• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2. Saran dan Rekomendasi

1. Sebagai negara yang memiliki kekayaan sumberdaya mineral, Indonesia perlu melakukan benchmarking dengan negara-negara yang telah berhasil mengelola sumberdaya mineral misalnya Norwegia, Australia dan Canada untuk menghindari terulangnya kasus tambang timah selama 180 tahun di Dabo Singkep yang akhirnya menjadi ghost town setelah pertambangan berakhir.

2. Perlu dirumuskannya paradigma baru kebijakan pertambangan di tingkat nasional

(nasional policy) yakni tafsir pembangunan berkelanjutan sektor pertambangan

sebagai bentuk transformasi pertambangan ke sektor lainnya mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan secara terintegrasi sebelum tambang beroperasi, pada masa operasi dan pasca tambang. Hal ini perlu dilakukan mengingat sektor pertambangan tidak dapat berdiri sendiri, perlu sinergi dan sinkronisasi dengan Undang-Undang Perencanaan Pembangunan Nasional (RPJMN), UU/32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU/33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah serta Undang-Undang lainnya.

3. Negara sebagai pemilik sumberdaya alam perlu mempertimbangkan kepemilikan saham (golden share) tanpa menyertakan modal dalam pengelolaan sumberdaya alam sesuai dengan amanat UUD 45 pasal 3 “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Nilai ekonomi sumberdaya yang memiliki posisi strategis didalam struktur alokasi dan distribusi sumberdaya memiliki rent lokasi (locational rent) sedangkan Ricardian rent adalah rente sumberdaya berdasarkan kekayaan dan kesusuaian sumberdaya yang dimiliki untuk berbagai penggunaan aktifitas ekonomi, rente tidak lain adalah residual setelah seluruh biaya dibayarkan dan biasanya diterima oleh pemilik sumber daya.

4. Perlu dirumuskan grand strategy dan peta jalan (road map) yang merupakan exit

strategy pengelolaan pertambangan di Sumbawa Barat yang mengarah pada

transformasi perubahan struktur ekonomi untuk mengantisipasi habisnya pertambangan yang bersifat tidak terbarukan (unrenewable resources) dengan kendala masa operasi tambang yang pendek dan cadangan yang terus menipis ke sumberdaya lokal terbarukan (renewable resources).

5. Sebagai konsekuensi dari butir 2 di atas perlu dilakukan revisi terhadap Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Sumbawa Barat 2010-2015 dengan rumusan program secara terarah, sistematis, terukur dan terencana dalam instrumen kebijakan perencanaan APBD tahunan Sumbawa Barat.

6. Arah transformasi revisi RPJMD Sumbawa Barat adalah perubahan struktur ekonomi yang saat ini didominasi oleh pertambangan ke sektor pertanian dalam arti luas serta didukung oleh peningkatan penganggaran pada sektor tersebut dalam APBD sebagai instrumen kebijakan utama penganggaran. Menurut hasil temuan penelitian, hal ini perlu dilakukan mengingat penganggaran Kabupaten Sumbawa Barat untuk sektor pertanian relatif rendah dibandingkan dengan 34 Kab/Kota di tiga Propinsi Bali, NTB dan NTT.

7. Salah satu syarat keberhasilan transformasi adalah meningkatkan kapasitas dan kemampuan fiskal Kabupaten Sumbawa Barat yang secara relatif lebih rendah dibandingkan 34 Kab/Kota di tiga Propinsi Bali, NTB dan NTT. Hal strategis yang perlu diperjuangkan dan dipertimbangan oleh pemerintah pusat maupun pemangku kepentingan lainnya terhadap Kabupaten Sumbawa Barat sebagai Kabupaten penghasil adalah perlunya kepemilikian saham tanpa menyertakan modal (golden share) yang wajar.

8. Perlu dirumuskannya Peraturan Pemerintah yang dapat dijadikan sebagai rujukan untuk perumusan Peraturan Daerah baik di Sumbawa Barat maupun daerah lainnya tentang peningkatan nilai tambah sektor pertambangan yang memprioritaskan penggunaan sumberdaya lokal secara optimal untuk aspek tenaga kerja, potensi sumberdaya lokal daerah setempat, kemitraan dengan pengusaha lokal serta keterlibatan perusahaan jasa pertambangan lokal/atau nasional dalam konsultasi dan perencanaan.

9. Para pihak (stakeholder) yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah, korporat dan masyarakat madani (civil society) perlu duduk bersama untuk mendorong keterbukaan, transparansi dan partisipasi dalam merumuskan kebijakan pembangunan pasca tambang menjadi sebuah diskursus terbuka. Upaya ini diharapkan dapat mempersiapkan kebijakan pembangunan daerah pasca tambang, kebijakan CSR dan program pemberdayaan masyarakat perusahaan serta perbaikan perencanaan dokumen tutup tambang PTNNT sehingga hasil-hasil pertambangan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat pada masa operasi maupun pasca tambang.

10. Melakukan sosialisasi hasil penelitian pada pengguna (user) didaerah yakni pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, DPRD KSB, PTNNT dan departeman energi dan sumberdaya mineral.

11. Apabila pemerintah pusat dan daerah belum siap secara institusional, perut bumi adalah tempat yang paling aman menyimpan sumberdaya mineral, minyak dan gas (Stiglizt, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Auty, R, 1993. Sustaining Development in Mineral Economic : The Resource Curse Thesis. London. Routledge

Anwar, A. 2001. Kerangka Ekonomi Fundamental Dalam Menghadapi Masalah Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bahan kuliah mata kuliah ekonomi sumberdaya alam Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Anwar, A. 2001. Dampak Kelembagaan Hak-Hak Akses dan Penguasaan Sumberdaya Kepada Pengelolaannya (Property Right Institution In Resources Management). Bahan Kuliah Eknomi Sumberdaya Alam – PPs PWD IPB. Tidak dipublikasikan.

Anwar, A. 1999. Desentralisasi Spasial Melalui Pembangunan Agropolitan, dengan Mereplikasi Kota-Kota Menengah Kecil di Wilayah Pedesaan. Makalah Lokakarya Pendayaan Sumberdaya Pembangunan Wilayah di Prop. Riau. Tgl. 7-8 Oktober 1999. Tidak dipublikasikan.

Agenda 21 Sektoral. 2000. Buku 1. Seri Panduan Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan. Membuat Pembangunan Berlanjut. Upaya Mencapai Kehidupan yang Makin Berkualitas. Proyek Agenda 21 Sektoral. Kerjasama Kantor Menteri Lingkungan Hidup dengan UNDP. Jakarta

Agenda 21 Sektoral. 2000. Buku 2. Seri Panduan Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan. Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan. Upaya Mencapai Kehidupan yang Makin Berkualitas. Proyek Agenda 21 Sektoral. Kerjasama Kantor Menteri Lingkungan Hidup dengan UNDP. Jakarta

Agenda 21 Sektoral. 2000. Buku 3. Seri Panduan Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan. Indikator Pembangunan Berkelanjutan. Upaya Mencapai Kehidupan yang Makin Berkualitas. Proyek Agenda 21 Sektoral. Kerjasama Kantor Menteri Lingkungan Hidup dengan UNDP. Jakarta

Agenda 21 Sektoral. 2001. Agenda Pertambangan Untuk Pengembangan Kualitas Hidup Secara Berkelanjutan. Kerjasama UNDP dan Kantor MENLH. Jakarta

Amin, A.B. Azahari, H.L. Suhendra, D.I. Hutapea, H. Simanjuntak, T. Daud, H. Suharyono, Suyartono, 2003. Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan (Hulu- Hilir dan Pengembangan Wilayah/Masyarakat) dalam Suryanto (editor). Good Mining Practice. Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar. Studi Nusa Semarang. Semarang, p. 202-224

BPS, 2006. PDRB 33 Propinsi dan Kab/Kota se-Indonesia 2000-2006. BPS. Jakarta. 2006

Bachriadi, D. 1998. Merana Ditengah Kelimpahan. Jakarta. ELSAM

Borg, W.R., and M.D. Gall. 1989. Educational Research: An introduction. New York: Longman.

Conrad JM, Clark C.W. 1999. Natural Resource Economics. Cambrige University Press. Canbridge.UK.

Fraenkel, J.R., and E.W. Norman. 1996. How to Design and Evaluate Research in

Education. New York. McGraw - Hill,Inc.

Gunawan, I. 1994. A Methodological Approach to Sustainable Resources in Indonesia: Integrating Geografic Information Systems, Mathematical Modeling, and Expert Systems. Dsertasi. Departement of Geography. Texas. A&M University

Humpreys, M. Sach, J.D dan Stiglitz, J.E. 2007. Apakah Masalah Kekayaan Sumberdaya Alam?, dalam Humpreys (editors): Escaping The Resource Curse. Columbia University Press. Columbia. p. 1-24

Humpreys, M and Sandhu, ME. 2007. Ekonomi Politik Dana Sumberdaya Alam (editors): Escaping The Resource Curse. Columbia University Press. Columbia. p. 224- 272

Hadi, P. S. 2001. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Henderson, K.A. 1991. Dimensions of Choice : A Qualitative Approach to Recreation,

Parks, and Leisure Research. PA: Venture Publishing, Inc.

Indonesian Mining Assosiation (IMA). 2006. 30 tahun IMA Dedikasi Industri Pertambangan Bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. IMA. Jakarta.

Institute of Development Studies. 2006. Understanding policy processes. A review of IDS research on the environment. University of Sussex. Bringhton. UK.

Indahsari, K. 2001. Penentuan Prioritas Pembangunan Berdasarkan Tingkat Perkembangan Kecamatan dan Potensi Wilayah. Tesis tidak dipublikasikan. 8 Februari 2001. IPB

Karl, T.R. 2007. Memberi Jaminan Keadilan (dasar pemikiran bagi sebuah kontrak sosial fiskal yang transparan) dalam Humpreys (editors). Escaping The Resource Curse. Columbia University Press. Columbia. p. 298-334

Kontrak Karya Antara Pemerintah Republik Indonesia dan PT. Newmont Nusa Tenggara, 1986. Jakarta

Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Envirinment and Development). 1988. Hari Depan Kita Bersama (Our Common Future). Gramedia. Jakarta

Krippendorff, K. 1980. Content Analysis : an introduction to its methodology. Beverly Hills: Sage Publications.

Laporan Pengembangan Masyarakat (Community Development) PT. Newmont Nusa Tenggara, 2005. Benete. Sumbawa Barat.

LPEM UI. 2006. Dampak Ekonomi dan Sosial PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) Bagi Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Sumbawa Barat. LPEM UI. Jakarta

Malanuang, L. 2002. Analisis Dampak Ekonomi dan Sosial Tambang Emas dan Tembaga Bagi Masyarakat Komunal dan Pembangunan Wilayah Propinsi NTB (Studi Kasus Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara). Tesis tidak dipublikasikan. 30 Oktober 2002. IPB

Munasinghe, M. 1993. The Economist’s Approach ti Sustainable Development bab dari Making Development Sustainable: From Concepts to Action. The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank. Washingto D.C. USA.

Margo, Y. 2005. Model Transformasi Struktur Ekonomi Wilayah dari Berbasis Sektor Pertambangan ke Sektor Pertanian (tesis tidak dipublikasikan). Mei 2005. IPB

Nazara, S. 2005. Analisis Input Output. Lembaga Penerbitan LPEM UI. Jakarta

Riffe, D., S. Lacy, and F.G. Fico. 1998. Analyzing Media Messages: Using Quantitative

Content Analysis in Research. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates.

Rosylin, Leni. 2008. Kebijakan Pembangunan Daerah dan Potensi Aplikasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Studi Kasus Kebijakan Kehutanan di Kabupaten Pelalawan). Tesis IPB. 2008. Tidak dipublikasikan.

Saefulhakim, S (2009). Model dan Instrumen Pemetaan Potensi Ekonomi Daerah. Modul Pelatihan Ditjen Bina Bangda Depdagri (tidak dipublikasikan). Agustus 2009. Jakarta.

Saefulhakim, S (2000). Modul Praktikum Pemodelan (tidak dipublikasikan). Juni 2000. IPB

Sembiring, SF (2009). Jalan Baru untuk Tambang: Mengalirkan Berkah Bagi Anak Bangsa. Elex Media Komputindo. Jakarta. P.197

Saleng, A. 2004. Hukum Pertambangan. UII Press. Yogyakarta

Seragaldin, I. 1993. Making Development Sustainable bab dari Making Development : From Concepts to Action. The International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank. Washington D.C. USA

Seragaldin, I dan Steer, A. 1993. Epilog: Expanding the Capital Stok bab dari Making Development Sustainable: From Concepts to Action. The International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank. Wasington D.C. USA.

Stiglitz, E.J. 2007. Seperti Apa Peranan Negara? dalam Humpreys (editor). Escaping The Resource Curse. Columbia University Press. Columbia. p. 27-61

Salim, E. 1990. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES. Jakarta.

Sutton, R. 1999. The Policy Process : an Overview. Working Paper 118. Overseas

Development Institute. Portland House House Stag Place, Chameleon Press

Ltd, London SW1E 5DP.

Sunarto, A. 2007. Analisis Keterkaitan Antara Pola Penganggaran Dengan Kinerja Pembangunan di Wilayah Jawa Bagian Barat. (tesis tidak dipublikasikan). Maret 2007. IPB

Sigit, S. 1996. Pidato Pemberian Gelar “doctor honoris causa” dari ITB kepada Drs. Sutaryo Sigit. 9 Maret 1996. ITB. Bandung.

Sigit, S. 2004. Sepenggal Sejarah Perkembangan Pertambangan Indonesia (Kumpulan Tulisan S. Sigit 1967-2004). Yayasan Minergy Informasi Indonesia. Jakarta.

Steer, A dan Ltuz, E 1993. Measuring Environmentally Sustainable development bab dari Making Development Sustainable: From Concepts to Action. The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank. Wasington D.C. USA.

Suparmoko, M. 1994. Penghitungan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Konsep, Metode dan Aplikasinya. Jurnal Ekonomi Lingkungan edisi kelima. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Saefulhakim, S. 2005. Materi Studio Penataan Ruang dan Pengembangan Kawasan. Bogor. Fakultas Pertanian. IPB. (tidak dipublikasikan)

Todaro, M.P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, edisi ke 6. (alih bahasa oleh Drs. Haris Munandar, M.A). Penerbit Erlangga. Jakarta.

Tietenberg, T. 2000. Environmental and Natural Resources Economics. 5th ed. Addison- Wesley.

Undang-Undang No. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. 1967. Jakarta

Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. 1967. Jakarta

Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (PKPD). Jakarta.

Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. Jakarta

Pearce. D. 1993. Blueprint 3. CSERGE. Sustainable Economic Development is Continuosly Rising, or at least non-declining, Consumption per Capita, or GNP, or Whatever the Agreed indicator of Development is. London. Earthscan Publications.

Pearce, D and Barbier, E. 2000. Sustainable Development: Economics and Environment in the Third World, Earthscan Publications Ltd.

Wibowo, RS. 2005. Studi awal Transparansi Ekonomi Ekstraktif di Indonesia. Transparancy International Indonesia. Jakarta. (makalah tidak dipublikasikan)

Wanmali, S. 1992. Rural infrastructure, The Settlement System, and Development of The Regional Economy in Southern India. International Food Policy Research Institute.

ABSTRACT

LUKMAN MALANUANG.Sustainable Regional Development Model through Structural Transformation of the Mining Based To Local Renewable Resource Based Economy (Case Study of Copper and Gold Mining of Newmont Nusa Tenggara, Co., at Batu Hijau in West Sumbawa), under supervisory of HARIADI KARTODIHARDJO, R. SUNSUN SAEFULHAKIM and DUDUNG DARUSMAN

The economy of West Sumbawa Regency, Nusa Tenggara Barat Province, in the period of 2000- 2006, highly depended on one mining sector (94 % of Gross Regional Domestic Product) comprising mainly copper and gold mining at Batu Hijau operated by Newmont Nusa Tenggara, Co. Due to the nature of mining, that tends to be monopolistic business, foreign dominated shares, limited deposit and life cycle and terminated in relatively short term, the mining would significant detrimental effects on economic development of West Sumbawa. To avoid the bad effects and to sustain the economic development of West Sumbawa, it is necessary to develop and diversify the economy to renewable non-mining based sectors, especially agriculture in a broader terms and its business and industrial chains through a proper utilization of the mining’s revenues received as royalty, taxes and fees, in regional development budgeting.

Objectives of this research are to (a) identify non mining based sectors to be systematically developed to transform regional economic structure and reduce dependcy on mining sectors, (b) analyze the role of regional budgeting and cooperation among region on development performance, and (c) identify regulations and policy instruments that support the regional economic transformation.

The research is conducted through three steps. The frist is to analyze input-output (IO) table of Regency of West Sumbawa, to capture inter-sectoral linkages and multiplier effects of renewable and non mining sectors on economic development performance. The second is to analyze budgeting roles in improving development performance of West Sumbawa. The third is to analyze regulations and policy instruments from the central upto the local governments and analyze interaction pattern among decision making stakeholders by using metodological framework of the Institute of Development Studies, that focuses on naration and actor network and interest onto mining transformation for the sustainable development.

Findings of the research show that agricultural based business and industrial chains supported by adequate supplies of the electricity and clean water are the strategic development direction to stimulate transformation process of the economic structure. The main agricultural basis that need to be developed are: livestock production, fisheries, plantation, food crops and horticulture. In addition, forest resource management is an integral part of agricultural based economy, in particular to support competitive electricity and water supplies. The development of agricultural based business and industrial chains will support : 1) development of economic activity chains as a whole, 2) economic growth, 3) fiscal capacity improvement 4) business attractiveness, 5) employments, and 6) people income.

It is identified that up to this time the ecomonic transformation to the agricultural based business and industrial chains has not been sufficiently supported by a proper regulation, stakeholder behavior and budgeting. Since the mining can generate large land rent but in a relatively short term and unrenewable, it is potential to use this as initial source of capital for the economic transformation. However, the existing regulation has not yet arranged to get parts of the land rent to support the process. The lack of supports in terms of stakeholder behavior is indicated by lack of awareness, communications and cooperation network among them. The stakeholders include the Department of Energy and Mineral Resources, Commission of Mining and Energy of the Indonesian House of Representatives, local government of West Sumbawa, Regional House of Representatives of West Sumbawa, Newmont Nusa Tenggara, Co., educational institutes and academicians, related corporations, non governmental organitations, elites and religious leaders. Budget allocation and interregional cooperation on budgetting can significantly improve: 1) economic growth rate, 2) fiscal capacities, 3) people welfare, and 4) people economic participation. However, since their effects are inelastic yet, the economic transformation can be realized if the budgeting allocation and the interregional cooperation on budgetting to the agricultural based business and industrial chains, is significantly increased from its current levels.

Keywords : mining based economy, economic structural transformation, interregional budgeting cooperation, sustainable regional development

RINGKASAN

LUKMAN MALANUANG. Model Pembangunan Daerah Berkelanjutan Melalui Transformasi Struktur Ekonomi Berbasis Sumberdaya Pertambangan ke Sumberdaya Lokal Terbarukan (Studi Kasus Tambang Tembaga dan Emas Proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara di Sumbawa Barat NTB), dibawah bimbingan HARIADI KARTODIHARDJO sebagai ketua, R. SUNSUN SAEFULHAKIM dan DUDUNG DARUSMAN sebagai anggota.

Struktur perekonomian Kabupaten Sumbawa Barat NTB sejak 2000-2006 sangat dominan tergantung pada satu sektor yakni pertambangan tembaga dan emas proyek Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) sebesar 94 % dalam produk domestik regional bruto (PDRB). Sektor pertambangan di Sumbawa Barat termasuk salah satu tambang skala besar di Indonesia sehingga dominasinya tidak hanya terhadap PDRB Kabupaten tersebut namun juga berdampak secara regional bagi Provinsi NTB. Performa proyek Batu Hijau PTNNT saat ini adalah 1) komposisi kepemilikan saham perusahaan tersebut 80% dikuasai perusahan asing (Newmont Indonesia Ltd dan Nusa Tenggara Mining Corp) dan 20% dikuasai oleh perusahan swasta nasional (PT. Fukuafu Indah). Didalam Kontrak Karya proyek Batu Hijau PTNNT terdapat pasal yang mewajibkan perusahaan tersebut melakukan divestasi saham hingga 51% (tahun 2010) untuk promosi kepentingan nasional (PTNNT, 2000). Berdasarkan keputusan arbitrase internasional, divestasi saham 2006 dan 2007 sebesar 10% menjadi milik pemerintah Propinsi NTB, Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa bekerjasama dengan PT. Multi Capital dengan komposisi 75% milik PT. Multi Capital dan 25% milik 3 Pemda tersebut, 2) peluang usaha selama masa operasi menurut kinerja departemen kontrak (2005) dimanfaatkan oleh nasional (92%), Propinsi Nusa Tenggara Barat (5%) dan Sumbawa Barat (3%) (PTNNT, 2005), 3) kontribusi proyek tersebut terhadap kapasitas fiskal (APBD) Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2005 sebesar Rp. 80,98 Milyar dengan perincian dana bagi hasil sumberdaya alam Rp. 56,17 Milyar, dana bagi hasil pajak Rp. 24,39 Milyar, pendapatan asli daerah Rp. 0,31 Milyar, dana alokasi umum Rp, 0,09 Milyar dan dana alokasi khusus Rp. 0,01 (LPEM UI, 2006), 4) sedangkan komposisi tenaga kerja adalah Sumbawa Barat (33%) dan non Sumbawa Barat (67%).

Pengelolaan sumberdaya pertambangan yang cenderung bersifat monopolistik dengan kepemilikan saham didominasi asing, deposit mineral yang terbatas, sifat sumberdaya pertambangan yang tidak terbarukan, serta masa produksi yang relatif pendek, dalam jangka panjang akan beresiko tinggi bagi pembangunan wilayah Kabupaten

tersebut. Berdasarkan realitas tersebut, mendesain sebuah model pembangunan berkelanjutan menjadi tantangan bagi Kabupaten tersebut dimasa mendatang yyaakknnii b baaggaaiimmaannaa mmeerruummuusskkaann aarraahh ttrraannssffoorrmmaassii ssttrruukkttuurr eekkoonnoommii yyaanngg ssaaaatt iinnii ssaannggaatt d diiddoommiinnaassii oolleehh ppeerrttaammbbaannggaannkkeesseekkttoorr--sseekkttoorrtteerrbbaarruukkaannddaallaammhhaall iinnii ppeerrttaanniiaannddaallaamm a arrttiilluuaassddaannsseekkttoorrnnoonnttaammbbaannggllaaiinnnnyyaa..

Tujuan utama penelitian ini adalah a) mencari solusi pengalihan ketergantungan Kabupaten Sumbawa Barat terhadap pertambangan dengan melakukan transformasi dan struktur ekonomi berbasis pertambangan ke sumberdaya lokal terbarukan serta sektor non tambang lainnya, b) mengantisipasi menurunnya kinerja pembangunan dengan pola penganggaran yang tepat dan kerjasama antar daerah, c) menganalisis kebijakan peraturan perundangan dari pusat hingga ke daerah serta sejauhmana, kepentingan dan kerjasama antar stakeholder yang dapat dibangkitkan untuk melakukan transformasi struktur mengantisipasi habisnya pertambangan.

Metode analisis untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah 1) melakukan simulasi model Input-Output dengan membangun Tabel Input-Output Kabupaten Sumbawa Barat dengan struktur sektor yang sama dengan Tabel Input-Output Nusa Tenggara Barat untuk melihat keterkaitan antar sektor dan dampak pengganda (multiplier

effect) sektor-sektor yang berbasis sumberdaya terbarukan serta sektor non tambang

lainnya, 2) memetakan dan menganalisis peran penganggaran untuk memperbaiki kinerja pembangunan di Kabupaten Sumbawa Barat, 3) melakukan analisis isi peraturan perundangan dari tingkat pusat hingga ke daerah serta menganalisis interaksi dalam pengambilan keputusan pemangku kepentingan (stakeholder) menggunakan pendekatan Institute of Development Studies (IDS) yang mencakup: narasi, kepentingan dan jaringan kerja aktor untuk transformasi pertambangan dalam konteks pembangunan daerah berkelanjutan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama masa operasi dan setelah penambangan berakhir ada indikasi kuat bahwa ekonomi daerah tidak dapat pulih seperti saat beroperasinya tambang saat ini karena pendapatan daerah dari tambang (pajak maupun non pajak) akan berakhir seiring dengan berakhirnya masa penambangan. Namun dari hasil penelitian ini dapat ditentukan arah transformasi struktur ekonomi selain pertambangan, yang justru dapat didukung sejak awal oleh kekuatan ekonomi pertambangan sekarang, yaitu untuk membangkitkan sektor-sektor ekonomi unggulan berbasis sumberdaya lokal terbarukan (pertanian dalam arti luas) dengan memperkuat

keterkaitan antar sektor maupun dampak pengganda sektor melalui penggunaan barang dan jasa di Sumbawa Barat secara optimal untuk memperkecil efek pengurasan (backwash

effect) yang terjadi selama ini.

Meskipun dampak ekonomi tambang sangat besar yaitu Rp. 9,527 triliun (95,03 %) terhadap PDRB (2006) sulit tergantikan, dan peran pertanian sebesar Rp. 195,380 milyar (33,60 %), namun arah transformasi struktur ekonomi berbasis pertambangan ke sektor- sektor sumberdaya lokal terbarukan (pertanian dalam arti luas) serta sektor non tambang lainnya untuk dikembangkan dalam jangka pendek, menengah dan panjang di Kabupaten Sumbawa Barat dapat diketahui.

Dari hasil simulasi ditunjukkan bahwa jika pertambangan di asumsikan habis saat ini maka peran sektor pertanian sebesar 33,60% (sumberdaya terbarukan), perdagangan hotel dan restoran 20.97 %, bangunan 17.16 %, jasa-jasa 14.17% serta transportasi dan komunikasi 10.05%.

Dari sisi keterkaitan antar sektor, arah transformasi pengembangan sektor ekonomi lokal yang dapat mendorong permintaan (demand driven) menurut rangking nilai indeks keterkaitan langsung kebelakang (direct backward linkage) dan keterkaitan langsung dan tidak langsung kebelakang (direct and indirect backward linkage) justru bukan pertambangan (pertambangan ranking ke-15), melainkan sektor terbarukan seperti peternakan, perikanan, perkebunan, pertanian padi, pertanian pangan lainnya. Sedangkan sektor non tambang lainnya yang dapat dikembangkan adalah industri makanan dan