• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penataan asistensi sosial reguler berbasis keluarga dan siklus hidup

Dalam dokumen BUKU II RPJMN 2015 2019 (Halaman 84-90)

TARGET KONDISI EKONOMI DAN KEMISKINAN 2015-2019

1. Penataan asistensi sosial reguler berbasis keluarga dan siklus hidup

Strategi penataan asistensi sosial reguler meliputi:

a. Mengintegrasikan berbagai asistensi sosial berbasis keluarga bagi keluarga kurang mampu dan rentan serta memiliki anak, penyandang disabilitas, dan lanjut usia, melalui penyaluran Program Keluarga Sejahtera dalam bentuk bantuan tunai bersyarat (conditional cash transfer), bantuan tunai langsung (unconditional cash transfer), pangan bernutrisi, dan pendampingan pengasuhan.

b. Untuk penyaluran asistensi sosial dalam bentuk bantuan tunai, disalurkan melalui lembaga penyalur dan skema uang elektronik (UNIK) dengan memanfaatkan lembaga

62

|

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

Mekanisme pembayaran alternatif dengan menggunakan fasilitas perbankan ini bertujuan untuk mempermudah akses penyaluran dan mendorong inklusi keuangan bagi keluarga kurang mampu dan rentan.

c. Memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial berbasis komunitas untuk PMKS yang berada di luar sistem keluarga, serta menjadikan pelayanan di dalam lembaga/panti sebagai alternatif terakhir. Pelayanan bagi lanjut usia dan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas, masyarakat adat dan kelompok masyarakat marjinal berbasis komunitas dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas pendampingan sosial dan ekonomi untuk membangun produktifitas; pelatihan dalam pengasuhan (termasuk homecare dan daycare) agar memiliki kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan aspek penghidupan lain, serta; kemudahan dalam memperoleh pelayanan publik dan fasilitas umum untuk mewujudkan kemandirian yang mensejahterakan. d. Meningkatkan integrasi program produktifitas ekonomi

bagi penduduk kurang mampu dan rentan, seperti melalui peningkatan kemampuan keluarga dan inklusi keuangan untuk stimulus ekonomi, serta peningkatan akses layanan keuangan sehingga membuka kesempatan bagi pengembangan ekonomi.

2. Penataan asistensi sosial temporer berbasis risiko

kerentanan

Strategi penataan asistensi sosial temporer meliputi:

a. Melaksanakan transformasi subsidi beras untuk rumah tangga miskin (Raskin) secara bertahap menjadi bantuan pangan bernutrisi (tidak hanya beras, namun juga untuk bahan makanan lainnya, seperti telur, kacang-kacangan, susu, dsb) bagi keluarga kurang mampu dan rentan, serta bantuan pangan temporer bagi korban bencana alam, bencana sosial dan guncangan ekonomi. Transformasi ini dilakukan pada beberapa aspek proses bisnis (business

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

| 63

process) pelaksanaan seperti pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pengembalian melalui mekanisme penyaluran bantuan menggunakan Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKS) yang melibatkan jaringan ritel lokal sebagai outlet penggunaan uang elektronik. Pelaksanaan mekanisme ini dimulai di daerah yang telah memiliki jaringan ritel memadai.

b. Melaksanakan asistensi sosial temporer, baik yang berskala individu (seperti korban kekerasan, penyalahgunaan NAPZA dan trafficking), maupun kelompok (kebencanaan dan guncangan ekonomi). Pelaksanaan asistensi ini dilakukan melalui pemberian bantuan tunai sementara untuk jaminan kehidupan, modal ekonomi produktif, serta bantuan penanganan dan pendampingan konseling (trauma healing).

c. Peningkatan pelaksanaan asistensi sosial temporer diupayakan dapat dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi lintas kementerian/lembaga di tingkat pusat dan daerah. Penanganan secara terpadu dapat menstandarisasi dan mengurangi kesenjangan pelayanan yang diterima, sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal. d. Upaya penataan asistensi sosial temporer di tingkat pusat maupun daerah dilakukan melalui i) peningkatan koordinasi dan pembagian wewenang dalam antar kementerian/lembaga dalam pelaksanaan asistensi sosial temporer; ii) penyediaan layanan yang terintegrasi lintas kementerian/lembaga dalam penanganan kasus; iii) peningkatan akses dan cakupan pelayanan untuk individu maupun kelompok penduduk yang mengalami permasalahan.

3. Perluasan cakupan SJSN bagi penduduk rentan dan

pekerja informal

Strategi perluasan cakupan SJSN pada penduduk rentan dan pekerja informal meliputi:

a. Integrasi secara bertahap program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) dan jaminan kesehatan dasar lainnya

64

|

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

Integrasi dilaksanakan melalui peningkatan advokasi dan sosialisasi terhadap pemerintah daerah dan sektor swasta untuk bergabung dalam SJSN, ditandai dengan meningkatnya frekuensi sosialisasi Pemerintah Pusat dan BPJS kepada pemerintah daerah dan sektor swasta. b. Meningkatkan frekuensi dan cakupan sosialisasi terkait

pentingnya dan manfaat jaminan sosial kesehatan dan ketenagakerjaan bagi seluruh penduduk, khususnya penduduk pekerja informal.

c. Mengembangkan skema perluasan kepesertaan bagi penduduk rentan dan pekerja informal melalui berbagai pendekatan, termasuk metode pendaftaran, pembayaran iuran, dan klaim manfaat yang mudah. Hal ini ditandai dengan terbangunnya dan terlaksananya berbagai metode pendaftaran dan pengumpulan iuran yang efektif, terutama bagi penduduk rentan dan pekerja informal seperti petani dan nelayan.

4. Peningkatan pemenuhan hak dasar dan inklusivitas

penyandang disabilitas, lansia, serta kelompok masyarakat marjinal pada setiap aspek penghidupan

Strategi pemenuhan hak dasar dan peningkatan inklusivitas meliputi:

a. Meningkatkan advokasi regulasi dan kebijakan di tingkat pusat dan daerah untuk pemenuhan hak dasar penduduk penyandang disabilitas, lansia, masyarakat adat, dan kelompok masyarakat marjinal lain. Termasuk dalam proses perencanaan, penganggaran dan implementasi yang berpihak pada kelompok tersebut Untuk itu disusun Rencana Aksi Nasional (RAN) Penyandang Disabilitas 2014-2019 serta regulasi pendukung bagi pelayanan lanjut usia, masyarakat adat dan kelompok marjinal lain sebagai salah satu acuan pelaksanaan pelayanan yang lebih inklusif;

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

| 65

b. Mengembangkan sarana dan prasarana yang inklusif di

sekitar sarana pendidikan, kesehatan dan ekonomi, serta pengembangan kapasitas tenaga pelayanannya. Termasuk didalamnya adalah pengembangan standarisasi pelayanan minimum, audit bangunan, dan kompetensi tenaga pemberi layanan untuk memberikan layanan bagi penyandang disabilitas dan lanjut usia. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui: 1) penyediaan literasi khusus bagi penyandang disabilitas seperti bahan ajar dan buku teks dalam bentuk huruf Braille, audio CD, alat peraga visual; 2) penyediaan fasilitas pendukung yang ramah bagi penyandang disabilitas dan lansia; 3) penyediaan tenaga layanan publik yang memiliki pengetahuan dalam penanganan penyandang disabilitas dan lansia; 4) penyediaan sarana pelatihan dan keterampilan kerja bagi penyandang disabilitas, serta; 5) pemanfaatan dan pengembangan teknologi dalam pelayanan bagi penyandang disabilitas dan lansia.

c. Mengembangkan sistem pendidikan inklusi khususnya bagi penyandang disabilitas, disertai dengan peningkatan kesadaran para pendidik dan orang tua dari anak-anak dengan dan tanpa disabilitas. Pengembangan sistem pendidikan inklusi dilaksanakan melalui: i) peningkatan kapasitas guru dan tenaga pendidikan lain agar memiliki kemampuan pendidikan penyandang disabilitas serta manajemen kelas inklusif; ii) penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran bagi penyandang disabilitas, serta; iii) pengembangan kurikulum untuk penyandang disabilitas.

d. Meningkatkan penyuluhan sosial untuk pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai lingkungan inklusif bagi penyandang disabilitas, lanjut usia, dan kelompok marjinal lainnya. Penyuluhan dan pendidikan dilaksanakan melalui pemanfaatan data dan teknologi informasi; promosi/kampanye sosial melalui multimedia dan media sosial; sosialisasi; pelatihan; dan aksi sosial;

66

|

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

berbasis komunitas di tingkat masyarakat untuk mendukung sistem sosial dan lingkungan penghidupan yang inklusif penyandang disabilitas dan lansia. Hal ini juga mencakup edukasi pengasuhan terhadap keluarga miskin yang memiliki anggota yang menyandang disabilitas dan lansia. Selain itu juga dilakukan penguatan peran organisasi penyandang disabilitas maupun organisasi kemasyarakatan lainnya.

5. Penguatan peran kelembagaan sosial

Strategi penguatan sistem dukungan perlindungan sosial meliputi:

a. Membangun sistem pelayanan sosial terpadu, pada tingkat kabupaten/kota hingga desa/kelurahan. Secara lebih rinci sistem ini terdiri dari fungsi pengelolaan data, pelayanan, penjangkauan, serta pelaporan dan penanganan keluhan. Fungsi sistem ini antara lain adalah i) pemutakhiran data yang lebih reguler dan partisipatif, serta responsif pada perubahan demografis, dan kondisi sosial ekonomi khususnya bagi PMKS; ii) pengembangan penyediaan layanan sosial yang responsif antar jejaring kerja, unit pelayanan, dan pekerja sosial yang terintegratif daerah, dan; iii) pengembangan penanganan pengaduan masyarakat yang integratif baik untuk program perlindungan sosial di pusat dan daerah.

b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksana asistensi sosial, termasuk pekerja sosial masyarakat, pendamping program dan lembaga pemberi pelayanan. Peningkatan ini dilaksanakan melalui i) penguatan fungsi pendampingan dan outreach oleh SDM kesejahteraan sosial dalam program asistensi sosial; ii) peningkatan jejaring kerja kesetiakawanan sosial melalui media, dunia usaha, dan masyarakat, termasuk diantaranya forum kepemudaan, pekerja sosial masyarakat, dan CSR; iii) pengembangan skema pendidikan dan pelatihan bagi SDM kesejahteraan sosial serta pengembangan kapasitas pengelolaan data; iv)

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

| 67

standarisasi kualitas dan kapasitas SDM kesejahteraan sosial; v) penataan sistem pendataan dan remunerasi SDM kesejahteraan sosial, dan; vi) standarisasi kualitas dan kapasitas pengelola pelayanan kesejahteraan sosial di dalam lembaga/panti sebagai alternatif pelayanan terakhir.

C. Arah Kebijakan untuk Perluasan dan Peningkatan Pelayanan

Dalam dokumen BUKU II RPJMN 2015 2019 (Halaman 84-90)