• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

4.2 Saran

Dengan geografi kepulauan Filipina, seharusmya transportasi udara adalah cara paling efisien untuk menghubungkan antar pulau dan meningkatkan kegiatan ekonomi. Sektor transportasi udara menghubungkan orang-orang di seluruh dunia. Sektor transportasi udara seharusnya juga memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Filipina karena negara tersebut memiliki pernyataan kebijakan melalui EO 219 untuk meliberalisasi industri transportasi udara internasionalnya. Namun menurut penulis, EO 219 saja tidak cukup, pemerintah Filipina sebaiknya memperdalam upaya liberalisasi dengan mengadopsi pendekatan yang lebih liberal untuk perjanjian udara bilateral. Pendekatan yang dimaksud ialah pendekatan yang lebih fleksibel untuk liberalisasi sehingga mampu memenuhi permintaan yang meningkatkan layanan udara internasional.

Sebelumnya Filipina tampak menerapkan kebijakan yang terlalu terbatas. Dampak dari kebijakan pembatasan semacam itu adalah tingkat konsentrasi yang tinggi dalam industri penerbangan internasional Filipina. Pemerintah perlu bertindak cepat untuk mempromosikan persaingan di industri. Seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman negara lain sehingga dapat menarik investasi, perdagangan, dan pariwisata asing. Mempertimbangkan hal yang penting bagi konektivitas transportasi untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan MEA, jelas bahwa ada urgensi untuk berhasil dalam membangun ASEAN-SAM. Terlepas dari semua masalah dan kekurangan yang dihadapi, diharapkan negara-negara anggota ASEAN pada waktunya akan menyadari bahwa kepentingan bersama untuk membentuk pasar penerbangan yang benar-benar tunggal akan

sepenuhnya sejalan dengan ambisi yang lebih luas untuk mencapai MEA. Menurut penulis, pemerintah masih perlu meningkatkan konektivitas transportasi multi-modal, misalnya kereta cepat yang menghubungkan Clark ke Metro Manila; menambah jumlah personel terampil untuk melakukan fungsi bea cukai, imigrasi, dan karantina juga merupakan masalah penting untuk ditangani, terutama di bandara internasional yang lebih kecil. Konsep negosiasi oleh Robert Putnam ini tentu dibutuhkan karena negara dalam konteks ini, tidak dipandang sebagai aktor tunggal, namun sebagai sebuah organisasi aktor-aktor pembuat keputusan yang menjalankan peran masing-masing. Apa yang telah dijelaskan oleh Robert Putnam ini begitu bermanfaat sebab dapat dijadikan sebagai rujukan oleh seorang negosiator untuk berhasil dalam melakukan proses tawar-menawar atau negosiasi yang berkaitan dalam bidang hubungan internasional.

DATAR PUSTAKA

Abate. (2017). Is EU’s open aviation policy good for air transport?.

Abdurrahman, Fatoni. (2006). Metodologi Penelitian dan Tehnik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT. Rinekha Cipta. Hal 104-105.

Anthonius. (2011). Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.163.

Austria, M.S. (2000). The state of competition and market structure of the Philippine air transport industry (PASCN Discussion Paper No. 2000- 12).

Butcher. (2017). Airport slots (House of Commons Library Briefing Paper Number CBP 488). London: House of Commons Library.

Civil Aviation Authority of the Philippines. (2018). Aircraft movement for CY 2016.

Danielle, Krista. (2019). Philippine Air Transportation: Impact and Challenges. Policy Brief Studies on current business issues. Vol 9, No 3.

De Neufville, R. (2008). Low-cost airports for low-cost airlines: Flexible design to manage risks. Transportation Planning and Technology, 31(1), 35–68. Department of Tourism. (2017). Industry performance for travel and tourism. Executive Order No. 500-A, Amending Executive Order (EO) No. 500 Dated

January 27, 2006, and Providing for the Expansion of Air Services to the Diosdado Macapagal International Airport (DMIA) and Subic Bay International Airport (SBIA).

Executive Order No. 29. (2011). Authorizing the Civil Aeronautics Board and the Philippine Air Panels to Pursue More Aggressively the International Civil Aviation Liberalization Policy.

Frank, D. J. (1999). The Social Bases of Environmental Treaty Ratification, 1900-1990. Sociological Inquiry, 69(4), 523–550.

Forsyth, P. (2004). Preparing ASEAN for Open Sky. AADCP Regional Economic Policy Support Facility. Vol 02/008.

Forsyth, P. (2006), ‘Open Skies in ASEAN’, Journal of Air Transport Management 12, 143-152.

Geil, Klaus. (2005). Directorate-General for Energy and Transport, European Commission, in a presentation entitled, The EU Single Aviation Market and its External Aspects, given in the “ICAO Symposium on Liberalisation of Air Transport in Asia/Pacific” Shanghai, China.

Guchteneire, Paul. (2009). Migration adn Human Rights. United Kingdom: Cambridge University Press.

Hasibuan, Rosmi. (2002). Suatu Tinjauan Umum Tentang Perjanian Internasional. Universitas Sumatra Utara.

Hew, Denis. (2005). Introduction: Roadmap to an ASEAN Economic Community. Roadmap to an ASEAN Economic Community. Singapore : Istitute of South East Asian Studies.

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada. Hal 11.

Jackson, Robert. (2009). Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 89.

Kusuma, Mochtar. (1996). Pengantar Hukum Perjanjian Internasional. Bandung. Hal 43-44.

Kusumaningrum, Adi. (2014). Rechtidee Jurnal Hukum. Vol. 9. No. 1.

Kusumaningrum, Adi. (2019). Kedaulatan Negara di Ruang Udara Perkembangan Angkutan Udara Internasional. Malang: Universitas Brawijaya Press. Laplace, I., & Latge-Roucolle, C. (2016). Deregulation of the ASEAN air

transport market: Measure of impacts of airport activities on local economies. Transportation Research Procedia, 14, 3721–3739. Lord, Nair. (1967). Law of Treaties. London: Clorendon Press. Hlm 429.

Lumbroso, A. (2019). Aviation liberalization: What headwinds do we still face? Journal of Air Transportation Management. 74, 22-29.

Mahmud, Fahri. (2012). ASEAN Open Sky dan Tantangan Bagi Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus. Hal 61.

Manuela, W. (2009). The evolution of the Philippine airline industry. Aerlines e-zine edition. Issue 36.

Marco, Paolo. (2014). Open Skies And The Asean Integration: An Analysis Of The Success Of The European Union’s Single Aviation Market And What It Means To The Philippines In Light Of The Goal Of An Asean Single Aviation Market. Kyushu University.

Magallona, Merlina. (2007). A Primer in International Law in Relation to Philippine Law. Hlm 50.

Mateo, Arnel. (2017). Treaty Making In The Phillipines. Political Law.

Memorandum Order No. 16, Office of the President of the Philippines (2017). Monash International. (2004). Preparing ASEAN for Open Sky Report to the

ASEAN Secretariat. Regional Economic Policy Support Facility (REPSF) Project 02/008.

Mott MacDonald. (2006). Study on the impact of the introduction of secondary trading at community airports.

Murdjatmoko, Djoko. (2014). National Aviation Policy Towards ASEAN Open Sky Policy. Acting Director of Air Transport, DGCA International Conference on Air and Space Law. Bandung.

National Economic and Development Authority. (2017). Philippine development plan 2017-2022. Pasig: Author.

National Statistical Coordination Board. (2006). 2000 inputoutput accounts of the Philippines. Makati: Author.

NERA Economic Consulting. (2004). Study to assess the effects of different slot allocation schemes.

Philippine Statistics Authority. (2014). 2006 input-output accounts of the Philippines. Makati: Author.

Philippine Statistics Authority. (2017). 2012 Philippine InputOutput Tables. Putnam, Robert. (1988). Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-

Level Games. International Organization Journal. Vol. 42, No. 3 pp. 427-460.

Rodolfo, Salazar. (2011). Exploring the Political Economy of Civil Aviation Reforms in the Philippines. In the publication Built on dreams, grounded

in reality: economic policy reform in the Philippines by the Asia Foundation.

Setiyanti, Dina. (2016). Potensi Ancaman Asean Open Sky Policy 2015 Terhadap Keamanan Nasional Indonesia. Journal of International Relations, Vol. 02 No. 04. 10-18.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Hal 2.

Tan, A.K.J. (2006). Liberalizing aviation in the Asia-Pacific region: the impact of the EU horizontal mandate. Air and Space Law 31, 432–454

Tan, A.K.J. (2010). The ASEAN multilateral agreement on air services: En route to open skies?. Journal of Air Transport Management, 16(6), 289–294. Tan, A.K.J. (2013). Clear take-off on Asean Open Skies. Straits Times.

Tan, A.K.J. (2013). Toward a Single Aviation Market in ASEAN: Regulatory Reform and Industry Challenge. National University of Singapore.

The Importance Of Air Transport To The Philippines. (2017). Oxford Economics. Tuma, Nancy Brandon, and Michael T. Hannan. (1984). Social Dynamics: Models

and Methods. Orlando: Academic Press.

Weatherbee, Donald. (1987). The Philippines and ASEAN: Options for Aquino. Asian Survey. Vol 27. Hal 1223-1239.

Young, Oran. (1989). The Politics of International Regime Formation: Managing Natural Resources and the Environment. International Organization, 43:349-75.

Yong, P., Song, M., Artispong, N., Khor, M., & Singapore Research Team. (2016). ASEAN travel and hospitality: The great tourism drive.

Zhang, Y., & Findlay, C. (2014). Air transport policy and its impacts on passenger traffic and tourist flows. Journal of Air Transport Management. 34, 42–48.

BIODATA

Amelia Karlina adalah nama penulis skripsi ini yang merupakan anak dari orang tua bernama Aminul Karim dan Mardelina sebagai anak ke-empat dari empat bersaudara yang lahir pada 25 Mei 1997 di Medan, Sumatera Utara. Penulis merupakan mahasiswi Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Komunikasi dan Diplomasi di Universitas Pertamina dengan konsentrasi pada studi kajian keamanan energi. Penulis menjalankan pendidikannya dimulai dari TK Pertiwi di Jawa Tengah; SD Dharma Patra di Sumatera Utara; SMPN 75 di Jakarta Barat; dan SMAN 112 di Jakarta Barat dengan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama masa pendidikan, penulis aktif terlibat dalam kegiatan akademik dan non-akademik, serta telah mengikuti program Kerja Praktik (KP). Di tahun 2012-2015, penulis telah menjadi Ketua Buku Tahunan Siswa (BTS) SMAN 112; Ketua ekstrakulikuler Fotografi SMAN 112; dan Sekertaris ekstrakulikuler Jurnalistik SMAN 112. Di tahun 2017-2019, penulis mendapatkan juara 4 tingkat nasional pada lomba Festival Paduan Angklung ITB 2017; menjadi bendahara di UKM Kesenian Daerah dari semester 1 hingga semester 5; bagian dari tim logistik dalam acara Model ASEAN Conferencess UP 2017; bagian dari tim medis dalam acara UP Futsal Champion 2017, menjadi Liaison Officer (LO) pada acara Angklung’s Day 2017 di Gedung Sate Bandung; acara International Youth Day Commemoration JMUN 2018, acara YSEALI Marine Debris Expedition 2018, acara Gebyar Seni Maha Kreasi 2018 di Gedung Miss Tjih-Tjih, acara DiesNatalis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) 2018 di Gedung MPR-RI; acara Malam Apresiasi Mitra Universitas Pertamina 2018; acara Festival Paduan Angklung ITB 2019; dan acara Global Educational Supplies and Solutions Exhibition and Conference Indonesia 2019. Tak hanya itu, penulis juga telah mengikuti kegiatan Kerja Praktik di Pertamina MOR III Jakarta Pusat pada fungsi Corporate Social Responsibility selama 1 (satu) bulan.

Dokumen terkait