• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Transformasi Sumberdaya Kearah Berkelanjutan

Menurut (Agenda 21 sektoral, buku 2, 2000) dalam penyelenggaraan pembangunan di Indonesia selama ini di kenal adanya kekayaan (asset) untuk pembangunan dan sumberdaya untuk pembangunan. Kekayaan adalah apa yang dimiliki dan sumberdaya adalah apabila kekayaan itu siap digunakan sebagai modal untuk menyelenggarakan pembangunan. Secara lebih persis dapat diartikan bahwa kekayaan adalah bahan yang belum siap, sedangkan sumberdaya adalah barang jadi yang siap

digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu, memiliki kekayaan tidak dengan sendirinya berarti dapat menyelenggarakan pembangunan. Kekayaan itu masih harus dikombinasikan dengan sumberdaya lain untuk mendapatkan manfaatnya. Dengan kata lain, memiliki kekayaan alam tidak dengan sendirinya dapat dimanfaatkan, apabila tidak disertai misalnya dengan modal dan teknologi.

Untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dan perkembangan memang harus tersedia sumberdaya yang mencukupi, bahkan sumberdaya itu harus dikembangkan, artinya harus mempunyai kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan. Sumberdaya itu digolongkan dalam empat katagori, yaitu (1) sumberdaya alam yang secara alami tersedia, (2) sumberdaya buatan yang dibuat manusia (human made resources) (3) sumberdaya manusia yaitu manusia dengan segala kepandaian dan keterampilannya, dan (4) sumberdaya sosial sebagai produk dari keterkaitan, kerjasama dan interaksi antar manusia seperti misalnya system nilai dan kelembagaan. Akan tetapi, ada pula yang menyebutkan sumberdaya sosial adalah sumberdaya buatan yang bersifat lunak

(software), meskipun demikian ada pula yang berpendapat bahwa sumberdaya sosial

tidak dibuat tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai hasil dari dialog dan interaksi. Pembangunan juga dapat diartikan sebagai pembangunan sumberdaya, mengubah kekayaan menjadi sumberdaya, menciptakan sumberdaya baru dan menata keterkaitan antar sumberdaya sehingga menghasilkan produk yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup secara berkelanjutan. Kondisi ideal akan tercapai pada saat kualitas hidup yang terus meningkat, tanpa harus meningkatkan penggunaan sumberdaya alam mengingat sumberdaya ini –terutama yang tidak dapat diperbaharui– memiliki keterbatasan. Untuk itu sumberdaya lain yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya sosial dan sumberdaya buatan harus menjadi andalan pembangunan berkelanjutan, sedangkan sumberdaya alam harus dihemat dan dijaga kelestariannya.

2.4.1. Empat Tipe Kapital

Menurut Seragaldin dan Steer dalam Indahsari (2001) pembangunan berkelanjutan berupaya agar generasi yang akan datang mempunyai kesempatan yang setidaknya sama seperti kesempatan yang dirasakan oleh generasi saat ini. Kesempatan yang dimaksud adalah kesempatan memanfaatkan potensi yang ada untuk kesejahteraan kehidupan. Untuk mewujudkan upaya tersebut, apalagi menghadapi tingkat pertumbuhan populasi yang tinggi, maka perlu adanya transformasi dan pengembangan stok kapital

yang ada sangatlah diperlukan. Ada empat tipe kapital. Tipe yang pertama adalah sumberdaya buatan (man made capital), yakni infrastruktur misalnya jalan, jembatan, bangunan dan berbagai bentuk teknologi lainnya. Wanmali (1992) menyatakan bahwa ada dua tipe infrastruktur, yaitu hard infrastruktur (seperti jalan, telekomunikasi, listrik, dan sistem irigasi) dan soft infrastruktur (berbagai bentuk pelayanan, seperti transportasi, kredit dan perbankan, input produksi dan pemasaran). Secara fisik sumberdaya buatan merupakan ”kekayaan” (hasil pembangunan) yang dapat diukur dengan mudah. Karena alasan inilah maka pembangunan, terutama di negara-negara berkembang, cenderung menekankan kepada pengembangan tipe kapital ini (Seragaldin dan Steer, 1993 dalam Indahsari). Kebijakan industrialisasi dan modernisasi merupakan salah satu bentuk penekanan arah dan prioritas pembangunan pada pengembangan kapital ini.

Tipe kapital yang kedua adalah sumberdaya alam (natural capital), yaitu seluruh cadangan aset yang disediakan oleh lingkungan seperti sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan hidup, baik yang dapat diperbaharui ataupun tidak. Hingga saat ini, SDA dan lingkungan memberikan kontribusi terbesar sebagai pemuas kebutuhan manusia sebag pemuas kebutuhan ini sangat menentukan eksistensi kehidupan manusia. Peace dan Warford dalam Indahsari (2001) merinci kontribusi langsung dan tak langsung SDA dan lingkungan terhadap kehidupan manusia. Kontribusi langsung dapat dirasakan pada pendapat riil dari sektor–sektor yang berhubungan dengan alam (terutama pertanian), aktifitas ekonomi dengan SDA dan lingkungan sebagai input produksi, dan kontribusi terhadap keberlanjutan sistem pendukung kehidupan secara umum. Kontribusi secara langsung terhadap kualitas kehidupan. Kualitas SDA dan lingkungan yang baik dan dapat termanfaatkan dengan baik pula akan menjamin kualitas kehidupan yang baik. Sebalikya kualitas yang buruk –seperti SDA dan lingkungan yang rusak dan terdegradasi– akan menyebabkan kualitas kehidupan yang buruk pula. Selain itu, kapital ini memiliki karakteristik tersendiri yang perlu diperhatikan dalam upaya pengelolaan dan pengembangannya. Karakteristik tersebut adalah bahwa kapital ini dapat langka dengan cepat, terutama SDA dan lingkungan yag tidak dapat diperbaharui.

Sumberdaya manusia (human capital) merupakan tipe kapital ketiga. Manusia, dalam hal ini kuantitas dan kualitas penduduk, merupaka potensi tersendiri dalam pembangunan. Manusia juga merupakan subjek sekaligus objek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan, maka kuantitas dan kualitas penduduk diharapkan dapat mendukung dan menjadi potensi yang dapat diandalkan dalam pelaksanaan

pembangunan yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan penduduk itu sendiri. Dan sebagai objek, penduduk diharapkan dapat meningkatkan kesejateraannya dengan menikmati hasil–hasil pembangunan. Oleh karena itu, pengembangan (investasi)

sumberdaya manusia sehingga mendapat kualitas dan kuantitas yang ideal merupakan salah satu strategi pembangunan yang penting dan mungkin terpenting (Seragaldin dan Steer 1993 dalam Indahsari 2001). Bentuk–bentuk pengembangan sumberdaya manusia adalah investasi di bidang pendidikan, kesehatan, tingkat gizi individu, dan lain – lain.

Tipe keempat adalah modal sosial (social capital). Bentuk dari kapital ini antara lain fungsi kelembangaan dan budaya yang berbasis sosial. Tata nilai dan kelembagaan dalam masyarakat, baik formal maupun non formal, merupakan fungsi kelembagaan dan budaya berbasis sosial yang merupakan potensi penting dalam pelaksanaan pembangunan.

2.4.2. Komposisi Kapital dalam Pelaksanaan Pembangunan yang Berkelanjutan

Pembangunan yang berkelanjutan berarti memberi kepada generasi yang akan datang kesempatan–kesempatan, setidaknya sama dengan kesempatan – kesempatan yang dirasakan oleh generasi saat ini. Kesempatan – kesempatan ini dapat diukur dalam bentuk kapital (man–made, human, social dan natural capital). Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, keempat tipe kapital harus dikembangkan setiap saat untuk mencapai tujuan pembangunan yang diharapkan. Namun, masing– masing kapital memiliki karakteristik tersendiri kapital memiliki karakteristik tersendiri yang selanjutnya mengharuskan adanya pengaturan komposisi kapital dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

Sumberdaya alam (natural capital) bersifat dapat langka dengan cepat, oleh karena itu harus dikembangkan dan proporsi pemanfaatannya harus mulai berkurang setiap waktu untuk mencegah kelangkaan bahkan ’habisnya’ kapital ini yang tentu saja mengancam keberlanjutan pembangunan. Demikian halnya dengan sumberdaya buatan yang proporsi pengembangannnya antar waktu diharapkan berkurang. Penelitian menunjukkan bahwa di negara–negara maju sumberdaya buatan hanya memberikan kontribusi 20% terhadap total kekayaan/kesejahteraan manusia. Kontribusi terbesar diberikan oleh human dan social capital (Seragaldin, 1993).

Komposisi kapital yang harus dikembangkan dengan proporsi yang semakin besar antar waktu adalah social dan human capital (Gambar 10). Walau bagaimanapun, penduduk –dengan pertumbuhan yang relatif cepat – merupakan potensi besar yang

harus dikembangkan, terutama kualitasnya baik secara individual maupun secara sosial. Kualitas individu, seperti keahlian dan keterampilan, merupakan potensi tersendiri dalam pembangunan (peningkatan produktifitas) yang tidak akan ’habis’ antar waktu. Dan berbagai penelitian menunjukkan bahwa produktifitas kelompok dalam ukuran tertentu (pemanfaatan social capital) akan lebih besar dibandingkan penjumlahan produktifitas dari masing–masing individu. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan memiliki arti pengembangan keempat kapital antar waktu yang disertai dengan perubahan komposisinya (Anwar, 1999).

Gambar 10. Pengembangan dan Komposisi Kapital dalam Pembangunan Berkelanjutan

Natural Capital Man – made Capital Social Capital Human Capital Natural Capital Man- made Capital Social Capital Human Capital Sumber : Anwar, 1999

Menurut Anwar (2002) Human Capital (H), Physical Capital (K), Natural

Capital (R) dan Social Capital (S) dapat menyumbang pada pertumbuhan ekonomi

wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kapital fisik menyumbang pada kesejahteraan melalui pertumbuhan ekonomi. Sedangkan human dan social capital beserta natural dan environmental capital juga demikian, karena semuanya juga merupaan komponen-komponen langsung dari tingkat kesejahteraan masyarakat.

Human dan social, beserta natural capital juga akan menyumbang pada akumulasi

kapital fisik dengan meningkatkan manfaat-manfaatnya. Sedangkan kapital fisik meningkatkan manfaat–manfaat kepada human dan social capital serta natural capital

dimana jika pasar berjalan, maka merupakan pencerminan dari pemanfaatan ini. Akumulasi dari empat kapital tersebut pada gilirannya akan menyumbang kepada terjadinya kemajuan teknologi dan bertumbuhnya total factor productivity (TFP)

Kapital Manusia

(H)

Sumber : Anwar, 2001