• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar

5.4 Sarana dan Prasarana

Kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di lokasi obyek wisata dapat memberikan kenyamanan pada pengunjung dalam kegiatan wisata. Kondisi sarana dan prasarana yang tersedia masih membutuhkan penataan serta peningkatan kualitas dan kuantitasnya seperti yang tersaji pada gambar 37. Beberapa sarana dan prasarana yang sudah tersedia di lokasi wisata yaitu mushola, MCK, shelter, tempat sampah, tempat parkir dan warung. Secara umum sarana dan prasarana yang diharapkan tersedia oleh pengunjung berdasarkan kuisioner di sekitar lokasi obyek wisata antara lain pusat informasi, papan interpretasi, penginapan, toko cinderamata, tempat makan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana.

64

(c) (d)

Gambar 37 (a) mushola di Buper Palutungan, (b) tempat ganti pakaian di Lembah Cilengkrang, (c) MCK di Buper Cibunar dan (d) MCK sementara di Buper Balongdalam.

Namun pada lokasi wisata Lembah Cilengkrang sudah terdapat beberapa papan interpretasi berupa pengenal jenis tumbuhan. Penginapan bagi pengunjung yang ada di Buper Palutungan biasanya menggunakan warung-warung setempat. Sedangkan untuk kios cinderamata hanya ada di lokasi wisata Telagaremis berupa kerajinan tangan papan nama dari kayu dan Buper Cibunar berupa kerajianan tangan berupa ukiran dari bambu, stiker TNGC dan baju berlogo TNGC.

Pembangunan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata ini selain untuk penataan lokasi juga bertujuan untuk pengelolaan pengunjung diantaranya:

1. Pembatasan penggunaan lokasi wisata, bertujuan untuk membatasi dampak negatif dari aktivitas pegunjung terhadap kawasan (misalnya blok rawan kebakaran, blok habitat jenis satwa atau tumbuhan tertentu), pemusatan penggunaan area perkemahan dan pembatasan terhadap perilaku pengunjung yang menyimpang, sehingga perlu adanya pembatasan area gerak pengujung untuk menjaga image lokasi wisata selain dengan adanya pengawasan dan patroli dari petugas.

2. Penyebaran pengunjung, bertujuan untuk menghindari pemusatan pengujung pada satu obyek misalnya pada lokasi wisata Telagaremis pengunjung paling banyak berada di sekitar Telagaremis dan tidak menyebar ke lokasi wisata telaga lainnya.

3. Pendidikan lingkungan hidup, bertujuan memberikan pemahaman mengenai pengetahuan alam melalui papan interpretasi

65

5.5Pengunjung

5.5.1 Karakteristik Pengunjung

Pengunjung merupakan konsumen dari kegiatan pariwisata alam. Oleh karena itu, karakteristik pengunjung perlu diketahui untuk menentukan arah pengembangan suatu obyek wisata baik bentuk dan jenis kegiatannya, agar sesuai dengan karakter pengunjung. Data karaktetistik pengunjung disajikan pada Tabel 10 yang terdiri dari jumlah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, tingkat pendapatan dan asal pengunjung.

Tabel 10 Karakteristik pengunjung obyek wisata di TNGC wilayah SPTN I Kuningan

No. Komposisi pengunjung

Jumlah (orang) Total persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 Jenis kelamin 1. Laki-laki 26 20 2 15 7 26 20 62,70 2. Perempuan 12 8 1 8 6 14 20 37,30 Struktur umur 1. Anak-anak (<12 tahun) 6 3 - - - 1 3 7,03 2. Remaja (13-21 tahun) 15 11 1 11 12 21 25 51,89 3. Dewasa (22-40 tahun) 15 11 2 10 - 16 8 33,51 4. Tua (>41 tahun) 4 3 - 2 1 2 4 7,57 Tingkat pendidikan 1. SD 5 1 - - - 1 2 4,86 2. SLTP 5 5 - - 2 1 2 11,89 3. SLTA 19 10 3 5 10 21 9 44,32 4. Perguruan tinggi 9 12 - 18 1 17 14 38,92 Pekerjaaan 1. Pelajar/mahasiswa 18 15 - 14 12 25 29 61,08

2. Pegawai Negeri Sipil 5 6 2 2 1 5 3 12,97

3. Pegawai Swasta 11 6 - 7 - 6 6 19,46 4. Pengusaha 2 - - - - 1 - 1,62 5. Lainnya 2 1 1 - - 3 2 4,86 Tingkat pendapatan 1. < 700.000 21 13 2 12 9 29 30 62,70 2. 700.000 – 1.400.000 1 9 1 2 3 2 3 11,35 3. 1.400.000 – 2.100.000 11 3 - 4 - 8 5 16,76 4. >2.100.000 5 3 - 5 1 1 2 9,19 Asal pengunjung 1. Kuningan 4 10 - 7 13 19 18 38,38 2. Luar daerah 34 18 3 16 - 21 22 61,62

Berdasarkan data hasil kuesioner tersebut (Tabel 10) dapat terlihat bahwa pengunjung yang datang berwisata ke obyek wisata di TNGC wilayah SPTN I Kuningan cukup beragam. Sebagian besar pengunjung 62,7% laki-laki, kelas umur terbanyak yang berwisata adalah remaja 51,9% dan dewasa 33,5%. Tingkat pendapatan pengunjung 62,7% kurang dari Rp. 700.000 hal ini dikarenakan

66 sebagian pengunjung memiliki jenis pekerjaan 61,1% masih pelajar/mahasiswa dengan tingkat pendidikan tertinggi 44,3% SLTA dan 38,9% perguruan tinggi. Pengunjung obyek wisata di TNGC masih merupakan pengunjung lokal yang datang dari daerah Kuningan sendiri yaitu 38,38% serta dari luar daerah 61,6% yang didominasi oleh pengujung asal Cirebon, Majalengka, dan Indramayu. Namun ada juga yang berasal dari Bandung, Jakarta, Sumedang dan daerah Jawa Tengah.

5.5.2 Tujuan dan Aktivitas Pengunjung

Berdasarkan hasil kuisioner, pengunjung yang datang ke obyek wisata TNGC wilayah SPTN I Kuningan umumnya datang bersama rombongan (68,11%), keluarga (9,19%), pasangan (21,08%) dan datang sendiri (1,62%). Pengunjung yang datang hampir 59,46% menggunakan kendaraan pribadi berupa motor baik yang berpasangan maupun rombongan. Sedangkan pengunjung yang menggunakan kendaraan sewaan 19,46% dan umum 21,08% merupakan pengunjung yang rombongan sekolah, organisasi atau perkumpulan biasa.

Tujuan pengunjung yang datang ke lokasi obyek wisata di TNGC sebagian besar 62,16% memiliki ketertarikan terhadap suasana pemandangan alam yang masih alami dengan udara khas pegunungan yang sejuk. Setiap lokasi wisata alam dianggap mempunyai keindahan alam yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan lokasi wisata lainnya. Pengunjung yang datang ke lokasi obyek wisata alam di TNGC selain untuk menikmati pemandangan alam, mereka juga sering menggunakan lokasi wisata sebagai daerah tujuan study tour 27,57%. Obyek wisata yang paling banyak digunakan untuk study tour adalah obyek wisata bumi perkemahan. Bahkan terdapat sekolah tertentu yang menjadi pengunjung tetap setiap tahun pada lokasi wisata tertentu untuk kegiatan berkemah atau pelantikan ekstrakurikulernya.

Aktivitas yang disukai oleh pengunjung yang datang bersama keluarga antara lain bermain air dan makan-makan di sekitar obyek wisata. Selain itu juga, aktivitas pengunjung yang banyak disukai yaitu fotografi (7,57%) pengunjung dapat mendokumentasikan keindahan alam khas pegunungan Ciremai. Namun sebagian besar pengunjung datang untuk menikmati pemandangan alam (81,08%) biasanya aktivitas ini banyak dilakukan oleh pengunjung yang berusia remaja dan

67 dewasa. Aktivitas tersebut antara lain jalan-jalan berkeliling obyek wisata dan duduk-duduk santai memandangi suasana alam. Bahkan pada beberapa obyek wisata seperti Telagaremis, Paniis, Lembah Cilengkrang dan Buper Palutungan terdapat pengunjung yang datang untuk melihat tumbuhan (5,95%) dan mengamati satwa di Lembah Cilengkrang dan Telagaremis (1,08%).

Sumber informasi mengenai keberadaan obyek wisata alam di TNGC khususnya wilayah SPTN I Kuningan diperoleh pengunjung dari teman atau keluarga (95,14%), radio (2,16%) dan 1,62% dari majalah, serta televisi dan leaflet (0,54%). Promosi wisata yang telah dilakukan oleh Disparbud dan pihak taman nasional antara lain mengunakan fasilitas radio daerah, leaflet, buku informasi wisata, pembuatan website informasi obyek wisata daerah dan ikutserta dalam kegiatan pameran kepariwisataan daerah.

5.5.3 Penilaian terhadap Obyek Wisata

Berdasarkan hasil kuisioner penilaian pengunjung cukup beragam terhadap obyek wisata, lingkungannya, pelayanan, dan fasilitas yang ada. Panorama keindahan alam 81,08% dinilai baik, namun dalam pengelolaan flora dan fauna 46,49% menilai cukup. Hal ini dikarenakan pengunjung belum bisa menikmati keragaman flora dan fauna yang ada di obyek wisata alam tersebut, pengunjung masih melihat adanya kerusakan pada beberapa jenis pohon seperti luka bekas koakan atau pengambilan getah pinus dan pengumpulan atau pematahan ranting pohon untuk kayu bakar. Selain itu, adanya anakan pohon yang mati tidak terawat dan rusak terinjak pengunjung, namun mereka beranggapan itu adalah kelalaian dari pihak pengelola yang tidak memasang papan peringatan.

Pengunjung menilai kurang (78,38%) adanya atraksi budaya dan seni. Hal ini membuat pengunjung yang suka akan hiburan kesenian merasa jenuh, berbeda dengan pengunjung yang mencari ketenangan 16,76% menilai cukup dan 4,86% baik. Namun hal tersebut bukanlah masalah besar bagi pengunjung yang pergi berwisata untuk menghindari kebisingan dan kejenuhan aktivitas sehari-hari. Selain itu, pengunjung yang datang ke lokasi obyek wisata tidak banyak menemukan souvenir atau cideramata yang khas, pengunjung dari luar daerah Kuningan biasanya membeli makanan khas Kuningan seperti Jeniper (jeruk nipis peres), tape ketan, dan opak bakar yang diperoleh dari warung pusat oleh-oleh

68 Kuningan yang berada jauh dari lokasi obyek wisata yaitu sepanjang jalan utama Kota Kuningan.

Pelayanan dan lingkungan obyek wisata secara umum sudah dapat dinilai baik berdasarkan hasil kuisioner pengunjung seperti keramahtamahan pengelola (48,65%), masyarakat (61,08%), keamanan (32,97%) dan kenyamanan pengunjung selama berwisata (43,24%). Selain itu, kebersihan lingkungan sekitar obyek (48,11%) menilai cukup dan 34,59% kurang, hal ini dikarenakan pengunjung melihat masih adanya sampah yang berserakan di sekitar lokasi obyek wisata. Pada obyek wisata tertentu seperti Telagaremis pengunjung sangat menyayangkan tidak kurangnya pembersihan telaga dari sampah dedaunan yang menutupi permukaan air telaga karena dapat mengurangi keindahannya. Selain itu, masih terdapat perilaku pengunjung yang suka meninggalkan tulisan-tulisan di warung, batu, pohon bahkan musola sebagai tanda kedatangan mereka hampir di semua lokasi obyek wisata.

5.5.4 Harapan pengunjung

Pada umumnya pengunjung yang datang 95,14% mempunyai keinginan untuk berkunjung kembali. Hal ini disebabkan keindahan alam yang dimiliki oleh obyek wisata yang ada, namun belum adanya fasilitas yang dibutuhkan sebagai sarana dan prasarana dalam kegiatan wisata yang dilakukan. Kalaupun ada pengunjung masih banyak yang menginginkan peningkatan kualitas maupun kuantitas dari fasilitas yang ada. Beberapa fasilitas yang diharapakan oleh pengunjung yaitu peningkatan dan perbaikan infrastuktur seperti pembangunan mushola, tempat sampah, air bersih, toilet dan lain-lain.

Peningkatan fasilitas transportasi juga masih perlu dilakukan karena pengunjung yang menggunakan kendaraan umum masih kesulitan mencapai lokasi obyek wisata. Selain itu, peningkatan pelayanan terhadap pengunjung terutama mereka yang melakukan kegiatan wisata lebih dari satu hari seperti keamanan, penyediaan fasilitas penginapan (biasanya di warung yang ada di lokasi obyek wisata), penyewaan sarana penerangan/listrik dan pelayanan informasi mengenai obyek wisata.

69