BAB III METODE PENELITIAN
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Anak-anak tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Anak akan terus tumbuh hingga melewati masa dewasa. Anak juga akan berkembang untuk menjadi lebih dan lebih setiap waktu. Setiap perkembangan selalu disertai tugas perkembangannya. Lingkungan sebagai media tumbuh kembang anak mempunyai pengaruh yang signifikan. Masyarakat luas, termasuk orangtua serta sekolah dan guru diharapkan mampu menjadi pendamping, agar anak tidak mengalami kesalahan dalam pemahaman identitas gender dan peran gender.
Seiring munculnya emansipasi dan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan, masyarakat seakan mengalami pergeseran budaya dan kurang mengutamakan hal-hal yang seharusnya sesuai bagi laki-laki dan perempuan. Sebagian besar anak-anak kurang memahami perasaan, minat, kemampuan dan perilaku yang seharusnya bagi laki-laki dan perempuan. Tanpa bertujuan meruntuhkan keberadaan emansipasi dan kesetaraan gender, ada baiknya bila masyarakat memperhatikan dan mulai memberikan batasan yang jelas tentang hal-hal yang sesuai bagi laki-laki dan perempuan, agar generasi berikutnya tidak mengalami pemahaman gender yang ambigu.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini merupakan penelitian dalam lingkup psikologi perkembangan. Mengingat cukup banyak hal menarik yang perlu diteliti pada usia anak prasekolah, diharapakan peneliti selanjutnya meneliti pokok bahasan yang lain selain perkembangan pemahaman anak prasekolah mengenai identitas gender dan peran gender, dengan maksud memperkaya ranah penelitian psikologi secara umum dan psikologi perkembangan secara khusus.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Pediatrics. (2007). Gender Identity. Diunduh 1 Oktober, 2007, dari http://www.medem.com/MedLB/ article_detaillb.cfm?article_ ID=ZZZV4676W7C&sub_cat=269
Angela. (2002). Tomboi Alamiah. Diunduh 14 Juli, 2007, dari
http://www.korantempo.com/news/2002/12/15/ Keluarga/17.html
Ardiardani, T., & Tri, R.I. (2004). Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing
Atkinson, R.L. (1993). Pengantar Psikologi –edisi kesebelas. Batam: Interaksara. Berk, L.E. (2006). Child Development –4th ed. Boston: Allyn and Bacon
Berk, L.E. (2007). Development Through the Lifespan -4th ed. USA: Pearson Education, Inc.
Brannon, L. (1999). Gender: Psychological Perspectives. Massachusetts: Allyn & Bacon
Bhuiyan, S. (2007). Shaping A Child's Gender Identity - The Role Of School.
Diunduh 30 September, 2007, dari http://www.countercurrents.org/ bhuhiyan160807.htm
Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Traditions. London: SAGE Publications
Echols, J. M., & Shadily, H. (2000). An English – Indonesian Dictionary -25th ed. Jakarta: Gramedia.
Halida, Aril. (2004). Sikap Pihak yang Dikenai dan Pihak Pengguna Tes Psikologi. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Handayani, C. S. & Novianto, A. 2004. Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta: LKiS Harianti, D. (2003). Pendidikan Prasekolah. Diunduh 11 Maret, 2008 dari
http://www.tamanbocah.com/tb1/ pub_pendprasekolah.html
Hirsh-Pasek, K., Golinkoff, R M., & Eyer, D. (2006). Einstein Tak pernah Menghafal: Bagaimana Sesungguhnya Anak-Anak Belajar–dan Mengapa Mereka Harus Banyak Bermain dan Sedikit Menghafal. Bandung: Kaifa
Hurlock, E.B. (1998). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Marriage and Family Encyclopedia. (2007). Gender Identity: Development of Gender Identity. Diunduh 1 Oktober, 2007, dari
http://family.jrank.org/pages/690/Gender-Identity-Development-Gender-Identity.html
Moleong, L.J. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit CV Remadja Karya
Money, J. (2007). John Money: Sexological Work. Diunduh 27 September, 2007, dari http://en.wikipedia.org/wiki/John_Money
Mulyadi, S. (2003). Flowers. Diunduh 14 Juli, 2007, dari
http://evacahyo.blogspot.com/2003/05/siang-hari-jam-15.html
Mulyadi, S. (Ed.). (2004). Bermain dan Kreatifitas. Upaya Mengembangkan Kreatifitas Anak Melalui Kegiatan Bermain, Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Papar Sinar Sinanti (anggota IKAPI)
Murtadlo, U.S. (2007). Pendidikan Usia Dini di Awal sekolah dasar. Diunduh 11 Maret, 2008, dari http://ummusyauqy.wordpress.com/2007/10/28/ pendidikan-usia-dini-di-awal-sekolah-dasar
Naland, E. (2007). Mengapa Pendidikan Anak Laki-laki dan Perempuan Berbeda? Diunduh 29 Juli, 2007, dari http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/9903/artikel2.htm
Noppe, C. I. (2002). Child development, edited by Neil J. Salkind, The Macmillan psychology reference series. USA: Gale Group
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2007). Human Development -10th ed. New York: McGraw-Hill.
Pease, A., & Pease, B. (1999). Why Men Don’t Listen and Women Can’t Read Maps, diterjemahkan oleh Isma B. Koesalamwardi. Jakarta: PT. Cahaya Insan Suci
Poerwandari, K. (2001). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Pramono, B. (2004). Keluarga. Diunduh 14 Juli, 2007, dari http://www.mail-archive.com/jesus-net@yahoogroups.com/msg00638.html
Rezki. (2006). Gadis Kecilku yang Tomboi. Diunduh 14 Juli, 2007, dari
http://rezki-s.blogspot.com/2006/11/gadis-kecilku-yang-tomboi.html
Salbiah. (2003). Keseimbangan Seks dan Seksualitas. Diunduh 11 Maret, 2008, dari http://library.usu.ac.id/download/fk/ keperawatan-salbiah.pdf
Santrock, J.W. (1995). Life-Span Development:Perkembangan Masa Hidup. Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. (2007). Children -9th ed. New York: McGraw-Hill
Stone, L.J. & Church, J. (1973). Childhood & Adolscence: A Psychology of Growing Person-3rd ed. USA: Random House.Inc.
Straus, A. & Corbin, J. (2003). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif “Tata Langkah dan Teknik-teknik Teorisasi Data”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suryabrata, S. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: P.T. Raja Grofindo Persada Tata. (2005). Perbedaan mendasar antara orientasi psikologis, gender, dan
seksual. diunduh 30 September 2007 dari
http://www.voy.com/169475/3/3105.html.
Vasta, R. (1995). Child Psychology: The Modern Science–2nd ed. Canada: John Wiley & Sons. Inc.
Watson, R.I. & Lindgren, H.C. (1973). Psychology of The Child-3rd ed. Japan: Toppan Printing Company, CTD.
Wenar, C. & Kerig, P. (2000). Developmental Psychopathology: From Infancy Through Adolosence -4th ed. USA: McGraw-Hill
Yustina, R. (2006). Seks Pada Anak. Diunduh 30 Juli, 2007, dari http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/msg02749.html
(2008). Rangkuman Puslata. Diunduh 11 Maret, 2008, dari
Lampiran
Data Trianggulasi,
Rangkuman Observasi,
Surat Ijin,
A. Trianggulasi
Trianggulasi Data Subjek I
Komponen Data Subjek Data Orangtua Data Guru
Identifikasi J.K
Subjek telah mampu mengidentifikasi laki-laki dan perempuan, sehingga subjek dapat menunjukkan bahwa diri subjek, ibu
subjek, adik subjek, teman-teman subjek yang perempuan sebagai perempuan, serta
dapat menunjukkan ayah subjek, kakak subjek, teman-teman subjek yang laki-laki
sebagai laki-laki
Menurut orangtua subjek, subjek bisa menunjukan siapa yang laki-laki dan
perempuan
Menurut guru, subjek telah mampu menunjukan yang mana yang laki-laki
dan yang mana yang perempuan. Hal tersebut juga terlihat dalam
kemampuan subjek dalam mengerjakan tugas menebalkan
laki-laki dan perempuan
Ciri-ciri
Kemampuan identifikasi subjek diperkuat dengan pengenalan subjek terhadap
ciri-ciri laki-laki dan perempuan secara sederhana, seperti pakaian dan panjang-pendek rambut, keras-lembut suara, dan
paras
Di lain sisi, orangtua subjek menyatakan subjek kurang paham
tentang ciri-ciri laki-laki dan perempuan
Berbeda dengan guru subjek yang yakin bila subjek dapat mengenali ciri-ciri laki-laki dan perempuan, sebab guru subjek telah mengajarkan
materi tersebut
Perasaan I Subjek menyatakan bahwa diri subjek
merasa nyaman menjadi anak perempuan
Tetapi orangtua subjek merasa bahwa subjek adalah anak tomboy
Guru subjek mengatakan bahwa subjek merasa nyaman menjadi anak
dan tidak menginginkan menjadi anak laki-laki
perempuan, hal tersebut terlihat dari kesukaan subjek bermain ayunan dan bermain dengan anak perempuan yang
lainnya
Perasaan II
Subjek merasa sering kesal dan marah bila subjek sakit hati, disakiti orang lain.
Ketika subjek merasa kesal, subjek menangis. Subjek juga sering merasa gembira. Menurut subjek, anak perempuan
lebih sering merasa sedih, dan anak laki-laki sering merasa marah
Guru subjek juga menyadari bahwa subjek mudah menangis, apalagi bila
diganggu teman subjek
Minat
Subjek menyukai kegiatan menari, menggambar dan menyanyi. Ketika waktu
bermain, subjek memilih bermain ayunan dan prosotan. Subjek juga suka bermain
boneka bila di rumah, serta lebih suka memakai rok. Subjek juga suka warna
pink. Menurut subjek, anak laki-laki lebih sering membaca, boleh juga menari. Anak laki-laki juga menyukai robot, mobil, dan
Menurut orangtua subjek, subjek di rumah suka mewarnai, menggambar
dan melipat. Subjek suka bermain mobil-mobilan dan pasaran Subjek juga
suka melihat film kartun
Menurut guru, bila di sekolah, subjek suka bermain ayunan, puter-puteran.
Subjek juga menyukai kegiatan mewarnai, menggambar dan
truk. Sedangkan anak perempuan lebih suka boneka, barbie dan capung
Kemampuan
Kemampuan subjek yang menonjol adalah bernyanyi, berhitung dan menggambar. Menurut subjek laki-laki dan perempuan
seharusnya pintar belajar
Menurut orangtua subjek, di rumah subjek mampu memilih dan memakai
baju sendiri
Menurut guru, subjek cukup mampu membaca, berhitung dan menulis,
meski kurang rapi
Perilaku
Subjek mudah menangis, di sekolah subjek seringkali bermain kejar-kejaran dan lompat-lompat. Subjek juga pernah
mengejar capung ketika di rumah. Menurut subjek semua anak laki-laki dan
perempuan sering menangis. Anak laki-laki lebih sering memukul dan sering berteriak-teriak karena suaranya keras
Orangtua subjek mengatakan, di rumah, subjek termasuk anak yang usil dan
suka teriak-teriak
Guru mengatakan, di sekolah, subjek terkadang suka ikut-ikutan pukul
meja. Meskipun subjek mudah menangis, subjek juga berani membalas ketika subjek disakiti oleh
teman subjek
Trianggulasi Data Subjek II
Komponen Data Subjek Data Orangtua Data Guru
Identifikasi J.K
Subjek mampu mengidentifikasi laki-laki dan perempuan, sehingga subjek dapat
menunjukkan bahwa diri subjek, ibu
Menurut orangtua subjek, subjek bisa menunjukan siapa yang laki-laki dan
perempuan
Menurut guru, subjek juga telah mampu menunjukan yang mana yang
subjek, kakak subjek dan teman-teman subjek yang perempuan sebagai perempuan, serta dapat menunjukkan ayah
subjek dan teman-teman subjek yang laki-laki sebagai laki-laki-laki-laki.
perempuan. Karena guru menganggap orangtua subjek mengenalkan subjek
tentang laki-laki dan perempuan
Ciri-ciri
Subjek mengenal ciri-ciri laki-laki dan perempuan sedara sederhana, seperti pakaian, panjang-pendek rambut dan
tinggi rendah suara
Orangtua subjek menyatakan subjek paham tentang ciri-ciri laki-laki dan perempuan namun hanya ciri-ciri yang
sederhana saja
Guru subjek yakin bila subjek dapat mengenali ciri-ciri laki-laki dan perempuan, tetapi ciri-ciri fisik yang
tampak
Perasaan I
Subjek merasa nyaman menjadi anak perempuan, karena tidak suka merasa
jenuh dalam berpakaian
Orangtua subjek yakin bahwa subjek suka menjadi anak perempuan, karena
subjek sangat menyukai boneka
Guru subjek mengatakan bahwa subjek suka berdandan, sehingga dapat
diartikan, subjek nyaman menjadi anak perempuan
Perasaan II
Subjek sering marah dan menangis karena kakak subjek sering jahil, dan subjek lebih merasa bahagia bila kakak subjek tidak mengganggu. Subjek juga merasa takut terhadap hewan melata seperti ular dan cacing. Menurut subjek, anak laki-laki
lebih sering marah
Orangtua subjek sering merasa terganggu, karena subjek sering menangis bila diganggu kakak subjek
Guru subjek menilai bahwa subjek cukup pemalu, bahkan bila subjek merasa terlalu malu subjek menangis
Minat
Di sekolah, subjek merasa tertarik dengan pelajaran menggambar, mewarnai, tetapi
subjek tidak suka pelajaran menari dan drumband karena membuat subjek lelah.
Seringkali subjek merasa senang ketika waktu istirahat, karena subjek suka bermain. Di rumah subjek seringkali bermain Barbie. Subjek juga memiliki kesukaan terhadap makanan seperti mie,
sosis, dan coklat. Subjek juga senang nonton. Menurut subjek, anak perempuan
suka warna pink, ungu, biru dan coklat, anak laki-laki suka warna merah dan tidak
boleh suka warna pink.
Menurut orangtua subjek, subjek suka bermain boneka, bermain salon-salonan
dan nonton TV
Menurut guru, di sekolah subjek suka bermain masak-masakan
Kemampuan
Subjek panadai merias boneka dan menyanyi. Menurut subjek, anak laki-laki
lebih pandai menggambar
Menurut orangtua subjek, subjek dipandang kurang memiliki kemampuan
yang menonjol, tapi subjek sudah mulai mandiri
Menurut guru, subjek tidak mempunyai kemampuan yang menonjol, tapi subjek dinilai guru sebagai anak yang rajin dan cukup cepat dalam mengerjakan tugas
Perilaku
Di rumah, subjek termasuk anak yang banyak omong, berbeda dengan di sekolah
yang pendiam. Tetapi subjek seringkali berperilaku lebih aktif seperti berteriak-teriak, dan lompat-lompat bahkan dari atas
kursi. Menurut subjek, anak perempuan boleh memakai celana tetapi anak laki-laki
tidak boleh memakai rok dan sepatu hak tinggi. Di sekolah, anak laki-laki sering menangis, tetapi menurut subjek anak
perempuan yang lebih boleh sering menangis. Anak laki-laki lebih sering marah dan lebih sering berteriak-teriak
karena suaranya keras. Anak laki-laki lebih banyak berbicara dan bercerita, tetapi
anak perempuan lebih sering mendengarkan
Orangtua subjek mengatakan, subjek termasuk anak yang gampang nangis, suka bercerita, tetapi juga termasuk usil,
seperti ngusilin anjing
Guru mengatakan, di sekolah, subjek termasuk anak pendiam, pemalu dan tidak suka dengan suara keras. Subjek
Trianggulasi Data Subjek III
Komponen Data Subjek Data Orangtua Data Guru
Identifikasi J.K
Subjek telah mampu mengidentifikasi laki-laki dan perempuan, subjek juga mampu menunjukkan bahwa diri subjek,
ayah subjek, adik subjek serta teman-teman subjek laki-laki sebagai laki-laki
dan ibu subjek serta teman perempuan subjek sebagai perempuan
Menurut orangtua subjek, subjek bisa menunjukan siapa yang laki-laki dan
perempuan
Menurut guru, subjek telah mampu menunjuk laki-laki dan perempuan.
Guru juga yakin bahwa subjek mengenal ciri-ciri laki-laki dan perempuan yang lebih lanjut
Ciri-ciri
Subjek juga dapat menunjukkan ciri-ciri laki-laki dan perempuan, seperti pakaian,
suara, dan perilaku
Orangtua subjek menyatakan subjek paham tentang ciri-ciri laki-laki dan
perempuan
Guru subjek juga yakin bila subjek dapat mengenali ciri-ciri laki-laki dan
perempuan, bahkan sampai ciri-ciri biologis
Perasaan I
Subjek merasa nyaman menjadi anak laki-laki dan tidak ingin menjadi anak perempuan, bahkan subjek mempunyai
imaginasi menjadi robot yang gagah
Orangtua berpendapat, subjek menikmati menjadi anak laki-laki
Guru subjek juga mengatakan bahwa subjek merasa nyaman menjadi anak
laki-laki
Perasaan II
Subjek mengatakan bahwa subjek pernah sedih, marah, gembira dan bangga. Subjek
merasa bangga bila mendapatkan suatu
Menurut orangtua subjek, subjek merasa malu dan tertekan bila subjek
melakukan kesalahan dan diketahui
Guru subjek mengatakan bahwa subjek mudah tersinggung dan mudah
prestasi berbentuk hadiah dan merasa gembira bila mengalami suasana baru yang memuaskan. Subjek juga merasa kawatir bila subjek kurang mampu mencapai prestasi. Menurut subjek anak perempuan lebih sering merasa sedih dan
anak laki-laki lebih sering marah.
banyak orang yang usil
Minat
Di sekolah, subjek berminat mengikuti kegiatan drumband, menggambar. Subjek
seringkali bersepeda, karena dengan bersepeda subjek merasa nyaman. Di rumah, subjek seringkali bermain
mobil-mobilan dan susun bentuk. Subjek juga tertarik dengan robot, subjek juga beimaginasi menjadi robot, seringkali subjek membeli mainan seperti robot di
penjual mainan di sekolah. Subjek menyukai acara TV seperti kartun, Si Jorge, Buku Catatan, dan Spongebob. Menurut subjek, anak perempuan suka
Menurut orangtua subjek, subjek tertarik untuk menggambar, mewarnai, bersepeda dan ikut kegiatan drumband. Selain itu subjek juga gemar bermain balok-balokan, mobil-mobilan, main air
dan kereta-keretaan
Menurut guru, di sekolah subjek suka menggambar dan bermain sepeda.
Subjek juga seringkali membeli mainan di penjual mainan
bermain ayunan, boneka, dan memainkan melodi drumband. Anak perempuan lebih
suka menggambar kupu-kupu dan memilih membeli mainan kupu-kupu atau
membeli makanan yang berhadiah. Sedangkan anak laki-laki suka
menggambar robot dan roket
Kemampuan
Kemampuan subjek yang menonjol adalah menggambar dan bercerita. Menurut
subjek, anak perempuan pandai menggambar kupu-kupu dan anak laki-laki pandai menggambar mobil dan robot
Menurut orangtua subjek, di rumah subjek sudah mulai mandiri
Menurut guru, subjek cukup mampu membaca, berhitung dan menulis, meski membutuhkan waktu yang lama
dalam mengerjakan setiap tugas
Perilaku
Di sekolah, subjek termasuk anak yang aktif, subjek suka bermain kejar-kejaran.
Subjek juga bersuara cukup keras ketika di kelas. Menurut subjek, perempuan itu harus dilindungi. Perempuan lebih sering menangis. Laki-laki tidak boleh memakai rok. Laki-laki lebih sering merokok, dan
perempuan tidak boleh merokok.
Laki-Orangtua subjek mengatakan, subjek termasuk anak yang aktif dan lebih terkesan banyak bertingkah. Ketika mandi, subjek juga bernyanyi dengan
suara keras
Guru mengatakan bahwa subjek termasuk anak yang banyak cerita dan
mudah memberi komentar, sehingga banyak tugas yang tidak selesai pada
laki punya suara lebih keras. Anak laki-laki dan perempuan tidak boleh nakal dan
tidak boleh berteriak-teriak
Trianggulasi Data Subjek IV
Komponen Data Subjek Data Orangtua Data Guru
Identifikasi J.K
Subjek mampu mengidentifikasi laki-laki dan perempuan, sehingga subjek dapat
menunjukkan bahwa diri subjek, ibu subjek, dan teman-teman subjek yang
perempuan sebagai perempuan, serta dapat menunjukkan ayah subjek, adik subjek dan teman-teman subjek yang
laki-laki sebagai laki-laki-laki-laki.
Menurut orangtua subjek, subjek mampu menunjukan siapa yang
laki-laki dan perempuan
Menurut guru, subjek juga telah mampu menunjukan yang mana yang
laki-laki dan yang mana yang perempuan. Karena guru menilai bahwa subjek mudah memahami hal
yang diajarkan kepada subjek
Ciri-ciri
Subjek mengenal ciri-ciri laki-laki dan perempuan seperti pakaian dan
panjang-pendek rambut
Orangtua subjek menyatakan subjek paham tentang ciri-ciri laki-laki dan perempuan, bahkan subjek telah tahu ciri-ciri laki-laki dan perempuan lebih
lanjut
Guru subjek yakin bila subjek dapat mengenali ciri-ciri laki-laki dan
perempuan, bahkan ciri-ciri berdasarkan perilaku
Perasaan I
Subjek merasa bahwa subjek adalah anak perempuan yang tidak nakal seperti anak laki-laki dan subjek senang menjadi anak
perempuan
Orangtua subjek menjelaskan bahwa subjek suka menjadi anak perempuan,
bahkan subjek mampu berdandan dan menyiapkan diri sendiri
Guru subjek mengatakan bahwa subjek nyaman menjadi anak
perempuan
Perasaan II
Perasaan subjek yang sering muncul adalah marah dan gembira. Subjek gembira bila subjek dapat bermain sesuai yang subjek inginkan. Subjek juga mudah malu. Menurut subjek anak perempuan
lebih mudah malu
Orang tua subjek mengatakan bahwa perasaan subjek muncul secara seimbang antara marah, sedih, dan
gembira
Guru subjek mengatakan bahwa subjek ingin menjadi pusat perhaian
Minat
Di sekolah, subjek lebih menyukai pelajaran menyanyi dan sering bermain
puter-puteran. Di rumah subjek suka bermain boneka, sepeda, pasang-pasangan. Acara TV kesukaan subjek adalah Dora. Setiap hari subjek lebih suka menggunakan rok dan memakai baju yang bagus agar tampak cantik. Subjek suka dengan warna pink. Subjek bercita-cita menjadi dokter anak. Menurut subjek anak
Menurut orangtua subjek, subjek suka bermain boneka, menyanyi dan
menggambar
Menurut guru, subjek suka berdandan dan menyanyi, subjek seringkali meminta sesuatu kepada neneknya
perempuan suka acara tv yang untuk perempuan, anak laki-laki suka warna coklat, anak laki-laki tidak boleh suka warna pink, dan anak perempuan tidak
boleh suka warna coklat
Kemampuan
Subjek merasa pintar menyanyi, berhitung dan membaca. Menurut subjek, anak
perempuan lebih pandai berhitung, sedangkan anak laki-laki lebih pintar
bermain sepeda
Menurut orangtua subjek, subjek mempunyai daya tangkap yang bagus,
sehingga subjek cukup mampu menghafal. Subjek juga mempunyai
kemampuan mengimitasi
Menurut guru, subjek mempunyai kemampuan membaca, mewarnai dan
dapat menyelesaikan tugas dengan cepat
Perilaku
Di rumah, subjek bermain kejar-kejaran dan bermain layangan. Subjek berusaha tampil cantik dengan berias. Menurut subjek anak laki-laki tidak boleh berambut
panjang dan memakai rok, anak perempuan boleh berambut pendek dan
memakai celana. Anak laki-laki lebih nakal, sering marah-marah, sering ngobrol
di kelas dan sering menangis. Anak yang sudah besar tidak boleh menangis
Orangtua subjek mengatakan, subjek sebenarnya adalah anak pendiam dan
pemalu serta sudah mengenal berdandan. Tapi akhir-akhir ini subjek
terkesan kasar, baik dalam kata-kata maupun dalam perilaku
Guru mengatakan, subjek adalah anak yang cantik dan telah bisa berdandan. Tetapi, terkadang subjek berperilaku
aktif seperti bermain kejar-kejaran, panjat-panjatan, dan memukul-mukul
Trianggulasi Data Subjek V
Komponen Data Subjek Data Orangtua Data Guru
Identifikasi J.K
Subjek mampu mengidentifikasi laki-laki dan perempuan, sehingga subjek dapat menunjukkan bahwa diri subjek, ayah subjek, dan teman-teman subjek yang