BAB IV PENUTUP
4.2 Saran
Karya Andrea Hirata kerap mengangkat isu sosial terutama di masyarakat Bangka Belitung. Sudah banyak karya Andrea Hirata lainnya yang menjadi objek penelitian di tempat lain. Novel Sirkus Pohon sendiri memiliki keunggulan untuk dikaji karena merupakan karya yang terhitung baru dari Andrea Hirata sehingga masih banyak ranah yang bisa dikaji di dalamnya.
Menurut penulis, penelitian terhadap novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata bisa dilanjutkan dengan teori analisis lain seperti teori psikoanalisis dan teori
konstruksi sosial. Novel Sirkus Pohon menampilkan pergulatan batin dan permasalahan sosial yang cukup banyak. Untuk dapat membedah pergulatan batin tokoh utama yaitu Sobri bisa menggunakan teori psikoanalisis. Sementara itu, teori konstruksi sosial penulis rasa sesuai untuk dapat menggali realitas sosial masyarakat yang terjadi dalam novel Sirkus Pohon. Semoga saran ini dapat ditindaklanjuti dengan baik dalam bentuk penelitian lainnya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2020 (tahun terakhir pemutakhiran). Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Diunduh dari
https://play.google.com/store/apps/details?id=yuku.kbbi5&hl=in.
Bourdieu, Pierre. 1990. (Habitus X Modal) + Ranah = Praktik Pengantar Paling Komprehensif Kepada Pemikiran Pierre Bourdieu. Diterjemahkan oleh Pipit Malzier dari judul asli An Introduction to the Work of Pierre Bourdieu: The Practice Theory. Yogyakarta. Percetakan Jalasutra.
Hamidah, Husnul. 2019. “Strategi Lan Fang dalam Meraih Legitimasi di Arena Sastra Indonesia”. Tesis pada Universitas Airlangga, Surabaya.
Haryatmoko. 2016. Membongkar Rezim Ketidakpastian. Yogyakarta: Kanisius Hirata, Andrea. 2017. Sirkus Pohon. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Jenkins, Richard. 2016. Membaca Pikiran PIERRE BOURDIEU. Bantul: Kreasi Wacana.
Martono, Nanang. 2012. Kekerasan Simbolik di Sekolah Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre Bourdieu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mosco, Vincent. 1996. The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal. Sage: London.
Murwaningtyas, Auna. 2018. “Kritik Sosial dalam Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata: Kajian Sosiologi Sastra dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mutahir, Arizal. 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Novenia, Maria. 2019. “Strategi Dominasi dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari: Perspektif Pierre Bourdieu”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme hingga Postruktural. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Septika, Via Dilla. 2018. “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Taum, Yoseph Yapi. 2017. Kritik Sastra Diskursif: Sebuah Reposisi. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Kritik Sastra yang diselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Jakarta, 15-16 Agustus 2017.
Utami, Sri. 2018. “Sosial Budaya Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata Kajian Antropologi Sastra”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
61 LAMPIRAN
Sinopsis Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata
Novel Sirkus Pohon berkisah tentang tokoh Sobri sebagai tokoh sentral yang mengalami kesulitan dalam hidupnya karena tidak pernah mempunyai pekerjaan yang tetap. Sobri adalah seorang warga di desa Ketumbi yang harus menerima nasib bahwa dirinya harus berhenti sekolah di kelas 2 SMP. Dengan hanya memiliki ijazah SD tentunya Sobri hanya bisa mendapat kerja serabutan yang hasilnya tidak seberapa. Hidup Sobri bisa sangat berbeda dengan kakak-kakak dan adik perempuannya karena Sobri di saat sekolah terlalu berteman baik dengan Taripol, salah seorang pencuri di desa yang kambuhan.
Selain Sobri, terdapat pula tokoh Tegar dan Tara. Keduanya adalah anak muda yang bernasib sama, yakni memiliki orang tua yang bercerai dan keluarga ditinggalkan begitu saja oleh kedua ayah mereka. Tegar diwariskan sebuah bengkel sepeda oleh ayahnya sementara Tara diwariskan sebuah sirkus keliling. Menyambung hidup dengan seorang ibu saja membuat Tara dan Tegar harus merelakan masa muda mereka yang sebaiknya diisi dengan belajar dan mengembangkan diri malah harus mereka gunakan untuk membantu mencari nafkah. Baik Tegar maupun Tara, keduanya ditinggalkan utang yang besar oleh ayah mereka.
Tara mengelola sirkus keliling bersama ibunya. Sobri diterima oleh ibu Tara sebagai badut dalam sirkus. Sementara itu, Tegar lolos audisi sebagai seseorang yang bermain akrobat. Belum lama mereka bersama untuk mempersiapkan diri dan
bermain sirkus bersama, ternyata Gastori datang untuk menghancurkan semua rencana mereka. Gastori adalah seorang juragan di desa Ketumbi. Ternyata ayah Tara berutang banyak dengan Gastori sehingga semua peralatan sirkus disita oleh orang-orang suruhan Gastori. Dengan nasib malang ini, baik Sobri, Tegar, maupun Tara kembali bersusah payah mencari cara untuk menyambung hidup.
Selain kisah Sobri dalam mencari pekerjaan, novel ini juga diisi oleh kisah Sobri dalam mendapatkan pujaan hatinya, Dinda. Nasibnya kembali malang karena Dinda sempat mendapat musibah hingga Dinda menjadi pendiam membisu, hilang ingatan, dan jadi tak bisa melakukan apa pun. Sobri dengan sabar merawat dan menjaga Dinda hingga pulih seperti sedia kala.
Dalam novel ini juga berkembang sebuah kepercayaan terhadap pohon delima yang tumbuh di halaman rumah Sobri oleh seluruh warga desa Ketumbi dan sekitarnya. Pohon delima ini dinilai keramat sehingga banyak yang percaya bila menyembah pohon ini maka bisa mendatangkan kemujuran seperti jodoh, pekerjaan, maupun jabatan. Di akhir novel ini juga dikisahkan bahwa dengan segala macam cara yang ditempuh, Sirkus Keliling Blasia milik keluarga Tara bisa kembali beraksi.
63
BIOGRAFI PENULIS
Ni Luh Putu Rusdiyanti adalah perempuan kelahiran Denpasar, 26 April 1999. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dengan dua adik laki-laki. Lulus dari SMA Kristen Harapan Denpasar pada tahun 2017 dari kelas penjurusan MIPA. Pada tahun yang sama, penulis langsung melanjutkan kuliahnya di program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Anak sulung dari pasangan I Nengah Terus Widyantara dan Ni Nyoman Sudiani ini memiliki minat yang besar dalam mempelajari ilmu bidang bahasa dan sastra, khususnya bahasa dan sastra Indonesia.
Selama berkuliah, penulis mengikuti beberapa kegiatan dan kepanitiaan di kampus. Penulis pernah menjadi bagian dari Unit Kegiatan Pers Mahasiswa tingkat universitas yang bernama natas. Tahun pertama di organisasi ini penulis menjadi anggota divisi editor. Sementara itu di tahun keduanya, penulis menjadi kepala divisi editor natas.
Penulis juga menjadi anggota di komunitas tari Bali bernama Sekar Jepun dan pernah ikut menari dalam beberapa pentas di kampus. Selain itu, penulis di kisaran tahun 2017/2018 pernah bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Pengabdian Masyarakat bidang pendidikan dan menjadi sukarelawan pengajar untuk sekolah rakyat di daerah Kali Code. Penulis juga sempat menjadi pengurus divisi humas dalam organisasi Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Swastika Taruna di Universitas Sanata Dharma tahun 2018.
Kegiatan terbaru penulis adalah menjadi bagian dari student staff bidang Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) dan Promosi Universitas Sanata Dharma tahun 2021-2022. Penulis ingin mengembangkan kemampuannya dalam bidang humas sekaligus menambah pengalaman sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
Penulis akhirnya bisa menyelesaikan skripsi berjudul “Strukturasi Kekuasaan dan Kekerasan Simbolik dalam Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata: Perspektif Pierre Bourdieu” di bulan Januari 2021 ini.