• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN

N/A
N/A
santi marlina

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM PENGEMBANGAN MERDEKA BELAJAR

DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MENGIKUTI MATA KULIAH

Manajemen Seminar, Penataran, dan Pelatihan

Yang dibina Prof. Dr. H. Imron Arifin, M. Pd, dan Dr. H. Juharyanto, M. Pd

OFFERING A9

Ananda Putri Rizkia (190132858017) Andisah Choirotun Nisa’ (190132758023) Anisa Kurnia Lestari (190132858013) Asnaul Lailina N. Z. (190132858016) Dyas Bintang P. (190132858001) Febby Aryani A. D. (190132758024) Indah Nurhayati (190132858003) Hiyasintus Ile Wulogening (190132858002) Lalu habiburrahman (190132858007) Lely Mifthachul Khasanah (190132858010) Mardi Umbu Andung (190132758021) Maria Olinda Tenis (190132858005) Maulidia Nur Maslikha (190132858014)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

APRIL 2020

(2)

DAFTAR ISI

A. Pengertian Dan Konsep Manajemen Pendidikan Anisa Kurnia Lestari - 190132858013

1. Pengertian Manajemen ... 1

2. Manajemen Pendidikan ... 1

3. Konsep Manajemen Pendidikan ... 2

4. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan ... 3

B. Pengertian Dan Konsep Merdeka Belajar Maulidia Nur Maslikha – 190132858014 1. Pengertian Merdeka Belajar ... 4

2. Konsep Merdeka Belajar ... 4

C. Manajemen Kurikulum Merdeka Belajar Ananda Putri Rizkia – 190132858017 1. Manajemen Kurikulum ... 6

2. Fungsi Manajemen Kurikulum ... 8

3. Bentuk – Bentuk Kurikulum ... 9

4. Rancangan One Lesson Plan Learning dalam Kurikulum Merdeka Belajar ... 9

D. Manajemen Pembelajaran Merdeka Belajar Dyas Bintang Perdana – 190132858001 1. Manajemen Pembelajaran ... 13

2. Fungsi Manajemen Pembelajaran ... 15

3. Peran Guru Dalam Pembelajaran Merdeka Belajar ... 18

E. Manajemen Peserta Didik Merdeka Belajar Lalu Habiburrahman – 190132858007 1. Definisi Manajemen ... 21

2. Definisi Peserta Didik ... 23

(3)

F. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Merdeka Belajar Febby Aryani Asfianti Dewi - 190132758024

1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 25

2. Aspek-Aspek Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia ... 26

3. Manajemen Sdm Dalam Kebijakan Merdeka Belajar ... 29

G. Manajemen Sarana Dan Prasarana Merdeka Belajar Asnaul Lailina N. Z. - 190132858016 1. Sarana Dan Prasarana Dalam Merdeka Belajar ... 32

2. Sarana Dan Prasarana di Indonesia ... 36

3. Manajemen Sarana dan Prasarana ... 37

4. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 38

5. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 39

6. Penyaluran Sarana dan Prasarana Pendidikan... 40

7. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 41

8. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 42

9. Penyimpanan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 42

10. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 43

H. Manajemen Humas (Human Relation & Public Relation In Education) Hiyasintus Ile Wulogening - 190132858002 1. Pengertian Public Relations (PR) dan Human Relation (HR) ... 46

2. Tujuan dan Fungsi Humas ... 48

3. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan ... 48

4. Pemberdayaan Sekolah dan Partisipasi Masyarakat ... 49

5. Manajemen Humas Merdeka Belajar ... 50

I. Manajemen Pembiayaan Merdeka Belajar Lely Mifthachul Khasanah - 190132858010 1. Manajemen Pembiayaan Pendidikan ... 54

2. Manajemen Pembiayaan Merdeka Belajar... 58

(4)

J. Manajemen Layanan Khusus Merdeka Belajar Maria Olinda Tenis – 190132858005

1. Manajemen Layanan Khusus ... 64

2. Manajemen Layanan Khusus Merdeka Belajar ... 64

K. Manajemen Rencana Strategis Indah Nurhayati – 190132858003 1. Manajemen Strategis ... 66

2. Manajemen Rencana Strategis Dan Merdeka Belajar ... 68

L. Tujuan, Prinsip Dan Teknik Supervisi Merdeka Belajar Andisah Choiirotun Nisa’ - 190132758023 1. Tujuan Supervisi Merdeka Belajar... 72

2. Prinsip Supervisi Merdeka Belajar... 74

3. Teknik Supervisi Merdeka Belajar... 75

M. Pendekatan Supervisi Saintifik, Artistik, Dan Klinik Dalam Merdeka Belajar Mardi Umbu Andung - 190132758021 1. Pendekatan Supervisi Saintifik/Ilmiah ... 80

2. Pengertian Supervisi Ilmiah ... 80

3. Kedudukan Supervisi Pembelajaran ... 80

4. Kelebihan Dan Kekurangan Supervisi Pendekatan Ilmiah ... 81

5. Pendekatan Supervisi Artistik ... 82

6. Pendekatan Supervisi Klinik ... 82

7. Pendekatan Supervisi Era “Merdeka Belajar” ... 83

(5)

Pendidikan merupakan aspek penting di dalam kehidupan ini, karena dalam proses pendidikan seseorang dibentuk agar dapat menjadi individu yang lebih berkualitas. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang telah ditempuh seharusnya semakin berkualitas pula output atau lulusan yang dihasilkan. Salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai ukuran kualitas output tersebut adalah bagaimana output atau lulusan mampu bersaing di dunia kerja (Putranto, dkk, 2012). Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan juga dituntut untuk terus mengikuti perkembangan jaman.

Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan cara berpikirnya yang berpengaruh terhadap cara bertindaknya untuk menjadi manusia yang lebih berguna dan berkualitas.. Alasan ini menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama untuk ditingkatkan oleh suatu negara sebagai upaya meningkatkan kualitas Hal ini juga terus mempengaruhi perubahan kebijakan pendidikan di Indonesia.

Perubahan kebijakan dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia pada satuan pendidikan, baik dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi atau pendidikan tinggi bahkan pendidikan formal maupun informal pada hakekatnya dapat menjadi acuan atau landasan dalam pembentukan karakter peserta didik menjadi lebih baik (Mulyasa, 2016). Untuk melaksanakan pendidikan di Indonesia maka perlu dilakukan sebuah pengelolaan yang efektif dan efisien. Salah satunya yaitu dengan melakukan manajemen pendidikan yang baik. Manajemen pendidikan melakukan pengelolaan dan pengaturan dari semua yang ada didalam lembaga pendidikan tersebut.

Mulai dari kurikulum, sumber daya manusia, pembiayaan, sarana dan prasarana, peserta didik, hubungan masyarakat, layanan khusus dan perencanaan strategis guna sebagai penunjang proses dalam pendidikan. Seiring dengan

(6)

perkembangan jaman dan perubahan menteri, selalu mengadakan perubahan yang untuk mengarahkan pendidikan di Indonesia menjadi lebih efektif dan efisien.

Perubahan yang terjadi mulai dari kurikulum yang digunakan. Dan saat ini menteri akan melakukan perubahan pendidikan Indoensia. Perubahan yang digadang-gadang yaitu Merdeka belajar.

Merdeka Belajar merupakan kebijakan yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim Anwar. Adanya kebijakan tersebut merupakan bentuk respon Mendikbud Nadiem terhadap fakta pendidikan di Indonesia yang masih belum menyentuh aspek kualitas. Laporan Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2019 menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia mengalami penurunan untuk bidang matematika dan literasi. Indonesia menduduki urutan ke enam dari bawah yaitu peringkat ke- 74 dari 79 negara yang berpartisipasi. Kondisi itulah yang kemudian mendorong Mendikbud Nadiem untuk melakukan revolusi pada sistem pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih baik, selain sebagai tindaklanjut atas amanat Presiden dan Wakil Presiden untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia (Kemendikbud, 2019). Tentu saja, akan banyak perombakan dan tidak memungkinkan perubahan, agar kebijakan ini dapat terlaksana dengan baik.

(7)

PENGERTIAN DAN KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN

Anisa Kurnia Lestari - 190132858013 PENGERTIAN MANAJEMEN

Menurut Terry dan Franklin (2003) manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa aktivitas seperti perecanaan, pengaturan, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk memenuhi standarisasi tujuan yang diinginkan. Manajemen merupakan kekuatan utama dalam organisasi mengatur atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sub-sub sistem dan menghubungkannya dengan lingkungan. Manajemen merupakan suatu proses di mana sumber-sumber yang semula tidak berhubungan satu dengan lainnya lalu diintegrasikan menjadi suatu sistem menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Manajemen merupakan sebuah lembaga penyelenggara serta sebagai manajemen administratif. Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan atau serangkaian yang berupa sebuah proses pengelolaan usaha kerja sama sekolompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada dan menggunakan fungsi- fungsi manajemen agar tercapainya tujuan secara efektif dan efisien (Kristiawan dkk, 2017).

Secara terminologis, pengertian manajemen telah diajukan oleh banyak tokoh atau ahli manajemen. Pengertian-pengertian yang diajukan berbeda- beda dan sangat terpengaruh dengan latar kehidupan, pendidikan, dasar falsafah, tujuan dan sudut pandangan tokoh dalam melihat persoalan yang dihadapi.

MANAJEMEN PENDIDIKAN

Manajemen pendidikan pada hakikatnya adalah usaha-usaha yang berhubungan aktifitas pendidikan yang terjadi proses mempengaruhi, memotivasi kreativitas anak didik dengan menggunakan alat-alat pendidikan,

(8)

metode, media, sarana dan prasarana yang diungerlukan dalam melaksanakan pendidikan (Romlah, 2016). Manajemen pendidikan dapat pula diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian sumberdaya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien (Usman, 2004). Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengkomonikasian, pemotivasian, penggangaran, pengendalian, pengawasan, penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas (Nur, 2016).

Manajemen pendidikan terdiri dari 2 (dua) kata yaitu manajemen dan pendidikan namun memiliki 1 makna. Manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai seluruh proses kegiatan bersama dalam bidang pendidikan dengan mendayagunakan semua sumber daya yang ada untuk dikelola guna mencapai tujuan pendidikan. Sumber daya dalam konteks manajemen pendidikan yaitu berupa man (manusia, guru, siswa, karyawan), money (uang, biaya), materials(bahan atau alat-alat pembelajaran), methods (teknik atau cara), machines (mesin, fasilitas), market (pasar) (Hidayat & Machali, 2012).

Manajemen Pendidikan adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Oemar Hamalik (2007) manajemen pendidikan adalah menyatukan beberapa unsur dalam pendidikan dan kemudian mencoba untuk dikembangkan dan fokus untuk mencapai pada tujuan dari manajemen pendidikan itu sendiri.

KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dalam dunia nyatanya pendidikan memiliki beberapa peranan dan fungsi untuk mencapi tujuan yang diinginkan. Sehingga ketika mengaplikasikan manajemen pendidikan dapat dilakukan dengan 4 langkah yang sering kita gunakan yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling).

(9)

a. Planing , proses penyusunan tujuan dan sasaran organisasi serta penyusunan “peta kerja” yang memperlihatkan cara pencapaian tujuan dan sasaran tersebut. Contoh perencanaan dalam lembaga pendidikan yaitu ketika memasuki semester baru kepala sekolah beserta staf lainnya membuat sebuah perecanaan terkait tujuan yang aka dicapai berupa program tahunan, program semester, rpp dan lainnya.

b. Organizing, proses penghimpunan SDM, modal, dan peralatan dengan cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan upaya pemaduan sumber daya.

c. Actuating, proses penggerakan orang-orang untuk melakukan kegiatan pencapaian tujuan sehingga terwujud efisiensi proses dan efektivitas hasil kerja.

d. Controlling, proses pemberian balikan dan tindak lanjut pembandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tindakan penyesuaian apabila terdapat penyimpangan.

RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN

a. Manajemen Kurikulum b. Manajemen Pembelajaran c. Manajemen Peserta Didik

d. Manajemen sumber daya manusia e. Manajemen Sarana dan Prasarana f. Manajemen Keuangan/Pembiayaan g. Manajemen Hubungan Masyarakat h. Manajemen layanan khusus

(10)

PENGERTIAN DAN KONSEP MERDEKA BELAJAR

Maulidia Nur Maslikha – 190132858014 PENGERTIAN MERDEKA BELAJAR

Merdeka belajar merupakan satuan unit Pendidikan yang mana sekolah, guru-guru dan murid memiliki kebebasan dalam berinovasi, kebebasan untuk belajar secara mandiri dan kreatif (kemendikbud, 2019). Sehingga esensi kemerdekaan berpikir harus berawal pada guru terlebih dahulu (Halida, 2019).

Konsep yang diterapkan oleh Kemendikbud yakni pertama, memberikan peluang kepada guru untuk berinovasi dalam pembelajaran. Kedua, dengan memberikan kebijakan untuk Gerakan refotmasi di sekolah masing-masing, sehingga pergerakan reformasi tidak hanya dipemerintahan maupun di kurikulm saja. Kemendikbud dan dinas Pendidikan membantu sekolah untuk membuka ruang dalam berinovasi. Sehingga penggerak yang ada di sekolah yakni “Guru penggerak”. Guru penggerak adalah guru yang lebih mengutamakan murid dan pembelajarannya lebih dari apapun. Tujuan dari guru penggerak yakni mengambil tindakan yang mengarah pada hal terbaik untuk peserta didik (Kemendikbud, 2019).

KONSEP MERDEKA BELAJAR

Adapun pokok dari kebijakan merdeka belajar 1. USBN

Situasi saat ini semangat UU Sisdiknas adalah memberikan keleluasaa bagi sekolah dalam menentukan kelulusan, namun USBN membatasi penerapan akan hal ini. Kemudian, kurikulum 2013 meruapakn kurikulum yang berbasis kompetensi, perlu adanya assesmen yang lebih hiolistik dalam mengukur kompetensi anak.

Maka dari itu, USBN akan diganti dengan ujian Assesmen yang diselenggarakan oleh sekolah. Ujian yang dilakukan akan lebih komprehensif

(11)

bisa melalui penugasan, karya tulis, dsb. Sehingga guru dan sekolah akan lebih merdeka dalam menilai hasil belajar siswa. Sedangkan anggaran USBN dapat dialihkan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah dalam meningatkan kualitas sekolah.

2. UN

Situasi saat ini, materi UN terlalu padat sehingga siswa akan lebih cindering penguji pada penguasaan konten bukan pada kompetensi penalaran. Selain itu, UN sudah menjadi beban siswa karena telah menjadi slah satu indicator penentu keberhasilan siswa. Maka dari itu, UN akan diubah menjadi assesmen kompetensi minimun dan survey karakter berupa literasi, numerasi, karakter yang mengacu pada praktik level internasional seperti PISA dan TIMSS.

3. RPP

Situasi saat ini guru lebih diarahkan pada format RPP yang lebih kaku, dan komponen terlalu banyak sehingga menghabiskan waktu banyak bagi guru, yang mana waktu tersebut bisa digunakan untuk persiapan dan evaluasi pembalajaran. Sehingga kebijakan yang terbaru yakni guru secara bebad dalam memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP yang terdiri dari 3 komponen inti yakni tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan assessment dan cukup 1 halaman. Dalam penulisannya dilakukan secara efisien dan efektif.

4. PPDB Zonasi

Situasi saat ini, tujuan peraturan PPDB zonasi yakni mmberikan akses Pendidikan berkualitas dengan mewujudkan tripusat Pendidikan yakni sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sehingga peraturan terkait PPDB kurang mengakomidir perbedaan situasi daerah, belum terealisasi dengan lancar di semua daerah, dan belum disertai dengan pemerataan jumlah guru. Sehingga kebijakan yang terbaru yakni daerah berwenang untuk menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi, melakukan pemerataan akses dan kualitas Pendidikan perlu diiringi dengan inisiatif lainnya oleh pemerintah daerah, seperti redistribusi guru ke sekolah yang kekurangan (Kemendikbud, 2019).

(12)

MANAJEMEN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

Ananda Putri Rizkia – 190132858017 MANAJEMEN KURIKULUM

Manajemen kurikulum adalah salah satu aspek yang paling mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan Nasional (Sulfemi, 2019). Prinsip dasar dari manajemen kurikulum sendiri adalah berusaha supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran serta mendorong guru untuk senantiasa menyusun dan menyempurnakan strategi pembelajarannya.

Adanya Kurikulum Merdeka Belajar diharapkan dapat membantu guru dan kepala sekolah dalam menyusun program dan kegiatan yang relevan dan mengarah pada tujuan yang ingin dicapai dari proses belajar di sekolah dan berkaitan dengan hal-hal esensial sehingga menumbuhkan kemerdekaan belajar pada diri siswa.

Manajemen adalah proses bekerja sama antar individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi (Harsey, 1988). Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta bahan yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Rusman, 2009).

Rusman (dalam Giarti, 2016) menuturkan bahwa manajemen kurikulum merupakan sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik yang dirancang untuk memudahkan pengelola pendidikan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar melalui tahapan perencanaan, implementasi, evaluasi dan penyempurnaan program agar kegiatan belajar mengajar terarah dengan baik.

(13)

Lestari (2006) mengemukakan bahwa siklus manajemen kurikulum, terdiri dari: (1) Tahap perencanaan; (2) Tahap pengembangan; (3) Tahap implementasi; (4) Tahap penilaian. Syafarudin & Amiruddin (2017) mengemukakan karakteristik dari perencanaan kurikulum antara lain: (a) harus berdasarkan konsep yang jelas; (b) harus dibuat dalam kerangka kerja yang komperhensif; (c) harus bersifat reaktif dan antisipasi; (d) Tujuan-tujuan pendidikan harus meliputi kebutuhan dan minat individu dan masyarakat; (f) Masyarakat luas mempunyai hak dan tanggung jawab untuk mengetahui berbagai hal; (g) kooperatif; (h) pendidik berhak merencanakan program sekoah yang dapat membimbing siswa; (i) memuat artikulasi program sekolah pada semua jenjang. Syafarudin & Amiruddin (2017) juga mengemukakan bahwa terdapat 5 hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum, antara lain: (1) Produktivitas, menyangkut hal yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum; (2) Demokratisasi, manajemen kurikulum harus dilaksanakan dengan berdasarkan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya; (3) Kooperatif, perlu adanya kerja sama dari semua pihak terlibat yang positif dalam manajemen kurikulum, guna memperoleh hasil yang diharapkan; (Efektivitas dan Efisiensi, untuk mencapai tujuan kurikulum, serangkaian kegiatan dalam manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifitas serta efisiensinya; (5) Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan.

Kegiatan kurikulum, berkaitan dengan dua hal, yaitu; (a) berkaitan dengan tugas guru, meliputi: pembagian tugas mengajar, dan pembagian tugas membina ekstrakurikuler; (b) berkaitan dengan proses pelaksanaan pembelajaran, meliputi: penyususnan jadwal pelajaran, program pembelajaran, pengisian daftar kemajuan kelas, kegiatan mengolah kelas, penyelenggaraan evaluasi hasil belajar, laporan hasil belajar, dan kegiatan bimbingan dan penyuluhan.

Pada tingkat satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum Nasional (standar kompetensi / kompetensi dasar) dengan

(14)

kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan sekolah (Rusman, 2009:4)

FUNGSI MANAJEMEN KURIKULUM

Sebelum diadakannya program kebijakan Merdeka Belajar, manajemen kurikulum sendiri memiliki berbagai fungsi. Salah satunya ialah membantu guru dan kepala sekolah dalam Menyusun program sekolah yang dapat membantu mencapai tujuan sekolah. Adapun fungsi manajemen kurikulum lainnya yaitu :

a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.

b. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakulikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.

c. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.

d. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.

e. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi

(15)

antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Di samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.

f. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara professional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat (Rusman, 2009:5)

BENTUK – BENTUK KURIKULUM

a. Subject matter/ subject centered curriculum, yaitu kurikulum yang terdiri atas mata pelajaran yang terpisah-pisah. Meteri yang dipelajari oleh siswa telah disusun secara logis oleh para ahli bidang studi.

Contohnya : Sejarah, Biologi.

b. Broad field/ fused/correlated curriculum, yaitu kurikulum yang disusun dengan mengkorelasikan atau menggabungkan sejumlah mata pelajaran dalam satu kesatuan dengan demikian terjadi perkawinan antar mata pelajaran sejenis. Contohnya : Ipa,Ips,Matematika,Bahasa Indonesia dan Kesenian.

c. Integrated Curriculum, yaitu kurikulum yang diorganisasikan dalam bentuk unit-unit tanpa harus ada mata pelajaran atau bidang studi. Pembelajaran dilaksanakan dengan “unit taching” dan materinya menggunakan “unit lesson”. Pelajaran disusun bersama guru dan murid, mengandung suatu masalah yang luas, menggunakan metode

“problem solving”, sesuai dengan minat dan perkembangan anak.

Contohnya: Agama,Bahasa,Perhitungan.

d. Core curriculum, yaitu kurikulum inti yang diberikan kepada semua murid untuk mencapai keseluruhan program kurikulum secara utuh. Contohnya: Agama, PPKN.

(16)

RANCANGAN ONE LESSON PLAN LEARNING DALAM KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, telah mengeluarkan kebijakan baru terkait penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang termaktub melalui surat edaran No. 14 tahun 2019 tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Kebijakan baru tersebut mempertimbangkan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi pada peserta didik. Efisien berarti penulisan RPP dilakukan dengan tepat dan tidak banyak menghabiskan banyak waktu dan tenaga.

Efektif artinya penulisan RPP dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan berorientasi pada peserta didik berarti penulisan RPP dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan, dan kebutuhan belajar peserta didik di kelas. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). RPP menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran di dalam mencapai sebuah Kompetensi Dasar (KD) yang ditetapkan dalam Kompetensi Inti (KI) dan dijabarkan dalam silabus. RPP wajib dimiliki guru sebagai bagian dari perangkat mengajar. RPP menjadi pedoman bagi guru kelas maupun guru mata pelajaran dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan.

Pertimbangan penyederhanaan RPP ini adalah guru-guru sering diarahkan untuk menulis RPP dengan sangat rinci sehingga banyak menghabiskan waktu yang seharusnya bisa lebih difokuskan untuk mempersiapkan. Terdapat 13 (tiga belas) komponen RPP yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dan semua komponen tersebut harus ada dalam penyusunan RPP.

Melalui penyederhanaan RPP ini, maka guru bebas membuat, memilih,

(17)

mengembangkan, dan menggunakan RPP sesuai dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi pada peserta didik. Terdapat 3 komponen inti dalam penyederhanaan RPP, yaitu tujuan pembelajaran, langkah- langkah (kegiatan) pembelajaran, dan penilaian pembelajaran (assessment), sedangkan komponen lainnya bersifat sebagai pelengkap.

a. Tujuan Pembelajaran ditulis dengan merujuk pada Kurikulum 2013 dan kebutuhan belajar peserta didik. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran dibuat berdasarkan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang telah ditentukan.

b. Langkah-langkah Pembelajaran ditulis secara efektif berupa kegiatan yang dapat secara langsung mencapai Kompetensi Dasar.

Meskipun demikian, kegiatan pembelajaran tetap dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik. Di dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik diajak untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya.

c. Penilaian Pembelajaran (Assesment) dibuat secara sederhana dengan tetap memperhatikan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian.

Dengan adanya kebijakan penyederhanaan RPP ini, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bisa saja dibuat hanya satu halaman, karena penyederhaan RPP tidak memerlukan persyaratan jumlah halaman.

Guru juga dapat memodifikasi format RPP yang sudah dibuat sesuai dengan prinsip efektif, efisien, dan berorientasi pada peserta didik. Berikut ialah contoh RPP 1 lembar atau One Lesson Plan Learning :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) No. ………

(18)

Satuan Pendidikan :………..

Pelajaran/Tema :……….

Kelas/Semester :……….

Materi Pokok :……….

Alokasi Waktu : ……….

1.Tujuan Pembelajaran

………

2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 2.1. Alat dan Bahan

2.1.1. Alat :

………

2.1.2. Bahan :

………

2.1.3. Pertanyaan

………

2.2. Siswa berlatih praktik /mengerjakan tugas halaman buku …..

………

2.3. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok/individu

………

2.4. Menyimpulkan dan Penilaian Pembelajaran 2.4.1. Kesimpulan Pembelajaran

………

2.4.2. Penilaian

………

……… 20….

Mangetahui Guru Mata Pelajaran/Kelas Kepala Sekolah

(19)

……….. …..………

NIP ………. NIP ………...………

* Catatan : Komponen lainnya sebagai pelengkap.(Riyanto, 2019)

MANAJEMEN PEMBELAJARAN MERDEKA BELAJAR

Dyas Bintang Perdana – 190132858001 MANAJEMEN PEMBELAJARAN

Manajemen pembelajaran merupakan sebuah aktivitas pengelolaan kegiatan pelaksanaan pembelajaran di kelas beserta seluruh komponen penunjang kegiatan tersebut. Menurut Zain dan Bahri (2010) pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang memiliki nilai edukatif yang terintegrasi dengan interaksi antara guru dengan siswa. Teori lain perihal pelaksanaan pembelajaran menurut Sudjana (2010) merupakan proses yang diatur dengan sedemikian rupa berdasarkan tahap-tahap tertentu agar tujuannya dapat tercapai secara optimal.

Pembelajaran merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk memberikan pengaruh kepada orang yang diberikan pelajaran agar mengerti terhadap pesan atau materi yang disampaikan. Pembelajaran sendiri tidak hanya sebatas aktivitas guru menyampaikan materi, namun ada sebuah kejadian atau hikmah yang bisa diambil dari pembelajaran tersebut. Selain itu, pembelajaran membutuhkan rangkaian kejadian yang dituangkan ke dalam media pembelajaran seperti bahan- bahan cetak, gambar, suara, alat peraga atau barang lainnya yang mampu mempermudah pembelajaran.

Manajemen dalam pembelajaran juga harus memenuhi beberapa unsur- unsur manajemen, yang menurut Winardi (1983) sudah dikenal sebagai “The Six MS”, yaitu Men, Money, Materials, Teachers, Methods, and Students. Berbagai macam unsur tersebut dalam prosesnya akan saling melengkapi dalam

(20)

pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Tujuan utamanya ialah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Dalam manajemen pembelajaran juga meliputi koordinasi beberapa unsur untuk terlibat di dalamnya. Hal yang perlu juga untuk dilakukan adalah manajemen sumber daya manusia, manajemen fasilitas hingga manajemen penilaian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan manajemen pembelajaran terdiri dari: 1) jadwal kegiatan guru dan siswa, 2) strategi pembelajaran, 3) pengelolaan bahan dan media pembelajaran, 4) pelaksanaan pembelajaran hingga 5) evaluasi pembelajaran.

Dalam mengelola pembelajaran, guru sebagai manajer melaksanakan berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan. Menurut Sudjana (2010) pelaksanaan proses pembelajaran meliputi pentahapan sebagai berikut:

1. Tahap pra Instruksional

Yakni tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar mengajar, yaitu:

1) Guru memulainya dengan berdoa bersama

2) Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak hadir.

3) Bertanya kepada siswa sampai di mana pembahasan sebelumnya.

4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya, dari pelajaran yang sudah disampaikan

5) Mengajukan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan bahan yang sudah diberikan.

(21)

6) Mengulang bahan pembelajaran yang lalu (sebelumnya) secara singkat tetapi mencakup semua aspek bahan.

b. Tahap Instruksional

Yakni tahap pemberian bahan pembelajaran yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1) Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.

2) Menjelaskan pokok materi yang akan di bahas.

3) Membahas pokok materi yang sudah dituliskan.

4) Pada setiap pokok materi yang di bahas diberikan contoh- contoh yang kongkrit, pertanyaan, tugas serta memberikan penanaman nilai-nilai akhlak dalam pelaksanaan pembelajaran.

5) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas 6) Pembahasan pada setiap materi pembelajaran.

7) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi dan mengintegrasikan nilai-nilai akhlak.

Berangkat dari konsep manajemen dan pembelajaran, maka manajemen pembelajaran secara eksplisit merupakan serangkaian kegiatan yang mengatur proses pembelajaran dari awal hingga akhir. Proses tersebut mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengarahkan hingga mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam pelaksanaan kebijakan Merdeka Belajar, secara teknis pelaksanaan manajemen pembelajaran harus menyesuaikan dengan esensi dan tujuan dari kebijakan tersebut.

FUNGSI MANAJEMEN PEMBELAJARAN

Fungsi manajemen memang banyak macamnya dan selalu berkembang maju, baik dalam bentuk penambahan maupun pengurangan sesuai dengan perkembangan teori organisasi dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan organisasi pada waktu bersangkutan. Untuk mencapai tujuannya organisasi memerlukan dukungan manajemen dengan berbagai

(22)

fungsinya yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi masing-masing.

Beberapa fungsi manajemen yaitu;

1. Perencanaan

Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Proses suatu perencanaan dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan menyangkut penetapan tujuan dan memperkirakan cara pencapaian tujuan tersebut.

Perencanaan merupakan fungsi sentral dari administrasi pembelajaran dan harus berorientasi ke masa depan.

Dalam pengambilan dan pembuatan keputusan tentang proses pembelajaran, guru sebagai manajer pembelajaran harus melakukan berbagai pilihan menuju tercapainya tujuan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, maupun sumber belajar untuk mencapai tujuan proses pembelajaran yang telah ditetapkan (Mulyasa, 2004).

Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol terhadap diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya dan berguna sebagai pegangan bagi guru itu sendiri (Suryosubroto, 1997). Aspek ini berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa di saat pembelajaran sedang berlangsung. Perencanaan pembelajaran dimaksudkan untuk agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yaitu perubahan tingkah perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.

(23)

Perencanaan pembelajaran dibuat bukan hanya sebagai pelengkap administrasi, namun disusun sebagai bagian integral dari proses pekerjaan profesional, sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, penyusunan perencanaan pembelajaran merupakan suatu keharusan karena didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.

2. Pengorganisasian

Fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam fungsi garis staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang.

Sedangkan strukturnya dapat horisontal atau vertikal. Semuanya itu memperlancar alokasi sumber daya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana (Fattah, 2001).

Yang tidak kalah penting dalam pengorganisasian adalah pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab haruslah dikondisikan dengan bakat, minat, pengalaman, dan kepribadian masing-masing personil yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi tersebut.

3. Pelaksanaan

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek- aspek abstrak proses manajemen , sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang- orang dalam organisasi. Actuating merupakan implementasi dari apa yang direncanakan dalam fungsi planning dengan memanfaatkan persiapan yang sudah dilakukan organizing (Wibowo, 2006).

Pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan

(24)

pemberian motivasi agar dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

4. Pengawasan

Fungsi pengawasan meliputi penentuan standar, supervisi, dan mengukur penampilan/ pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat kaitannya dengan perencanaan, karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur (Wibowo, 2006).

Dengan demikian pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan dimana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

Dari fungsi manajemen yang ada diatas, apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka fungsi manajemen pembelajaran adalah : a) Merencanakan, adalah pekerjaan seorang guru untuk menyusun tujuan belajar.

B) Mengorganisasikan adalah kegiatan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif dan efisien. C) Memimpin adalah kegiatan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong dan menstimulasikan siswanya sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan tujuan. D) Mengawasi adalah kegiatan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan.

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MERDEKA BELAJAR

Mengatakan guru adalah kunci, itu sama saja dengan mengalihkan tanggung jawab dan menjebak guru untuk gagal. Iwansah (2020) dalam Intens News mengatakan tentu guru berperan penting dalam pendidikan, namun tuntutan akan besarnya peran –atau secara spesifik tingginya kompetensi—

(25)

tidak akan tercapai saat guru tidak memiliki hal yang asasi: yaitu kemerdekaan. Kemerdekaan guru dalam jangka panjang berperan sentral untuk menumbuhkan kemerdekaan belajar peserta didik dan nantinya cita-cita demokrasi negeri ini.

Yang terjadi dalam pengembangan guru saat ini, kemerdekaan seringkali dibungkam dengan tunjangan atau tekanan. Pendidikan menjadi proses yang penuh dengan kontrol, bukan dengan pemberdayaan. Di banyak negara, memasuki profesi guru adalah proses yang sangat selektif untuk orang-orang pilihan. Namun menjalaninya didukung dengan banyak kemerdekaan dan kemudahan. Di negeri kita sebaliknya. Menjadi guru seringkali mudah, namun batasan dan tekanan di dalam profesinya sangat menantang.

Merdeka belajar yang menawarkan konsep kebebasan berfikir sepatutnya dimulai dari sisi guru dahulu. Tanpa adanya refleksi guru tentang sebuah kemerdekaan berfikir, maka segala konsep terkait dengan materi pembelajaran tidak akan bisa direfleksikan kepada para siswa. Guru selain berperan sebagai salah satu sumber belajar, peran lainnya ialah sebagai fasilitator pembelajaran.

Sebagai fasilitator pembelajaran, guru diharapkan mampu merancang pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dengan tetap berpatokan pada tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Dihadapkan pada kenyataan bahwa siswa siswi masa kini yang cukup akrab dengan hadirnya berbagai teknologi untuk mendapatkan informasi, guru diharapkan mampu melihat ini sebagai sebuah peluang yang baik. Dimana setiap perangkat yang digunakan oleh siswa menjadi salah satu sumber belajar yang mampu menunjang eksplorasi materi yang lebih luas. Dalam pengawasannya, guru menjadi pengawal dalam pelaksanaan pembelajaran yang sehat, bijak dan bertanggung jawab.

Manajemen yang dilakukan pada unsur guru ini lebih menekankan adanya kebebasan guru dalam berekspresi, tetapi tetap dalam koridor norma yang berlaku. Pemberian keleluasaan kepada guru untuk memilih cara atau metode mengajar sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan siswa di kelas

(26)

merupakan salah satu bentuk kemerdekaan. Hingga pada merdeka untuk meilai proses belajar siswa dengan berbagai jenis dan bentuk instrumen penilaian, merdeka dari berbagai penyusunan administrasi yang memberatkan, merdeka dari politisasi dan eksploitasi tenaga pendidik, hingga merdeka dari segala intimidasi dari pihak internal maupun eksternal.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama ini, guru diarahkan mengikuti format RPP secara kaku. Tetapi nanti guru akan bebas memilih, membuat, menggunakan dan mengembangkan format RPP. Dulu, RPP terlalu banyak komponen dan guru diminta menulis sangat rinci (satu dokumen RPP bisa lebih 20 halaman). Tetapi nanti akan dipersingkat yakni RPP berisi tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan asesmen. RPP hanya 1 halaman saja. Sehingga penulisan RPP dilakukan dengan efisien dan efektif yang menjadikan guru punya waktu untuk mempersiapkan juga mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.

Tahap evaluasi dalam pembelajaran mulai tahun 2020 USBN akan diganti dengan ujian (asesmen) yang diselenggarakan hanya oleh sekolah. Nantinya, ujian dilakukan untuk menilai kompetensi siswa. Dimana ujian dalam bentuk tes tertulis dan atau bentuk penilaian lain yang lebih komprehensif. Seperti portofolio dan penugasan (tugas kelompok, karya tulis dan sebagainya).

Dengan begitu, guru dan sekolah lebih merdeka dalam menilai hasil belajar siswa. Bahkan diharapkan anggaran USBN dialihkan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah guna meningkatkan kualitas pembelajaran.

(27)

MANAJEMEN PESERTA DIDIK MERDEKA BELAJAR

Lalu Habiburrahman – 190132858007 DEFINISI MANAJEMEN

Secara etimologi manajemen merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan.

Management berakar dari kata kerja (verb) to manage yang berate mengurus, mengatur, melaksanakan atau mengelola. Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Luther Gulick memandang manajemen sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.

Manajemen dalam arti umum serta luas merupakan suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif, dan efisien. Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu:

a. Perencanaan (Planning) b. Pengorganisasian (Organizing c. Pimpinan (leading)

d. Pengawasan (Controling)

Dalam menjalankan merdeka belajar ini ada bebrapa aspek keadilan dan mutu pendidikan yang harus diperhatikan.

a. Lifelong learning adalah tema sentral dalam era 4IR (Shwab, 2016); basic education yang bermutu dan berkeadilan adalah instrumen ampuh untuk mewujudkannya.

(28)

b. Konsep keadilan: keadilan pendidikan memberikan kemungkinan yang sama bagi semua siswa yang berasal dari berbagai latar belakang sosial- ekonomi & wilayah untuk memperoleh akses dan sukses dalam belajar c. Free & compulsory basic education: adalah prasyarat untuk mewujudkan

layanan pendidikan yang adil dan bermutu.

d. Perlu didukung oleh kapasitas Pemda (fiscal & educational) yang memadai agar tidak secara terus-menerus mengandalkan Pemerintah .

1. Konsep Manajemen Peserta Didik

Manajemen peserta didik merupakan suatu kajian di dalam program studi administrasi pendidikan/manajemen pendidikan. Beberapa literatur mengenai manajemen peserta didik di Indonesia telah ada sejak beberapa dekade lalu.

Literatur ini menggambarkan ruang lingkup manajemen peserta didik dengan kekhasannya masing-masing sebagai berikut.

a. Pengelolaan kelas dan siswa dengan pendekatan evaluasi memuat pernyataan bahwa manajemen peserta didik lebih fokus pada manajemen kelas dalam situasi belajar mengajar.

b. Manajemen peserta didik; tujuan, fungsi dan prinsip manajemen peserta didik; ruang lingkup manajemen peserta didik (analisis kebutuhan peserta didik, rekruitmen, seleksi, orientasi, penempatan/pembagian kelas, pembinaan dan pengembangan peserta didik, pencatatan dan pelaporan, kelulusan dan alumni); layanan yang menunjang manajemen peserta didik (bimbingan dan konseling, perpustakaan, kantin/kafetaria, layanan kesehatan, transportasi sekolah, asrama); dan studi kasus.

c. Manajemen peserta didik berbasis sekolah (Imron, 2011) yang meliputi konsep dasar manajemen peserta didik berbasis sekolah (MPDBS), perencanaan, penerimaan, orientasi, mengatur kehadiran dan ketidakhadiran, pengelompokan, dan evaluasi hasil belajar peserta didik, serta sistem tingkat dan sistem tanpa tingkat, mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out, dan kode etik, pengadilan, hukuman dan disiplin peserta didik.

(29)

DEFINISI PESERTA DIDIK

(ali imron, 1998) Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat.

Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid). Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang mencari, sedangkan menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, dimana ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa.

Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi orang yang baik, selanjutnya memperoleh kebahagiaan dunia dan akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiap mu’alim dan murabbi yang menangani pendidikan dan pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak yang dilepaskan beitu saja dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi seorang yang celaka dan binasa. Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, dan umat beragama

(30)

menjadi peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama

Maka dari manajemen peserta didik terdapat sub aspek penting setelah peserta didik masuk dalam lingkungan pendidikan terutama dalam sekolah.

Prosoes pembinaan, disiplin peserata didik, yaitu proses pembinaan pada peserta didik agar mereka dapat melakukan proses pendidikan secara maksimal. Penddikan memang jalur utama yang harus ditempuh untuk ikut dalam perkembangan zaman. Pendidikan merupakan sarana untuk membekali generasi baru dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibituhkan untuk dapat bertahan dalam kelompok masyarakat. Pembinaan peserta didik adalah membina peserta didik sehingga berkembang kemampuannya secara maksimal sesuai dengan tujuan sekolah. Pembinaan peserta didik dilakukan sehingga anak mendapat bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa depan. Oleh sebab itu, sangat penting bagi sekolah untuk membina mereka agar mereka mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat belajar mereka sehingga diharapkan dapat menciptakan suatu keadaan dimana peserta didik dapat lebih tertib dan lebih mementingkan tugas-tugas belajarnya.

(31)

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) MERDEKA BELAJAR

Febby Aryani Asfianti Dewi - 190132758024 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Manajmen menurut Fatah (2001) diartikan sebagai proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,dan pengendalian. Karena sumber daya manusia dianggap semakin penting peranannya dalam pencapaian tujuan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang sumber daya manusia (SDM) dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut dengan manajemen sumber daya manusia.

Istilah “manajemen“mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana harusnya memanage (mengelola) sumber dayamanusia (Almasri, 2016).

Menurut Mangkunegara Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan dam pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Subekhi, 2012: 21). Menurut Soekidjo Notoatmadjo Manajemen sumber daya manusia atau Manajemen Personalia adalah merupakan suatu pengakuan terhadap pentingnya sumber daya manusia atau tanaga kerja dalam organisasi, dan pemanfaatannya dalam berbagai fungsi dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi (Notoatmadjo, 2009: 85). Menurut Mathi dan Jackson Manajemen sumber daya manusia adalah rancangan sistem- sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi (Subekhi, 2012: 18).

Dalam konteks manajemen sekolah, perencanaan sumber daya manusia merupakan proses penentuan kebutuhan masa yang akan datang berdasarkan

(32)

perubahan-perubahan yang terjadi dari hasil analisis dan persediaan tenaga yang ada di sekolah (Cahyo, 2017). Manajemen sumber daya manusia dalam peningkatan kualitas sekolah : Perencanaan sumber daya manusia, recruitment sumber daya manusia, seleksi penenpatan sumber daya manusia, pelatihan dan pengembangan, penilaian prestasi kerja, kesejahteraan pegawai (kompensasi), pemutusan hubungan kerja. Sehingga dapat dikatakan MSDM pada sekolah merupakan hal yang penting dilakukan agar pendayagunaan SDM di sekolah dapat secara maksimal sehingga tujuan dari penyelenggaraan pendidikan dapat tercapai secara maksimal pula.

ASPEK-ASPEK DALAM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Menurut Handoko (2001) fungsi manajemen sumber daya manusia terdiri antara lain:

1.

Perencanaan Perencanaan SDM (human resources planning) adalah perencanaan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian.

2.

Pengorganisasian Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi.

Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan, dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.

3.

Pengarahan Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekeja sama dan bekerja efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

Pengarahan dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.

4.

Pengendalian Pengendalian (controlling) adalah kegiatan pengendalian semua karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau

(33)

kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana.

Pengendalian karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksanaan pekerjaan dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.

5.

Pengadaan Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu mewujudkan tujuan.

6.

Pengembangan Pengembangan (development)adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberian harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.

7.

Kompensasi Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalam jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.

8.

Pengintegrasian Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperolah laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam MSDM karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.

9.

Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pension.

Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagaian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.

(34)

10.

Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksima. Kedisiplinan adalah kegiatan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma social.

11.

Pemberhentian Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pension, dan sebab-sebab lainnya (Subekhi, 2012: 39 - 42).

Menurut Ravai (2005: 14), Manajemen SDM merupakan bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri pada SDM. Adapaun fungsi-fungsi manajemen SDM seperti halnya fungsi manajemen umum yaitu:

1.

Fungsi Manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian.

2.

Fungsi Operasional seperti pengadaan tenaga kerja, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, pemutusan hubungan kerja.

Rekruitmen dan seleksi Sumber Daya Manusia yaitu praktek atau kegiatan yang dijalankan oleh organisasi dengan tujuan utama mengidentifikasi dan menarik karyawan potensial. Kegiatan perekrutan dirancang untuk mempengaruhi (1) jumlah orang yang mengajukan lowongan, (2) tipe orang yang mengajukan permohonan mereka, dan / atau (3) kemungkinan bahwa mereka yang melamar lowongan akan menerima posisi jika ditawarkan. Tujuan dari program perekrutan organisasi adalah untuk memastikan bahwa organisasi memiliki jumlah pelamar yang cukup memenuhi syarat (yang akan menemukan pekerjaan yang dapat diterima) untuk dipilih ketika terjadi kekosongan (Noe, dkk.: 2006). Sekolah sebagai suatu organisasi memerlukan tenaga pendidik dan kependidikan sebagai sumber daya manusia yang akan menopang jalannya roda organisasi. Sumber daya manusia yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah tenaga pendidik atau guru. Tujuan utama dari proses seleksi adalah untuk memperoleh guru yang siap berkompeten, menjunjung tinggi profesionalitas

(35)

dalam menjalankan tugas serta tanggung jawabnya dan berkomitmen menghasilkan kualitas terbaik untuk mencapai sasaran lembaga pendidikan.

Maka dari itu dalam proses penerimaan tenaga pendidik baru, diharapkan sekolah harus benar-benar memperhatikan Bagaimana kualitas guru tersebut.

Guru yang direkrut harus memiliki integritas dan profesionalisme yang tinggi.

Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat pendidikan, kecerdasan, pengalaman, dan lain sebagainya, cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui hal-hal tersebut yaitu dengan melakukan seleksi terhadap calon guru sebagai pelamar. Dari hasil seleksi inilah SDM kemudian didayagunakan agar potensi dan kemampuan dapat terasah secara maksimal.

Dalam institusi pendidikan yang termasuk dalam penggolongan SDM secara umum adalah (Rahmawati, 2012):

1.

Tenaga Kependidikan terdiri atas tenaga pendidik (guru, pembimbing, penguji), pengelola satuan pendidikan, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar lainnya.

2.

Tenaga lain yang mengurusi masalah-masalah manajerial atau administrasi kependidikan.

MANAJEMEN SDM DALAM KEBIJAKAN MERDEKA BELAJAR

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap masyarakat dalam meningkatkan kecerdasan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat membantu masyarakat meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi persaingan yang kompetitif (Bayu, 2012). Pendidikan merupakan bentuk usaha yang dilakukan seseorang guna meningkatkan potensi serta kualitas hidup masing-masing. Proses pendidikan bisa terjadi dimana saja, baik itu secara formal maupun nonformal. Idealnya proses pendididkan secara formal dilakukan di sekolah. Dalam konteks pendidikan Indonesia menjadi sahu hal yang sangat penting, bahkan telah dimuat dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hokum Negara bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung jawab Negara.

(36)

Kebijakan pendidikan tidak dapat dilepaskan dengan hakikat pendidikan dalam proses memanusiakan anak manusia menjadi manusia merdeka. Manusia meredeka adalah manusia yang kreatif yang terwujud di dalam budayanya.

Manusia dibesarkan di dalam habitusnya yang membudaya, dia hidup di dalam budayanya dan dia menciptakan atau merekonstruksi budayanya itu sendiri (Tilaar

& Nugroho, 2008).

Dalam kaitannya dengan “Merdeka Belajar” yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, memahami dan mengubah cara pandang pendidikan dengan kacamata aliran filsafat progresivisme perlu dilakukan. Hal ini karena, progresivisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang berasumsi bahwa manusia itu mempunyai kemampuan yang unik dan luar biasa serta dapat mengatasi berbagai permasalahan yang mengancam manusia itu sendiri.

Progresivisme juga menolak corak pendidikan yang otoriter yang terjadi di masa lalu dan sekarang. Pendidikan yang otoriter dianggap dapat menghambat dalam mencapai tujuan-tujuan yang baik, karena kurang menghargai kemampuan yang dimiliki manusia dalam proses pendidikan. Padahal dalam pendidikan semua elemen dianggap sebagai motor penggerak untuk mencapai sebuah kemajuan atau progres ke depan. Dengan demikian, bagi progresivisme, ide-ide, teori-teori, dan cita-cita tidak cukup hanya diakui sebagai hal-hal yang ada (being), tetapi yang ada ini harus dicari maknanya untuk mencapai sebuah kemajuan (Mustaghfiroh, 2020).

Ada 4 hal yang menjadi poin pokok dalam kebijakan merdeka belajar yaitu: 1) Ujian SEkolah Berstandar Nasional (USBN), 2) Ujian Nasional (UN), 3) Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan 4) Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi (Kemdibu, 2019). Poin penting yang ingin dibahas disini adalah tentang bagaimana menyusun rangkaian kegiatan pembelajaran dalam penerapan merdeka belajar. Pemberian model-model kegiatan dari setiap langkah pembelajaran menjadi pilihan yang digunakan. RPP yang digunakan harus sejalur dengan prinsip merdeka belajar sehingga akan menunjang kegiatan pembelajaran. Dalam hal yang berkaitan dengan RPP pada merdeka belajar, yang

(37)

dimerdekakan bukan hanya siswa dan proses pembelajarannya melainkan juga gurunya.

Menurut Penulisan RPP dilakukan dengan tepat dan tidak menghabiskan banyak waktu dan tenaga, penulisan RPP dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran serta penulisan RPP dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan, dan kebutuhan belajar murid di kelas.

Terkait dengan kebijakan ini. uru dapat tetap menggunakan format RPP yang telah dibuatnya. Guru dapat pula memodifikasi format RPP yang sudah dibuat sesuai dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi kepada murid (Kemdikbu, 2019).

Yang menjadi salah satu faktor utama yang dipertimbangkan dalam kebijakan merdeka belajar terkait RPP adalah kebutuhan guru sebagai tenaga pendidik dan SDM di sekolah. Guru-guru sering diarahkan untuk menulis RPP dengan sangat rinci sehingga banyak menghabiskan waktu yang seharusnya bisa lebih difokuskan untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.

(38)

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA MERDEKA BELAJAR

Asnaul Lailina N. Z. - 190132858016

SARANA DAN PRASARANA DALAM MERDEKA BELAJAR

Esensi kebijakan merdeka belajar ialah pemberian kesempatan peserta didik untuk dapat belajar secara bebas sesuai bakat alami dan minat yang dimiliki (LPMPJATIM, 2020). Merdeka belajar seperti dikemukakan Sylviana Murni, ialah sarana memfasilitasi kemerdekaan berpikir dalam lingkup pendidikan (idntimes.com, 2020). Menurut Hamka (dalam Setiawan, 2016), istilah merdeka mencakup tiga dimensi yaitu: merdeka atas kemauan, merdeka atas pikiran, dan merdeka atas jiwa. Ketiga dimensi tersebut jika dikaitkan dengan konsep merdeka belajar, berarti memberikan siswa kebebasan untuk mempelajari apa yang ingin dipelajari tanpa merasa terbebani dengan tuntutan nilai dan kompetensi yang harus dimiliki.

Implementasi kebijakan merdeka belajar erat kaitannya dengan sarana dan prasarana. Untuk mewujudkan kemerdekaan berpikir, sarana dan prasarana yang aman dan nyaman mutlak diperlukan sehingga dapat selalu terwujud kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan merupakan pengguna aktif sarana dan prasarana. Mereka memiliki hak dan kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan sarana dan prasarana sekolah yang tersedia untuk dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran (Ambarwati dkk., 2015). Tenaga pendidikan menggunakan sarana dan prasarana untuk menunjang penyampaian materi dalam kegiatan belajar mengajar.

Sementara tenaga kependidikan menggunakan sarana dan prasarana untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan diluar kegiatan belajar mengajar.

Sarana adalah semua perangkat yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan disekolah, seperti perabotan, media pembelajaran, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan disekolah, seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang guru, ruang tata usaha, lapangan

(39)

olahraga, tempat beribadah, dan lain sebagainya (Depdiknas, 2008). Sulit mencapai tingkat keberhasilan pendidikan dan pembelajaran yang maksimum tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai dan relevan.

Untuk itu, setiap satuan pendidikan baik formal dan non formal harus menyediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik sehingga dapat menunjang proses pembelajaran merdeka secara efektif dan berkelanjutan. Hal tersebut telah diatur dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sarana dan Prasarana Pendidikan. Sarana dan prasarana merupakan salah satu standar yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang selanjutnya dilakukan perubahan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013. Peraturan tersebut mengimplikasikan kualitas sekolah yang dapat diketahui berdasarkan ketersediaan dan kelayakan sarana dan prasarana untuk dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Pemenuhan sarana dan prasarana untuk menunjang kemerdekaan berpikir peserta didik harus dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga dapat memberikan dampak maksimal pada penyelenggaraan pendidikan.

Sebagai upaya berkelanjutan untuk hal itu, pemerintah kemudian mengeluarkan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Berdasarkan peraturan tersebut disebutkan secara eksplisit setiap satuan pendidikan sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1) Ruang kelas

• Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang tidak

(40)

• memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.

• Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.

• Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik.

• Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik.

• Rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas 30 m2 dan lebar minimum ruang kelas 5 m.

• Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.

• Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya serta dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.

2) Ruang perpustakaan

• Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

• Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas.

Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.

• Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.

• Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai 3) Laboratorium IPA

• Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.

• Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu mendukung kegiatan dalam bentuk percobaan.

• Setiap SD/MI dilengkapi sarana laboratorium IPA 4) Ruang pimpinan

• Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan

pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan prinsip- prinsip Islam dalam pengembangan manajemen mutu pendidikan dan untuk mengetahui faktor penghambat

Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah manajemen pengembangan koleksi buku perpustakaan dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 21 Makassar

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan pembahasan atas data yang berhasil dihimpun tentang manajemen pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis

Lembaga pendidikan yang bermutu merupakan lembaga pendidikan yang memiliki perencanaan dan strategi pencapaian mutu yang baik.. mutu pengembangan LPI adalah dengan;

Pengembangan manajemen pendidikan inklusif di sekolah dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain meningkatkan kompetensi guru dalam hal pendidikan inklusif, seperti

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan partisipasi pendidikan pesantren dalam upaya pengembangan manajemen budaya islami di MA Darusshalihin

manajemen pendidikan memiliki fungsi dan tugas yaitu perencanaan, perekrutan, penempatan kerja,kompensasi, pembinaan dan pengembangan, dan mengevaluasi.Prinsip prinsip manajemen adalah

Penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan aspek-aspek manajemen perubahan dalam pengembangan kapasitas sekolah dalam penerapan manajemen berbasis sekolah pada satuan pendidikan