaching)
Tujuan utama Pengajaran mikro ialah untuk membekali atau meningkatkan performance calon guru atau guru dalam mengadakan kegiatan belajar mengajar melalui keterampilan mengajar. Pengajaran mikro dimaksudkan untuk meningkatkan performance guru atau calon guru yang menyangkut keterampilan mengajar. Pengajaran mikro digunakan untuk mempertemukan antara teori dan praktik pengajaran pada mahasiswa calon guru. Selain itu, microteaching digunakan untuk menyiapkan calon guru sebelum praktik mengajar di sekolah.
Pada perkembangan berikutnya, microteaching memiliki tujuan untuk mengembangkan profesional guru. Microteaching merupakan bentuk pendidikan pre service bagi calon guru dan pendidikan in service bagi guru. Guru melakukan upaya peningkatan kinerja pengajaran melalui praktik mengajar secara mikro untuk memaksimalkan kemampuan dalam hal komponen-komponen mengajar.
Menurut Sukirman (Arifin, 2015: 27), Sebagai suatu pendekatan pembelajaran, microteaching bertujuan untuk:
a. Memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru dalam hal keterampilan dasar mengajar (teaching skills).
b. Memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru agar memiliki kompetensi yang diharapkan oleh ketentuan undang-undang maupun peraturan pemerintah. c. Melatih penampilan dan keterampilan mengajar yang
dilakukan secara bagian demi bagian secara spesifik agar diperoleh kemampuan maksimal sesuai dengan tuntutan profesional sebagai tenaga seorang guru.
d. Memberi kesempatan kepada calon maupun para guru berlatih dan mengoreksi serta menilai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki (self evaluation) dalam hal keterampilan mengajarnya.
e. Memberi kesempatan kepada setiap yang berlatih (calon guru dan para guru) meningkatkan dan memperbaiki kelebihan dan kekurangannya sehingga guru selalu berusaha meningkatkan layanannya kepada siswa.
3. Manfaat Pengajaran Mikro (Microteaching)
Pengajaran mikro memiliki banyak sekali manfaat. Hal ini dirasakan mulai dari program pelatihan guru, manfaat untuk pihak-pihak yang terlibat, dan proses menemukan cara mengajar yang lebih efektif. Pengajaran mikro sangat bermanfaat dalam menyukseskan program pelatihan mengajar bagi guru. Pengajaran mikro merupakan metode yang sukses melatih calon guru. Saat ini, Pengajaran mikro digunakan untuk pengembangan profesi guru.
Menurut Nurlaila (Arifin, 2015: 28-31) Pengajaran mikro memiliki beberapa kelebihan sehingga terdapat beberapa manfaat