• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.2. Saran

1. Petugas gudang farmasi diharapkan melihat data real konsumsi obat untuk mengetahui obat yang dibutuhkan pasien. Sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penentuan kebutuhan obat dan meminimalisir tertinggalnya obat untuk dipesan.

2. Dalam menentukan jumlah kebutuhan obat dan persediaan pengaman (buffer stock) diharapkan petugas memperhitungkan lead time obat agar persediaan pengaman tidak berlebih ataupun kurang.

3. Diharapkan petugas gudang farmasi dalam melakukan kegiatan pengendalian didampingi oleh Komite Farmasi Terapi (KFT) untuk membantu melakukan pengawasan agar menghindari terjadinya kecurangan maupun manipulasi data yang ada digudang farmasi.

4. Perlu diterapkan metode analisis ABC terhadap seluruh jenis obat yang ada digudang farmasi, sehingga bisa menentukan obat mana yang perlu diprioritaskan. Serta diterapkan metode EOQ dan ROP untuk menghindari terjadinya kekosongan obat dan pembelian cito.

5. Diharapkan manajemen RS dapat melakukan pelatihan bagi petugas gudang mengenai sistem pengendalian obat dan pelatihan untuk meningkatkan koordinasi antar petugas.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama ,Tjandra Yoga. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. UI : Depok

Ainy, Qurrotu. 2013. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Barang di Gudang Sentral RSAB Harapan Kita Jakarta tahun 2012. FKM UI. Diakses pada 20 Januari 2015. Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320638-S-Qurrotu%20Ainy.pdf

Anief, Moch. 2008. Manajemen Farmasi. UGM : Yogyakarta

Assauri, Sofyan. 2008. Manajemen Produksi. FKM UI : Depok

Azwar, DR. Dr. Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara : Jakarta

Azwar, Daris 2010. Pengawasan. Diakses pada 17 Maret 2015. Sumber :

http://www.ikatanapotekerindonesia.net/articles/pharma-update/national-pharmacy/298-p-e-n-g-a-w-a-s-a-n.html

A.Sihotang. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Paramita : Jakarta.

Badawi, Musfika Rahman. 2014. Kinerja Posyandu dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2014. UIN : Jakarta

BPOM. 2015. Agomelatine dan Risiko Hepatotoksisitas. Sumber :

http://pionas.pom.go.id/info-bpom/agomelatine-dan-risiko-hepatotoksisitas

Budiyanti, Herni. 2012. Penetapan Safety Stock di Gudang Farmasi RS Risa Sentra Medika Tahun 2012. FKM UI. Diakses pada 20 Januari 2015. Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314392-T31291-Penetapan%20safety.pdf

Bunawan. 1996. Manajemen Operasi. UGM : Yogyakarta

CSR. 2015. Jatah Obat Penderita Skizofrenia Dikurangi. Sumber : http://kukarsatu.com/2015/03/12/per-januari-2015-jatah-obat-penderita-skizofrenia-dikurangi/

Depkes. 2011. Pedoman Pembinaan Pedagang Besar Farmasi

Dwi Ariyanti, Benedicta. 2012. Analisis Pengendalian Persediaan Obat dengan Analisis ABC, EOQ, dan ROP pada Instalasi Farmasi RS X Periode Jan – Des 2011. FKM UI : Depok

Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.

Ditjen Binfar dan Alkes. 2013. Formularium Kendalikan mutu dan biaya Pengobatan. Sumber : http://binfar.kemkes.go.id/2013/06/formularium-nasional-kendalikan-mutu-dan-biaya-pengobatan/

Febriawati, Henny. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Gosyen Publishing : Yogyakarta

Fadhila, Rahmi. 2013. Study Pengendalian Persediaan Obat Generik Melalui Metode ABC, EOQ, dan ROP di Gudang Farmasi RSI Asshobirin tahun 2013. UIN : Jakarta

Griffin. Manajemen. 2004. Erlangga : Jakarta

Handoko, T.Hani. 2003. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta:UGM

Heizer, Jay dan Render, Barry. 2010. Manajemen Operasi. Second edition. Salemba Empat : Jakarta

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Edisi Ketiga. Grasindo : Jakarta.

Hendra, Kusuma. 1999. Manajemen Produksi : Perencanaan dan Pengendalian produksi. Andi : Yogyakarta.

Henni. 2009. Penganggaran Rumah Sakit. Sumber : http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/sistem_penganggaran_rs.pdf

Indriyo Gitosudarmo. Manajemen Bisnis Logistik Ed. Pertama (1998)

Indrajit. Ricardo Eko. 2001. Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Jakarta : Gramedia

Ir. M. Budiharjo. 2014. Panduan Menyusun SOP. Swadaya Grup : Jakarta

Jensen, V & Rappaport, BA. 2010. The Reality of Drug shortages. New England Journal of Medicine. Sumber : http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMp1005849

Jayani, Siti Nur dan Pudjirahardjo, Widodo J. 2013. Faktor Penyebab Stagnant dan Stock out Bahan Makanan Kering di Instalasi Gizi RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. FKM UNAIR : Surabaya

Maimun, Ali. 2008. Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode Konsumsi dengan Analisis ABC dan Reorder Point Terhadap Nilai Persediaan dan

Turn Over Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah Kendal. Undip : Semarang. Sumber : http://core.ac.uk/download/pdf/11716263.pdf

Makinuddin dan Sasongko. 2006. Analisis Sosial. Akatiga : Bandung. Sumber : https://books.google.co.id/books?id=xRrOr9BPwOEC&pg=PA18&dq=kebijakan+adal ah+menurut+frederich&hl=id&sa=X&ei=gqFeVcbqMtOQuATOv4PYBw&ved=0CBs Q6AEwAA#v=onepage&q=kebijakan%20adalah%20menurut%20frederich&f=false Mellen, Renie Cuyno dan J.Pudjirahardjo, Widodo. 2013. Faktor Penyebab dan Kerugian

Akibat Stockout dan Stagnant Obat di Unit Logistik RSU Haji Surabaya. Univ.Airlangga : Surabaya. Sumber :

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/10.%20Renie%20Cuyno_JAKIv1n1.pdf

Milena, dkk. 2013. Effects on Patient Care Caused by Drug Shortages: A Survey. Sumber

: http://www.amcp.org/JMCP/2013/Nov-Dec/17317/1033.html

Nadia, Frita. 2012. Analisis Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik di Gudang Medik RS Puri Cinere tahun 2011. FKM UI : Depok

Nova, Iwan, MBA, CPIM, CSCP. 2013. Memahami Safety Stock dan Menguasai Rumusnya. Sumber : http://supplychainindonesia.com/new/memahami-safety-stock-dan-menguasai-rumusnya/

Palupiningtyas, Retno. 2014. Analisis Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi RS Mulya Tangerang Tahun 2014. UIN : Jakarta

Pratiwi, Amiati. 2009. Stock out Obat di Gudang Perbekalan Kesehatan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. FKM UI : Depok.

Prihatiningsih, Dina. 2012. Gambaran Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi RS Asri tahun 2011. FKM UI : Depok

Prof. Dr. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung

PMK No.340 tentang Klasifikasi Rumah Sakit

PMK No.58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit PMK No. 34 tahun 2014 tentang Pedagang Besar Farmasi

PP RI No.4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah PP RI No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

Priyambodo, Bambang.2007. Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama : Yogyakarta

Pudjitami, Sri Wahyuni dan Suryawati, Sri. 1998. Dampak Penerapan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Terhadap Nilai Persediaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. FK UGM : Yogyakarta

Suciati, Suci dan Adisasmito, Wiku B.B. 2006. Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi. Jurnal Managemen Pelayanan Kesehatan. IX. Sumber: https://staff.blog.ui.ac.id%2Fwiku-a%2Ffiles%2F2009%2F10%2Fanalisis-perencanaan-obat-berdasarkan.pdf

Rangkuti, Freddy. 2002. Manajemen Persediaan : Aplikasi di Bidang Bisnis. Rajagrafindo : Jakarta

Schroeder. Operations management : contemporary concepts and cases. Second edition. 2003. Mcgraw Hill companies.

Seto, S., Nita. Yunita., Triana, Lily. 2004. Manajemen Farmasi. Surabaya: Airlangga University Press.

Sulastri. 2012. Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik dengan Metode Analisis Pemakaian, Buffer stock dan Reorder Point di Unit Gudang Farmasi RS Haji Jakarta tahun 2011. FKM UI : Depok

Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar & Hitungan Farmasi. EGC : Jakarta

Sofia, Ananda Ayu. 2003. Analisis Pengendalian Persediaan Obat di Instalasi Farmasi RS Islam Asshobirin Tangerang tahun 2002. Tesis. FKM UI : Depok

Utari, Anindita. 2014. Cara Pengendalian Persediaan Obat Paten dengan Metode EOQ, ROP, dan Buffer Stock di RS Zahirah. UIN : Jakarta

UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

WHO.2001. Operational Principles For Good Pharmaceutical Procurement. Essential Drugs and Medicines Policy Interagency Pharmaceutical Coordination Group. Geneva. Sumber : www.who.int/3by5/en/who-edm-par-99-5.pdf

Yudihardis. 2014. Masih Perlukah Formularium RS. Sumber :

"Gambaran Penyebab Kekosongan Obat Paten dan Upaya Pengendaliannya

di Gudang Medis Instalasi Farmasi RSUD Bekasi

Pada Triwulan I Tahun 2015"

Oleh :

AJRINA WINASARI NIM. 1111101000046

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H / 2015 M

LAMPIRAN 1

PEDOMAN TELAAH DOKUMEN (check list)

No Jenis Dokumen Ada Tidak

1. Profil dan Struktur Organisasi RSUD

Kota Bekasi

2. Struktur organisasi Instalasi Farmasi

RSUD Kota Bekasi

3. Uraian tugas SDM Kefarmasian dan

Bagian Pengadaan

4. SOP terkait kegiatan Pengelolaan

Obat dan Pemesanan Cito

5. SK Kegiatan Pengelolaan Obat √

6. Daftar Distributor √

7. DUPADA √

8. Laporan Pemakaian/ Laporan mutasi

Obat Paten pada Triwulan 1

9. Surat Pesanan

10. Data Obat Kadaluarsa

11. Laporan Stock Out Obat

LAMPIRAN 2 Lembar Observasi

Bagian I Komponen Input Pengelolaan Obat

1. SDM

No Variabel Observasi Hasil Keterangan

Ya Tidak

1 Terdapat Kepala Gudang √

Terdapat Staf Gudang √

Terdapat Tenaga Teknis kefarmasian √ 2 SDM Kefarmasian berpendidikan

Apoteker/S1/D3/SMF

3

Petugas gudang memulai kegiatan tepat waktu sesuai dengan jam yang telah ditentukan.

4 Petugas gudang pulang tepat waktu

sesuai dengan jam yang telah ditentukan

terkadang mengalami

overtime dan mengalami double job

5 Petugas tidak menunda pekerjaan √

6

Petugas melaksanakan kegiatan pengelolaan obat sesuai dengan SOP yang berlaku :  Perencanaan Obat  Pengadaan Obat  Pengawasan Obat  Pengendalian Obat √ √ √ √ 2. Prosedur / SOP

No Variabel Observasi Hasil Keterangan

Ya Tidak

1 Deskripsi Kerja SDM

Kefarmasian

2 Prosedur Perencanaan Obat √

3 Prosedur Pengadaan Obat √

4 Prosedur Pengawasan Obat √ 5 Prosedur Pengendalian Obat √

6 Prosedur Stock Opname √

Bagian II Komponen Proses Pengelolaan Obat

1. Perencanaan kebutuhan Obat

No Variabel Observasi Hasil Keterangan

Ya Tidak 1 Petugas mengevaluasi obat yang datang dan

tidak datang di gudang farmasi

√ 2 Petugas merekap dan menghitung jumlah obat

yang dikonsumsi selama 1 bulan

√ 3 Petugas menentukan jumlah kebutuhan obat

yang akan dipesan

√ 4 Petugas menentukan distributor yang akan

mengirimkan obat

√ 5 Petugas membuat Surat Pemesanan Obat ke

distributor

2. Pengawasan

No Variabel Observasi Hasil Keterangan

Ya Tidak 1 Petugas melakukan pencatatan secara teratur

terhadap obat yang masuk pada kartu stok

√ 2 Petugas melakukan pencatatan secara teratur

terhadap obat yang keluar pada kartu stok

√ 3 Petugas melakukan pengaturan suhu udara di

gudang

4 Petugas mencatat dan memeriksa tanggal

kadaluarsa obat

3. Pengendalian

No Variabel Observasi Hasil Keterangan

Ya Tidak 1 Petugas melakukan stock opname secara

periodik dan berkala

2 Petugas melakukan evaluasi persediaan yang

tidak di gunakan (death stock)

3 Petugas melakukan evaluasi persediaan yang

LAMPIRAN 3 Matriks Wawancara NO. Pertanyaan Jawaban Informan 1 (Ka.Inst.Farmasi) Informan 2 (Wa.Ka Inst.farmasi) Informan 3 (Ka.Gudang) Informan 4 (Ka.UPBJ) SDM 1. Bagaimana menurut pendapat bapak/ibu mengenai kecukupan jumlah SDM farmasi di rumah sakit?

cukup si,kalau dengan jumlahnya ..hanya saja harus disesuaikan juga dengan BOR RS apabila BOR nya meningkat tentu jumlah tenaga juga harus ditambah harusnya..disesuaikan juga dengan jumlah kunjungan pasien..

kalau dari standar menurut Permenkes si menurut saya, cukup..tidak,dibilang kekurangan si gak,jadi di lapangan si saling memanfaatkan ya, ada lah yang bilang kurang SDM nya, tapi kalo kenyataan di lapangan mereka menunjukkan sendiri kalo ternyata bukan kurang SDM nya tapi kekompakan timnya yang kurang terjaga, gitu ..tapi memang keliatan nya beban nya agak berat, tapi masih bisa disiasati lah..karena company culture di PNS sama di swasta kan beda yah,kalo menurut saya si ya kemampuan adaptasinya yang cenderung lambat si ya, kalo masalah pengetahuan bisa dikejar..

Sudah cukup ya, jumlahnya ada 11 Apoteker, 21 TTK, dan 4 Admin melayani 300 bed rawat inap dan poli-poli. Menurut saya, sudah cukup kecuali kalau kita ingin melakukan pengembangan pelayanan seperti mau buka farmasi per ruangan atau buka depo farmasi per gedung/lantai itu kurang..

Menurut saya si kurang ya, kalau dari jumlah si menurut saya kurang sekali..jadi kalau untuk pekerjaan kefarmasian itu kan ada standar pelayanan farmasi dari Kemenkes, yang untuk melakukan standar pelayanan minimal aja itu kita kurang..dari analisa tenaga kita untuk standar dasar aja menurut saya masih kurang untuk tenaga di depo2..

2. Bagaimana kesesuaian antara pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki SDM Farmasi dgn pekerjaannya ?

sudah sesuai si, sudah terampil dalam bekerjanya, sudah sesuai dengan kualifikasi dan skill yang dimiliki..

kalo secara standar si sudah cukup sesuai si ya, yang background nya S1 sudah sesuai dengan cara dia bekerja, ya itu tadi pengaruh ke inisiatif ,ya yang dibutuhin tuh yang inisiatif gak yang teoritis, ada juga yang berpikir dengan uang, kalo ga ada uang ga mau bekerja, bukannya tidak ada uang, tapi uang yang ada tidak sesuai dengan standar yang dibayangkan..

Sudah cukup memadai, soalnya kita sudah melakukan pelatihan dalam 1 tahun sekali. Kalau disini latar belakangnya disini S2 ada 3 orang itu udah farmasi klinis menurut saya sudah sesuai tuh,terus kalau apoteker kan farmasi tuh ada 8 orang, S1 farmasi ada 6 orang dan D3 sama SMF, nah kalo tenaga kesehatan itu kan sekarang ga boleh SMF, yang SMF itu lagi mau di upgrade sesuai peraturan yang berlaku jadi harus kuliah lagi minimal D3. Kalau saat bekerja si kita tiap hari udah begini, kita learning by doing si biasanya. Biasanya kalau ada obat baru, baru kita searching dan pelajari.

sesuai si, karena tenaga farmasi kan tenaga fungsional ,nah persyaratan untuk tenaga ini kan ada pendidikan tertentunya ,menurut saya si sudah sesuai hanya jumlah tenaga nya aja yang kurang..karena pekerjaan seorang apoteker nya menjadi merangkap,yang harusnya dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian/asisten apoteker jadi apoteker yang melakukan, kan ada grade/tingkatannya kan..mereka merangkap apoteker

tenaganya kurang,,di farmasi itu kan ada 2 ,tenaga farmasi dan non farmasi ,jadi tenaga non farmasi itu bisa juru racik, juru resep jadi cuman bantu kerjaan tenaga farmasi ,tapi kalau tenaga farmasi nya memang harus sesuai pendidikannya ..

3. Bagaimana displin kerja SDM dalam melaksanakan tugasnya ?

kalau masalah displin si,ya tidak terlalu tepat waktu si kalo untuk petugas farmasi, dateng pas apel si dateng ya tapi biasanya apoteker langsung operan langsung pada rapih2 in deponya, gitu si, saya juga masih memperbaiki kalau untuk ketepatan waktu si ya, ya 50% si pada apel, 50% nya lagi pada beresin depo,ada punya kerjaan laporan langsung kerjain laporan..

wah itu mah relatif ya, saya sendiri juga gak tepat waktu si kalo dateng, tapi ya ada beberapa yang tepat waktu datang dan tepat waktu juga pulang, tapi ada juga yang terlambat datang tapi pulangnya pas juga ada, tapi ada juga yang modelnya terlambat tapi dia tau diri ,ah saya pulang nya sore ah tanpa menuntut lemburan, ada juga yang ngulur2 waktu biar diitung lemburan, tapi kerjanya gak bener..

kalau displin kerja SDM si udah bagus, datengnya udah tepat waktu, pulangnya malah suka overtime karena pasien di pelayanan apotik BPJS kan pasiennya banyak banget, nah kan kita selesai kerjanya jam 14.00, nah itu sampai 14.00 pasiennya belum abis masih suka overtime sampai 17.00, sampai habis pasien, karena kalau kita suruh pulang pasien, pasti mereka akan pakai ongkos lagi, pakai tenaga lagi, kalau ada yang nganter, kalau ga ada kan kasihan lagi. Misalnya ada kelebihan jam kerja nanti diajukan ke keuangan untuk dibayarkan.

karena berdasarkan shift kerja ya ..kalau datang si memang tidak tepat waktu tapi kalau pulang suka lebih soalnya kan faktor pekerjaannya , kalau pekerjaannya masih banyak ya harus diselesaikan dahulu tidak mungkin ditinggalin, kalau yang dirawat jalan kalo pasien masih ada ya di selesain dulu..

4. Bagaimana apabila anda melakukan kesalahan dalam pengelolaan obat dirumah sakit?

yang pasti si pengelolaan obat itukan mulai dari seleksi ya, jadi prosesnya kan banyak tuh ya mulai dari seleksi di KFT, lalu perencanaan,pengadaan, pemeriksaan barang, penerimaan, penyimpanan di gudang sampai distribusi ke depo hingga pelayanan yang bersifat klinis maupun non klinis , nah kesalahannya kita harus tau ada di siklus mana yang salah, nah pernah itu dalam perencanaan ,kan ada data komputerisasi nah dari situ kita lihat stok mutasinya lalu kita bikin DUPADA kan,nah itu

salah dalam perencanaan, misalkan salah apabila ada item yang tidak ikut perencanaan bia kita susulkan, atau salah apabila bilangannya terlalu banyak ya tinggal kita revisi, kalo ada penyedia yang tidak bisa direvisi yasudah oh ternyata ini penyedia yang begini ya sudah berarti tidak ada tenggang rasanya,ya jadi distributor itu ya kayak model bisnis lah, ya pada akhirnya kita saling membutuhkan,ya kita pernah mengalami salah perencanaan, karena satu hal item ini kelewat, saya tinggal telpon ke distributor untuk ditambahkan nanti kita revisi SP nya..kalo dibilang sering si ga, tapi pasti aja ada karena itu kan berhubungan dengan metode yang kita gunakan ,yang pernah saya bilang metode kita kan

kalau melakukan kesalahan misalnya kesalahan dalam perencanaan maupun penentuan jumlah pesanan biasanya kita bisa memperbaiki dengan cara retur,misalnya salah pesan itu tetap komunikasi dengan distributor daripada tetap kita terima trus nanti ga jalan dengan baik mending kita retur aja gitu.

jarang ada kesalahan si, soalnya kalau perencanaan itu berdasar kebutuhan dari user RS..biasanya kalo kurang perencanaannya si ya kalo barang nya tidak dikirim ,jadi barang kosong..jadi barang yang dikirimkan/dibutuhkan itu tidak sesuai dengan perencanaan..

dengan lebih teliti obat apa saja yang akan dipesan, nah udah kayak gitu tiba2 di SP ada,padahal kalau dilihat track recordnya ada beberapa obat yang ternyata tidak pernah dipake, ya tapi saya si sebelum menyalahkan ke orang, instropeksi diri dulu, human error.. biasanya juga dilihat cepezet di SP ada tapi ko di Dupada nya tidak ada, yaudah akhirnya mau gak mau diretur aja. Karena alhamdullilah petugas gudang nya itu update info, mba ko pesen ini, oiya ini kan barang nya gak ini ni bisa expired,,gitu contohnya jadi biasanya langsung disambungkan rekanan nya langsung diretur.

histori data, jadi data itu pemakaian bulan kemarin kita prediksikan sampai pemakaian bulan berjalan dijumlahkan sampai akhir bulan, lalu kita tambahkan buffer 10-30% biasanya itu untuk menjaga keterlambatan pengiriman,itu kan teorinya tuh,tapi kenyataan apa kenapa meleset, 1)misalkan ada perubahan pola konsumsi obat ,2) ada keterlambatan pengiriman, 3)ada kekosongan barang ,artinya merusak polanya,nah kalo itu terjadi biasanya obat itu yang kita biasanya gunakan tapi ada salah satu terjadi misalkan kekosongan obat, akhirnya kan data kita gak punya histori,nah ketika saya ambil data historinya bulan kemarin yang ada kekosongan dia gak ikut datanya, kita kan item nya banyak jadi saya kan gak bisa liat satu2 ,jadi saya kan pake metode excel aja itungnya, saya filter data yang saya butuhkan tapi untuk memperkecil kesalahan tuh saya pasti koordinasikan dengan gudang, nah kadang kan ka.gudang suka nambahin/kurangin,nah nanti terakhir ke ka.instalasi, jadi ada filtrasi berjenjang,saling melengkapi,nah dari ka.instalasi baru UPBJ untuk dijadikan SP 5. Faktor apa saja

dari faktor SDM yang dapat menghambat kegiatan operasional pengelolaan logistik obat di rumah sakit?

Mungkin kurangnya komunikasi kali, tapi yang pasti si harus koordinasi si misalkan ada pegawai yang ingin cuti berarti harus ada yang gantiin, supaya pelayanan juga tetap jalan ke pasien, ya kalau lagi kejadian tiba2 kosong orang gitu jadi orang gudang kadang2 diambil, di bag.penagihan staf nya diambil, jadi kan proses

Pengetahuan dan inisiatif ,kalo orang yang tidak inisiatif,begitu tau obat kosong pasti dia diem aja, kenapa pengetahuan yaitu dukungan kalo ada obat yang harus diganti dia harus tau substitusinya apa, intinya si inisiatif ya, kalo pengetahuan ya berhubungan,kalo inisiatif ya dia kan mencari kalo dia mencari kan pasti nambah pengetahuan kan gitu, inisiatif si intinya menurut saya begitu..

Paling salah pemberian obat paling ya,kelalaian dalam pemberian obat seperti obat LASA, jadi rupa nya mirip tapi dosisnya beda atau ada obat yang tercampur itu kadang salah pemberian,makanya suka dipisahin, kalau mencegah salah pemberian pada obat high alert tuh bakal fatal apabila salah, tuh kita pisahkan penempatannya. Kelalaian juga bisa disebabkan kalau banyak personil yang ga masuk, beban kerja kan jadi nambah jadi ketelitian seseorang berkurang

ya biasanya pegawai baru yang kurang pengetahuannya gitu si ..tapi lama kelamaan dia belajar dari atasannya..

6. Masalah apa pada faktor SDM yang sering terjadi dalam kegiatan pengelolaan obat yang dapat menyebabkan terjadinya stock out ? Kapan masalah terjadi ? Mengapa masalah itu terjadi ? Bagaimana masalah itu terjadi? Apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah tsb?

ya, itu tadi yaa kalau kita kurang teliti dalam memesan nya ,misalnya di DUPADA tidak ada tapi untungnya sama orang gudang sering langsung ketauan, dan akhirnya langsung bilang ke rekanan dan bisa untuk langsug dipesan..

tidak si ya..kalo dari kita relatif gak ya, ya kalo stok obatnya kosong kalo dari sisi data

Dokumen terkait