• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

1. Pemerintah daerah perlu melakukan kontrol dalam kaitannya dengan laju perubahan tutupan lahan dalam kaitanya dengan karakteristik hidrologi, mengingat Kota Ambon yang berada pada pulau kecil sangat rentan terhadap ketersediaan air.

2. Perlu diprioritaskan perbaikan dimensi keberlanjutan yang memiliki indeks keberlanjutan kurang yaitu dimensi ekologi seperti alih fungsi kawasan, melakukan pengelolaan DAS dengan skenario ekstensifikasi pertanian agroforestry, dan perlu menjaga serta meningkatkan indek keberlanjutan multidimensi karena tingkat keberlanjutannya masih sangat mudah untuk berubah ke arah kurang berlanjut.

3. PDAM perlu meningkatkan pasokan air bersih bagi kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan faktor kebocoran maupun sumber mata air yang baru. 4. Pemerintah daerah dapat melakukan kontrol pertumbuhan permukiman

dengan cara melakukan perencanaan terhadap lokasi permukiman yang baru mengingat DAS Kota Ambon sudah mengarah pada kerusakan di daerah hulu DAS Kota Ambon.

5. Perlu dilakukan desalinisasi air laut untuk memenuhi kekurangan air atau sharing dari DAS lain yang ada di Pulau Ambon.

6. Dalam rangka pengelolaan DAS Kota Ambon dengan baik maka kelembagaan pengelolaan DAS perlu ditingkatkan kinerjanya dan pemerintah daerah lewat instasi terkait perlu melakukan proses pendampingan dan pembinaan terhadap kelembagaan pengelolaan DAS secara intensif.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2002. Basan Standarisasi Nasional. SNI 19-6728.1-2002 Penyusunan Neraca Sumberday Air.

Anonim, 2004. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 25/KPTS-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Penghutanan Sosial, Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah. Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim, 2004. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004. Sumber Daya Air.

Anonim, 2006. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM). Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim, 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan sistem Penyediaan Air minum. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim, 2008. Pemantauan Sumber Daya Hutan. Pusat Inventarisasi Dan Perpetaan Kehutanan Badan Planologi Kehutanan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta

Anonim, 2009. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Edisi kedua. IPB Press. Bogor. Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Cetakan

keempat, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Black P.E. 1996. Watershed Hydrlogy. Sec. Edition. State Univ. of New York. College of Environmental Sciense and Forestry. Syracuse, New York. [BPS]. Badan Pusat Statistik Kota Ambon, 2007. Kota ambon dalam Angka

Tahun 2007.

[BPS]. Badan Pusat Statistik Kota Ambon, 2007. Kota ambon dalam Angka Tahun 2008.

Bertram G. 1986. Sustainable Development in Pasific Micro-economies. World Dev. 14 (7), 809-822

Dahuri R.H., Rais J., Ginting S.P., Sitepu M.J. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Defra Making Space for Water. 2004. Taking forward a New Goverment Strategy for Flood and Coastal Erosion Risk Management in England. In: First Government Response to The Autumn 2004 Making Spacee for Water Exercse. www.defra.gov.uk/environment.water/quality/nitrate.

Djuansah M.R., Sastramihardja T.P., Hadi I. 2004. Sumber Daya Air Pulau Ambon: Tinjauan Hidrogeologi dan Hidrokimia Semenanjung Hitu Pulau Ambon. Sumber Daya Air di Pulau Kecil. Penerbit LIPI Press. Jakarta. Eda L. E. H., Chen W. 2010. Integrated Water Resources Management in Peru.

International Society for Environmental Information Sciences 2010 Annual Conference (ISEIS). Procedia Environmental Sciences 2 (2010) 340–348. Available online at www.sciencedirect.com.

Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid 1. IPB Press Bogor.

Fauzi A., Anna Z. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Untuk Analisis Kebijakan. Jakarta, Gramedia.

Gizelis T. I., Wooden A. E. 2010. Water resources, institutions, & intrastate conflict. journal homepage: www.elsevier.com/locate/polgeo. Political Geography 29 (2010) 444e453.

Hartrisari 2007. Sistem Dinamik. Konsep Sistem dan Pemodelan Untuk Industri dan Lingkungan. Seameo Biotrop, Bogor.

Hasibuan A.S., 2005. Pengembangan Kebijakan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Bagian Hulu Untuk Efektivitas Waduk: Studi Kasus DAS Citarum Hulu Terhadap Efektivitas Waduk Saguling di Propinsi Jawa Barat. [Disertasi] Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hehanussa P.E., Bakti H. 2005. Sumber Daya Air di Pulau Kecil. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta

Humfschmidt M.M. 1987. A Conseptual Framework for The Analysis of Integrated River Basin Development/Watershed Management Program. Environment of policy institute, East West Small Center, Honolulu-Hawai. Jacob A. 2009. Alternatif Pengelolaan Lahan Optimal Untuk Pelestarian

Sumberdaya Air di Pulau Ambon. [Disertasi] Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Karageorgis A. P., Skourtos M.S., Kapsimalis V., Kontogianni A.D., Skoulikidis N.Th., Pagou K., Nikolaidis N.P., Drakopoulou P., Zanou B., Karamanos H., Levkov Z., Anagnostou Ch. 2004. An integrated approach to

Watershed management within the DPSIR framework: Axios River catchment and Thermaikos Gulf. Received: 9 April 2003/Accepted: 21 May 2004 / Published online: 29 July 2004. Springer.

Kartodiharjo H., Murtilaksono K., Sudadi U., 2004. Institusi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Konsep dan Pengantar. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Kartodiharjo H., Jhamtani H.. 2006. Politik Lingkungan dan Kekuasaan di Indonesia. Cetakan Pertama. Equinox Publishing Indonesia. Jakarta. Kodoatie R.J., Sjarief R. 2008, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Edisi

Li Y., Zhao S., Kunzhao, Xie P., Fang J. 2006. Land-Cover Changes In An Urban Lake Watershed In A Mega-City, Central China. Environmental Monitoring and Assessment 115: 349-359. Springer.

Lisnawati Y. 2006. Analisis Perubahan Penutupan lahan Dan Pengaruhnya Terhadap Debit Sungai Dan Daya Dukung Lahan Di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Lokollo J.A., 2000. Analisis Pengaruh Perubahan Fungsi Ruang Hidrologi Terhadap Keseimbangan Air: Studi Kasus Kawasan Kotamadya Ambon, Propinsi Maluku. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Ma J.Z., Wanga X.S., Edmunds W.M. (2005). The Characteristic of Ground-water Resources and Their Changes Under the Impact of Human activity in The Arid Northwest China-A Case Study of The Shiyang River Basin. Journal

of Arid Environmentals 61 (2005), 277-295.

www.elsevier.com/locate/jnlabr/yjare.

Marimin, 2005. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta Muis B.A. 2005. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka HIjau Berdasarkan

Kebutuhan Oksigen dan Air di Kota Depok Propinsi Jawa Barat. Tesis Program Studi Arsitektur Lanskap. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Murtilaksono K, 2009, Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan

Lingkungan di Daerah Aliran Sungai, Makalah dibawakan pada Lokakarya RPJMN 2010 – 2014, Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI.

Myers N., Mittermeier R.A., Mittermeier C.G., Fonseca G.A.B da, J. Kent. 2000. Biodivercity Hotspots for Concervation Priorities. Nature 403, 853-858. Neitch, S. L., Arnold, J.G., Kiniry, J.R., Srinivasan, R., and William, J.R. 2005.

Soil and Water Assesment Tool Input/Output File Documentation Version 2005. Agricultural Research Service US. Texas. (terhubung berkala). http://www.http.brc.tamus.edu/swat/document.html.

Neitsch S.L., Arnold J.G., Kiniry J.R., Srinivasan R., Williams J.R. 2010. Soil andWater Assessment Tool, Input/Output File Documentation Version 2009.Grassland Soil and Water Research Laboratory, Agricultural ResearchService, Blackland Research Center-Texas Agricultural ExperimentStation. USA.

Pakhmode V., Kulkarni H., Deolankar S.B.. 2003. Hydrological-drainage analysis in Watershed-programme planning: a case from the Deccan basalt, India. Received: 28 August 2002 / Accepted: 17 June 2003 Published online: 28 August 2003. Springer-Verlag.

Rahmadi A. 2002. Air Sebagai Indikator Pembangunan Berkelanjutan. (Studi Kasus: Pendekatan Daerah Aliran Sungai). rahmadi@tisda.org.

Reungsang, P et al. 2005. Calibration and Validation of SWAT for the Upper Maquoketa River Watershed. Center for Agriculture and Rural Development Lowa State University : Working Paper 05-WP 396.

Rogers P.P, Jalal K.F, Boyd J.A. 2007. An Introduction to Sustainable Development. Earthscan, UK and USA.

Salim E. 2005. Looking Back To Move Forward. Preface in Resosudarmo (edt): The Politics and Economics of Indonesia’s Natural Resources. ISEAS, Singapore.

Sharma Raj Hari, Shakya N.M. (2006) Hydrological Change and its Impact on Water Resources of Bagmati Watershed, Nepal. Journal of Hydrology (2006) 327, 315-322. www.elsevier.com/locate/hydrol.

Siriwardena L., Finlayson B.L., McMahon T.A. (2006). The Impact of Land Use Change on Catchment Hydrology in Large Catchment: The Comet River, Central Queensland, Australia. Journal of Hydrology 326 (2006), 199-214. www.elsevier.com/locate/hydrol.

Soerjani M., Ahmad R., Munir R.. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam Dan Kependudukan Dalam Pembangunan. Penerbit Universitas Indonesia. UI- Press.

Suhendy C.C.V., 2009. Kajian Spasial Kebutuhan Hutan Kota Berbasis Hidrologi di Kota Ambon. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Suprayogi S., 2003. Prediksi Ketersediaan Air Menggunakan Tank Model dan Pendekatan Artificial Neural Network )Studi Kasus Sub-DAS Ciriung Kabupaten Serang). [Disertasi] Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Sutawan N. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Air UntuK Pertanian Berkelanjutan. Masalah dan Saran Kebijakan. Makalah disampaikan pada Seminar Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Tanah dan Air Yang Tersedia Untk Keberlanjutan Pembangunan, Khusus Untuk Sektor Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Udayana Bali. April 2001.

Tideman E.M. 1996. Watershed Management Guidelines for Indian Condition. New Delhi. Omega Scientific Publisher.

Tjiptasmara, Nurlela I., Karningsih N.. 2004. Analisis Hidrokimia Air Tanah di Kota Ambon Leitimor. Sumber Daya Air di Pulau Kecil. Penerbit LIPI Press. Jakarta.

Tuhumury N.C. 2003. Analisis Pengaruh Perubahan Penutupan lahan Daerah Aliran Sungai Brantas Terhadap Keseimbangan Air Daerah Pesisir Sungai Brantas. Tesis Institut Pertanian Bogor. Tidak di publikasikan.

Velde M. Van der, Green S.R., Vanclooster M., Clotheir B.E.. 2007. Sustainable Development in Small Island Developing State: Agriculture Intensification, Economic Development, and Freshwater Resources Management on The Coral Atoll of Tongatapu. Journal Ecological Economics. www.elsevier.com/locate/ecolocon, available at www.sciencedirect.com.

Vink A, P, A. 1975. Land Use in Advancing Agriculture. Berlin Heidelberg. New York: Springer-Verlag

Wheater H., Evans E.. 2009. Land Use, Water Management and Future Flood isk.

Land Use Policy 26S (2009) S251-S264.

http://www.elsevier.com/locate/landcoverpol. Land Use Policy 26S (2009) S251–S264.

Zhonggen W, Hongxing Z, Changming L, Xianfeng W, Weimin Z., 2004. A distributed hydrological model with its application to the Jinghe

Watershed in the Yellow River Basin. Science in China Ser. E Engineering & Materials Science 2004 Vol.47 Supp. I 60-71.

Lampiran 1. Koordinat Titik Pengamatan Tutupan lahan Koordinat Titik Pengamatan Tutupan Lahan

NO X Y KET_PL

1 128.21792 -3.67008 Hutan Lahan Kering Sekunder 2 128.21878 -3.67397 Hutan Lahan Kering Sekunder

3 128.22886 -3.67881 Semak Belukar

4 128.22919 -3.68156 Semak Belukar

5 128.16317 -3.73139 Pertanian Lahan Kering 6 128.16478 -3.73225 Hutan Lahan Kering Sekunder

7 128.17383 -3.73097 Semak Belukar

8 128.17681 -3.72103 Semak Belukar

9 128.17908 -3.71431 Lahan Terbuka

10 128.17694 -3.70353 Pemukiman

11 128.19750 -3.72964 Hutan Lahan Kering Sekunder 12 128.18642 -3.71933 Hutan Lahan Kering Sekunder

13 128.18678 -3.72383 Semak Belukar 14 128.19350 -3.71864 Lahan Terbuka 15 128.19203 -3.71731 Lahan Terbuka 16 128.18694 -3.70700 Pemukiman 17 128.19628 -3.70964 Semak Belukar 18 128.20042 -3.71142 Semak Belukar 20 128.21369 -3.71078 Pemukiman 21 128.20108 -3.70528 Semak Belukar 22 128.20100 -3.70456 Semak Belukar 23 128.19681 -3.69825 Pemukiman

24 128.20969 -3.70156 Hutan Lahan Kering Sekunder

25 128.21125 -3.68525 Semak Belukar

26 128.20631 -3.69867 Semak Belukar

27 128.21819 -3.69531 Pemukiman

28 128.21931 -3.68750 Pemukiman

29 128.22578 -3.68617 Pertanian Lahan Kering Campur

30 128.21881 -3.68494 Pemukiman

31 128.21169 -3.67592 Pemukiman

32 128.22258 -3.67528 Semak Belukar

33 128.19928 -3.68414 Semak Belukar

34 128.20161 -3.68731 Semak Belukar

35 128.19164 -3.68697 Pertanian Lahan Kering 36 128.19575 -3.68958 Pertanian Lahan Kering

37 128.21403 -3.68808 Lahan Terbuka

38 128.21011 -3.68967 Semak Belukar

39 128.20142 -3.68939 Semak Belukar

41 128.17531 -3.70039 Pemukiman

42 128.19147 -3.67472 Pemukiman

43 128.21842 -3.66658 Semak Belukar

44 128.19939 -3.67247 Semak Belukar

45 128.18619 -3.69169 Pemukiman

46 128.17889 -3.72689 Pertanian Lahan Kering Campur 47 128.21994 -3.69433 Hutan Lahan Kering Sekunder

48 128.22119 -3.69283 Lahan Terbuka

49 128.20856 -3.71439 Hutan Lahan Kering Sekunder 50 128.21108 -3.72094 Hutan Lahan Kering Sekunder

51 128.22583 -3.69036 Semak Belukar

52 128.23386 -3.69222 Semak Belukar

53 128.22575 -3.69419 Semak Belukar

54 128.16968 -3.71588 Pertanian Lahan Kering Campur 55 128.17374 -3.71100 Pertanian Lahan Kering Campur 56 128.18993 -3.71264 Pertanian Lahan Kering Campur 57 128.22019 -3.68094 Pertanian Lahan Kering Campur 58 128.20968 -3.66480 Pertanian Lahan Kering Campur 59 128.21832 -3.66426 Pertanian Lahan Kering Campur 60 128.18913 -3.70098 Pertanian Lahan Kering Campur 61 128.19656 -3.69543 Pertanian Lahan Kering Campur 62 128.20548 -3.68744 Pertanian Lahan Kering Campur

63 128.20966 -3.68147 Pemukiman

64 128.17010 -3.70557 Pemukiman

Lampiran 2. Kondisi Tutupan Lahan Lokasi Penelitian

Tabel Jenis dan Luas Area Tutupan Lahan DAS Kota Ambon Tahun 2002

Jenis Tutupan Lahan Batu Gajah Batu Gantung Batu Merah Wai Ruhu Wai Tomu Total Ha % Ha % Ha % Ha % Ha % Hutan Sekunder 428,99 59,82 1,21 0,40 206,90 19,53 96,36 6,43 185,51 33,94 918,96 Kebun Campuran 206,66 28,82 166,38 55,37 540,69 51,03 570,37 38,04 196,86 36,01 1.680,94 Lahan Terbuka 9,35 1,30 32,96 10,97 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 42,31 Pemukiman 67,13 9,36 61,02 20,31 282,86 26,69 14,52 0,97 53,52 9,79 479,06 Pertanian Lahan 5,00 0,70 38,92 12,95 26,57 2,51 817,97 54,56 91,14 16,67 979,60 Semak Belukar 0,00 0,00 0,00 0,00 2,63 0,25 0,00 0,00 19,61 3,59 22,23 T o t a l 717,12 100,00 300,48 100,00 1.059,64 100,00 1.499,22 100,00 546,63 100.00 4.123,09

Tabel Jenis dan Luas Area Tutupan Lahan DAS Kota Ambon Tahun 2009

Jenis Tutupan Lahan Batu Gajah Batu Gantung Batu Merah Wai Ruhu Wai Tomu Total Ha % Ha % Ha % Ha % Ha % Hutan Sekunder 352.05 49.09 59.93 19.94 335.96 31.70 620.05 41.36 296.70 54.28 1664.68 Kebun Campuran 23.94 3.34 56.93 18.95 22.39 2.11 147.05 9.81 60.67 11.10 310.99 Lahan Terbuka 19.29 2.69 6.63 2.21 19.68 1.86 5.66 0.38 15.35 2.81 66.60 Pemukiman 85.78 11.96 53.83 17.91 228.28 21.54 69.64 4.64 60.60 11.09 498.12 Pertanian Lahan 51.42 7.17 9.78 3.25 62.59 5.91 0.00 0.00 17.65 3.23 141.45 Semak Belukar 184.64 25.75 113.38 37.73 390.75 36.88 656.83 43.81 95.66 17.50 1441.27 T o t a l 717.12 100.00 300.48 100.00 1059.64 100.00 1499.22 100.00 546.63 100.00 4123.10 Lampiran 2. Lanjutan

Dokumen terkait