Rendahnya kesadaran hukum masyarakat di Desa Gelam Jaya menjadi salah satu faktor yang membuat banyak terjadi perceraian di kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan bahwa eksistensi Hukum Positif yaitu UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam masih kurang dibandingkan Hukum Islam (Fiqih) dalam lingkungan masih kurang terasa disebabkan oleh kurangnya sosialisasi Hukum Positif kepada para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para ulama yang berada di tengah masyarakat. Karena pada hakikatnya aturan-aturan yang ada di dalam Kompilasi Hukum Islam yang merupakan Hukum Positif yang berlaku di Indonesia, tidak lain merupakan kompilasi pendapat dari fiqh ulama-ulama madzhab.
Oleh karena itu, kepada praktisi hukum perlu adanya memberikan sosialisasi terkait pentingnya menyelesaikan perceraian di hadapan sidang Pengadilan Agama kepada para tokoh masyarakat, tokoh agam dan juga pihak desa, yang nantinya akan disampaikan kepada masyarakat, dengan memaparkan pula dampak-dampak yang akan terjadi setelahnya. Sehingga masyarakat menganggap penting terhadap Hukum Positif yang berlaku, tidak hanya menganggap sebagai formalitas administrasi saja. Kemudian dibutuhkan juga penyuluhan kepada masyarakat Desa Gelam Jaya oleh Kantor Urusan Agama tentang prosedur perceraian dan pernikahan yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Sehingga tidak terjadi lagi alasan ketidaktahuan masyarakat mengenai prosedur perceraian dan pernikahan yang sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
109
DAFTAR PUSTAKA A. BUKU
Arifin, M Zaenal dan Muh Anshori. Fiqih Munakahat. Jawa Timur : Pustaka Pelajar, 2019.
As-Subki, Ali Yusuf. Fiqh Keluarga. Jakarta: AMZAH, 2010.
Ayyub, Hasan. Fiqhu al-Ushroti al-Muslimah. Terj. Fikih Keluarga. Jakarta: Pustaka al- Kausar, 2008.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqih
Munakahat. Jakarta: Amzah, 2009.
Bintani, Aris. Hukum Acara Peradilan Agama dalam kerangka Fiqh
al-Qadha. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Al-Bukhary, Abi Abdillah bin Isma‟il. al-Jami’ as-Shahih. Juz I. Kairo : Matba‟ah Salafiyah, 1400 H.
Ghazali, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat. Edisi I. Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2008. Cet. 3.
Hakim, Abdul Hamid. Mabadi Awwaliyah,. Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Haryono, Anwar. Hukum Islam Keluasan dan Keadilannya. Jakarta: Bulan
Bintang, 1987.
Al-Jarjawi, Ali Ahmad. Hikmah al-Tasyri wa Falsafatuh. Penerjemah Faisal Saleh dkk. Indahnya Syariat Islam. Jakarta: Gema Insani, 2006.
Kuzari, Achmad. Nikah Sebagai Perikatan. Cet. 1. Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995
Marpaung, Happy. Masalah Perceraian. Bandung: Tonis, 1983.
Mathlubi, Abdul Majid Mahmud. Panduan Hukum Keluarga Sakinah. Penerjemah Haarist Fadly dan Ahmad Khotib.Surakarta: Era Intermedia, 2002.
Millah, Saiful dan Asep Saepudin Jahar. Dualisme Hukum Perkawinan
110
Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tangan. Hukum Perdata Islam di
Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Medis Group, 2016.
Al-Qizwini, Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Majah. Juz. 1. Beirut: Dar Al-Fikr.
Rajid, Sulaiman. Fiqh islam. Bandung: Sinar baru Algensindo, 1994.
Ramulyo, Moh Idris. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Rifai, Moh. Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 2014.
Rohman, Nabiela Naily Holilur, dkk. Hukum Perkawinan Islam Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group, 2019.
Salim, Abu Malik Kamal bin As-Sayyid. Shahih Fikih Sunnah. Penerjemah Khairul Amru Harahap dan Faisal Saleh. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009, Cet.1.
Sanusi, Nur Taufiq. Fikih Rumah Tangga. Depok: Elsas, 2011.
Al-Sazistani, Sulaiman bin Al-Asy‟ats. Sunan Abu Daud. Juz.1. Beirut: Dar Al-Fikr.
Shahih: [Shahiih al-Jaami‟ish Shaghiir 3514], Sunan at-Tirmidzi (II/102/693).l
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama, 2009.
Soemiyati, Hukum Perkawinana dalam Islam dan Undang-undang
Perkawinan. Yogyakarta :Liberty, 1982.
Supriyadi, Dedi dan Mustofa. Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia
Islam. Bandung: Pustaka Al- Fikriis, 2009.
Syahuri, Taufiqurrohman. Legislasi Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Grup, 2013.
Syaifuddin, Muhammad. Sri Turatmiyah dan Annalisa Yahanan. Hukum
111
Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia; Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-undang Perkawinan. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2006.
Tihami dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2018.
Tihami, M.A. dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah
Lengkap. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenamedia Group, 2014.
Zain, Muhammad dan Mukhtar Alshodiq. Membangun Keluarga Humanis. Jakarta: Graha Cipta, 2005.
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h.15
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press, 1986), h.51
B. Undang- Undang
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 115.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Undang-Undang No.7 Tahun 1989.
Undang-Undang Peradilan Agama: UU Ri Nomor 50 Tahun 2009 Dan Kompilasi Hukum Islam. Yogyakarta: Graha Pustaka. tt.
UU No 1 Tahun 1974 Pasal 39.
C. Skripsi
Awaludin, Asep. "Skripsi Perceraian di Luar Pengadilan Agama (Studi Praktik Perceraian di Desa Mekarjaya Kec. Rumpin Kab. Bogor)". Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019.
Busir, Muhamad. “ Skripsi Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Perceraian Di Bawah Tangan Di Desa Gelang Kecamatan Sumber
112
Baru Kabupaten Jember” Skripsi Fakultas Syariah Hukum, Uneversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2016.
D. Jurnal
Solahudin, Umar . Pendekatan Sosiologi Hukum Dalam Memahami Konflik
Agraria, Dimensi, Vol.10, No.2, November 2017.
Yudistira , Leon dkk, Perceraian Di Luar Pengadilan Agama Ditinjau
Menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam (Studi Perceraian Di Desa Cigudeg, Kabupaten Bogor), Jurnal Legal Reasoning. Vol. 2, No. 1,
Desember 2019.
Al-Mawarid. Perceraian di Bawah Tangan Perspektif Hukum Islam dan
Hukum Indonesia. Jurnal Syari'ah dan Hukum. Vol. 1 (2) Agustus
2019.
Devy, Soraya dan Ayu Maulina Rizqi. Perceraian Nikah di Bawah Tangan
dan Pengaruhnya terhadap Pengasuhan Anak (Studi Kasus di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireun). Jurnal Hukum Keluarga
dan Hukum Islam. Volume 2 No. 2. Juli-Desember 2018.
E. Internet
WWW.HUKUMONLINE.COM diakses 10 Januari 2021 pkl 11.18 WIB
www.hukumonline.com diakses tgl 10 januari 2021 pkl; 10.54 WIB
F. Wawancara
Profil Desa Gelam Jaya Tahun 2020
Wawancara Pribadi dengan Bapak Drs. Akhmady M.Sy, Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa, Tangerang, Senin, 6 November 2020
Wawancara Pribadi dengan Bapak Husein Aproni, Operator Desa Gelam
Jaya, Tangerang, Senin, 15 Oktober 2020.
Wawancara Pribadi dengan Bapak M. Sanusi AR, Kepala Desa Gelam
Jaya, Tangerang, Senin, 27 April 2020.
Wawancara Pribadi dengan Bapak M. Sanusi AR, Kepala Desa Gelam
113
Wawancara Pribadi dengan Bapak Tamim Hudri, Sekretaris Desa Gelam
Jaya, Tangerang, Senin, 15 Oktober 2020.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ustadz Utlu, Amil Desa Gelam Jaya, Tangerang, Kamis, 24 April 2020.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Ismiyat Tarkimi, Pelaku Perceraian, Tangerang, Selasa, 16 Oktober 2020.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Yanah, Pelaku Perceraian, Tangerang, Rabu, 17 Oktober 2020.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Maemanah, Pelaku Perceraian, Tangerang, Rabu, 18 Oktober 2020.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Dewi Sartika, Pelaku Perceraian, Tangerang, Jum'at, 20 Oktober 2020.
114
LAMPIRAN- LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA DI DESA GELAM JAYA
A. Pejabat Desa
1. Siapa nama Anda ?
2. Sudah berapa lama menjadi penjabat desa? 3. Bagaimana sejarah Desa Gelam Jaya?
4. Apakah pihak desa ikut campur dalam menangani berbagai masalah masyarakat jika terjadi pertengkaran?
5. Jika ada warga yang bercerai apakah ada laporan ke pihak desa? 6. Bagimana menurut pendapat anda tentang perceraian diluar Pengadilan
Agama yang dilakukan hanya didepah Tokoh Agama dan para saksi ? 7. Faktor apa saja yang mempengaruhi mereka untuk bercerai di luar
Pengadilan Agama?
8. Apakah masyarakat Desa Gelam Jaya masih banyak yang melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama ?
9. Dampak apa saja yang terjadi kepada pihak desa apabila ada masyarakat yang melakukan Perceraian di luar Pengadilan Agama? 10. Apakah masyarakat Desa Gelam Jaya sudah sadar akan Hukum Positif
yang ada?
11. Apakah di Desa Gelam Jaya masih ada yang melakukan pernikahan secara tidak resmi/sirri?
12. Apakah warga yang bercerai diluar Pengadilan Agama masih bisa menikah lagi? Dan pernikahannya dilakukan secara resmi atau tidak resmi(sirri)?
115
B. Tokoh Masyarakat
1. Bagaimana sejarah Desa Gelam Jaya? 2. Berapa lama anda tinggal di desa ini?
3. Sudah berapa lama anda menjadi Amil di Desa Gelam Jaya ini?
4. Bagaimana kebisaaan yang dilakukan warga desa ketika melakukan perceraian? 5. Apakah ada perceraian yang disaksikan oleh anda?
6. Bagaimana proses perceraian yang dilakukan di Desa Gelam Jaya?
7. Bagaimana efektifitas Hukum Positif di Desa Gelan Jaya terkait tentang perceraian?
8. Apakah ada masyarakat Desa Gelam Jaya yang melakukan perceraian diluar Pengadilan Agama?
9. Sudah berapa banyak masyarakat Desa Gelam Jaya yang melakukan percerian diluar Pengadilan Agama?
10. Ketika ada warga desa yang ingin melakukan perceraian diluar Pengadilan Agama, kemudian melapor kepada anda, apa yang anda lakukan ?
11. Bgaimana menurut pandangan anda mengenai perceraian diluar Pengadilan Agama?
12. Faktor apa saja yang mendorong masyarakat Desa Gelam Jaya untuk melakukan percerain diluar Pengadilan Agama?
13. Apakah percerian diluar Pengadilan Agama sudah menjadi adat di Desa Gelam Jaya?
14. Bagaimana proses pernikahan yang dilakukan masyarakat Desa Gelan Jaya ketika perceraiannya terjdi di luar Pengadilan Agama? Secara resmi atau tidak?
116
C. Pelaku Perceraian 1. Siapa nama anda?
2. Sudah berapa lama tinggal di Desa Gelam Jaya? 3. Apakah anda sudah menikah dan mempunyai anak?
4. Apakah pernikahan anda dilakukan secara resmi dan tercatat di KUA? 5. Berapa lama usia pernikahan anda?
6. Faktor apa yang membuat anda bercerai dengan pasangan anda?
7. Apakan anda mengetahui bahwa ada peraturan Undang-Undang yang mengharuskan bercerai di Pengadilan Agama?
8. Apakan perceraian anda dilakukan di Pengadilan Agama? 9. Kenapa alasannya?
10. Menurut anda, apakah perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan itu sah atau tidak?
11. Apakah anda menerima nafkah iddah, nafkah anak, dan pembagian harta bersama secara jelasa setelah bercerai?
12. Apakah anda sudah menikah lagi? 13. Bagaimana proses pernikahan tersebut? 14. Apakah tercatat di KUA ata tidak?
15. Jika tercatat, apakah anda menyelesaikan perceraian sebelumnya di Pengadilan Agama ?
117
D. Hakim Pengadilan
1. Bagaimana pandangan bapak terkait perceraian di luar Pengadilan Agama? 2. Alasan bapak berpendapat seperti itu kenapa?
118
HASIL WAWANCARA
Nama : Moch Sanusi AR
Jabatan : Kepala Desa Gelam Jaya Hari/Waktu :
1. Senin, 27 April 2020 Pukul 10:00 WIB 2. Senin, 15 Oktober 2020 Pukul 10:00 WIB Tempat : Kantor Desa Gelam Jaya
1. Siapa nama Anda ? Jawab: Moch Sanusi AR
2. Sudah berapa lama menjadi penjabat desa?
Jawab: Saya menjadi Kepala Desa Gelam Jaya sejak dilantik tanggal 11 Desember 2019 3. Bagaimana sejarah Desa Gelam Jaya?
Jawab: Hasil dari pemekaran dari Desa Induk Kutajaya dan menjadi desa Definiktif tahun 2000
4. Apakah pihak desa ikut camput dalam menangani berbagai masalah masyarakat jika terjadi pertengkaran?
Jawab: Kita apabila diminta oleh masyarakat untuk menengahi, maka kita bantu. Baik itu masalah warga antar warga atau warga dengan keluarganya sendiri. Itupun kalau diminta ya, kalau tidak, kita tidak ikut campur.
5. Jika ada warga yang bercerai apakah ada laporan ke pihak desa?
Jawab: Kalau untuk perceraian itu yang melapor tidak banyak, tapi memang ada beberapa yang melaporkan, kemudian kita arahkan kepada bidang nya yaitu bapak amil, ustadz utlu. Adapun pengaduan-pengaduan tentang rumah tangga, kita layani kemudian kita adukan kepada bapak amil.
6. Bagimana menurut pendapat anda tentang perceraian diluar Pengadilan Agama yang dilakukan hanya didepah Tokoh Agama dan para saksi ?
Jawab: Sebetulnya sah sah saja meskipun di luar Pengadilan Agama, apabila kedua insannya sama-sama menerima. Tapikan agar tercatat secara kenegaraan alangkah baiknya kepengadilan supaya memilik alat bukti. Kalau memang dia menjalankan secara pribadi (di luar pengadilan) paling secara tertulis disepakati kedua belah pihak dan para saksi ditandatangan di atas materai, itupun kekuatannya hanya untuk internal.
119
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi mereka untuk bercerai di luar Pengadilan Agama? Jawab: Bisa karena factor ekonomi dan juga faktor usia, karna memang berpikiran 'ah sudah tua ini' jadi tidak perlu repot repot ke Pengadilan Agama.
8. Apakah masyarakat Desa Gelam Jaya masih banyak yang melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama ?
Jawab: Kalau banyak sih tidak, cuman memang ada beberapa yang masih melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama.
9. Dampak apa saja yang terjadi kepada pihak desa apabila ada masyarakat yang melakukan Perceraian di luar Pengadilan Agama?
Jawab: Kalau untuk dampak ke kita, kesulitan untuk mendata. Dan dampak untuk pelakuya tidak kita buatkan surat pengantar nikah
10. Apakah masyarakat Desa Gelam Jaya sudah sadar akan Hukum Positif yang ada? Jawab: Sekarang Alhamdulillah sudah mulai sadar akan hukum positif.
11. Apakah di Desa Gelam Jaya masih ada yang melakukan pernikahan secara tidak resmi/sirri?
Jawab: Sepengetahuan saya, masih ada beberapa yang melakukannya tapi kebanyakan dari masyarakat yang sudah berusia lanjut.
12. Apakah warga yang bercerai diluar Pengadilan Agama masih bisa menikah lagi? Dan pernikahannya dilakukan secara resmi atau tidak resmi(sirri)?
Jawab: Kalau sepengetahuan saya, ini tidak bisa dilakukan, karena tadi yang sya sebutkan, kami tidak mengeluarkan surat pengantar nikah, apabila tidak ada akta cerai dari Pengadilan Agama.
Untuk surat pernyataan thalak yang dikeluarkan oleh amil, itu hanya berlaku untuk masyarakat yang sudah usia lanjut, tetapi apabila usianya masih muda itu harus ke pengadilan baru kami keluarkan surat pengantar nikah.
Tangerang, 15 Oktober 2020 Informan
120
Nama : Tamim Hudri
Jabatan : Sekretaris Desa Gelam Jaya
Hari/Waktu : Senin, 15 Oktober 2020. Pukul 13:00 WIB. Tempat : Kantor Desa Gelam Jaya
1. Siapa nama Anda ? Jawab: Tamim Hudri
2. Sudah berapa lama menjadi penjabat desa?
Jawab: Sejak dilantik pada tanggal 11 Desember 2019 3. Bagaimana sejarah Desa Gelam Jaya?
Jawab: Desa Gelam Jaya merupakan pemekaran dari Desa Kutajaya
4. Apakah pihak desa ikut camput dalam menangani berbagai masalah masyarakat jika terjadi pertengkaran?
Jawab: Kalau ada yang melapor, dan meminta bantuan pihak desa, kami ikut campur dalam menangani persoalan yang terjadi.
5. Jika ada warga yang bercerai apakah ada laporan ke pihak desa?
Jawab: Ada sebagian yang melapor ke pihak desa, tapi ada juga yang tidak melapor.
6. Bagimana menurut pendapat anda tentang perceraian diluar Pengadilan Agama yang dilakukan hanya didepah Tokoh Agama dan para saksi ?
Jawab: Sah sah saja, tapi tergantung pernikahan yang mereka laksanakan. Kalau mereka nikah secara tidak resmi atau sirri, maka perceraiannya pun tidak apa-apa dilakaukan di luar Pengadilan. Tapi, kalau nikah nya secara resmi dan tercatat di kenegaraan, maka cerainya pun harus ke Pengadilan, karna supaya dapar akta perceraian.
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi mereka untuk bercerai di luar Pengadilan Agama?
Jawab: Ada sebagian yang karna ekonomi, karna males dan ada juga yang karna alasannya tidak ada waktu sibuk bekerja. Tapi kebanyakan karna males, karna ekonomi masyarakat disini sudah lumayan.
8. Apakah masyarakat Desa Gelam Jaya masih banyak yang melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama ?
121
Jawab: iya itu, ada aja yang masih melakukan cerai di luar pengadilan karna males.
9. Dampak apa saja yang terjadi kepada pihak desa apabila ada masyarakat yang melakukan Perceraian di luar Pengadilan Agama?
Jawab: Dampak yang terjadi kepada pihak desa berpengaruh kepada pendataan, dia sudah menikah atau belum, duda atau janda, dan selain itu apabila cerai mati, berpengaruh pendataan kepada anaknya juga, anak yatim atau piatu.
Selain itu kalau dampak yang terjadi untuk si pelaku perceraian di luar pengadilan, dia tidak bisa menikah lagi sebelum mendapatkan akta perceraian dari pengadilan.
10. Apakah masyarakat Desa Gelam Jaya sudah sadar akan Hukum Positif yang ada? Jawab: Sudah sadar, dan bahkan mereka tau. Tapi tetap saja masih ada beberapa yang melakukan perceraian di luar pengadilan.
11. Apakah di Desa Gelam Jaya masih ada yang melakukan pernikahan secara tidak resmi/sirri?
Jawab: Iya, masih ada beberapa yang melakukan pernikahan sirri.
12. Apakah warga yang bercerai diluar Pengadilan Agama masih bisa menikah lagi? Dan pernikahannya dilakukan secara resmi atau tidak resmi(sirri)?
Jawab: Bisa, tapi hanya secara agama saja.
Tangerang, 15 Oktober 2020 Informan
122
Nama : Husein Aproni S.T
Jabatan : Operator Desa Gelam Jaya
Hari/Waktu : Senin, 15 Oktober 2020. Pukul 14:00 WIB. Tempat : Kantor Desa Gelam Jaya
1. Siapa nama Anda ?
Jawab: Husein Aproni S.T
2. Sudah berapa lama menjadi penjabat desa? Jawab: Baru, sejak awal Januari 2020 3. Bagaimana sejarah Desa Gelam Jaya?
Jawab: Pemekaran dari wilayah Kelurahan Kutajaya,
4. Apakah pihak desa ikut camput dalam menangani berbagai masalah masyarakat jika terjadi pertengkaran?
Jawab: Ketika kita tidak di undang dalam penyelesaianproses pertengkaran tersebut, mungkin kita juga tidak hadir dan tidak mencampuri. Tapi ketika kita di libatkan dalam mendamaikan pertengkaran tersebut, untuk mmembantu masyarakat dalam mencari solusi yang terbaik untuk pertengkatran tersebut yang bisa menghasilkan perdamaian.
5. Jika ada warga yang bercerai apakah ada laporan ke pihak desa?
Jawab: Iya, secara otomatis pasti ada laporan ketika warga tersebut prosesnya menuju persidangan karena itu membutuhkan surat dan administrasi desa.
Tapi kalau perceraian di luar pengadilan, itu tidak melapor, karena tidak ada kepentingan dengan pihak desa.
6. Bagimana menurut pendapat anda tentang perceraian diluar Pengadilan Agama yang dilakukan hanya didepah Tokoh Agama dan para saksi ?
Jawab: Kalau pendapat saya pribadi, sebenarnya tidaksetuju kalau proses perceraian hanya di depan tokoh agan dan para saksi saja, walaupun itu sah menurut agama, tapi belum tentu sah menurut pengadilan sebab tidak akan keluar akte cerainya secara otomatis, karena hanya di depan tokoh agama dan para saksi. Tapikalaumenurut agama sah, sedangkan menurut Negara tidak sah.
123
7. Faktor apa saja yang mempengaruhi mereka untuk bercerai di luar Pengadilan Agama?
Jawab: Factor ekonomi dan factor ketidak puasan antara suami dan istri. Inti utama perceraian yaitu ketidak puasan.
Pertamanya karena tidak ada dana, dan mereka ingin simple melakukan perceraian hanya di depan tokoh agama saja. Tapi ketika mereka sudah mempunyai dana, itu pasti akan ditempuh oleh warga tersebut. Jadi bisa karena semetara ataupun selamanya. Karena proses pernikaha tersebut mereka bila melakukannya denga nikah sirri.
8. Apakah masyarakat Desa Gelam Jaya masih banyak yang melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama ?
Jawab: Kalau ada pertanyaan masih banyak atau tidaknya, itu jawabannya masih ada, walaupun tidak banyak. Untuk presentase perceraian masyarakat di desa gelam jaya itu sekitar 10% dan yang di luar pengadilan itu sekitar 0.2%, jadi ada tetapi tidak banyak.
9. Dampak apa saja yang terjadi kepada pihak desa apabila ada masyarakat yang melakukan Perceraian di luar Pengadilan Agama?
Jawab: Yang pertama dampak yang terjadi itu kemungkinan besar masih ada beberapa urusan surat menyurat ketika belum resmi, terkadang ada tuntutan dari pihak istri atau pihak suami tentang gono gininya, hak asuh anaknya. Tetapi apabila masalah perceraian dilakukan di depan sidang pengadilan, hal itu semua akan terselesaikan secara otomatis. Dan secara otomatis mempengaruhi kuga untuk pendataan di pemerintah desa, karena kita juga akan mendata berapa kasus perceraian yang terjadi dalam setiap bulannya untuk dilaporkan ke pemerintah kecamatan dan dilanjutkan ke pemerintah kabupaten, karena kemungkinan besar itu hubungannya dengan pencatatan data penduduk di pemerintah kecamatan dan kabupaten yang nantinya akan dilanjutkan ke pemerintah dukcapil karena nanti, pasti ada pencabutan data dari kartu keluarganya. Kalau KTP kan tidak berpengaruh tapi status kartu keluarga pasti ada perubahan.
Rata rata masyarakat kami belum terlalu peduli kearah sana, jadi ketika sudah selesai proses perceraian di depan sidang pengadilan, ya sudah tidak melapor ke kami. Tapi pada saat prosesnya sudah kami data, jadi walaupun ketika selesai proses perceraian didepan pengadilan tidak melapor, proses perceraian sudah berjalan dan sudah kami data. Terkadan dri pihak pengadilan pun tidak ada
124
laporan, karena pihak pengadilan hubungannya dengan warga tersebut, bukan dengan pihak desa. Pihak desa mengetahui ada nya perceraian tersebut dari urusan surat menyurat yang di urus sebelum proses percraian itu terjadi. Kalau misalkan tidak jadi (proses mediasi berhasil) itupun prosesnya akan kita ubah, bisaanya ada laporan lagi dari warganya bahwa ia rujuk kembali, tapi kalau sudah terjadi, itu mereka lupa untuk laporan. Padahal kita butuh datanya untuk pencatatan laporan ke pemerintahan kecamatan dan kabupaten.
10. Apakah masyarakat Desa Gelam Jaya sudah sadar akan Hukum Positif yang ada? Jawab: Kalau sadar iya, apalagi dalam hal perceraian yang harus dilakuakan di depan sidang pengadilan itu mereka sudah sadar sekali dan paham betul, tapi, karena ada factor lain yang mempengaruhi mereka melakukan perceraian di luar pengadilan, yaitu factor tidak adanya dana dan ingin secepatnya selesai. Jadi kalau hukum positifnya pahan dan sadar se sadar-sadarnya. Dan bisaanya juga factor