• Tidak ada hasil yang ditemukan

 Perlu dilakukan penelitian tentang optimasi proses pengeringan mie sagu

yang difortifikasi tepung ikan cakalang dengan alat pengering.

 Perlu dilakukan sosialisasi produk mie sagu yang difortifikasi dengan

tepung ikan cakalang ke masyarakat luas agar mie sagu lebih dikenal.

 Perlunya dukungan dari pemerintah daerah agar mie sagu mendapat

DAFTAR PUSTAKA

Achyadi NS, Afiana H. 2004. Pengaruh konsentrasi bahan pengisi dan konsentrasi sukrosa terhadap karakteristik fruit leather cempedak (Artocarpus

champeden Lour) [skripsi]. Bandung: Universitas Pasundan.

Almatsier S. 2006.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Amirullah TC. 2008. Fortifikasi tepung ikan tenggiri (Scomberomorus sp.) dan

tepung ikan swangi (Priacanthus tayenus) dalam pembuatan bubur bayi

instan [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Annafi FA. 2009. Proses pengolahan tepung ikan dengan metode konvensional sebagai usaha pemanfaatan limbah perikanan [skripsi]. Yogyakarta: UGM. [AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1980. Official Methods of

Analysis. Virginia: AOAC Inc. USA.

Arai T, Kotake A, Kayama S, Ogura M, Watanabe Y. 2005. Movements and life history patterns of the skipjacktuna Katsuwonus pelamis in the

Western Pacific, as revealed by otolith Sr. Ca ratios. J Mar Biol Assoc

85:1211 1216.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2004. Pedoman Umum

Pelabelan Produk Pangan.Jakarta.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2006. Kategori Pangan.

Jakarta.

Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wootton M. 1987. Ilmu Pangan.

Penerjemah: Adiono, Purnomo H.Food Science. Jakarta: UI Press.

Bunyamin EK. 1981. Suatu studi tentang skipjack tuna (Katsuwonus pelamis)

dan penyebarannya di Perairan Sorong dan sekitarnya. Bogor: Fakultas Perikanan, IPB.

Cheftel JC, Cug JL, Lorient D. 1985. Amino acids, peptides and proteins. Di dalam: Fennema OR, editor. Food Chemistry. USA: Marcel Dekker, Inc.

Hlm 296-298.

Chen Z, Sagis L, Ledder A, Linssen JHP, Schols HA, Voragen AGJ. 2002. Phsycochemical properties of sweet potato starches and their application in noodle product.J Food Sci67:3342-3347.

Collado LS, Mabesa LB, Oates CG, Corse H. 2001. Bihon type noodles from heat-moisture-treated sweet potato starch.J Food Sci66(4):604-609.

Damodaran S, Paraf A. 1997. Food Proteins and Their Applications. New York:

Marcel Dekker.

Direktorat Gizi. 1979. Komposisi Zat Makanan. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta: Bharata.

Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber

Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Jakarta:

Direktorat Jenderal Perikanan.

Fabriani G, Lintas C. 1988. Durum Wheat: Chemistry and Technology.

Minnesota: American Association of Cereal Chemists, Inc.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2009. The state of world fisheries and

aquaculture. Rome: FAO.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2012. Main species of major importance to fisheries. Fisheries and Aquaculture Department. [terhubung

berkala] http://www.fao.org/fishery/topic/3441/en [12 Agustus 2012]. Farnum C, Stanley DW, Gray JI. 1976. Protein-lipid interactions in soy films.

J Food Sci Tech9(4):201-206.

Fellows P. 2001. Food Processing Technology Principle and Practice. Oxford

England: Ellis Hordwoad.

Fitriani D. 2004. Kajian pengembangan produk, mikrostruktur dan analisis daya simpan mie jagung instan [tesis]. Bogor: Program Studi Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor.

Garnida Y, Turmala, Yusviani. 2000. Pembuatan makanan tradisional gatot dengan variasi ketebalan dan lamanya perendaman ubi kayu. Prosiding

Seminar Nasional Makanan Tradisional; Malang, 26 Feb 2000. Malang:

Pustaka Karya Ilmiah Indonesia.

Gaspersz FF. 1985. Pengaruh konsentrasi garam dan lamanya penggaraman terhadap mutu dendeng cakalang (Katsuwonus pelamis) [karya ilmiah].

Bogor: Fakultas Perikanan, Intitut Pertanian Bogor.

Guenneugues P, Morrissey MT. 2005. Surimi resources. Di dalam: Park JW, editor. Surimi and Surimi Seafood. Ed ke-2. Boca Ratton Florida: CRC

Press, Inc. Hlm 375-433.

Gaurav, Sharma. 2003. Digital Color Imaging Handbook. Boca Ratton: CRC

Press.

Green K. 2010. Annual review of the feed grade fish stocks used to produce fish meal and fish oil for the UK Market. Industry Environmental

Communications. [terhubung berkala] http://www.seafish.co.uk [Mei 2010]

Haryanto B, Pangloli P. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta:

Kanisius.

Hasbullah. 2001. Tepung ikan. Jakarta : Deputi Menegristek Bidang

Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Hawab HM. 2003.Pengantar Biokimia. Malang: Bayumedia Publishing.

Hemar Y, Hall CE, Munro PA, Singh H. 2002. Small and large deformation rheology and microstructure of -carrageenan gels containing commercial milk protein products.Int Dairy J.12(4): 371-381.

Hendrasari R. 2000. Pengaruh penambahan tepung kedelai terhadap sifat fisik, kimia dan daya terima bihun dan mie golosor [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.

Hultin HO, Kristinsson HG, Lanier Tyre C, Park JW. 2005. Process for recovery of functional proteins by pH-shifts. Di dalam : Park JW, editor.Surimi and

Surimi Seafood. Boca Raton : Taylor and Francis Group. Hlm107-139.

Hurrel RF. 1980. Interaction of Food Component during Processing. Food and Health: Science and Technology. London: Applied Science Publisher. Hlm 369-388.

Ilyas S, Saleh M, Irianto HE. 1985. Teknologi Pengolahan Tepung Ikan.

Prosiding Rapat Teknis Tepung Ikan.6:109-120.

Imeson AP, Ledward DA, Mitchell JR. 1977. On the nature of the interaction between some anionic polysaccharides and proteins. J Sci Food Agric.

28:661-668.

Irianto HE, Soesilo I. 2007.Dukungan teknologi penyediaan perikanan. Jakarta :

Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Irianto HE. 2011. Fortifikasi pada Pangan Hasil Perairan. Bogor: Fakultas

Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor.

Ismanadji I, Djazuli N, Widarto, Istihastuti T, Herawati N, Ismarsudi, Lasmono. 2000. Laporan perekayasaan teknologi pengolahan limbah. Jakarta:

Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan.

Jassim JM. 2010. Effect of using local fish meal (Liza abu) as protein concentration in broiler diets.J Poultry Sci9(12):1097-1099.

Julianti E, Lubis Z, Ridwansyah, Era Y, and Suhaidi I. 2011. Physicochemical and functional properties of fermented starch from flour cassava varietas.

Kartika BP, Hastuti, Supartono W. 1998. Pedoman Uji Inderawari Bahan

Pangan. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,

Universitas Gadjah Mada.

Ketaren S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI

Press.

Kinsella JE. 1979. Fungsional Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan

Bermutu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kruger JE, Matsuo RB, Miskelly, Dick JW. 1996. Pasta and Noodle Technology.

American Association of Cereal Chemist. USA: St Paul Minnesota Inc. Lakuy H, Limbongan J. 2003. Beberapa hasil kajian dan teknologi yang

diperlukan untuk pengembangan sagu di Provinsi Papua. Prosiding

Seminar Nasional Sagu; Manado, 6 Okt 2003. Manado: Balai Penelitian

Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Hlm 41-47.

Lawalata VN. 2004. Kajian pemanfaatan kenari (Canarium ovatum) untuk

meningkatkan nilai sagu mutiara [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, IPB.

Lestari MS. 2009. Penerapan teknologi pengolahan sagu rakyat di Kabupaten Jayapura Papua. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua.

J Ilmiah Tambua8(3):440-445.

Liu H, Ramsden, and Corke. 1999. Physical properties and enzimatic digestbility of phosphorilated and normal maize starch preparated at different pH levels.J Cereal Chem.76(6):938-943.

Maigualema M.A and A.G. Gernet. 2003. The effect of feeding elevated levels of Tilapia (Oreochromus niloticus) by-product meal on Broiler performance

and Carcass characteristics.J Poult Sci2:195-199.

Marsono Y. 1999. Perubahan kadar resistant starch (RS) dan komposisi kimia beberapa bahan pangan kaya karbohidrat dalam pengolahan. Agritech

19:124-127.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006.Perancangan Percobaan. Bogor: IPB Press.

Miller JCB, Powel KF, Colagiuri S. 1997. The GI Factor : The GI Solution

Hodder and Stoughton. Australia: Hodder Headine Australia Pty Limited.

Miyake MP, Miyabe N, Nakano H. 2004. Historical trends of tuna catches in the

world. Rome: FAO Fisheries Tech. Paper No. 467:74

Muhajir A. 2007. Peningkatan gizi mie instan dari campuran tepung terigu dan tepung ubi jalar melalui penambahan tepung tempe dan tepung ikan [skripsi]. Sumatera Utara: Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, USU.

Munarso SJ. 2004. Pati resistan dan peluang perbaikan mutu pangan tradisional.

Prosiding Seminar Nasional. Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional.

Jakarta.

Murniyati, Sunarman S. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan.

Jakarta: Kanisius.

Murtidjo B. 2001. Beberapa Metode Pengolahan Tepung Ikan. Yogyakarta:

Kanisius.

Nadeem MA. 2003. Production and quality of fish meal in Pakistan. Anim Nutri. Conf. Pakistan: Univ. Vet. Anim Sci.

Nasution EZ. 2005. Pembuatan mie kering dari tepung terigu dengan tepung rumput laut yang difortifikasi dengan kacang kedelai. J Sains Kimia

9(2):87-91.

Nolsoe H, Inggrid U. 2009. The acid and alkaline solubilization processfor the isolation of muscle proteins: State of the Art. J Food Bioprocess Technol.2:1 27.

Oakenfull D, Pearce J, Burley RW. 1997. Protein Gelation. Food Proteins and

Their Applications. New York: Marcel Dekker.

Oh NH, Seib PA, Ward AB. 1985. Noodles II: The Surface Firmness of Cooked Noodles from Soft and Hard Wheat Flour.Cereal Chem62(6):431-436.

Philips RD, Beuchat LR. 1981. Enzyme Modification of Protein. Di dalam : Cherry JP, editor. Protein Functionalty in Food. Washington DC:

American Chemical Society.

Pujiastuti LT. 2009. Pemanfaatan tepung rumput laut (Kappaphycus alvarezii)

dalam pembuatan mi sagu [skripsi]. Bogor: Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

Pomeranz Y, Meloan CE. 1994.Food Analysis: Theory and Practice. New York:

Chapman and Hall.

Prasetya D. 2011. Terigu impor makin membanjiri pasar lokal. [terhubung berkala] http://industri.kontan.co.id/news/terigu impor [5 September 2011]. Purwani EY, Y Setiawati, H Setianto, SJ. Munarso, N Richana, Widaningrum.

2004. Utilization of Sago Starch for Transparent Noodle in Indonesia.

Balai Besar (BB) Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Cimanggu Bogor.

Purwani EY, Widaningrum, Thahrir R, Muslich. 2006a. Effect of moisture treatment of sago starch on its noodle quality.Indones J Agric Sci7(1):8-14.

Purwani EY, Setiawati Y, Setiyanto H, Widaningrum. 2006b. Karakteristik dan studi kasus penerimaan mie sagu oleh masyarakat di Sulawesi Selatan.

Agritech 26(1):24-30.

Purwani EY, Widaningrum, Setiyanto H, Savitri E, Tahir R. 2006c. Teknologi

pengolahan mie sagu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hlm:44.

Puspita A. 2005. Jenis dan kualitas tepung ikan. Buletin Teknik Litkayasa

Akuakultur. 4(1):12-16.

Rahayu WP. 1998. Penuntun praktikum penilaian organoleptik. Bogor: Jurusan

Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.

Rasulu H, Sudarminto S, Yuwono, Kusnadi J. 2012. Karakteristik tepung ubi kayu terfermentasi sebagai bahan pembuatan sagu kasbi. J Teknologi Pertanian

13(1):1-7.

Rayanti N. 2010. Peningkatan kadar protein mie sagu instan dengan penambahan tepung ikan tongkol (Euthynnus affinis) [skripsi]. Padang: Fakultas

Teknologi Pertanian, Universitas Andalas.

Rawdkuen S, Sai-Ut S, Khamsorn S, Chaijan M, Benjakul S. 2009. Biochemical and gelling properties of tilapia surimi and protein recovered using an acid- alkaline process.Food Chem112:112 119.

Rimbawan, Siagian A. 2004.Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Robiyanto S. 2008. Pembuatan mie instan dengan penambahan daging ikan nila

(Oreochromis niloticus) serta uji karakteristik mie yang dihasilkan [skripsi].

Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

Saloko SB, Yasa, Handayani. 1997. Pemanfaatan produk biji-bijian potensial untuk pembuatan biskuit protein tinggi pada wilayah pertumbuhan di Kabupaten Lombok Barat. Prosiding Seminar Teknologi Pangan.

Yogyakarta. hlm 308-325.

Samanth SK, Singhal RS, Kurkani PR, Rege DV. 1993. Protein polysaccharide interactions: A new approach in food formulations. Inter. J Food Sci

Technol. 28:547-562.

Santosa BAS, Sudaryono, Widowati S. 2006. Karakteristik ekstrudat beberapa

varietas jagung dengan penambahan aquades. J Penelitian Pascapanen

Pertanian3(2):96 108.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. SNI 01-3551-2000.Mie Instan. Jakarta: Badan

Stephen AM. 1995. Food Polysaccharides and Their Applications. New York:

Marcel Dekker.

Suarni. 2008. Tepung komposit sorgum, jagung, dan beras untuk pembuatan kue basah (cake). [Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain]. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia, Maros. 6:55-60.

Sumbaga DS. 2006. Pengaruh waktu curing (perendaman dalam larutan bumbu) terhadap mutu dendeng fillet ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) selama

penyimpanan [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB.

Soekarto ST, Hubeis M. 2000. Metodologi penelitian organoleptik. Bogor:

Program Studi Ilmu Pangan, IPB.

Solangi AA, Memon A, Qureshi TA, Leghari HH, Baloch GM, Wagan MP. 2002. Replacement of fish meal by soybeen meal in broiler ration.J Anim Vet Adv.

1:28-30.

Stell RGD, Torrie JH. 1993. Principles and Procedures of Statistics Indeks.

Sumantri B, Penerjemah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Subatin E. 2004. Pengaruh tingkat penambahan udang dan NaHCO3 (Natrium Bikarbonat) terhadap kadar protein, kadar air, daya kembang dan organoleptik kerupuk susu [skripsi]. Malang: Universitas Muhammadiyah. Sugiyono, Thahir R, Kusnandar F, Purwani EY, Herawati D. 2009. Peningkatan

kualitas mi instan sagu melalui modifikasi heat moisture treatment.

Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian. Bogor: IPB. hlm 666-677.

Susanto A, Nurhikmat A. 2008. Pengaruh proses perebusan, pengukusan dan pengepresan terhadap kualitas tepung ikan. Seminar Nasional Tahunan V

Pascapanen. Hasil penelitian Perikanan dan Kelautan. Yogyakarta: UGM.

Syamsuddin, Mallawa A, Najamuddin, Sudirman. 2007. Analisis pengembangan perikanan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis Linnaeus) berkelanjutan

di Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur [Disertasi]. Bogor: IPB.

Suzuki T, Watabe S. 2011. New processing technology of small pelagic fish protein.Food Rev Inter2(3):271-307.

Tekinay AA, Deveciler E, Guroy D. 2009. Effects of dietary tuna by-product on feed intake and utilization of rainbow trout Oncorhychus mykiss.

J Fish Intern4:8-12.

Toya T, Jotaki R, Kato A. 1986. Specimen Preparation in EPMA and SEM.

JEOL Training Center EP Section.

Wardja N. 2011. Optimalisasi penangkapan perikanan cakalang di Laut Banda. [terhubung berkala] http://psp06perikananunpatti.blogspot.com.

Widaningrum, Santosa BA, Endang YP. 2005. Penelitian pengaruh suhu pemeraman terhadap kualitas mi sagu dan kadar resistant starch (RS).

Prosiding Seminar Nosional Teknologi lnovatif Pascapanen untuk

Pengembangan lndustri Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Widaningrum, Purwani EY. 2006. Karakterisasi serta studi pengaruh perlakuan panas dan HTM terhadap sifat fisikokimia pati jagung. J Penelitian Pascapanen Pertanian3(2):109 118.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi.2008. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi untuk mencapai millenium development goal s. Jakarta, 26-27 Agustus 2008. Jakarta.

Wijaya H. 2001. Pengaruh konsentrasi asam asetat dan lama perendaman kulit ikan pari (Trygon spp) pada pembuatan gelatin [skripsi]. Bogor: Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

Winarno FG. 2004.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wirakartakusumah MA, Apriyantono A, Ma arif MS, Suliantari, Muchtadi D, Otaka K. 1986. Isolation and characterization of sago starch and its utilization for production of liquid sugar. The Development of the Sago Palm and its Products. Jakarta: January 16-21 1984. Report of the FAO/BPP Teknologi Consultation.

Yuliani A, Dian RER, Trikorian AS, Ika M. 2011. Pengukuran indeks glikemik. [Laporan Evaluasi Nilai Gizi: Indeks Glikemik]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Ziegler GR, Foegeding EA. 1990. The gelation of proteins. Adv Food Nutr Res.

Lampiran 1. Standar SNI Mie Instan (SNI 01-3551-2000) Syarat Mutu Mie Instan

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan

1.1 Tekstur - Normal/dapat diterima

1.2 Aroma - Normal/dapat diterima

1.3 Rasa - Normal/dapat diterima

1.4 Warna - Normal/dapat diterima

2. Benda asing - Tidak boleh ada

3. Keutuhan % bb Min, 90

4. Kadar air

4.1 Proses penggorengan % bb Maks 10,0

4.2 Proses pengeringan % bb Maks 14,5

5. Kadar protein

5.1 Mie dari terigu % bb Min 8,0

5.2 Mie bukan dari terigu % bb Min 4,0

6. Bilangan asam Mg KOH/g minyak Maks 2,0

7. Cemaran logam

7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 2,0

7.2 Raksa (Hg) mg/kg Maks 0,05

8. Arsen (As) mg/kg Maks 0,5

9. Cemaran mikroba

9.1 Angka lempeng total Koloni/g Maks 1,0x106

9.2E coli APM/g < 3

9.3Salmonela - Negatif per 25 g

Lampiran 2. Formulir uji peringkat produk mie sagu

Nama Panelis : Hari/Tanggal :

Petunjuk : Buatlah urutan peringkat (ranking) produk mie sagu berdasarkan

tekstur, warna, aroma dan rasa dengan memberi nomor 1-7 pada kolom yang tersedia sesuai dengan penilaian anda.

kode tekstur warna aroma rasa

Penilaian berdasarkan parameter :

 Tekstur  Warna

7 : Sangat lebih kenyal 6 : Lebih kenyal 5 : Agak lebih kenyal 4 : Kenyal

3 : Agak kurang kenyal 2 : Kurang kenyal 1 : Sangat kurang kenyal

7 : Sangat lebih bening 6 : Lebih bening 5 : Agak lebih bening 4 : Bening

3 : Agak kurang bening 2 : Kurang bening 1 : Sangat kurang bening

 Aroma  Rasa

7 : Sangat lebih harum 6 : Lebih harum 5 : Agak lebih harum 4 : Harum

3 : Agak kurang harum 2 : Kurang harum 1 : Sangat kurang harum

7 : Sangat lebih enak 6 : Lebih enak 5 : Agak lebih enak 4 : Enak

3 : Agak kurang enak 2 : Kurang enak 1 : Sangat kurang enak

Lampiran 3. Formulir uji mie sagu tepung ikan cakalang terpilih dengan mie sagu komersial

Nama Panelis : Hari/Tanggal :

Nama Produk : Mie sagu Pembanding :

kode tekstur warna aroma rasa

Kriteria Penilaian : -3 = sangat lebih buruk -2 = lebih buruk

-1 = agak lebih buruk 0 = tidak berbeda +1= agak lebih baik +2= lebih baik

+3= sangat lebih baik

Lampiran 4. Analisis ragam (ANOVA) dan uji BNT pada nilai rendemen tepung ikan cakalang

a. Analisis ragam (ANOVA) rendemen tepung ikan Sumber

Keragaman Derajatbebas KuadratJumlah KuadratTengah Fhitung Nilai P F tabel Metode Perendaman 2 68,62554 34,31277 25,59 0,00019 4,26 Lama Perendaman 2 0,086011 0,043006 0,03 0,96854 4,26 Interaksi 4 5,941022 1,485256 1,11 0,41011 3,63 Galat 9 12,0682 1,340911 Total 17 86,72078

Kesimpulan : Media perendaman berbeda nyata (p<0,05) Lama perendaman tidak berbeda nyata (p>0,05) Interaksi tidak berbeda nyata (p>0,05)

b. Analisis uji lanjut BNT

Perlakuan N Subset

A B

Air 2 43,95

Asam asetat 3% 2 41,27

Na-bikarbonat 0,8% 2 38,79

Subset yang sama menunjukkan bahwa antar perlakuan metode perendaman tidak berbeda nyata.

Lampiran 5. Analisis ragam (ANOVA) dan uji BNT kadar air tepung ikan cakalang

a. Analisis ragam (ANOVA) Sumber

Keragaman DerajatBebas KuadratJumlah KuadratTengah F hitung Nilai P F tabel Media perendaman 2 63,32841 31,66420 981,16 2,93551 4,26 Lama perendaman 2 19,73954 9,86977 305,83 5,32423 4,26 Interaksi 4 77,40128 19,35032 599,60 6,54887 3,63 Galat 9 0,29045 0,03227 Total 17 160,75969

Kesimpulan : Media perendaman berbeda nyata (p<0,05) Lama perendaman berbeda nyata (p<0,05) Interaksi berbeda nyata (p<0,05)

b. Analisis uji lanjut BNT

Perlakuan N Subset

A B C D E F G H

Air * 2 jam 2 16,05

Air * 4 jam 2 11,33

As. Asetat 3% * 4 jam 2 10,78

As. Asetat 3% * 6 jam 2 9,38

Na-Bikarbonat 0,8% * 4 jam 2 8,79

Air * 6 jam 2 7,96

Na-Bikarbonat 0,8% * 2 jam 2 6,89

Na-Bikarbonat 0,8% * 6 jam 2 6,15

As. Asetat 3% * 2 jam 2 6,04

Subset yang sama menunjukkan bahwa antar perlakuan (interaksi antara metode perendaman dan lama perendaman) tidak berbeda nyata.

Lampiran 6. Analisis ragam (ANOVA) dan uji BNT kadar abu tepung ikan cakalang

a. Analisis ragam (ANOVA) Sumber

Keragaman DerajatBebas KuadratJumlah KuadratTengah hitungF Nilai P F tabel Media perendaman 2 0,59250 0,29625 4,68 0,040392 4,26 Lama perendaman 2 0,537733333 0,268866667 4,25 0,050193 4,26 Interaksi 4 0,213866667 0,053466667 0,84 0,530762 3,63 Galat 9 0,5695 0,063277778 Total 17 1,91360

Kesimpulan : Media perendaman berbeda nyata (p<0,05) Lama perendaman tidak berbeda nyata (p>0,05) Interaksi tidak berbeda nyata (p>0,05)

b. Analisis uji lanjut BNT

Perlakuan N Subset

A B

Na-bikarbonat 0,8% 2 2,70

Air 2 2,38

Asam asetat 3% 2 2,28

Subset yang sama menunjukkan bahwa antar perlakuan metode perendaman tidak berbeda nyata.

Lampiran 7. Analisis ragam (ANOVA) dan uji BNT kadar protein tepung ikan cakalang

a. Analisis ragam (ANOVA) Sumber

Keragaman DerajatBebas JumlahKudrat KuadratTengah Fhitung Nilai P tabelF Media perendaman 2 119,5991 59,79957222 230,99 1,843217 4,26 Lama perendaman 2 13,91101 6,955505556 26,87 0,00016 4,26

Interaksi 4 50,43959 12,60989722 48,71 4,23368 3,63

Galat 9 2,32995 0,2589

Total 17 186,2797

Kesimpulan : Media perendaman berbeda nyata (p<0,05) Lama perendaman berbeda nyata (p<0,05) Interaksi berbeda nyata (p<0,05)

b. Analisis uji lanjut BNT

Perlakuan N Subset

A B C CD D E

Na-Bikarbonat * 6 jam 2 82,86

As. Asetat 3% * 4 jam 2 80,32

As. Asetat 3% * 2 jam 2 79,56

Na-Bikarbonat 0,8% * 4 jam 2 78,29

Na-Bikarbonat 0,8% * 2 jam 2 77,67

As. Asetat 3% * 6 jam 2 77,00

Air * 4 jam 2 75,92

Air * 6 jam 2 74,16

Air * 2 jam 2 71,46

Subset yang sama menunjukkan bahwa antar perlakuan (interaksi antara metode perendaman dan lama perendaman) tidak berbeda nyata.

Lampiran 8. Analisis ragam (ANOVA) dan uji BNT kadar lemak tepung ikan cakalang

a. Analisis ragam (ANOVA) Sumber

Keragaman DerajatBebas KuadratJumlah KuadratTengah Fhitung Nilai P tabelF Media perendaman 2 1,8105333 0,9053 43,63 0,000023 4,26

Lama perendaman 2 0,9241 0,4621 22,27 0,000328 4,26

Interaksi 4 0,9136667 0,2284 11,01 0,001618 3,63

Galat 9 0,18675 0,0208

Total 17 3,83505

Kesimpulan : Media perendaman berbeda nyata (p<0,05) Lama perendaman berbeda nyata (p<0,05) Interaksi berbeda nyata (p<0,05)

b. Analisis uji lanjut BNT

Perlakuan N Subset A B C Air * 6 jam 2 1,95 Air * 2 jam 2 1,83 Air * 4 jam 2 1,78 As Asetat 3% * 6 jam 2 1,24 As Asetat 3% * 2 jam 2 1,24 Na-Bikarbonat 0,8% * 6 jam 2 1,10 Na-Bikarbonat 0,8% * 2 jam 2 1,05 Na-Bikarbonat 0,8% * 4 jam 2 0,89 As Asetat 3% * 4 jam 2 0,78

Subset yang sama menunjukkan bahwa antar perlakuan (interaksi antara metode perendaman dan lama perendaman) tidak berbeda nyata.

Lampiran 9. Analisis Kruskal Wallis tekstur mie sagu Analisis Kruskal Wallis tekstur

Kruskal-Wallis Test on tekstur

Mie sagu N Median Ave Rank

A0 20 4,000 59,2 1,50 A2 20 4,000 52,0 0,26 A4 20 4,000 50,8 0,06 A6 20 4,000 46,5 -0,69 A8 20 4,000 43,9 -1,13 Overall 100 50,5 H = 3,26 DF = 4 P = 0,515 H = 3,60 DF = 4 P = 0,462 Tidak nyata = ns

Kesimpulan : Berdasarkan uji Kruskal Wallis, variasi konsentrasi tepung ikan tidak mempengaruhi nilai tekstur yang diamati.

Lampiran 10. Analisis Kruskal Wallis warna mie sagu

Analisis Kruskal Wallis warna Kruskal-Wallis Test on warna

Mie sagu N Median Ave Rank

A0 20 4,000 60,8 1,77 A2 20 3,000 42,8 -1,33 A4 20 4,000 47,0 -0,60 A6 20 4,000 48,0 -0,44 A8 20 4,000 54,0 0,60 Overall 100 50,5 H = 4,64 DF = 4 P = 0,326 H = 5,09 DF = 4 P = 0,279 Tidak nyata = ns

Kesimpulan : Berdasarkan uji Kruskal Wallis, variasi konsentrasi tepung ikan tidak mempengaruhi nilai warna yang diamati.

Lampiran 11. Analisis Kruskal Wallis aroma mie sagu

a. Analisis Kruskal Wallis aroma Kruskal-Wallis Test on aroma

Mie sagu N Median Ave Rank

A0 20 3,000 25,1 -4,37 A2 20 4,000 70,3 3,41 A4 20 3,000 46,6 -0,68 A6 20 3,000 51,3 0,14 A8 20 4,000 59,3 1,51 Overall 100 50,5 H = 26,80 DF = 4 P = 0,000 H = 30,46 DF = 4 P = 0,000 berbeda nyata

Kesimpulan : Berdasarkan uji Kruskal Wallis, variasi konsentrasi tepung ikan mempengaruhi nilai aroma yang diamati.

b. Analisis uji lanjutmultiple comparison

Perlakuan N Subset A AB B A2 20 4,10 A8 20 4,00 A6 20 3,55 A4 20 3,35 A0 20 2,65

Subset yang sama menunjukkan bahwa antar variasi konsentrasi tidak berbeda nyata.

Lampiran 12. Analisis Kruskal Wallis rasa mie sagu

Analisis Kruskal Wallis rasa Kruskal-Wallis Test on rasa

Mie sagu N Median Ave Rank

A0 20 3,000 35,9 -2,52 A2 20 4,000 51,9 0,23 A4 20 4,000 49,1 -0,25 A6 20 4,000 58,5 1,37 A8 20 4,000 57,3 1,16 Overall 100 50,5 H = 7,76 DF = 4 P = 0,101 H = 9,32 DF = 4 P = 0,053 Tidak nyata = ns

Kesimpulan : Berdasarkan uji Kruskal Wallis, variasi konsentrasi tepung ikan tidak mempengaruhi nilai rasa yang diamati.

Lampiran 13. Nilai perbandingan pasangan mie sagu.

Mie Sagu Tekstur Warna Aroma Rasa

8% 1 1 2 1 -1 1 1 1 -1 -1 -1 1 -1 1 2 1 0 -1 0 0 -1 -1 2 1 1 -1 1 3 -1 -1 -2 1 -1 2 2 2 1 -1 1 2 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 -1 -1 2 3 -2 2 1 1 2 2 1 0 2 2 2 0 0 0 1 0 1 2 2 2 0 0 0 2 Rata-rata perbandingan pasangan: Tekstur = 0,35 Warna = 0,50

Aroma = 0,45 Rasa = 1,05

Kesimpulan : Berdasarkan rata-rata perbandingan pasangan tekstur, warna dan aroma mie sagu formulasi A8 memiliki kriteria penilaian tidak berbeda dari mie sagu komersial, sedangkan rasa mie sagu formulasi A8 memiliki kriteria penilaian agak lebih baik dari mie sagu komersial.

Lampiran 14. Analisis ragam (ANOVA) dan Uji BNT derajat putih mie sagu a. Analisis ragam (ANOVA)

Sumber

Keragaman DerajatBebas KuadratJumlah TengahKuadar Fhitung Nilai P F tabel Perlakuan 4 60,70244 15,17561 5,19 6,9868583 236,53

Galat 5 0,3208 0,06416

Total 9 61,02324

Kesimpulan : konsentrasi tepung ikan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap derajat putih mie sagu.

b. Analisis uji lanjut BNT

Perlakuan N Subset A AB B A8 20 46,70 A6 20 41,48 A2 20 41,35 A4 20 40,86 A0 20 39,49

Subset yang sama menunjukkan bahwa antar variasi konsentrasi tidak berbeda nyata.

Lampiran 15. Analisis ragam (ANOVA) dan Uji BNTcooking timemie sagu

c. Analisis ragam (ANOVA)

Sumber

Keragaman DerajatBebas KuadratJumlah KuadarTengah Fhitung Nilai P F tabel

Perlakuan 5 37,41667 7,48333333 5,99 0,0250 4,39

Galat 6 7,5 1,25

Total 11 44,91667

Kesimpulan : konsentrasi tepung ikan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap

cooking timemie sagu.

d. Analisis uji lanjut BNT

Perlakuan N Subset A AB A0 2 12,5 A2 2 11,0 A4 2 10,0 A6 2 9,5 A8 2 8,0

Subset yang sama menunjukkan bahwa antar variasi konsentrasi tidak berbeda nyata.

Lampiran 16. Analisis ragam (ANOVA)cooking lossesmie sagu

Analisis ragam (ANOVA)

Sumber

Keragamn KuadratJumlah DerajatBebas KuadratTengah Fhitung Nilai P F tabel Perlakuan 10.13346 4 2.533365 1.50211 0.32873955 5.19

Galat 8.4327 5 1.68654

Total 18.56616 9

Kesimpulan : konsentrasi tepung ikan tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap

Lampiran 17. Analisis ragam (ANOVA) dan Uji BNT elastisitas mie sagu

Dokumen terkait