• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

1. Bagi remaja tuna daksa hendaknya dapat mengambil manfaat dari program pengembangan kepribadian agar dapat menjadi pribadi yang percaya diri dan lebih mandiri sehingga dapat hidup yang lebih baik setelah keluar dari pusat rehabilitasi. Keterbatasan fisik bukanlah hambatan bagi seseorang untuk mencapai kesuksesan. Adanya kepercayaan diri dari remaja tuna daksa dapat menjadi motivasi atau contoh bagi remaja pada umumnya untuk dapat lebih berprestasi dan tidak mensia-siakan suatu hal yang dimilikinya.

2. Bagi para orang tua sebaiknya lebih mendukung dan memberikan kasih sayangnya kepada remaja penyandang tuna daksa. Orang tua memberikan kesempatan bagi remaja tuna daksa untuk mengikuti pelatihan pengembangan kepribadian ataupun ketrampilan yang dapat menunjang supaya anaknya menjadi individu yang lebih mandiri.

3. Bagi peneliti selanjutnya, untuk mendapatkan data yang lebih mendalam hendaknya menambah narasumber, misalnya orang-orang terdekat subjek sehingga data yang didapatkan menjadi lebih lengkap, sehingga karakter subjek dapat lebih tergali.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, P. A. & Usman H. 2001.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PT Bumi Aksara

Apollo. 2008. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dan Perilaku Asertif dengan Kecemasan Berkomunikasi Lisan Pada Remaja. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Widya Mandala Madiun, No. 2, Th. 13 2008, 78-87.

Centi, P. J. 1993.Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta : Kanisius.

Desmita. 2005.Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Geniofam. 2010. Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta : Penerbit Garailmu.

Hamdun, D. 2009.The 7 Personalities of Success. Jogya : Garailmu.

Khusnia, S & Rahayu, S.A . 2010. Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Kepercayaan Diri Remaja Tuna Netra. Jurnal Penelitian Psikologi No. 01, 40-47, Vol. 01.

Lauster, P. 2002.Tes Kepribadian. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Lumpkin, A. 2005. Positive, Confident, and Courageous. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Moleong, L. J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Murdiyanto & Aminatun, S. 2007. Pelayanan Sosial Penyandang Cacat Tubuh di Panti Sosial Budi Perkasa Palembang. Media Informasi Penelitian No. 192, Th. Ke 31 Oktober – Desember 2007, 306 -320.

Ninawati, Dianawati, & Zamralita. 2005. Perasaan Inferioritas dan Kompensasi Remaja Penyandang Cacat Fisik. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, No. 2, Th. 10 2005, 119-135.

Rakhmat, J. 2009.Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Santrock, J. W. 2002.Life Span Development 1&2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Sarwono, S. W. 2005.Psikologi Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Soekanto, S. 2003.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyatma & Pranowo. 2004. Pemberdayaan Ekonomi bagi Penyandang Cacat di Daerah Istimewa Yogyakarta.Media Informasi Penelitian,No. 178, Th. Ke 28 April - Juni 2004, 69-82.

Sugiyatma & Sudjadi. 2007. Perbedaan Prestasi Belajar Latihan Kerja Bidang Ketrampilan Fotografi Bagi Penderita Cacat Tubuh Yang Memperoleh Pendidikan Refreshing dan Yang Tidak Memperoleh Pendidikan Refreshing Di Pusat Rehabilitasi Penderita Cacat Tubuh (PRPCT). Media Informasi Penelitian, No. 190, Th. Ke 31 April - Jun 2007, 143-155.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Sujarwanto. 2005. Terapi Okupasi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Sumarno, S & Widjopranoto, R. 2004. Potensi Penyandang Cacat Tubuh di Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus Kabupaten Blitar). Media Informasi Penelitian, No. 179, Th. Ke 28 Juli – September 2004, 03 – 23.

Susanti, F. R. 2008. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas VIII SMP Santa Maria Fatima. Jurnal Psiko-Edukasi, Vol.6, Mei 2008, 21-23.

Vandenbos, G. R. 2006.American Psychological Association. Washington.

Yudono, Yodhi. 2010 . PT Akankah Jadi Milik Penyandang Cacat. dipungut 16 Februari 2012, dari http://oase.kompas.com/read.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Guideline Wawancara

GUIDE LINE WAWANCARA Konsep diri :

1. Bagaimana cara Anda menggambarkan diri Anda?

2. Apakah cita-cita yang Anda miliki ke depan?serta langkah-langkah apa yang telah Anda lakukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut?

3. Langkah pertama apa yang Anda lakukan ketika cita-cita yang Anda inginkan tidak sesuai dengan keinginan?

4. Pada suasana atau kondisi yang bagaimana Anda merasa percaya diri?

5. Bagaimana Anda menilai diri Anda sendiri sebelum dan sesudah masuk ke dalam pusat rehabilitasi Yakkum?

Kondisi Fisik :

6. Dengan keterbatasan fisik yang Anda miliki hal-hal apa sajakah yang bisa Anda kerjakan secara mandiri dan disaat apa Anda akan tergantung dengan orang lain? 7. Bagaimana sikap Anda ketika Anda tampil di depan umum dan Anda dilecehkan atau tidak diperhatikan orang lain?

Sosial :

8. Bisakah Anda menceritakan kehidupan keluarga Anda ?

9. Pernahkah Anda terlibat aktif di dalam kegiatan masyarakat dan bagaimana sikap masyarakat terhadap Anda?

10. Bagaimana perasaan Anda ketika berada di tempat umum atau bertemu dengan orang yang baru pertama kali Anda kenal?

11. Bagaimana cara Anda untuk beradaptasi dengan situasi atau lingkungan baru? 12.Bisakah Anda menceritakan pengalaman-pengalaman hidup yang menyenangkan dan menyedihkan menurut Anda?

13. Kemudian hikmah apa yang sudah Anda ambil dari pengalaman hidup tersebut?

14. Apakah Anda yakin bisa mengerjakan tugas atau tanggung jawab ketika orang lain memberikan kepercayaan diri kepada Anda?

15 Hal-hal apa sajakah yang menjadi penghambat dan pendukung ketika Anda ingin mengerjakan sesuatu?

GUIDE LINE PENDAMPING

1. Apa yang Anda ketahui tentang kondisi subjek yang Anda damping?

2. Bagaimana tingkat kepercayaan diri subjek yang Anda damping sebelum dan sesudah mendapatkan pendampingan?

3. Kiat-kiat apa saja yang Anda terapkan untuk menumbuhkan kepercayaan diri subjek yang Anda damping?

4. Pendekatan apa yang diterapkan untuk mengembangkan kepercayaan diri serta kemandirian subjek agar subjek menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari awal subjek masuk?

KONSEP DIRI SUBJEK

Negatif ( - ) Positif ( + )

No.

Subjek T Subjek S Subjek P Subjek T Subjek S Subjek P

KETERANGAN 1. Subjek pribadi yang tertutup, pasif Subjek pribadi yang sensitif dan tersinggung Subjek pribadi yang suka mengeluh dan labil Subjek mampu memperbaiki diri, berani tampil di depan umum. Subjek memiliki cita-cita dan tujuan hidup Subjek memiliki pandangan ke depan * Perubahan konsep diri subjek dari yang cenderung negatif menjadi positif terjadi setelah ketiganya mengikuti rehabilitasi. 2. Subjek pribadi yang pemalu dan pemalas Subjek orang yang angkuh Subjek ingin menjadi pusat perhatian Subjek cenderung bisa menerima dirinya Subjek pribadi yang dewasa, enak diajak berbicara Subjek yakin pada kemampua n sendiri * Perubahan konsep diri subjek T belum terbukti dan teruji di luar panti. 3 Subjek takut mendapat penolaka n dari orang lain/ penerima an diri negatif

Subjek No. Deskripsi T S P KETERANGAN 1. Klasifikasi Gangguan Fisik Kaki seperti tongkat/club foot

dan tangan kiri dengan jari-jari yang berselaput atau menempel satu dengan yang lainnya (syndactylism). osteoporosis dini jari-jari atau dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu (Congenital amputation )

2. Alat bantu Kursi roda atau kaki palsu

Kursi roda Tanpa alat bantu

Problema / Hambatan : a. Motorik Subjek mengalami kesulitan menggunakan anggota tubuh yang dominan (kaki) Kualitas otot kurang Subjek mengalami kesulitan menggunakan anggota tubuh yang dominan (tangan) b. Intrapersonal Mudah tersinggung c. Interpersonal Subjek memiliki

kesulitan untuk mengembangkan hubungan sosial 3. d. Aktivitas sehari-hari Subjek mengalami gangguan dalam kegiatan hidup sehari-hari

(makan,minu m,

berpakaian)

4. Penerimaan diri Sebelum : merasa malu untuk tampil di muka umum. Sesudah : rasa malunya sedikit berkurang dan mulai berani tampil depan umum Sebelum : bergantung dengan orang tua terutama ibu Sesudah : mulai bisa mandiri Sebelum dan sesudah di pusat rehabilitasi subjek cenderung sudah bisa menerima fisiknya apa adanya

Subjek No. Deskripsi T S P KETERANGAN 1. Lingkungan keluarga - Frekuensi interaksi T dengan orang tua jarang dan durasi sebentar - Keluarga tetap memberikan dukungan yang positif terhadap T untuk mandiri - Subjek memiliki keluarga yang terbuka satu dengan yang lainnya→ memunculkan kepercayaan diri subjek untuk menjalin komunikasi dengan orang lain

- Orang tua dan saudara memberikan dukungan buat subjek untuk mandiri dalam kegiatan sehari-hari maupun secara ekonomi. - Komunikasi P dengan orang tua tidak ada masalah, orang tua menerima keadaan P dengan apa adanya.

- Hubungan P dengan kakak laki-laki tidak akur.

Aktivitas interaksi subjek T hanya terbatas di lingkungan panti dan di lingkungan masyarakat subjek tidak memiliki aktivitas seperti halnya subjek S dan P.

2. Lingkungan teman sebaya -SD→subjek merasa tidak minder ataupun malu bergaul dengan teman sebayanya - SMP→subjek sudah mulai merasa malu dengan keterbatasan fisiknya. - Subjek juga - SD→ awalnya

merasa malu dan takut diejek oleh orang lain. - Subjek juga merasakan fase jatuh cinta meskipun tidak terlihat seperti kedua subjek lainnya. - Selama bersekolah subjek berusaha menyesuaikan diri dan menjalani aktivitasnya dengan senang hati - Sebelum di Yakkum→ cenderung sensitif, setelah di Yakkum

memiliki ketertarikan dengan lawan jenis dan pernah memiliki pacar sesama difabel dan berakhir tanpa alasan yang jelas.

→ bisa percaya diri

- Subjek juga mengalami fase jatuh cinta seperti kedua subjek lainnya. 3. Lingkungan masyarakat umum - Subjek takut diremehkan dan ditolak→kurang memiliki inisiatif menjalin komunikasi - Subjek mampu bersosialisasi dengan orang lain yang belum dikenal. - Subjek aktif di pengajian tempat tinggalnya. - Subjek juga berusaha ramah, sopan saat berkenalan dengan orang lain. - Subjek berani bermain gitar dengan keterbatasan fisiknya di depan umum.

Lampiran 2. Hasil Wawancara 1

HASIL WAWANCARA 1

Tanggal : Selasa, 11 Oktober 2011 ; Senin, 17 Oktober 2011 Tempat : Pusat Rehabilitasi Yakkum

Durasi : 30 menit ; 5 menit Responden : cetak miring Pewawancara : cetak tegak Jenis Kelamin : Perempuan

Koding

No. Verbatim

WWawancara Indikator

Keterangan

1. “Ok, hm…selamat sore Tris jadi disini saya mempunyai tugas nah saya minta tolong kepada Tris untuk membantu tugas saya ini, nanti saya akan mewawancara kemudian data yang Tris lontarkan kepada saya, ungkapkan kepada saya akan saya simpan sehingga orang lain tidak tahu, ok…..Ok,

tadi gimana hm…selama di kelas itu belajar apa aja gitu?

Yah…belajar pengembangan diri seperti etika, langsung kunjungan, yah….kunjungan kemaren kunjungan ke taman siswa, kantor pos, juga ke amplas, live in juga,live ini di panti jompo kalau

Prolog

Subjek menceritakan aktivitasnya selama berada di rehabilitasi di panti saat ikut acara live in

2.

3.

4.

besok mau ke galeri.

Selama live in itu kira-kira apa saja sih yang diajarkan dan apa yang kamu dapatkan seperti itu?

Live in itukan disana cuma mendampingi simbah-simbah, yah…ikut serta dalam kegiatan simbah-simbah juga, senam pagi yah…..cuma itu doang seh dampingin simbah-simbah mbahnya cerita apa kita dengerin gitu. Pengalamannya yah gimana yah ada orang yang tega sama orang tuanya seperti itu, sendiri dititipin di panti asuhan begitu.

Lalu kira-kira apa yang Tris dapatkan dari pengalaman ketika live in di panti jompo itu?

Pengalaman?jadi kita bisa menghargai orang yang udah tua seperti itu, dan mudah-mudahan besok kalau kita udah orang tua kita udah tua seperti itu, kita bisa mengurus jangan dititipin di panti asuhan seperti itu.

Ok terus kalau boleh saya tahu nih, bagaimana sih cara kamu

S

S

KD

S

S

Selama berada di panti

jompo subjek

mendapatkan

pengalaman terlibat dalam aktivitas bersosialisasi dengan penghuni panti jompo.

Pertanyaan Penegasan

Hikmah yang di dapat oleh subjek, subjek dapat lebih menghargai orang tua.

5.

6.

menggambarkan diri kamu yang sekarang ini?

Menggambarkan diri aku yang sekarang apa yah?

Hm….mungkin bisa berupa simbol atau berupa gambaran diri Anda seperti itu?

Waktu itu dulu waktu di kelas simbolnya dulu aku hape katanya, alasannya karena aku bisa berhubungan sama orang lain, bisa berhubungan sesama teman gitu.

Ok….lalu Triskan pasti kan punya cita-cita nih, kira-kira cita-cita Tris itu apa sih?

Cita-citanya pingin punya usaha sendiri, dan pingin bisa mandiri, pingin bisa bahagiakan orang tua.

Ok…..langkah-langkah apa yang kira-kira Tris sudah lakukan untuk menunjang cita-cita yang Tris inginkan itu?

Langkah-langkahnya sih mungkin belum ada, ya mungkin baru

KD

KD

KD

KD

Subjek sedang berpikir

Subjek menggambarkan dirinya bisa berhubungan sama orang lain.

Dalam hal ini subjek bru terlihat ingin mandiri dalam pekerjaan dan ingin membahagiakan orang tua

Untuk mewujudkan cita-cita-cita subjek, selama

7.

8.

pengembangan ini kan, mungkin besok kalau udah selesai pengembangan ikut kursus, mungkin mulai langkah-langkahnya mulai kerja mungkin besok kalau sudah mulai selesai kursus, kan mulai idup mandiri sendiri.

Kalau misalkan abis keluar dari hm…Yakkum ini kira-kira Tris mau kerja dimana gitu?

Yah…pinginnya sih di yah….aku pinginnya ambil yang besar, kan aku kan ambilnya salon, ehem…, pinginnya ya kerja di salon menurut aku yang besar jangan kecil seperti itu pinginnya.

Lalu ketika cita-cita Tris itu gagal gak sesuai dengan keinginan, hm…ada ga langkah berikutnya yang ingin Tris lakukan?

Kalau cita-citanya gagal mungkin ya, kalau pikiran itu ya aku masih belum ya…..mungkin besok kalau ada jalan yang lain (sambil tertawa). KD KD KD KD berada di panti rehabilitasi, subjek baru ingin ikut kegiatan seperti kursus salon yang

nantinya akan

menghasilkan pekerjaan sendiri

Setelah selesai dari rehabilitasi, subjek ingin bekerja di salon

Subjek belum

mempunyai pemikiran atau keputusan untuk langkah selanjutnya ketika mengalami kegagalan.

9.

10.

11.

Hm….berarti belum terpikirkan gitu kan ya ? Ok…..sekarang saya pingin tahu hm……Tris ceritakan tentang keluarga Tris itu seperti apa sih?

Keluargaku sih ya aku sama keluarganya baik, yah emang sih bapak dan ibuku jarang dirumah, bapak dan ibuku kan jualan gitu lo di pencaharian batu-batu yang besar, pulangnya 2minggu sekali ya satu minggu sekali. Aku dirumah cuma adik dan kakak ya…tiap hari cuma adik dan kakak.

Lalu bagaimana Tris

mengkomunikasikan dengan orang tua ketika mereka tidak ada?

Biasa sih emang orang tua kadang pulang, kalau ibu pulangnya satu minggu sekali, kalau bapak pulangnya setiap sore jam 5, belanja ya….abis belanja ke tempat jualannya lagi. Kalau ngobrol sama orang tua ya cuma sebentar.

Kalau boleh tahu ibu itu kerja dimana, kenapa kok kerjanya

S

S

S

S

Subjek memiliki hubungan atau relasi yang baik dengan keluarga meskipun frekuensi untuk bertemu dapat dikategorikan jarang.

Frekuensi bertemu dengan ibunya sangat kurang. Dalam hal ini ibunya pulang seminggu sekali dan ayahnya setiap hari demi belanja untuk anak-anaknya

Pertanyaan penegasan yang berhubungan dengan orang tua

12.

seminggu sekali?

Kerjanya di pencaharian batu-batu besar itu lo, kayak rumah-rumah itu, apa namanya kalau disini…ok yah…yah…pencari batu itu low, kan jauh dari rumah dan kalau disana lewatnya gunung, jalan kaki ajah nyampek 1jam kalau pulang balik tiap hari kan capek jadi gak pulang yang pulang cuma bapak. Bapak juga tiap hari pulang tiap sore tiap sore sebenarnya capek kalau misalnya dia gak pulang gitu.

Lalu bagaimana hubungan Tris dengan adik dengan kakak gitu?

Hubungannya aku ama kakak ama adik baik, setiap hari juga emang sih adik ama kakak jarang kumpul dirumah karena gak ada orang tua jugakan dirumah ya…..gak ada perhatiannya juga, ya…kalau pagi,bangun pagi, mandi, berangkat sekolah habis pulang sekolah ganti baju langsung pergi main sampek sore, habis itu mandi, makan sebentar langsung main lagi kalau gak ampek jam 9 ampek jam10. Aku juga seperti itu kalau

S

Pekerjaan ayah dan ibu sebagai pencari batu untuk bangunan rumah. Selain itu, lokasi yang cukup jauh membuat orang tua subjek terutama ibu untuk pulang ke rumah.

Subjek juga mempunyai relasi yang baik di dalam persaudaraan tetapi karena orang tua jarang berada di rumah, adek dan kakak subjek juga jarang berada di siang hari.

13.

14.

dirumah, adik kakak semuanya seperti itu, mungkin kalau ada ayah ibu dirumah mungkin dirumah, emang sih kalau ada ibu dan bapak dirumah kalau ada ibu dirumah kadang dibilangin…kalau gak ada ibu ama bapakkan gak ada yang bilang.

Ouh….gitu tapi Tris sendiri pernah gak untuk istilahnya cerita ke adik atau kakak tentang masalah Tris atau gimana gitu? Ia entah itu masalah di sekolah atau masalah seperti pertemanan?

Gak sih kalau masalah itu gak, yah…gak, gak pernah mungkin kalau dibilang hidup sendiri-sendiri ya hidup sendiri-sendiri……

Nah….kan Tris istilahnya lagi pengembangan yah, nah terus ketika Tris berada di tempat umum atau bertemu dengan orang yang baru pertama kali Anda kenal, bagaimana cara Tris untuk mengadaptasikan dengan mereka?

Ya…mungkin kenalan ya...emang sih kalau aku ama orang banyak

S

KD, S

S

S

Frekuensi untuk bertemu dengan keluarga sangat kurang

Subjek dulu termasuk orang yang pemalu akan

15.

16.

kalau dibilang malu ya sedikit malu…gak seperti dulu,kalau dulukan kalau ada orang banyak malu….kalau sekarang mendingan, sekarang kalau mau kenalan mau nyapa itu aku masih agak-agak takut, takut orangnya gak mau orangnya maaf-maaf biasakan ada orang seperti itu, aku takutnya cuma itu doang.

Lalu ketika Tris tadi bilang hm….masih belum berani yah untuk berkenalan gitu, nah….lalu ketika Tris mencoba untuk berkenalan dan mereka menolak hm…langkah apa yang Tris lakukan agar Tris bisa berusaha mengenal mereka.

Ya…..mungkin kalau orangnya gak mau ya aku selalu deketin dia dan ikutin aja dia, ya…….mungkinkan kalau tiap hari ketemukan bisa kenalkan lama-lama terbiasa…jadi akrab juga lama-lama.

Ok…nah terus ketika Tris istilahnya seperti ditolak oleh mereka bagaimana sih Tris menghadapi mereka gitu? Apakah

KD, S

KD, S

KD, S

tetapi ketika ikut pengembangan sifat pemalu itu mulai berkurang meskipun terkadang masih kurang percaya diri terutama dalam hal menyapa orang baru.

Meskipun subjek belum memiliki kepercayaan diri yang tinggi kan tetapi subjek sudah mencoba untuk bersosialisasi

17.

18.

Tris masih ingin berkenalan dengan mereka atau seperti apa?

Ouh….itu waktu kemarin di Amplas kan aku bertemu dengan orang terus kenalan orangnya gak mau, aku langsung malas mau ngapain-ngapain malas, mau kenalan sama orang malas, Ya…takutnya mungkin besok kalau kenalan sama orang itu lagi seperti itu jadi sudah malas pasti seperti ini lagi langsung gak mau.

Padahal belum tentu mereka seperti itu semua, ok sekarang hm….selama di Yakum nih pernah gak sih istilahnya terlibat aktif di dalam masyarakat gitu ketika mereka gotong royong atau kerja bakti apa segala macam Tris ikut membantu mereka?

Kerja bakti satu asrama ini atau di luar? Di luar ? kalau di luar belum….tapi kalau disini? Kalau disini kan tiap hari tiap pagi piket, bangun jam 05.00 pagi piket habis itu mandi.

Nah…kan kalau piket kan rame-rame ya, terus bagaimana relasi

S

KD, S Subjek cenderung membatalkan niatnya untuk berkenalan ketika dirinya sudah ditolak

Subjek belum pernah mengikuti kerja bakti tetapi selalu mengikuti kerja bakti di dalam asrama

19.

Tris dengan teman-teman ketika piket pastikan ada yang istilahnya hm…apa ya kurang mau untuk piket atau seperti apa, bisa Anda jelaskan?

Mungkin kalau aku sih kalau ada orang yang gak piket, kalau aku sih gak ngebangunin yang penting aku udah ngelaksanain tugas aku, aku uda nepatin peraturan sini, aku cuma ikutin aja emang sih kadang teman gak piket sekali aku bangunin kalau aku gak sih aku sendiri aja gak mikirin orang lain, mungkin itu kesukaan masing-masing, udah kebiasaan

Ok…terus kira-kira nih pada suasana atau kondisi seperti apa sih Tris itu merasa percaya diri?

Mungkin waktu percaya diri mungkin waktu punya sesama teman sama seperti ini (sambil memegang kaki) sama cacat juga, jadikan cacatnya gak cuma aku doang jadi lebih pede, kalau aku sekarang pedenya kalau disini mungkin kalau ada teman-teman sesama cacat mungkin pede, kalau sendirian ya…pede tapi gak pede

S

KD

KD

Subjek masih memiliki perasaan egois karena hanya mementingkan dirinya sendiri.

Subjek merasakan kenyamanan jika berada di dalam lingkungan sesama penderita tuna daksa dan dalam hal ini

subjek mampu

20.

21.

banged mungkin yamg diliat cuma aku doang mungkin sih

Jadi ketika berada di Amplas dengan teman-teman apakah Tris itu merasa percaya diri atau seperti apa gitu bisa dijelaskan?

Yah….waktu di Amplas mungkin yah…kan banyak teman emang sih ada 16 anak dibagi 4 kelompok, aku kan 4 anak, emang kalau diliatin orang aku biasa ajah pede emang, kalau dulu aku malu banged, kalau sekarang udah mending udah gak.

Ok, hm….kalau boleh saya tahu nih pastikan punya

pengalaman-pengalaman baik itu

menyenangkan ataupun yang menyedihkan, bisa gak Tris jelasin ke saya pengalaman-pengalaman apa yang membuat Tris menurut Tris itu menyenangkan atau

Dokumen terkait