• Tidak ada hasil yang ditemukan

SARANA DAN PRASARANA DALAM MERDEKA BELAJAR

Dalam dokumen MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN (Halaman 38-42)

Esensi kebijakan merdeka belajar ialah pemberian kesempatan peserta didik untuk dapat belajar secara bebas sesuai bakat alami dan minat yang dimiliki (LPMPJATIM, 2020). Merdeka belajar seperti dikemukakan Sylviana Murni, ialah sarana memfasilitasi kemerdekaan berpikir dalam lingkup pendidikan (idntimes.com, 2020). Menurut Hamka (dalam Setiawan, 2016), istilah merdeka mencakup tiga dimensi yaitu: merdeka atas kemauan, merdeka atas pikiran, dan merdeka atas jiwa. Ketiga dimensi tersebut jika dikaitkan dengan konsep merdeka belajar, berarti memberikan siswa kebebasan untuk mempelajari apa yang ingin dipelajari tanpa merasa terbebani dengan tuntutan nilai dan kompetensi yang harus dimiliki.

Implementasi kebijakan merdeka belajar erat kaitannya dengan sarana dan prasarana. Untuk mewujudkan kemerdekaan berpikir, sarana dan prasarana yang aman dan nyaman mutlak diperlukan sehingga dapat selalu terwujud kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan merupakan pengguna aktif sarana dan prasarana. Mereka memiliki hak dan kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan sarana dan prasarana sekolah yang tersedia untuk dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran (Ambarwati dkk., 2015). Tenaga pendidikan menggunakan sarana dan prasarana untuk menunjang penyampaian materi dalam kegiatan belajar mengajar.

Sementara tenaga kependidikan menggunakan sarana dan prasarana untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan diluar kegiatan belajar mengajar.

Sarana adalah semua perangkat yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan disekolah, seperti perabotan, media pembelajaran, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan disekolah, seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang guru, ruang tata usaha, lapangan

olahraga, tempat beribadah, dan lain sebagainya (Depdiknas, 2008). Sulit mencapai tingkat keberhasilan pendidikan dan pembelajaran yang maksimum tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai dan relevan.

Untuk itu, setiap satuan pendidikan baik formal dan non formal harus menyediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik sehingga dapat menunjang proses pembelajaran merdeka secara efektif dan berkelanjutan. Hal tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sarana dan Prasarana Pendidikan. Sarana dan prasarana merupakan salah satu standar yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang selanjutnya dilakukan perubahan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013. Peraturan tersebut mengimplikasikan kualitas sekolah yang dapat diketahui berdasarkan ketersediaan dan kelayakan sarana dan prasarana untuk dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Pemenuhan sarana dan prasarana untuk menunjang kemerdekaan berpikir peserta didik harus dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga dapat memberikan dampak maksimal pada penyelenggaraan pendidikan.

Sebagai upaya berkelanjutan untuk hal itu, pemerintah kemudian mengeluarkan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Berdasarkan peraturan tersebut disebutkan secara eksplisit setiap satuan pendidikan sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1) Ruang kelas

• Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang tidak

• memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.

• Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.

• Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik.

• Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik.

• Rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas 30 m2 dan lebar minimum ruang kelas 5 m.

• Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.

• Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya serta dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.

2) Ruang perpustakaan

• Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

• Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas.

Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.

• Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.

• Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai 3) Laboratorium IPA

• Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.

• Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu mendukung kegiatan dalam bentuk percobaan.

• Setiap SD/MI dilengkapi sarana laboratorium IPA 4) Ruang pimpinan

• Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan

pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua

murid, unsur komite sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.

• Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.

• Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat dikunci dengan baik.

5) Ruang guru

• Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.

• Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 32 m2.

• Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

6) Tempat beribadah 7) Ruang UKS 8) Toilet

• Toilet berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.

• Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru.

• Banyak minimum jamban setiap sekolah 3 unit.

• Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.

• Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.

• Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

Keseluruhan bangunan tersebut harus memenuhi syarat kesehatan sebagai berikut:

• Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai.

• Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan tempat sampah, serta penyaluran air hujan.

• Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Dalam dokumen MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN (Halaman 38-42)