• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.2 Saran

1. Sebaiknya masyarakat Indonesia khususnya seniman keramik

Indonesia juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-

nilai estetika yang terkandung dalam keramik Jepang, karena

pemahaman tersebut dapat membantu seniman keramik Indonesia

sebagai suatu karya seni yang bernilai estetika tinggi, seperti yang

telah sukses dilakukan oleh masyarakat Jepang.

2. Sebaiknya masyarakat Indonesia mau mempelajari nilai-nilai

positif yang terdapat dalam budaya Jepang, seperti ketekunan,

kesabaran, serta konsistensi masyarakat Jepang dalam membuat

keramik, sehingga seniman keramik Indonesia juga dapat

menghasilkan keramik-keramik yang bernilai estetika tinggi namun

tetap konsisten dengan mempertahankan ciri khas kebudayaan

Indonesia.

3. Sebaiknya masyarakat Indonesia mau mempelajari nilai-nilai

positif yang terdapat dalam ajaran Zen Buddhisme khususnya

ajaran tentang estetika keindahan, serta dapat merealisasikannya

bukan hanya dalam bidang seni, namun juga dalam kehidupan

DAFTAR PUSTAKA

Akasaka, Moto. 1989. Jepang Dewasa Ini. Jepang: Japan Echo. Inc.

Astuti, Ambar. 1997. Pengetahuan Keramik. Yokyakarta: Gajah Mada University

Press.

Christomy, T dan Untung Yuwono. 2004. Semiotika Budaya. Depok: Pusat

Penelitian Kemayarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian

Masyarakat Universitas Indonesia.

Dharmawan. 1987. Pendidikan Seni Rupa. Bandung: CV Amrico.

Earhart, H. Byron. 1982. Japanese Religion. California: Wadsworth. Inc.

Hulu, Eva Margareth. 2007. Skripsi: Nilai Estetika Seni Bonsai dalam

Masyarakat Jepang. Medan: Fakultas Sastra USU.

Ichsan, Nurdian. 2006. Aneka Jepang edisi 312(1) Hal 3-5. Jakarta: Kedutaan

Besar Jepang.

Ishikawa, Jun Ichi. 2005. Nipponia No. 32 Hal. 4-7. Jepang: Heibonsha Ltd.

Iswidayati, Sri. 1995. Tesis: Pengaruh Zen Buddhisme pada Estetika Keramik

Jepang. Jakarta: Program Pascasarjana Kajian Wilayah Jepang UI.

Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yokyakarta:

Paradigma.

Koenjaraningrat. 1976. Metode-Metode Penenlitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yokyakarta: Gajah Mada

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yokyakarta:

Gajah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

____. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Sachari, Agus. 2002. Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa, Desain,

Arsitektur, Seni Rupa, dan Kriya. Jakarta: Erlangga.

Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia, Kjian Arkeologi, Seni, dan Sejarah.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Seiroku, Noma. 1967. The Heritage of Japanese Art. Tokyo: The Kokusai Bunka

Shinkokai.

Simbolon, Betman, dkk. 1996. Seni Musik. Medan: UD. Lamtorang Jaya

Sutrisno SJ, Mudji dan Prof. Dr. Christ Verhaak SJ. 1993. Estetika Filasafat

Keindahan. Yokyakarta: Kanisius.

Tsunoda, Ryusaku. 1958. Sources of Japanese Tradition Vol. 1. Amerika:

Columbia University Press.

Wilson, Richard L. 1995. Inside Japanese Ceramics. Hong Kong: Weatherhill.Inc.

Wiryomartono, Bagoes P. 2001. Pijar-Pijar Penyingkap Rasa. Jakarta: Gramedia

ABSTRAK

Seni merupakan salah satu hasil kebudayaan yang diciptakan manusia

untuk memenuhi keutuhannya akan keindahan. Dalam karya seni terdapat nilai

estetika. Pandangan mengenai nilai estetika pada suatu masyarakat berbeda

dengan masyarakat lainnya. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor, seperti

faktor agama, struktur sosial, budaya, dan sebagainya.

Di Jepang pandangan mengenai nilai estetika dipengaruhi oleh faktor

agama, yaitu Zen Buddhisme. Dalam Zen Buddhisme ditekankan nilai

kesederhanaan dan nilai kealamian adalah hal yang utama. Salah satu seni di

Jepang yang mendapat pengaruh Zen Buddhisme adalah seni keramik.

Pengaruh Zen Buddhisme dalam seni keramik diawali dengan

berkembangnya budaya minum teh dari Cina. Dalam upacara minum teh

digunakan peralatan yang mengandung estetika Zen Buddhisme. Peralatan

tersebut memiliki bentuk yang sederhana dan alami. Sehingga seni keramik

Jepang mengandung estetika Zen Buddhisme.

Berdasarkan Zen Buddhisme, terdapat beberapa nilai estetika. Nilai-nilai

tersebut adalah, fukinsei, kansou, kouko, shizen, yuugen, datsuzoku, shibui, wabi,

sabi, dan sejaku. Nilai-nilai tersebut terdapat dalam estetika keramik Jepang.

Dari kesepuluh nilai estetika tersebut dapat dilihat empat nilai yang

terkandung dalam nilai estetika keramik Jepang. Nilai tersebut adalah nilai

ketidaksimetrisan, nilai kealamian, nilai kesederhanaan, dan nilai kedalaman rasa.

Nilai tersebut dapat dilihat pada pembuatan keramik. Dalam pembuatan

membentuk keramik, mendekorasi dan mewarnai keramik, dan membakar

keramik.

Nilai ketidaksimetrisan dapat dilihat dalam bentuk keramik. Karena

dipengaruhi oleh Zen Buddhisme, bentuk keramik Jepang tidak simetris. Yang

dimaksud dengan tidak simetris adalah bentuk kanan kiri keramik tidak sama.

Dalam ajaran Zen Buddhisme, arti dari nilai ketidaksimetrisan adalah membuang

hawa nafsu, dan tidak mengutamakan kesempurnaan. Nilai ketidaksimetsian

berasal dari nilai estetika Zen Buddhisme, yaitu fukinsei, sabi, dan datsuzoku.

Nilai kealamian dalam seni keramik Jepang dapat dilihat pada proses

pembuatan keramik. Dalam Zen Buddhisme, terdapat kepercayaan bahwa sesuatu

yang terjadi secara alami akan menghasilkan bentuk unik. Nilai tersebut dalam

estetika Zen Buddhisme disebut shizen.

Nilai kesederhanaan dalam Zen Buddhisme adalah sesuatu yang tidak

mencolok dan tidak adanya unsur kesengajaan. Kesederhanaan mencerminkan

sifat suatu benda melalui bentuk, warna, tekstur, dan sebagainya. Nilai

kesederhanaan berasal dari nilai estetika Zen Buddhisme, yaitu kansho, shibui,

dan wabi..

Nilai kedalaman rasa dalam Zen Buddhisme adalah bahwa sesuatu hal

pasti memiliki makna mendalam yang tersirat, dan berhubungan dengan hal

spiritual. Nilai kedalam rasa berasal dari nilai estetika Zen Buddhisme, yaitu

yuugen, sabi, dan seijaku.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa terdapat nilai-nilai ajaran Zen

Jepang masih sangat menghargai nilai-nilai tersebut. Hal ini dapat dilihat dari

Dokumen terkait