• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa non Papua

DAFTAR REFERENSI

Bungin, Burhan. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa

Bryman, Alan. 2008. Social Research Methods. New York: Oxford University Press.

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Liliweri, Alo. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lubis, Lusiana Andriana. 2002. Penerapan Komunikasi Lintas Budaya di Antara Perbedaan Budaya. Bandung: Digitalized by USU digital library

Meteray, Bernarda. 2012. Nasionalisme Ganda Orang Papua. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara

Mulyana, Dedy. 2001. Metode Penelitain Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. 2005. Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomuniaksi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Rahardjo, Turnomo. 2005. Menghargai Perbedaan Kultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Samovar, dkk. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba Humanika Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian

Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soemaryono, E. 1999. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Suryanto, Bangong dan Sutinah. 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana

Sumber lain :

20 Januari 2014 pukul 19:35 WIB

2014 pukul 19:35 WIB 19:35 WIB 2014 pukul 19:35 WIB

PEDOMAN WAWANCARA

CULTURE SHOCK DALAM INTERAKSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA MAHASISWA ASAL PAPUA DI USU

Data diri informan :

Nama : TTL/ : Asal : Suku : Agama : Hobi : Pendidikan :

1. Apakah ini pertama kali datang ke Medan? 2. Kenapa ingin ikut program afirmasi?

3. Mengapa memilih USU dalam program afirmasi ini? 4. Bagaimana interaksi dengan teman-teman di kampus? 5. Apakah ada berteman dengan etnis lain?

6. Bagaimana sambutan teman-teman di kampus ?

7. Bagimana tanggapan Anda dengan teman-teman di kampus yang non-Papua? 8. Bagaimana interaksi dengan teman-teman asrama? apakah kamu dekat

dengan teman asrama yang lain?

9. Apakah ada teman dekat di kampus atau di asrama? 10.Di asrama satu kamar dengan siapa?

11.Apakah dekat dengan teman sekamar?

12.Bagaimana hubungan dengan mereka semua?

13.Kamu lebih sering bergaul dengan teman-teman asal Papua atau mahasiswa non Papua?

14.Ketika berkumpul dengan mahasiswa Papua lainnya, bahasa apa yang digunakan?

15.Apakah ada kendala dalam masa perkuliahan? 16.Apa yang kamu ketahui tentang Medan?

18.Apakah ada rasa takut ketika ingin pindah ke Medan? 19.Stereotype apa yang kamu pikirkan tentang Medan? 20.Apakah punya saudara di Medan?

21.Setelah dua tahun tinggal di Medan perbedaan apa saja yang dirasakan antara Medan dan Papua?

22.Apakah pernah mengalami homesick?

23.Apakah pernah mengalami kesulitan berkomunikasi?

24.Apakah sebelumnya pernah mengalami kendala bahasa dan salah paham dalam komunikasi?

25.Bagaimana kamu mengatasinya?

26.Apakah ada merasa berbeda dari teman-teman kampus? Dari segi penampilan atau cara mereka berteman?

27.Apakah kamu cocok dengan makanan di Medan ?

28.Apakah kamu pernah sakit gara-gara makanan di Medan? 29.Upaya apa yang kamu lakukan dalam mengatasi culture shock? 30.Apakah itu berhasil?

31.Selama dua tahun tinggal di Medan, pernahkah mengalami konflik karena kesalahpahaman?

32.Bagaimana cara kamu mengatasi konflik tersebut?

33.Pelajaran apa yang kamu dapat ketika memasuki sebuah lingkungan baru? 34.Apa saran kamu untuk orang yang ingin melanjutkan pendidikan diluar

Hasil Wawancara

Informan I Waktu Wawancara 29 April 2014, 15:32

1. Nama : Rince Wenda

2. TTL : Tembagapura, 6-9-1994 3. Asal : Timika

4. Suku : Dany

5. Agama : Kristen Protestan 6. Hobi : Masak dan Olahraga 7. Pendidikan : S1 FKM USU

8. Apakah ini pertama kali datang ke Medan? Iya, ini pertama kalinya datang ke Medan. 9. Kenapa ingin ikut program afirmasi?

Awalnya karena banyak teman yang ikut, terus juga ada keinginan untuk melanjutkan pendidikan di luar Papua. Akhirnya aku tembus juga jadi lanjut aja.

10.Mengapa memilih USU dalam program afirmasi ini?

Sebenarnya saya tidak memilih USU, pilihan saya ke Jawa karena lebih dekat ke Papua tetapi dari panitia lokal yang menentukan saya masuk di USU. Pilihan pertama di UI dan kedua di UGM

11.Bagaimana interaksi dengan teman-teman di kampus?

Orang Papua disini kan kurang kali kan kak, apalagi saya angkatan pertama disini. Dari kawan2 disini welcome-welcome mereka juga baik-baik, interaksinya baik-baik

12.Apakah ada berteman dengan etnis lain?

Ada. saya berteman dengan semua orang dari Aceh, Batak pokoknya semuanya lah. kami dari papua kan jarang. Banyak yang kenal kami tapi kami ga kenal semua.

13.Bagimana tanggapan Anda dengan teman-teman di kampus yang non-Papua?

14.Bagaimana interaksi dengan teman-teman asrama? apakah kamu dekat dengan teman asrama yang lain?

Baik juga, kami saling komunikasi

15.Ada teman dekat nggak di kampus atau di asrama?

Ada anak farmasi namanya friska kenalnya di lembaga pelayanan mahasiswa indonesia. saya kenal dia disitu terus deket dengan dia

16.Di asrama satu kamar dengan siapa?

Dengan teman Papua juga. Kami satu kamar dua orang. Kami tinggal di asrama nggak bolek diluar asrama dilanggar dari biro. di asrmaa putri ada 6 orang. di wisma ada 7 dari angkatan 2013

17.Kamu lebih sering bergaul dengan teman-teman asal Papua atau gimana? Lebih dekat dengan teman-teman dari Papua karena tinggalnya kan sama-sama tapi kalau di asrama sini sama-sama semuanya kak.

18.Ketika berkumpul dengan mahasiswa Papua lainnya, bahasa apa yang digunakan?

Kami kan berbagai suku datang dari sana. jadi bahasanya beda-beda. kalau kumpul biasanya ngomong bahasa Indonesia sama kayak di Papua tetap menggunakan bahasa indonesia bahkan dirumah pun pake bahasa indonesia juga. saya ngerti bahasa daerah

19.Ada kendala dalam masa perkuliahan nggak?

Gada kendala. Pelajarannya bisa diterima dengan baik kalau ada kesempatan bertanya, saya nggak sempat bertanya. Kadang waktunya tapi juga agak sedikit takut kayak belum siap tanyanya. IPK saya hampir 3. 20.Sebelum ke Medan ada cari tahu tentang medan nggak?

Nggak ada, saya juga mau lihat kota Medan itu gimana. Nggak sempat tanya-tanya tapi saya cuma pastikan aja kalau kami akan ke kota medan. 21.Apakah ada rasa takut ketika ingin pindah ke Medan?

Enggak ada rasa takut. Sebelumnya saya juga pernah ke jawa dalam rangka jalan-jalan.

22.Stereotype apa yang kamu pikirkan tentang Medan?

Orang-orang sini kan belum kenal kami lebih dalam. Biasanya orang-orang sini panggil kami “beta” padahal itu kan orang-orang Ambon kalau lagi

jalan. Jadi pikir kami oh orang itu panggil diri mereka sendiri kami firasatnya gitu tapi sempat ada pikiran negatif juga ke gitu dibilang kami beta kan kurang enak, merasa terganggu dengan itu. kami kan bukan beta. karena kami emosi jadi kami marah-marah aja nggak bisa sabar.

Saya tau mitos yang katanya orang Medan makan manusia. Tapi itu kan dulu dan saya nggak bakalan pikir kesana.

23.Apakah punya saudara di Medan?

Tidak. Tapi kami disini punya abang angkat, dia abang rohani abang pembina dari komunitas papua. Waktu pertama kali ke medan mereka yang menyambut. Dia bapaknya Manado mamaknya Medan. Memang domisili di Medan. Mereka itu sering membina kami dalam bidang rohani jadi anggaplah mereka itu sebagai abang kami sendiri kayak misalnya kami ga punya uang itu kami ceritanya ke dia.

24.Beda nggak hidup di Papua dengan di Medan ?

Kalau disana kan dengan orang tua jadi uang pun lancar kalau disini kan enggak. Papua dengan Medan aku lihat nggak ada bedanya sih, kalau disana kan masih alam terbuka. Aku merasa di Papua lebih bagus karena disana kan sama orang tua. Di sini saya bisa dapat ilmu dari kawan-kawan 25.Gimana tanggapan terhadap orang Medan?

Karena banyak yang nggak mengenal kami, kami dikira orang ambon dan mereka panggil kami “beta beta” gitu.

26.Apakah pernah mengalami homesick?

Pernah. Apalagi saya nggak pernah pulang ke Papua kak. Aku cuma pulang ke Jakarta aja tempat abang. Sering saya rindu dengan orang tua kan uda lama nggak jumpa.

27.Apakah sebelumnya pernah mengalami kendala bahasa dan salah paham dalam komunikasi?

Pernah. Kami nggak tau kata “nengok-nengok” ketika orang pertama kali ada orang bilang “apa nengok-nengok?” kami saling lihat aja nggak tau artinya apa. Rupanya artinya lihat. Terus disana bukan “kau” tapi ko. “Kau” itu panggilan kasar, pakai saya karena kan bahasanya yang resmi. Bagi saya “kau” itu kasar

28.Ada merasa berbeda nggak dari teman-teman kampus? entah dari segi penampilan atau cara mereka berteman?

Nggak beda sih kak. Disana pakai baju, disini juga pakai baju 29.Cocok nggak dengan makanan di Medan?

Kami disana nggak makan pedas. Waktu ke Medan semua makananya pedas. pernah sakit perut tapi ga pernah sampai masuk rumah sakit. waktu pertama kali makan, perut kami sakit, kami kan disana gak makan pedas kak. butuh waktu seminggu untuk menyesuaikan bisa makan pedas

30.Bedanya orang papua dengan medan?

Kalau disana walaupun kami tidak saling mengenal tapi saling sapa. Kalau ada orang yang lebih tua kami harus saling sapa. Tapi disini kami bingung. Misalnya kami bilang “selamat sore” tapi orang senyum-senyum aja. Kami merasa kok disini gini ya disana gitu. Pokoknya setiap orang yang dijumpa kami harus saling sapa. Makanan pokok kami disana ubi kadang sagu, tapi itu kan makanan khasnya. Kalau di Medan kan nggk ada makanan khasnya. 31.Penah salah berkomunikasi nggak?

Nggak pernah

32.Selama dua tahun tinggal di Medan, pernahkah mengalami konflik karena kesalahpahaman?

Tidak ada. Kami hanya positif saja, nggk ada macam-macam.

33.Pelajaran apa yang kamu dapat ketika memasuki sebuah lingkungan baru? Kalau cara bergaul kan uda biasa. Bergaul disana dengan disini sama aja 34.Biasanya makan bersama orang-orang Papua, tapi kalau mahasiswa lain

mau gabung silahkan. Biasanya kalau dengan teman-teman asrama nonton bareng, buat tugas. Menurutku teman-teman Papua lain juga mau bergabung dengan teman-teman lain. Orang Medan ini ramah-ramah dan baik juga. Orang medan itu kasar, itu yang harus diubah. sering juga jalan-jalan biasanya main ke carefour atau ramayana juga.

Kalau hari minggu beribadah di pringadi sesama anak papua. 35.Sudah terbiasa belum dengan kehidupan di Kota Medan?

Saya sekarang sudah terbiasa dengan watak orang medan yang keras dan kasar. Pernah supir angkot suka asal-asalan. Pernah juga supir angkotnya

teriak karena kekurangan ongkos. Disitu saya marah dengan supir angkot karena biasanya kan saya bayar 2000 ini kok dibilang kurang. Kaget saya waktu dibentak. Orang papua dengan orang batak sama tapi wataknya yang beda. Bedanya cara panggil orang. Kalau di Papua mau panggil orang kita yang datangi orangnya. Kalau di Medan kan diteriakin.

Saya sudah mulai beradaptasi tinggal di Medan nggak kayak dulu lagi. Kalo dulu kan suka takut-takut gitu misalnya takut dibentak-bentak.

Informan II Waktu Wawancara 14 Mei 2014, 13:21

1. Nama : Elius Pasi 2. Asal : Wamena

3. Agama : Kristen Protestan 4. TTL : Wamena, 4 Juli 1994 5. Hobby : Sepak bola dan volly 6. Suku : Yale

7. Pendidikan : SI Peternakan FP USU 8. Ini pertama kalinya datang ke Medan ?

Iya

9. Abang di pertanian jurusan apa? Peternakan

10.Kenapa ingin ikut program beasiswa afirmasi?

Ohh itu secara kebetulan kak, tiba-tiba ada program ini, saya isi formulirnya maksudnya tu saya lulus dua-duanya di IPB sama USU. Yah saya pilih di Medan laa. Tapi saya belum tau sebelumnya dan ternyata jauh dari Papua juga.

11.Kenapa lebih milih USU?

Begini kak alasannya simpel aja. Saya ingin tahu Medan tuh seperti apa orangnya. Kalau jauh memang sebetulnya lebih jauh, tapi pengen tau Medan USU sepeti apa jadi aku pilihlah USU. Awalnya saya milih di IPB 12.Jadi sebelumnya belum tahu gambaran kota Medan?

Belum tahu. Cuma saya tahu pulau saja, tapi sumatera tapi medan letaknya dibagian mana

13.Apa yang dirasakan ketika pertama kali nyampe di Medan?

Lingkungan sama terhadap orang. Orangnya juga orang batak, namnyanya juga orang batak jadi ngomongnya kasar juga padahl hatinya itu lembut iyaa. Yang belum pernah saya hadapi yang belum pernah saya kenal orang-orang yang bicaranya agak kasar ngomongnya. Pada saat di Medan baru jumpa dengan teman-teman yang ngomongnya kasar tapi hatinya baik

14.Takut nggak pertama kali kesini?

Kami berangkat 3 september. Ada 3 gelombang yang kami berangkat, pertama dua orang ada juga tiga terus gelombang tiga lagi. Saya masuk ke gelombang 3

15.Takut nggak hidup di medan?

Enggak. Emang kalau sebelumnya takut, jumpa sama dosen dengan teman-teman itu gimana. Tapi setelah beradaptasi itu uda terbiasa.

16.Di kampus gimana dengan teman-temannya?

Itu paling akrab laa. Nggak ada perbedaan kamu ni dari timur nggak ada 17.Bagaimana perasaan pertama kali waktu masuk kampus? misalnya

deg-degan gitu? Oh dug dag yaa kak, kalau dug dag pasti ada kak 18.Apakah mereka semua welcome?

Welcome semua kak

19.Kalau dosen-dosen bagaimana?

Kalau dosen-dosen salut. Kalau diruangan macam bintang film istilahnya. Jadi dosen-dosen banyak yang kenal saya. Mereka juga sering bertanya kenapa kamu kesini? Selalu ditanyain kalo didalam ruangan. Terus saya jawab untuk beasiswa. Kebetulan pemerintah tempat kan saya disini

20.Kalau dikampus berteman dengan semua etnis? Iyaa semua etnis

21.Bagaimana dengan teman-teman asrama?

Kalau di asrama baik-baik semua itu. Saya tinggal di lantai 2

22.Itu yang abang pinjam motornya temen asrama atau temen kampus? Teman kampus. Dia lagi di asrama saya, dia marga siagian. Saya sering kerumah dia

23.Biasanya lebih sering main dengan papua atau non Papua? imbang

24.Ada temen dekat nggak diasrama (informan tidak mengerti arti temen dekat setelah peneliti bilang “kawan baik” baru dapat ia pahami)?

Ada. Cuma teman baik dikampus. Kalau di asrama ada juga

25.Kalau lagi ngumpul dengan mahasiswa Papua pakai bahasa apa biasanya? Bahasa Indonesia

26.Ada kendala dikampus nggak selama ini?

Ada. Kalau dosennya suaranya pelan nggak bisa dengar dia. 27.Kalau kendala bahasa ada nggak?

Ada juga kak. Kami kan pakai bahasa baku. Waktu kami datang kesini logatnya sudah beda dia misalnya “enggak” kalo kami “tidak” terus “nengok2” “cemana”

28.Pernah pulang ke Papua? Belum pernah.

29.Jadi kalau liburan gimana?

Biasanya ke kampung teman, daerah dolok sanggul, daerah toba sana, daerah karo. Diajakin teman kampus, udah dijalanin semua rata-rata Medan ini. Cuma kepala aja yang belum aku pijak

30.Apa yang abang rasakan tinggal di Medan? Menyenangkan, membahagiakan.

31.Kenapa menyenangkan bang tinggal jauh dari orang tua?

Memang sedih orang tuanya tapi yaa apa boleh buat sudah jauh letak geografis

32.Bedanya Medan dari Papua dari semua sisi apa?

Makan di Medan murah kali daripada di Papua. Kalau di Papua bisa sampe 15 sampai 25.000. Kalau makanan pedasnya nggak cocok pedas kali pun.

33.Apakah sekarang sudah mulai terbiasa dengan sambal? Kalau sambal jarang makan pake sambal.

Bisa, cuma dikit-dikit aja. Mulai membiasakan diri makan sambal yaa tapi tetap menolak untuk makan sambal

35.Menurut kamu bagaimana masyarakat Medan?

Kalau menurut saya luar biasa tapi tidak pantas bilang kalau orang Medan tuh baik semua

36.Apakah pernah kejadian dijahatin orang Medan?

Ada juga. Ada temanku yang anak Papua juga dia dihipnotis dengan orang Medan. HP BB nya dibawa lari. Semenjak itu kalau keluar was-was. Yaa saya baca orang laa mana yang layak berteman mana yang enggak.

37.Disana makanan pokoknya sagu atau apa? Nasi sama ubi aja kak. ubi jalar itu.

38.Ada nggak keluh kesah selama tinggal di Medan? Kalau keluh kesah nggak ada kak.

39.Pernah homesick?

Nggak ada. Saya dari SD merantau berpisah dari orang tua. Saya SMP di Wamena juga tapi tidak serumah tinggal dengan orang. Cuma jumpa sama orang tua 4 kali pas dr SMP SMA.

40.Nanti kalau uda siap kuliah disini balik kerumah orang tua? Iyaa pasti kak balik ke rumah orang tua.

41.Apa pernah mengalami masalah dengan orang tua?

Nggak pernah. Alasan saya berpisah dengan orang tua sayang nanti orang tua terganggu, kepikiran, membebani pikiran. Prinsip saya begini kak. Saya malas membenai orang tua saya. Saya jarang komunikasi dengan orang tua. Sering mereka telpon, tapi saya bilang jangan dulu telpon. Memang saya rindu kalian, saya tau kamu rindu saya tapi tunggu dulu saya tidak mau mengganggu kamu. Makanya semenjak saya berpisah dengan orang tua sejak SMP SMA, semenjak SMA pun belum pernah jumpa. Cuma jumpa sama orang tua 4 kali, terus telponan semenjak saya di Medan cuma 4 kali.

4 dan saya anak kedua. Pertama kakak dia kuliah juga di Papua di keperawatan, dibawah saya cewek tahun ni mau masuk SMP dan paling kecil sama orang tua

43.Apa ada masalah ekonomi?

Alasannya nggak ada kak. Selagi saya mampu saya masih muda saya coba dulu. Kalau rindu memang ada kak.

44.Biasanya kalau rindu siapa yang nelpon? Saya yang telpon

45.Pernah mengalami kendala bahasa nggak?

Ada, logat bahasa itu kak. Kalau kami disini pertama kali kan pakai bahasa baku, terus saya ngomong dengan mereka pakai bahasa baku, tapi itu dia ada yang nggak sesuai waktu ngomong dengan teman-teman disini. Makanya kadang disitu ada kesalahpahaman juga. Contonhya, kalau saya suruh teman beli makanan “eh kawan tolong kau pergi beli makan dulu” nah itu dia bingung apa itu “pergi” terus ada lagi kak “saya pergi main bola” dia bingung. Itu kan maksudnya aku mau pergi main bola

46.Pernah nggak kalau teman ngomong ke abang tapi abang nggak ngerti? “enggak”

47.Pernah merasa berbeda dari teman-teman di kampus nggak? Nggak pernah

48.Pernah sakit di Medan? Belum pernah.

49.Selama dua tahun di Medan pernah mengalami konflik nggak? Nggak ada

50.Pernah naik angkot di Medan nggak? ntah ada masalah? Pernah, tapi nggak bermasalah

51.Bagaimana perasaan ketika pertama kali datang ke Medan?

Pertama kami datang dari Papua, saya merasa sendiri nggak ada kawan tapi yang saya andalkan itu teman-teman yang seberangkatan, itulah bagian dari keluarga saya. Setelah dari orang birek diarahkan ke fakultas sampai ke masing-masing jurusan. Teman-teman itu saling berbaur, jadi disitu saya nggak merasa sendiri dan saya mendapatkan teman-teman lebih

dari yang sebelumnya pernah saya lihat. Terus abang-abang senior juga, salut kak. Yang saya takut pertama kali itu kak, cara ngomongnya. Tapi takut ini bukan sampai sekarang yaa kak itu waktu pertama kali. Terus cara abang-abang di pertanian ngomong beda dengan fakultas lain. Senioritas di FP itu tinggi, semenjak saya masuk junior gak pernah intip senior, kemana junior pergi harus tunduk. Itu yang saya takuti disitu. Jadi waktu saya angkat kepala intip (melihat) senior, ditunjangi kami kak. Eh tunduk kau botak, cuma cakap-cakap aja kak nggak fisik

52.Bagaimana pandangan abang dengan budaya di Medan?

Kalau saya bilang budaya di Medan dengan di Papua hampir mirip kak. Salah satunya Medan itu marga yang sama nggak bisa nikah, nah Papua juga gitu kak. Kalau sama marga nggak bisa nikah. Salah satu contoh pase dengan bayage bisa menikah, tapi kalo sesama pase nggak bisa kak

53.Kalau dirumah bahasa apa yang digunakan?

Kalau ngomong sama orang tua pakai bahasa daerah, bahasa ngalik. 54.Kalau disekolah dulu pake bahasa apa? b

Bahasa Indonesia

55.Kenapa ambil pertanian kenapa nggak fakultas yang lain?

Dari SMP saya memang sudah ambil jurusan pertanian. Cita-cita saya ingin jadi pengusaha ternak.

56.Hobi abang apa? Bola kaki

57.Sering nggak main bola disini? Sering

58.biasanya mainnya dengan siapa?

Dokumen terkait