• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas pada bagian akhir penulisan ini penulis sampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu adanya perhatian dari para peserta kursus untuk kesediaannya mengikuti seluruh rangkaian kegiatan kursus ini secara serius dan sunggung-sungguh hadir dalam setiap proses pembekalannya sehingga peserta benar-benar mendapatkan pembelajaran yang berharga untuk membangun hidup

ber-keluarga.

2. Tim Pembinaan Persiapan Hidup Berkeluarga perlu bekerjasama dengan tim pastoral pendampingan keluarga yang ada di paroki-paroki kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta dan komunitas Marriage Encounter. hal ini guna menindak lanjuti kegiatan kursus persiapan perkawinan melalui kegiatan-kegiatan kerohanian, salah satunya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan rekoleksi keluarga sehingga keluarga-keluarga muda ini semakin tumbuh dan berkembang dalam iman.

3. Gereja perlu memberikan perhatian pada fasilitas gedung yang dipergunakan untuk proses kursus persiapan perkawinan agar dapat dipergunakan dengan maksimal dan membantu peserta kursus dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan kursus persiapan perkawinan.

137

DAFTAR PUSTAKA

Adi Hardana, MSF., Dr. Timotius I Ketut. (2010). Kursus Persiapan Perkawinan. Jakarta: Obor.

Andi Prastowo. (2011).Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Bagus Irawan, MSF., Al. (2007). Menyikapi Masalah-masalah Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Nusatama.

Budiyono Hadi, A.P. (2003).Keluargaku.Yogyakarta: Kanisius.

Darmawijaya, Pr., St. (1994). Mengarungi Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius.

Deasy Andriani, Psi. (2012). Memilih Sekolah Buat Si Kecil Early Learning and Schooling. Yogyakarta: Kanisius.

Evelyn, L.B. Dr. (2011).Metode Ovulasi Billings. Yogyakarta: Kanisius.

Gabriella, Prr & Tukan, Johan Suban. (1991).Katekese Keluarga. Jakarta: Luceat. Gilarso, SJ., T. (1990). Pembinaan Persiapan Berkeluarga Ke-Vikep-an di Yogyakarta. Yogyakarta: Team Pembinaan Persiapan Berkeluarga DIY. ______________. (2011).Membangun Keluarga Kristiani:Pembinaan Persiapan

Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius.

Hadiwikarta, Pr., Vikjen, J. (1992). Doa-Doa Harian Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius.

Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). (2006). (V. Kartosiswoyo Pr, dkk., Penerjemah). Jakarta: Obor.

Komisi Pendampingan Keluarga Keuskupan Agung Semarang. (2011). Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern: Amanat Apostolik Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus II. Yogyakarta: Kanisius.

Konseng, Anton & Tukan, Johan Suban. (1991). Seks, Memilih Teman Hidup, Keluarga.Jakarta: Luceat.

Konsili Vatikan II. (2008). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah).Jakarta: Obor.

Koordinator Kevikepan DIY. (2012).Buku Panduan Pembinaan Persiapan Hidup Berkeluarga Kevikepan DIY. Manuskrip yang dikeluarkan sebagai pedoman ringkas untuk peserta kursus persiapan perkawinan di Kevikepan DIY.

Leybora Siregar. http://leyborasiregar.blogspot.com/2011/04/pentingnya-rekoleksi-bagi-kaum-muda.html. accessed on April 1, 2011.

Mangunharjana, A. (1986). Pembinaan: Program dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius.

Riduwan, M.B.A. Drs., (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan. Bandung: Alfabeta.

Rubiyatmoko, Pr., R. (2011). Perkawinan Katolik menurut Kitab Hukum Kanonik. Yogyakarta: Kanisius.

Sidhartani, M. Dr. (1985). Psikologi Perkawinan. Dalam Team Pembimbing Kursus Persiapan Perkawinan (Ed.). Kursus Persiapan Perkawinan di

Kodya Semarang (hh. 31-41). Manuskrip yang disusun untuk Kursus Persiapan Perkawinan di Kodya Semarang.

Suhardiyanto, SJ., H.J. (2009). Teori Pendidikan Kader. Diktat Mata Kuliah Teori Pendidikan Kader untuk Mahasiswa Semester VI, Program Studi IPPAK Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tim Publikasi Pastoral Redemptorist. (2001). Menjadi Keluarga Katolik Sejati. Yogyakarta: Kanisius.

Tim Pusat Pendampingan Keluarga “Brayat Minulyo”. (2007). Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius.

Tukan, Johan Suban. (1988).Memilih Teman Hidup. Jakarta: Obor.

Widyamartaya, A. (2001). Kasih-Mu Kasihku Hidup Bergairah Berkat Cinta. Yogyakarta: Kanisius.

Wignyasumarta, MSF., Ig. (2010). Panduan Rekoleksi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius.

139

(1) Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

Peranan Kursus Persiapan Perkawinan Terhadap Kesadaran Akan Tanggungjawab Pasangan Suami-Istri Dalam Membangun Keluarga Kristiani

Di Kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta

Nama :

Asal Paroki : Petunjuk soal:

Saudara-saudari diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pendapat dan kenyataan yang sudah saudara-saudari terima selama proses pembinaan persiapan hidup berkekeluarga dengan cara memberikan tanda centang (√) pada kolom yang disediakan.

Contoh:

No Pernyataan SS S TS STS

1 Kursus Persiapan Perkawinan merupakan syarat untuk

menerima sakramen perkawinan. √

Kuesioner

No Pernyataan SS S TS STS

1 Kursus persiapan perkawinan memberikan pemahaman mengenai perkawinan Katolik secara menyeluruh menjelang memasuki jenjang perkawinan untuk mempersiapkan diri lebih baik dan memantapkan niat untuk memasuki jenjang perkawinan.

2 Kursus persiapan perkawinan sebagai langkah persiapan bagi muda-mudi untuk membangun hidup berkeluarga yang baik dan sebagai bekal dalam membangun keluarga kristiani.

3 Kursus Persiapan Perkawinan memberikan informasi secara luas dan mendalam mengenai berbagai macam hal yang berhubungan dengan masalah hidup berkeluarga.

(2)

No Pernyataan SS S TS STS

4 Kursus persiapan perkawinan dalam arti luas tidak hanya mempersiapkan pasutri untuk membangun keluarga kristiani (bapak/ibu/anak-anak), tetapi juga membangun keluarga Kristiani dalam arti luas, yaitu membangun Keluarga Allah-membangun Kerajaan Allah

5 Mengikuti Kursus membantu saya untuk mendapatkan bekal yang cukup guna mempersiapkan diri mengarungi hidup berkeluarga.

6 Melalui kursus persiapan perkawinan saya memperoleh bekal tidak hanya moral dan teologi perkawinan melainkan juga hal-hal yang praktis, seperti: kesehatan, ekonomi rumah tangga, psikologi, pendidikan anak, hubungan intern keluarga dsb.

7 Gereja mendukung terselenggaranya kegiatan kursus persiapan perkawinan baik di Paroki maupun di Kevikepan.

8 Kursus persiapan perkawinan merupakan harapan baik dari pihak Gereja, demi tercapainya keluarga bahagia. 9 Materi kursus persiapan perkawinan sunggung-sungguh

dipersiapkan dengan sebaik-baiknya oleh Gereja untuk membantu dan memberikan bekal kepada para peserta kursus.

10 Komunikasi Suami-Istri merupakan bahan pendampingan lanjutan yang masih perlu diberikan. 11 Keluarga Berencana Alamiah (KBA) merupakan bahan

pendampingan lanjutan yang masih diharapkan.

12 Pengaturan Ekonomi Keluarga merupakan bahan pendampingan yang masih perlu diberikan.

(3)

No Pernyataan SS S TS STS

13 Keluarga kristiani merupakan keluarga yang dibangun atas dasar iman kristiani

14 Keluarga kristiani dibangun atas dasar ikatan cinta kasih total dengan persetujuan bebas dari keduanya tanpa adanya paksaan.

15 Keluarga Kristiani sebagai “Gereja mini” perlu mewujudkan dan mengusahakan suasana kedamaian, kerja sama dan kerukunan dalam keluarga.

16 Suami-istri Kristiani terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam membangun umat (jemaat) dengan aktif meneguhkan iman mereka sendiri dengan membina hidup rohani keluarganya sendiri, serta mendidik anak-anak mereka dalam sikap dan cara-cara beriman yang benar serta Ikut aktif dalam kegiatan umat beriman khususnya dilingkungan dan paroki

17 Tugas suami-istri yaitu membangun keluarga penuh cinta kasih sebagai dasar dalam hidup berkeluarga demi tercapainya kebahagiaan.

18 Suami-istri hendaknya bersedia dan mampu untuk mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya. 19 Suami-istri sebagai keluarga terpanggil untuk hidup

bermasyarakat dengan sebaik-baiknya serta ikut membangun masyarakat dengan bertindak jujur, adil, berke-Tuhanan dan berperikemanusiaan.

20 Memaksakan dan mementingkan kepentingan pribadi akan membuat relasi antara suami dan istri menjadi tidak harmonis.

21 Kurangnya perhatian kepada pasangan dapat menyebabkan rengganggnya hubungan antara suami dan istri.

(4)

No Pernyataan SS S TS STS

22 Sebagai pasangan suami-istri perlu adanya keterbukaan yaitu tanpa menyimpan atau menyembunyikan sesuatu dari yang lain untuk menghindari konflik serta mau dan dari yang lain untuk menghindari konflik serta mau dan bersedia bersama-sama bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

23 Dalam pertengkaran penting untuk saling memaafkan satu dengan yang lain sebagai usaha untuk menciptakan kerukunan dalam keluarga.

24 Pendalaman iman Keluarga merupakan pendampingan yang diperlukan dalam keluarga kristiani.

25 Doa bersama dalam keluarga adalah salah satu bentuk pembinaan dalam keluarga Kristiani.

(5)

Lampira 2: Daftar Pertanyaan kepada Pasangan Suami-istri

Petunjuk pengerjaan:

 Waktu untukmengisi, 15 menit, dilakukan sendiri-sendiri  Sesudah selesai, tukarkan hasilnya dengan pasangan anda.  Setelh itu, cocok kan dan dinilai.

Menjawab Pertanyaan

1. Nama lengkap pasangan anda

2. Tempat dan tanggal lahir pasangan anda 3. Nama lengkap Ayah pasangan anda 4. Nama lengkap ibu pangan anda

5. Nama lengkap saudara/i pasangan anda

6. Dalam pelajaran apa pasangan anda paling menonjol 7. Dalam pelajaran apa pasangan anda paling lemah 8. Apa kegemaran dan hobi pasangan anda?

9. Berapa ukuran pakaian pasangan anda? (sepatu, kemeja, celana panjang, gaun) 10. Apa kegemaran warna kesayangan pada pakaiannya?

11. Apa makanan kesukaan pasangan anda? 12. Apa minuman kesukaan pasangan anda?

13. Apa pengalaman hidup yang paling tidak menyenangkan bagi pasangan anda?

14. Apa pengalaman hidup yang paling menyenangkan bagi pasangan anda? 15. Sifat apa yang paling tidak disukai pasangan terhadap anda?

16. Sifat apa yang paling disukai pasangan terhadap anda?

17. Apa yang diharapkan pasangan anda dalam hidup pernikahan dengan anda? Penilaian

Nilai No. 1 sampai 7: jika benar, diberi nilai 5; jika salah, diberi nilai 0 No. 8 sampai 10: jika benar, diberi nilai 10; jika salah, diberi nilai 0 No. 11 sampai 12: jika benar, diberi nilai 5; jika salah, diberi nilai 0 No. 13 sampai 17: jika benar, diberi nilai 10; jika salah, diberi nilai 0 Jika sudah selesai, jumlahkan nilai yang diperoleh. Jumlah paling besar 130.

Jumlah 130-125 dapat dianggap sudah sangat mengenal pasangannya. Jumlah 120-100 dapat dianggap cukup mengenal pasangannya. Jumlah 95-80 dapat dianggap baru mengenal pasangannya Jumlah 80-60 dapat dianggap kurang mengenal pasangannya Jumlah <60 dapat dianggap sangat kurang mengenal pasangannya.

Dokumen terkait