• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang sekiranya berguna di masa yang akan datang yakni :

1. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggali lebih banyak hal, misalnya kondisi keluarga setelah pelaksanaan upacara, sehingga gambaran yang didapatkan akan semakin lengkap dan memperkaya ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Budaya.

2. Masyarakat diharapkan tidak memandang pelaksanaan upacara ini sebagai suatu hal yang bersifat pemborosan atau tidak berguna, namun bisa memahami bahwa pelaksanaan upacara ini merupakan bentuk ungkapan dukacita keluarga yang telah ditinggalkan. Upacara kematian ini merupakan suatu proses pemulihan diri tiap keluarga yang ditinggalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Backer, Hannon, & Russell, (1982). Death and Dying : Individuals and institutions. USA : John Wiley & Sons, Inc.

Creswell, John W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design : Choosing Among Five Traditions. California : SAGE Publications, Inc.

Danandjaja, J. (1988). Antropologi psikologi. Jakarta : CV. Rajawali.

Huffman, K., Vernoy, M. & Vernoy, J. (1997). Psychology in Action. USA : John Wiley & Sons, Inc.

Mukhlis & Lucas, A. (1987). Nuansa kehidupan Toraja. Jakarta : Dunia Grafika. Paramyta, H. (2004). Studi deskriptif tentang social inhibition pada remja yang

mengikuti mudika di Paroki St. Petrus Purwodadi, Solo. Skripsi. Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

Paranoan, M. (1990). Rambu Solo’, Upacara Kematian Orang Toraja : Analisis psiko - sosio - kultural. Ujung Pandang.

Poerwandari, K. (2001). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Lembaga Sarana Pengembangan dan Pendidikan Psikologi.

Sampe, T. (1991). Pendayagunaan kebudayaan suku Toraja untuk pembinaan kerohanian dalam Gereja Kerapatan Injil Bangsa Indonesia (KIBAID) di Tana Toraja. Thesis. Sekolah Tinggi Theologi Jaffray. Ujung Pandang. Santrock, J.W. (1995). Life-Span Development : Perkembangan masa hidup.

Jakarta : Erlangga.

Sarira, Y.A. (1996). Aluk Rambu Solo’ dan persepsi orang Kristen tentang Rambu Solo’. Toraja : PUSBANG Gereja Toraja.

Subagya, Y.S. (2005). Menemui Ajal : Etnografi Jawa tentang Kematian. Yogyakarta : Kepel Press.

Turner, J.S. & Helms, D.B. (1995). Lifespan development. Orlando : Rinehart and Winston, Inc.

Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah Sulawesi Selatan, (1984). Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Jakarta.

Sumber Website : Chaplin, D. (www.crusebereavementcare.org.uk, 2003) Mardiatmaja. (www.kompas.com, 2005) Temes, R. (www.cancersurvivor.org, 2008) www.kompas.com, 2005 www.hospicenet.org, 2007

LAMPIRAN A

KASUS I

Hasil Wawancara

No. Hasil Wawancara 1 Koding

1 2 3 4 5 6 7

Ceritakan tentang hubungan kakak dengan almarhum ! Ya cucu, bapak saya itu anaknya yang meninggal ini. Apakah hubungan kakak dengan almarhum dekat ?

Aduh…ada pengaruhnya kah ? Ndak terlalu dekat sih sebenarnya, jarang-jarang juga saya ke sini toh, paling kalo adapi acara-acara keluarga, baru memang harus datang baru saya datang, kalo tidak ya tidak. Baru kalo kita ketemu juga ya itumi, dak banyak cerita juga sama nenek, lain tong dia urusannya biasa. Ka malaska juga ikut-ikut acara-acara keluarga, apalagi saya tinggal di asrama toh, jadi dak bebas juga kita mo keluar masuk seenaknya. Saya saja kembali ke rumah itu palingan hari Sabtupi.

Apakah tiap ada keluarga yang meninggal pasti dipestakan ? Ya kalo ini saya kurang tau ini, tapi biasanya tergantung ada uang ato tidak. Kalo memang ada uangnya ya…biasanya dipesta Kalau ada keluarga yang tidak mampu bagaimana ?

Wah ini juga saya ndak tau, tapi kayaknya ya memang tidak akan dibuatkan pesta. Mo pake apa bikin acaranya kalo memang tidak mampu? Memang iya keluarga lain pasti bantu, tapi kan yang punya acara itu yang meninggal. Kalo dia sendiri tidak ada uangnya, masak mo minta-minta terus ? Malu-malu juga pastilah.

Apa yang mendorong dilaksanakannya upacara ini ?

Biasanya ini..apa..ee..karna ini memang permintaan almarhum. Bahkan ada juga yang sesuai dengan strata sosial. Ya kalo dari saya kan sebagai maksudnya seorang hamba Tuhan kan, pemborosan juga, masih ada unsur-unsur aluk todolo kan.. Tapi kan namanya adat, kebudayaan Toraja, jadi ya tetap biasanya dilaksanakan. Kalo umpamanya kayak nenek ini, kan bisa dibilang tokoh adat to, jadi memang harus dipestakan. Strata sosialnya juga bisa dibilang tinggilah, jadi kayaknya kalo tidak dipesta bagaimana begitu…

Bagaimana maksudnya ?

Ya pasti jadi bahan pembicaraannya lagi orang-orang, masa tokoh adat tidak dipesta…malu lah juga keluarga nantinya Kendala-kendala apa yang dialami selama mempersiapkan upacara ?

Ini yang saya tidak tau ini karna jarang di kampung. Setau saya tidak terlalu banyak masalah yang besar. Untung semua keluarga

8 9 10 11 12 13 14 15 16

disini dak terlalu susah kalo mo diajak rapat ato pertemuan toh. Berapa lama persiapan upacara ini ? Selama itu, almarhum disimpan dimana?

Kalo tidak salah 2 bulan, iya 2 bulan persis. Ini nenek disimpan di rumahnya, ya rumah yang ini.

Termasuk dalam tingkatan manakah upacara ini ?

Ini namanya upacara Rapasan, ini adalah upacara yang paling tinggi tingkatannya dalam upacara kematian. Tidak semua orang bisa dirapai’, ini sama ini, biasanya tokoh-tokoh masyarakat yang dibuat upacaranya seperti ini.

Apakah upacara ini telah sesuai dengan tingkatan sosial almarhum ?

Oh sudah, sudah sesuai antara kehidupan almarhum selama masih hidup dengan bentuk upacaranya sekarang. Ya seperti tadi, pekerjaan nenek sebagai tokoh adat memang harus dipestakan semacam ini pada saat meninggal.

Bagaimana sikap kakak terhadap kematian ?

Mmm…begini, kematian itu hal yang pasti dialami oleh semua ciptaan Tuhan. Apalagi manusia, semua manusia pasti mati, tidak ada yang tidak. Ya kalo saya, kelo memang sudah waktunya mo meninggal, mo bagaimana lagi, harus tetap diterima toh?

Takutkah menghadapi kematian ?

Ndak, e…mungkin kalo mo dipikir sekarang, ya..ada rasa takut sedikit. Masa masih muda begini sudah mo dipanggil Tuhan ? Tapi Tuhan kan Mahakuasa, jadi apapun itu kalo memang sudah kehendakNya ya memang harus diterima.

Menurut kakak, berada dimanakah roh almarhum sekarang ? Ya kalo menurut saya ya..kita kan bukan Tuhan ya, jadi kita ndak tau rohnya dimana, yang penting ya..sudah disurga sebagai orang percaya. Tergantung dari sikap sang almarhum semasa hidupnya bagaimana..

Apakah almarhum puas dengan upacara ini ?

Puas, puas saya rasa. Soalnya kita smua betul-betul kerja keras, apalagi bapak saya. Beberapa bulan ini kerjanya itu urus pesta terus, bagaimana sampai semua itu aturan-aturan pesta, lambang-lambangnya, bisa ditampilkan di pesta ini. Jadi ya betul-betul ini pesta bisa dibilang lengkaplah.

Bagaimana reaksinya saat pertama kali mendengar kematian almarhum ? Apakah kematian itu dapat langsung diterima ?

Ya terima, karna maksudnya ee..ini yang almarhum ini kan juga sudah tua toh, alangkah baik kalo rencananya Tuhan kan, ya sudah waktunya begitu. Saya lagi di Makale waktu ditelpon bilang nenek meninggal. Siangnya itu saya langsung kesini bantu urus-urus rumah.

Berapa lama tenggelam dalam kesedihan ?

Ndak terlalu lama, semua orang akan pasti mengalami kematian, jadi ya ndak lama, berapa-berapa hari saja mungkin itu (sedih) kemarin. Mungkin juga karna saya ndak terlalu dekat dengan nenek jadi ya…ndak terlalu sedih begitu.

Reaksi pertama mendengar kabar Lama bersedih

17 18 19 20 21 22 23 24 25

Bagaimana pengaruh kematian ini terhadap kegiatan sehari-har ? Apakah hingga saat ini masih merasa terpengaruh ?

Eh, maksudnya untuk pertama sih iya, tapi kalo untuk hari-hari selanjutnya ndak, kecuali pada saat ini, kan almarhum kan masih di rumah, sebagai orang Kristen kan pasti ada kesedihanlah. Tapi itupun dak terlalu berpengaruh sama kegiatanku sehari-hari Apakah kematian almarhum masih terus terbayang dalam mempersiapkan upacara ?

Oh, kalo ingat-ingat masih sempat. Tapi kan sudah lama sekali toh nenek ini meninggal, jadi kemarin itu ya paling kalo liat mayatnya saja di rumah baru ingat lagi, kalo tidak liat ya tidak diingat.

Adakah seseorang yang selalu menghibur ?

Wah, hibur diri sendirilah, karna tiap-tiap orang banyak urusannya, jadi kita juga harus urus kita punya diri sendiri. Usaha-usaha apa yang dilakukan untuk mengurangi kesedihan ?

Ya banyak kegiatan, kuliah seperti biasa di Makale, bantu-bantu mama di warungnya di Ge’tengan, ya…beraktivitas seperti biasa saja.

Menurut kakak, apakah dengan berduka dapat membuat kakak melupakan almarhum ?

Oo ndak, berduka berarti kita masih tetap akan ingat sama nenek, bukan artinya kita lupakan ya, tapi kita berusaha bagaimana supaya nenek itu tetap berada dalam ingatan kita. Bagaimana perasaannya saat pertama kali mendengar kematian almarhum?

Ya dibilang sedih juga dak terlalu lah, kaget juga dak waktu itu. Tapi kalo diingat lagi, ya memang wajarlah kalo nenek meninggal, kan sudah tua memang.

Selama mempersiapkan upacara bagaimana perasaannya?

Biasa-biasa aja karna saya ndak banyak pusing, saya cukup urus apa yang sudah menjadi bagian saya saja. Kemarin-kemarin juga saya ndak terlalu sering disini, cuma kalo disuruh datang saja baru saya kesini. Ya sibuklah begitu urus segala macamnya ini. Ceritakan tentang apa yang dirasakan sekarang !

Ya senang juga karna maksudnya udah mau selesai kan, ndak ada beban lagi di keluarga. Kita senang juga bisa kumpul-kumpul sama saudara-saudara sepupu yang jauh dan jarang ketemu. Tapi kalo kumpul sama keluarga trus liat mereka nangis-nangis ya saya juga biasa ikut nangis. Bukan sedih ato apa, tapi kalo liat orang nangis kan biasanya tanpa sadar ini air mata juga turun.

Bagaimana pengaruh upacara ini terhadap kesedihan kakak ? Upacara ini membantu kita untuk apa ya…mmm.. seakan-akan mengalihkan perhatian kita dari kesedihan kepada kesibukan kerja ini. Upacara ini juga menjadi tempat reuni keluarga kan, jadinya kita senanglah bisa kumpul-kumpul sama keluarga, bisa saling menghibur lagi, saling berbagilah ato apa begitu. Waktu sebelum upacara kan mungkin karna tiap saat dekat nenek jadi sedih terus toh, ya kalo skarang kan sudah tidakmi. Banyakmi

Pengaruh kematian Perasaan selama persiapan Reaksi pertama mendengar kabar Perasaan selama persiapan Perasaan selama upacara

yang dikerjalah begitu.

No. Hasil Wawancara 2 Koding

1

2

3

4

Ceritakan tentang hubungan subjek dengan almarhum ! Saya anak kandungnya

Apakah tiap ada keluarga yang meninggal pasti dipestakan ? Ee..kalo itu sesuai dengan kemampuannya keluarga

Kalau ada keluarga yang tidak mampu bagaimana ?

Ah..itu, itu tidak anu, sesuai dengan kemampuan. Biar kasta tana’ bulaan kalau tidak mampu ya tidak. Itu sampai ada istilahnya biasa itu hanya 2 ekor kerbau. Ahh..tapi kalo dalam 2 ekor kerbau itu dikatakan kalo umpamanya kasta tana’ bulaan itu dikatakan tanduk bulaan. Kalo 2 ekor itu dikatakan kalo kasta tana’ bulaan dikatakan tanduk bulaan. Ah..kalo orang di bawah atau tana’ bassi atau tana’ karurung kalo 2 ekor dikatakan ma’ka’pan pa tomale. Ah..sama-sama 2 ekor tapi penempatannya beda. Ada yang diistilahkan tana’ bulaan, itu artinya kasta tana’ bulaan itu. Tapi kalo 2 ekor baru satu kali ini hari dipotong itu 2 ekor baru besok penguburan itu dikatakan ma’ka’pan pa tomale. Ah…kalo umpamanya ini hari 1 ekor, besok 1 ekor, baru lusa penguburan, itu dikatakan tana’ bulaan. Ah..itu bedanya.

Apa yang mendorong dilaksanakannya upacara ini ?

Di dalam mendorong acara pelaksanaan itu, semua keluarga harus berkumpul menyatukan pendapat bahwa kita akan melaksanakan pesta dengan acara-acara begini, persiapan segala-galanya, harus dikumpul semua rumpun keluarga untuk menyatukan pendapat. Karna kita di Toraja, kita di Toraja itu sampai orang-orang luar itu kagum sama orang Toraja, kenapa bisa memotong kerbau sekian dan mendirikan pondok sekian. Ahh..karna dia tidak jangkau bahwa orang Toraja ada..ada persatuannya, ada ee..artinya kegotong-royongan dalam kekeluargaan. Kalo seumpamanya dalam pesta itu baru khusus anaknya, mana mampu. Tapi kalo kita di orang Toraja itu, sepupu…ini 5 jari menunjukkan, sepupu 1 kali, 2 kali, 3 kali, 4 kali, 5 kali, itu masih dikatakan saudara, belum jauh itu. Tidak sama di suku lain, sedangkan sepupu 1 kali, 2 kali, sudah tidak kenal. Makanya itu karna didukung dengan kebersamaan sampai semua pondok itu bukan khusus yang dilahirkan mendirikan itu, tapi dari sepupu, artinya dari rumpun keluarga, karna dia sudah menyatukan pendapat. Kalo seumpamanya, seandainya almarhum hanya 2 anaknya mana mampu kalo sudah mendirikan pondok umpamanya sekitar 100, sedangkan pendirian pondok itu barangkali sudah jutaan, tapi ah..karna didukung dengan kebersamaan.... Makanya itu, orang Toraja itu tidak, tidak, tidak apa, tidak luput dari itu namanya keakraban dalam kekeluargaan. Maka itu, orang Toraja kalo mo dipesta itu

5

sampai banyak, banyak, masih banyak yang disimpan lama-lama di rumah. Biasa ada berita duka dari eh..eh..apakah dari siaran RRI bahwa orangtua kita sudah meninggal dan penguburannya menunggu saudara. Ah…itukan apa, mengingat untuk eh….kebersamaan, kegotongroyongan, dan keakraban dalam kekeluargaan.

Kendala-kendala apa yang dialami selama mempersiapkan upacara?

Ah…kendala-kendala yang dialami biasa itu ya…jadi kalo ada yang, yang dari keluarga tidak ditunjuk sebagai yang dituakan. Kalo masing-masing mendapat, kasih masuk pendapat tanpa dikoordinir oleh yang dituakan itu. Kendala terlalu banyak kalo tidak ada yang dituakan, tidak ada yang dihargai sebagai orangtua. Nah, kendala-kendala yang muncul di dalam itu pertama contoh, apakah contohnya bahwa ada yang keluarga menyatakan bahwa orangtua kita dibekali atau dipotongkan kerbau eh..contohnya apakah 8 ataukah 6. Dari keluarga lain lagi bahwa tidak cocok itu, harus 12 ekor. Ah…dari, dari keluarga tidak cocok kalo 12 ekor karna kasta orangtua kita harus begini, harus 24. Ah…itulah yang biasa anu… Seperti bapak saya ini, 5 kali kita rapat itu saling mendapat kendala-kendala yang bisa merasakan kekeluargaan. Tapi itu saya ada, jadi saya itu tetap dengan keras kepala, roda gila saya punya otak untuk menganukan…bagaimana caranya supaya begini, supaya kewibawaan dalam kekeluargaan, kedudukan orangtua, mengingat jabatannya pegawai waktu masih hidup, ah…itu kita pertahankan supaya jangan punah, jangan hilang, supaya tetap penghargaan antara keluarga dengan keluarga tetap itu, anu… Di dalam eh…menghadapi pesta itu terlalu banyak kendala, kendala dari tokoh adat, kendala dari tokoh agama, jadi terlalu banyak. Hanya kita bagaimana caranya menampung, yang dituakan itu harus eh…pintar dan harus dia memonopoli baik silsilah keturunan, baik jalannya adatnya, dll. itu harus kuat. Jadi kalo tidak kuat itu bisa rusak. Sama dengan di dalam ini, coba saya tidak ada barangkali rusak itu anu dan bisa dikutuk orang dan bisa disoroti orang, dan beberapa kendala di dalam acara ini, namunpun sudah dalam Kristen, tapi itu orang-orang bilang, orang Toraja, bahwa aluk dengan adat. Itu aluk lain, kalo aluk itu agama, kalo adat itu tatacara. Disitulah biasa dicampur, sampai kendala itu biasa anu, karna dicampur aluk dengan adat, itu harus dipisahkan. Aluk itu jalan sendiri, adat itu jalan sendiri, karna aluk itu adalah acara khusus atau tatacara khusus, karna agama, seperti Katolik itukan liturginya lain, itukan tidak sama. Maka itulah di dalam itu biasa itu kendala muncul disitu. Sampai saya di dalam itu bilang harus bagini karna sesuai dengan kedudukan orangtua ini. Inikan orang dihargai, sampai sekarang saya tidak mau kalo umpamanya ada dari tokoh adat atau to’ parengnge’ atau agama yang mengadakan pendapat bahwa asal-asalan atau dibikin-bikin. Ah…itu saya tegaskan sampai nenek Nando dengan mamanya

6

7

8

9

10

Epping disini, bapak terlalu berani mengatakan begitu di hadapan to’ parengnge’ dengan apa, saya bilang itukan saya harus mempertahankan apa fungsinya orangtua, nenek kamu waktu masih hidup, sampai itulah yang anu. Jadi kendala terlalu banyak.

Berapa lama persiapan upacara ini ? Selama itu, almarhum disimpan dimana?

Mulai direncanakan itu persiapan upacara, ya boleh dikatakan barangkali sekitar 2 bulan, karena dalam membikin pondok itu 1 bulan persis. Di dalam perencanaan sebelum memasuki acara pemondokan itu ya sudah ada, jadi ya sekitar 2 bulanlah. Kalo meninggalnya itu tanggal 16 Mei 1997 kalo saya tidak salah, eh.. 99, disimpan di rumah kurang lebih 7 tahun di atas rumah. Termasuk dalam tingkatan manakah upacara ini ?

Tingkatan sosialnya begini, kalo umpamanya kan di Toraja punya strata atau kasta to? Ah, di Toraja tu. Itu kan ada kasta namanya tana’ bulaan, itu harus dipesta itu toh? Kemudian tana’ bassi, ahh…kemudian tana’ karurung. Ah…kalo tana’ kua-kua dengan tana’ dampo ke bawah itu tidak anu..itukan paling tingkat di bawah itu. Itu istilah saja kalo umpamanya penguburannya itu istilah saja penguburan to? Tapi kalo di atas tana’ bassi, tana’ karurung, dengan tana’ bulaan itu dipesta sesuai dengan ee…contohnya kalo umpamanya apakah agama Katolik, apakah agama Kristen Protestan, gereja Toraja, atau masih di dalam alukta. Ah..kalo di dalam sudah umpamanya di Pantekosta, atau kita dalam KIBAID atau Advent, ah..itu istilah penguburan saja, acara penguburan saja. Namun pun kasta

tana’ bulaan tapi kalo umpamanya dibawah…umpamanya

aliran Pantekosta kah atau Adventkah atau kita kah dalam KIBAID kah, ah..itu istilah penguburan. Nah, kalo di atas Katolik atau masih alukta atau Kristen Protestan atau gereja Toraja, ah…itu melalui namanya pesta. Kalo yang ini masuk ke tingkatan yang paling tinggi toh, karna kami ini kasta tana’ bulaan.

Apakah upacara ini telah sesuai dengan tingkatan sosial almarhum?

Boleh dikatakan tingkatan begitu, karna tingkatan kasta tana’ bulaan, karna dalam bahasa Toraja bahwa itu sudah dirapai’ dan sudah artinya dibikinkan patung-patungnya.

Bagaimana sikap om terhadap kematian ?

Dalam menghadapi kematian kita itu seorang beriman boleh dikata ya…kalo kita mengingat firman Tuhan bahwa kita ini orang anu, ya memang wajarlah. Tapi kalo memang mengingat secara manusiawi biasa, ya dengan demikian kita susah to? Kalo umpamanya kita berpikir secara iman, wajarlah kalo Tuhan panggil kita, tapi kalo di dalam mengingat lagi kemanusiaan, secara kehidupan sehari-hari, jadi biasa kita itu susah.

Takutkah menghadapi kematian ?

11 12 13 14 15 16

orang-orang beriman. Mo bagaimana, sedangkan presiden meninggal, sedangkan dokter yang mengobati meninggal, sedang pendeta meninggal. Jadi kita ndak takut menghadapi kematian.

Menurut om, berada dimanakah roh almarhum sekarang ? Nah, di Toraja itu ada yang namanya alam roh atau alam puya, nah disitulah bapak saya berada sekarang. Nanti kalo sudah mo datang itu hari penghakiman, kan kita orang Kristen begitu to, nanti baru dia ditentukan masuk sorga ato neraka.

Apakah almarhum puas dengan upacara ini ?

Oo..pasti dia puas skalimi, soalnya upacaranya ini sudah ditata sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tata caranya dan yang lebih penting lagi eh..sesuai dengan kastanya. Jadi pasti dia sudah puas skali.

Apa yang om lakukan saat pertama kali mendengar kematian almarhum ? Apakah kematian itu dapat langsung diterima ?

Boleh dikata kita itu, orang bilang kita kaget, malah saya menangis. Kan saya tidak ada waktu meninggal itu almarhum, saya ndak tau dimana, baru pagi-pagi saya ditelpon dari bawah bahwa bapak sudah meninggal, langsung saya pingsan disitu. Ah..itulah.. sepertinya itu bapak belum saatnya meninggal, masih banyak skalipi hal-hal yang harus dipelajari, entahkan itu tentang adat, bagaimana kalo ada masalah, apa yang harus dibuat biar selesai..

Berapa lama tenggelam dalam kesedihan ?

Saya pikir-pikir barangkali 1 tahun lebih saya sedih waktu itu. Soalnya memang tidak disangka-sangka skali meninggalnya. Saya ingat itu saya paling ingat sama bapak kalau saya lihat lagi itu apa-apanya bapak, kan ada toh itu bajunya yang disimpan di rumah. Apalagi kalau saya ke rumahnya bapak, biar berapa jam saya dikamarnya, duduk di bawah tempat tidurnya, kadang juga cerita apa saja ke bapak. Kalau sudah begitu, dak ada yang berani gangguka, pasti smua orang biarkan saja. Dipanggil makan juga saya dak mau. Kalo sudah pulangmi ke rumahku kembali, dak maumo bicara-bicara, langsung masuk kamar. Biasa kodong itu mamanya Epping bicaraika dak saya dengarmi, iyo iyo saja padahal saya dak perhatikan. Tapi mereka tauji kalo saya diam-diam brarti lagi ingat sama bapak, paling juga 2-3 hari kembali seperti semula. Tapi begitu kembali kalau saya abis dari rumahnya bapak. Bagaimana pengaruh kematian ini terhadap kegiatan sehari-hari?

Pasti berpengaruh. Bapak dulu kan masih kuat, masih sering kita sama-sama pergi ke orang mati ato acara-acara keluarga.

Dokumen terkait