• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SASARAN USAHA

2.3. Sasaran Korporasi tahun 2016

Sasaran umum perusahaan untuk RKAP tahun 2016 adalah sebagai berikut :

1. Laba sebelum pajak sebesar Rp. 164 Milyar. 2. Total aset sebesar Rp. 8,3 triliun

3. Tingkat kesehatan “Sehat A”

Sasaran laba sebelum pajak konsolidasi sebesar Rp. 164 milyar, yang terinci sebagai berikut:

- Laba Sebelum Pajak

Laba Sebelum Pajak Konsolidasi PT RNI tahun 2016 diproyeksikan sebesar Rp. 164,18 milyar. Perolehan laba sebelum pajak tersebut berasal dari kontribusi laba kelompok tebu Rp. 149,68 milyar, kelompok farmasi & alkes Rp. 91,25 milyar, kelompok perdagangan & lainnya Rp. 64,42 milyar, Holding Rp. 16,5 milyar, kelompok perkebunan diproyeksikan minus Rp. (41,66) milyar dan eliminasi atas deviden anak perusahaan sebesar Rp. 116,03 milyar. Untuk detilnya dapat dilihat pada tabel 8.2.

Terhadap prognosa tahun 2015, Laba Sebelum Pajak Konsolidasi tumbuh 62%, kelompok Tebu tumbuh sebesar Rp. 48,09 milyar, kelompok Perkebunan turun sebesar Rp. (4,29) milyar, kelompok Farmasi & Alkes tumbuh sebesar Rp. 9,52 milyar, kelompok Perdagangan & Lainnya tumbuh sebesar Rp. 41,07 milyar dan PT RNI Holding naik sebesar Rp. 10,99 milyar. EBITDA Margin tahun 2016 ditargetkan sebesar 10% dari penjualan, sama dengan Shareholder Aspiration yang mentargetkan pertumbuhan EBITDA Margin 10%.

PT. RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA (PERSERO) DAN ENTITAS ANAK

LABA RUGI KONSOLIDASIAN PROGNOSA 2015 DAN AP 2016

(Dalam ribuan rupiah)

A/B C/A

PENJUALAN 5,395,806,374 100.0 6,224,691,913 100.0 6,002,745,810 100.0 87% 111%

BEBAN POKOK PENJUALAN 4,216,333,953 78.1 4,928,349,036 79.2 4,642,120,128 77.3 86% 110%

LABA (RUGI) BRUTO 1,179,472,420 21.9 1,296,342,877 20.8 1,360,625,683 22.7 91% 115%

BEBAN USAHA

Biaya pemasaran 320,043,160 5.9 342,746,927 5.5 360,736,391 6.0 93% 113% Biaya umum dan administrasi 588,106,903 10.9 631,734,615 10.1 662,490,921 11.0 93% 113% Jumlah Beban 908,150,063 16.8 974,481,542 15.7 1,023,227,312 17.0 93% 113% LABA (RUGI) USAHA 271,322,357 5.0 321,861,335 5.2 337,398,371 5.6 84% 124%

PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN

Pendapatan lain-lain 46,767,811 0.9 26,159,440 0.4 25,364,972 0.4 179% 54% Biaya lain-lain (216,477,772) (4.0) (210,304,771) (3.4) (198,584,151) (3.3) 97% 108% Pendapatan (Beban) lain-lain bersih (169,709,960) (3.1) (184,145,330) (3.0) (173,219,179) (2.9) 108% 98% LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 101,612,397 1.9 137,716,005 2.2 164,179,192 2.7 74% 162% Pajak penghasilan (77,053,904) (1.4) (71,844,928) (1.2) (90,376,004) (1.5) 93% 85%

LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN 24,558,493 0.5 65,871,077 1.1 73,803,189 1.2 37% 301%

Laba (Rugi) Tahun Berjalan 24,558,493 65,871,077 73,803,189 Pendapatan (beban) komprehensif lain (13,267,688) - 323,516,068 TOTAL LABA (RUGI) KOMPREHENSIF 11,290,805 65,871,077 397,319,257

LABA TAHUN BERJALAN DIATRIBUSIKAN KEPADA:

Pemilik entitas induk 8,102,390 34,556,384 55,865,091 Kepentingan non pengendali 16,456,103 31,314,693 17,938,098

24,558,493

65,871,077 73,803,189 LABA KOMPREHENSIF DIATRIBUSIKAN KEPADA:

Pemilik entitas induk (5,165,298) 34,556,384 321,588,815 Kepentingan non pengendali 16,456,103 31,314,693 75,730,442

11,290,805 65,871,077 397,319,257 POS % PROGNOSA RKAP 2015 2015 A B RKAP 2016 C

- Penjualan

Penjualan konsolidasi PT RNI tahun 2016 diproyeksikan sebesar Rp. 6 triliun, berasal dari kontribusi kelompok Tebu sebesar Rp. 1,78 triliun (30%), kelompok Perkebunan sebesar Rp. 661,52 milyar (11%), kelompok Farmasi & Alkes sebesar Rp. 901,14 milyar (15%), kelompok Perdagangan umum sebesar Rp. 2,52 triliun (42%) serta Barang dan Jasa Lainnya sebesar Rp. 135,85 milyar (2%). Untuk detilnya dapat dilihat pada tabel 8.3.

Terhadap prognosa tahun 2015, Penjualan Konsolidasi tumbuh 11% atau sebesar Rp. 606,94 milyar, Kelompok Tebu naik sebesar Rp. 57,88 milyar (3%), kelompok Perkebunan naik sebesar Rp. 181,65 milyar (38%), kelompok Farmasi & Alkes naik sebesar Rp. 125,86 milyar (16%), kelompok Perdagangan umum naik sebesar Rp. 218,93 milyar (9%) serta Barang dan Jasa Lainnya sebesar Rp. 22,6 milyar (20%).

Sasaran pertumbuhan penjualan tahun 2016 sebesar 11% telah memenuhi

Shareholder Aspiration yang mentargetkan pertumbuhan minimal 5%.

- Beban Pokok Penjualan

Beban Pokok Penjualan konsolidasi PT RNI tahun 2016 diproyeksikan sebesar Rp. 4,64 triliun, berasal dari kontribusi kelompok Tebu sebesar Rp. 1,37 triliun (30%), kelompok Perkebunan sebesar Rp. 612,44 milyar (13%), kelompok Farmasi & Alkes sebesar Rp. 375,24 milyar (8%), kelompok Perdagangan Umum sebesar Rp. 2,16 triliun (46%) serta Barang & Jasa Lainnya sebesar Rp. 119,67 milyar (3%). Untuk detilnya dapat dilihat pada tabel 8.4.

Secara umum beban pokok penjualan tahun 2016 mengalami efisiensi dari tahun 2015. Beban pokok penjualan terhadap penjualan secara konsolidasi sebesar 77% atau turun 0,8 poin dari prognosa tahun 2015, kelompok tebu sebesar 77% atau turun 1,3 poin dari tahun 2015, kelompok perkebunan sebesar 93% atau turun 2,9 poin dari 2015, kelompok farmasi & alkes sebesar 42% atau naik 3 poin dari tahun 2015, kelompok perdagangan umum sebesar 85% atau turun 1,2 poin dari 2015 serta barang & jasa lainnya sebesar 88% atau turun 5,4 poin dari tahun 2015.

- Beban Usaha

Beban Usaha konsolidasi PT RNI tahun 2016 diproyeksikan sebesar Rp. 1,02 triliun atau naik 13% dari prognosa 2015. Peningkatan ini utamanya

berasal dari beban pegawai sebesar 8%, Beban Umum & Administrasi sebesar 22% sehubungan adanya peningkatan beban operasional kantor, beban konsultan, beban perijinan & pengurusan dokumen dan beban CSR serta beban promosi dan distribusi meningkat sebesar 13%. Kontribusi terbesar berasal dari kelompok Tebu sebesar Rp. 138,99 milyar, kelompok Perkebunan sebesar Rp. 74,9 milyar, kelompok Farmasi & Alkes sebesar Rp. 345,84 milyar, kelompok Perdagangan & Lainnya sebesar Rp. 329,73 dan Holding Rp. 144,57 milyar serta eliminasi sebesar Rp. 10,8 milyar. Untuk detilnya dapat dilihat pada tabel 8.6.

Secara umum Beban Usaha tahun 2016 mengalami peningkatan 13% dari prognosa tahun 2015. Kelompok Tebu sebesar Rp. 138,99 milyar (naik 5% dari tahun 2015), kelompok Perkebunan sebesar Rp. 74,9 milyar (naik 34% dari 2015), kelompok Farmasi & Alkes sebesar Rp. 345,84 milyar (naik 12% dari tahun 2015), kelompok Perdagangan & Lainnya sebesar Rp. 329,73 milyar (naik 8% dari tahun 2015) dan Holding sebesarRp. 144,57 milyar ( naik 26% dari tahun 2015).

- Pendapatan dan Beban Lain-lain

Pendapatan & beban lain-lain konsolidasi PT RNI tahun 2016 diproyeksikan minus sebesar Rp. (173,22) milyar, berasal dari kontribusi kelompok Tebu minus sebesar Rp. (115,41) milyar, kelompok Perkebunan minus sebesar Rp. (15,82) milyar, kelompok Farmasi & Alkes minus sebesar Rp. (15,38) milyar, kelompok Perdagangan & lainnya minus sebesar Rp. (52,67) milyar dan Holding minus sebesar Rp. (4,5) milyar serta eliminasi sebesar Rp. (30,56) milyar. Untuk detilnya dapat dilihat pada tabel 8.7.

Secara umum Pendapatan & beban lain-lain tahun 2016 netto mengalami peningkatan sebesar Rp. 3,51 milyar (2% dari tahun 2015). Peningkatan Pendapatan & beban lain-lain berasal dari penurunan pendapatan lain-lain dibanding prognosa 2015 sebesar Rp. 21,4 milyar (54%) meskipun beban lain-lain turun sebesar Rp. 17,89 milyar (8%).

- Aset

Aset konsolidasi PT RNI tahun 2016 diproyeksikan sebesar Rp. 8,39 triliun, berasal dari kontribusi kelompok Tebu sebesar Rp. 2,97 triliun (35%), kelompok Perkebunan sebesar Rp. 1,97 triliun (23%), kelompok Farmasi & Alkes sebesar Rp. 840,83 Milyar (10%), kelompok Perdagangan & Lainnya sebesar Rp. 1,43 triliun (17%), PT RNI Holding sebesar Rp. 3,82 triliun (45%) dan eliminasi sebesar Rp. 2,64 triliun.

Terhadap prognosa tahun 2015, Aset Konsolidasi tumbuh 20%, kelompok Tebu naik sebesar Rp. 213,19 milyar (naik 8%), kelompok Perkebunan naik sebesar Rp. 591,84 milyar (naik 43%), kelompok Farmasi & Alkes naik sebesar Rp. 40,35 milyar (naik 5%), kelompok Perdagangan & Lainnya turun Rp 42,36 milyar (turun 3%) dan Holding naik sebesar Rp. 674,48 milyar (naik 21%).

Sasaran pertumbuhan aset tahun 2016 sebesar 20% lebih tinggi dari target yang ditetapkan dalam Shareholder Aspiration yaitu tumbuh minimal 5%. - Arus Kas

Saldo kas akhir pada tahun 2016 diproyeksikan sebesar Rp. 576,8 milyar, berasal dari saldo awal sebesar Rp. 447,46 milyar, Aktivitas Operasional surplus sebesar Rp. 632,65 milyar, Aktivitas Investasi defisit sebesar minus Rp. 1,38 triliun, dan Pendanaan surplus sebesar Rp. 874,13 milyar. Untuk detilnya dapat dilihat pada tabel 8.11.

- Tingkat Kesehatan

Tingkat kesehatan pada tahun 2016 diproyeksikan sehat (A) dengan skor 76,5, sedangkan prognosa tahun 2015 sehat (A) dengan skor 76,0. Tingkat kesehatan tersebut memenuhi Shareholder Aspiration yang mentargetkan tingkat kesehatan minimal A. Untuk detilnya dapat dilihat pada tabel 8.12.

2.3.2. Sasaran per Bidang Usaha a. Kelompok Tebu

Produksi dan Produktivitas Tebu Giling

Total luas areal Kebun Tebu Giling (KTG) diproyeksikan sebesar 55.291 hektar meliputi 12.580 hektar (23%) areal Kebun Tebu Sendiri (TS) dan 42.711 Hektar (77%) Kebun Tebu Rakyat (TR). Dibandingkan tahun 2015, luas areal KTG bertambah 87 hektar (0,2%). Hal ini dikarenakan adanya optimalisasi lahan atas PG Rajawali I (2%) dan PG Candi Baru (1%). Penambahan luas areal TR tersebut berkaitan dengan kenaikan harga gula jika dibandingkan tahun lalu. Sementara itu pertumbuhan areal TS berkaitan dengan upaya efektifitas penggunaan lahan Kebun Bibit di lahan HGU serta peningkatan areal kebun sewa utamanya di PG Rajawali II. Untuk detilnya dapat dilihat pada tabel 8.9

Produksi tebu giling diproyeksikan sebesar 4,33 juta ton. Dibandingkan tahun 2015, produksi tebu giling bertambah 270.888 ton (7%). Produksi areal TR bertambah, penambahan Produksi areal TR tersebut berkaitan dengan penambahan produktifitas tebu per hektar khususnya terkait dengan perkembangan industri gula dimana harga gula cukup bagus

dan menarik bagi petani. Sementara itu pertumbuhan produksi areal TS selain dikaitkan dengan peningkatan luasan lahan sewa juga dikaitkan dengan peningkatan intensitas pemeliharaan areal TS dan perbaikan managemen tebang angkut.

Rendemen

Rendemen tebu giling diproyeksikan sebesar 8,47%. Dibandingkan tahun 2015, Rendemen tebu giling naik 0,04%. Untuk pencapaian rendemen tersebut telah direncanakan perbaikan mesin pabrik serta peningkatan pengawasan proses (off farm). Upaya bidang tanaman (on

farm) yakni: perbaikan budidaya tanaman, perbaikan perencanaan serta

persiapan sarana dan prasarana tebang angkut serta perbaikan system seleksi pemasukan/penerimaan bahan baku.

Produktivitas Gula dan Produksi Gula Bagian PG

Produksi Gula Bagian PG diproyeksikan sebesar 165.080 ton. Dibandingkan tahun 2015, Produksi Gula Bagian PG meningkat 9.275 ton (6%). Peningkatan produksi Gula Bagian PG tersebut dikaitkan dengan peningkatan produksi tebu.

Peningkatan produktivitas tebu juga akan berdampak meningkatkan produktifitas gula. Sasaran peningkatan produktifitas gula ini sangat strategis karena berkaitan langsung dengan kepuasan petani dan lebih jauh dapat mempengaruhi animo petani untuk tetap menanam tebu.

b. Kelompok Perkebunan Kelapa sawit

Produksi dan Produktivitas TBS

Total luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) diproyeksikan sebesar 29.818 hektar meliputi 12.255 hektar (41%) areal TM kebun inti dan 17.563 hektar (59%) areal TM kebun plasma. Dibandingkan tahun 2015, total luas areal TM bertambah 1.308 hektar (4%). Areal TM kebun inti tumbuh 682 hektar (6%) sedangkan areal TM kebun plasma bertambah 626 hektar (4%). Penambahan luas areal TM tersebut merupakan hasil perluasan areal tahun tahun sebelumnya.

Produksi TBS diproyeksikan sebesar 346.691 ton. Dibandingkan tahun 2015, produksi TBS meningkat 72.483 ton (26%). Produksi kebun inti naik 10.569 ton (9%) sedangkan produksi Kebun Plasma tumbuh 44.129 ton (31%). Selain dari kebun inti dan kebun plasma, peningkatan produksi TBS juga berasal dari kebun pihak III naik 15.625 ton (70%). Pengolahan TBS pihak III ini sangat penting bagi PTP Mitra Ogan dan

PT Laskar dalam rangka meningkatkan utilitas kapasitas Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dalam rangka menekan Harga Pokok Produksi (HPP).

Rendemen

Rendemen CPO diproyeksikan sebesar 21,04%. Dibandingkan tahun 2015, Rendemen CPO meningkat 2,4% (13%). Peningkatan rendemen tersebut dikaitkan dengan upaya bidang tanaman (on farm) yakni: perbaikan budidaya tanaman, perbaikan perencanaan serta persiapan sarana dan prasarana tebang angkut serta perbaikan system seleksi pemasukan/penerimaan bahan baku. Peningkatan rendemen juga dikaitkan dengan rencana perbaikan mesin pabrik serta peningkatan pengawasan proses (off farm).

Produktivitas CPO

Produksi CPO diproyeksikan sebesar 72.950 ton. Dibandingkan tahun 2015, Produksi CPO meningkat 21.878 ton (43%). Peningkatan produksi CPO tersebut dikaitkan dengan peningkatan produksi TBS dan rendemen.

Peningkatan produktivitas TBS dan rendemen juga akan berdampak meningkatkan produktifitas CPO (produksi CPO per hektar). Sasaran peningkatan produktifitas CPO ini sangat strategis karena berkaitan langsung dengan profitabilitas kebun serta kepuasan petani dan lebih jauh dapat mendorong kemampuan pemeliharaan kebun lebih intensif.

Karet

Produksi dan Produktivitas Karet

Total luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) diproyeksikan sebesar 983 Hektar. Dibandingkan tahun 2015, total luas areal TM tidak ada penambahan. Penambahan luas areal Karet masih dalam areal TB seluas 194 hektar.

Produksi Karet diproyeksikan sebesar 1.133 ton. Dibandingkan tahun 2015, produksi Karet meningkat 100 ton (10%). Peningkatan lebih tinggi direncanakan pada jenis Karet Olahan dengan pertimbangan untuk mendapatkan nilai penjualan yang lebih tinggi.

Teh

Produksi dan Produktivitas Teh

Total luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) diproyeksikan sebesar 1.481Hektar. Dibandingkan tahun 2015, total luas areal TM tidak mengalami penambahan.

Produksi Teh diproyeksikan sebesar 4.413 ton. Meliputi Black Tea, 440 ton (10%) dan Green Tea, 3.974 ton (90%). Dibandingkan tahun 2015, produksi Teh meningkat 73 ton (2%). Peningkatan lebih tinggi direncanakan pada jenis green tea 213 ton dengan pertimbangan untuk mendapatkan nilai penjualan yang lebih tinggi.

c. Kelompok Farmasi& Alkes Obat-obatan

Proyeksi produksi obat-obatan tahun 2016 mengacu pada permintaan marketing dengan memperhitungkan persediaan.

Alat Kesehatan

Proyeksi produksi alat-alat kesehatan adalah sebagai berikut :

- Produksi Kondom sejumlah 153 ribu gross atau naik 416% karena tahun 2016 diproyeksikan ada kerjasama dengan distributor baru yang menangani pemasaran dan penjualan.

- Produksi ASSP 15,06 juta atau naik 22% dari prognosa tahun 2015. - Produksi Gloves 850 ribu par meningkat 297% dari Prognosa 2015.

d. Perdagangan dan lain lain Karung plastik

- Proyeksi produksi karung plastik adalah sebesar 68,6 juta lbr atau

naik 41% dari prognosa tahun 2015, kenaikan utama karena adanya tambahan karung plastik di PT Rajawali Tanjungsari Enjiniring.

- Proyeksi kantong plastik adalah sebesar 65,6 juta lembar atau naik

53% dari prognosa tahun 2015.

Kulit Hewan

Total proyeksi produksi kulit adalah 565.785 sqf terdiri dari kulit domba 36,6 ribu sqf dan kulit sapi 529,2 ribu sqf. Secara total produksi kulit tahun 2016 tumbuh 1070 % dari tahun 2015. Kenaikan sangat tinggi dikarenakan pada tahun 2015 pabrik kulit relatif tidak berproduksi secara optimal.

2.3.3. Sasaran perspektif Internal proses

Sasaran perspektif internal proses ditetapkan sebagai berikut:

2.3.3.1. Industri Tebu 1. On Farm

Target penyediaan bahan baku adalah dicapainya: 1) Pasokan bahan baku yang murah,

2) Mutu Tebu sesuai standard MBS (Manis, Bersih dan Segar), 3) Pasokan Tebu harian sesuai kapasitas giling dan

4) Jumlah total tebu sesuai target RKAP.

Tebu Lahan sendiri (TS)

a. Target penanaman varietas tebu yang berpotensi rendemen tinggi menjadi fokus manajemen dan dicascade di setiap wilayah, serta menjadi target penilaian kinerja (SMK).

b. Biaya kebun dituangkan dalam Rencana Anggaran Kebun (RAK).

Besar anggaran ditetapkan spesifik kebun dengan

mempertimbangkan:

1) Potensi produksi lahan.

2) Kebutuhan pekerjaan baku teknis.

3) Mencakup seluruh biaya meliputi: biaya lahan, sarana produksi, upah pekerja kebun dan ongkos tebangan dan angkutan tebu serta biaya administrasi.

c. Pengendalian biaya kebun dilakukan melalui sistem informasi perkebunan serta menjadi target penilaian kinerja (SMK).

d. Optimalisasi lahan HGU untuk tebu giling melalui peningkatan hasil penangkaran kebun bibit menjadi antara 6-10 kali dan perbaikan jalan kontrol kebun.

e. Penebangan tebu sesuai standar kemasakan dengan

menerapkan insentif dan dis insentif bagi pelaksana di kebun. f. Pengamanan kebun dari kehilangan fisik dan kebakaran tebu

menjadi faktor yang dipertimbangkan sejak awal perencanaan kebun. Manajemen memasukkan pencapaian target dalam komponen penilaian kinerja (SMK).

Tebu Lahan Petani Kemitraan

a. Untuk mendapatkan bahan baku dengan potensi rendemen tinggi dilakukan seleksi ketat atas pemasukan bahan baku. Proses seleksi meliputi juga penolakan tebu yang tidak sesuai standar MBS.

1) Standar baku mutu tebu giling (MBS).

2) SOP pemeriksaan dan seleksi mutu tebu giling

3) Incentif dan dis incentif mutu tebu giling ada petani dalam bentuk penetapan rendemen dan kuota pemasukan tebu. b. Manajemen menetapkan bagi hasil gula bagian petani dengan

memperhatikan prestasi mutu tebu petani.

c. Kapasitas pasokan tebu harian diatur dalam pola giling dan kuota tebangan yang dikendalikan dengan konsisten.

d. Manajemen menerapkan register kebun dan system IT yang mampu mengunci proses pemasukan tebu di luar rencana.

2. Off Farm

Target Operasional Pabrik Gula adalah pencapaian operasional yang efisien yakni: kapasitas penuh, jam berhenti rendah, hemat energi, hemat bahan pembantu, hemat tenaga dan minim losses/kehilangan gula. Target tersebut disesuaikan dengan kondisi

peralatan, kemampuan pendanaan serta pertimbangan

keekonomian biaya investasi dan eksploitasi. Untuk mencapai target tersebut ditetapkan:

1. Pemeliharaan pabrik difokuskan pada peralatan yang langsung berpengaruh terhadap efisiensi proses (memaksimalkan kinerja gilingan).

2. Investasi peralatan pabrik diprioritaskan untuk:

a. Pabrik yang didukung oleh penyediaan bahan baku yang cukup.

b. Peralatan yang berkaitan dan berpengaruh besar terhadap ekstraksi gilingan, efisiensi proses dan peningkatan kualitas gula.

c. Peralatan yang berkaitan dan berpengaruh besar terhadap pencapaian penilaian proper lingkungan hidup.

2.3.3.2. Kelapa Sawit

Penyediaan bahan baku TBS

Target penyediaan bahan baku adalah dicapainya: 1) Pasokan bahan baku yang murah,

2) Mutu TBS sesuai standar kemasakan,

3) Pasokan TBS harian sesuai kapasitas dan 4) Jumlah total TBS sesuai target RKAP.

On farm

1. Peningkatan luas areal TM, meliputi Kebun Inti dan Kebun Plasma 2. Peningkatan produktivitas TBS, dengan cara:

• Optimasi pemeliharaan kebun

• Penggunaan pupuk organik & non organik

• Perbaikan sarana transportasi kebun

• Perbaikan sarana drainase dan irigasi kebun

3. Peningkatan kualitas dengan upaya optimalisasi pengawasan terhadap sistem panen, angkut dan penerimaan/seleksi TBS.

4. Optimalisasi pembinaan terhadap petani plasma. 5. Peningkatan pemasukan TBS dari pihak III.

Off farm

1. Peningkatan rendemen CPO tahun 2016 menjadi 21,04%

2. Peremajaan dan perubahan teknologi baru di pabrik kelapa sawit. 3. Memperbaiki kinerja pengolahan lingkungan sehingga diperoleh

minimal peringkat biru.

4. Peningkatan utilitas kapasitas pabrik (PKS) untuk mencapai efisiensi tinggi

5. Pembangunan PKS baru

Lain-lain

• Kajian pengembangan produk hilir PLTBS

2.3.3.3. Teh On farm

1. Peningkatan produktivitas kebun dengan pemupukan sesuai standar dan tepat (perbaikan budidaya)

2. Peningkatan mekanisasi pemetikan teh

3. Uji coba pada area yang lebih luas aplikasi teknologi sonicbloom dan nutrisi hara-nya.

4. Pengembangan areal tanaman Sinensis

Off Farm

1. Perbaikan fasilitas produksi pabrik dan produk sesuai standar keamanan pangan

2. Memperbaiki kinerja pengolahan lingkungan

3. Efisiensi dan jaminan kualitas energi dengan kebutuhan pasokan 1.4 MW

Pemasaran dan Lain-Lain

1. Meningkatkan pasar ekspor.

2. Meningkatkan komposisi teh hijau yang margin tinggi. 3. Meneruskan rencana pembangunan PLTM.

2.3.3.4. Farmasi

1. Meningkatkan produktifitas, utilisasi aset dan perbaikan proses produksi.

2. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan dengan pendirian Pabrik baru dengan kapasitas 3x lipat dari pabrik existing.

3. Penurunan harga pokok produksi dilakukan dengan alternatif bahan baku farmasi yang lebih kompetitif dan pengembangan supply chain bahan baku.

4. Mengembangkan manajemen mutu, manajemen lingkungan, manajemen keselamatan & kesehatan kerja untuk meningkatkan citra perusahaan.

5. Memperbaiki kinerja pengolahan lingkungan sehingga minimal tetap menuju peringkat hijau (green proper).

6. Pengembangan produk baru untuk menarik minat pelanggan baru

maupun mempertahankan pelanggan yang lama dengan

menggunakan konsep customer oriented.

7. Peningkatan omset melalui penambahan produk baru, promosi dan perluasan pasar.

2.3.3.5. Alat Kesehatan

1. Peningkatan utilisasi pabrik. 2. Re-branding baru produk kondom.

3. Menurunkan tingkat rejected produk kondom sd. 7,5% melalui modifikasi mesin drying dan moulding, modifikasi sistem bunner

boiler support BBCNG (natural gas) 2.3.4. Sasaran perspektif Pelanggan

1. Pengembangan pelayanan/pembinaan pelanggan (petani) khususnya dalam upaya peningkatan produktivitas lahan dan profitabilitas usaha tani.

2. Pengembangan pelayanan yang mengoptimalkan keterbukaan

informasi khususnya yang terkait hak-hak pelanggan sehingga mampu memperkuat rasa saling percaya dan kerjasama, pelanggan dan manajemen.

3. Terciptanya akses pasar yang efisien dan mendorong optimasi harga khusus untuk produk komoditi.

4. Pengembangan pasar lokal dengan memperkuat sistem produksi dan menjaga ketersediaan barang di pasar.

5. Pengembangan produk komoditi hilir dalam bentuk kemasan ritel. 6. Meningkatkan dan mengintensifkan proses komunikasi dan koordinasi

dengan sentra-sentra distribusi yang dimiliki.

7. Meningkatkan metode dan teknik-teknik untuk mengelola agar tetap terjaganya supply/demand.

2.3.5. Sasaran Fungsional Learning & Growth

1. Terbentuknya organisasi yang efisien serta memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap perubahan lingkungan bisnis.

2. Mengembangkan tata kelola perusahaan yang memiliki fleksibilitas dalam peningkatan kompetensi inti organisasi.

3. Mengembangkan system informasi yang mampu mengintegrasikan informasi secara optimal melalui pemanfaatan system informasi keuangan dan informasi bisnis, penerapan system informasi pemantauan pasar, dan pengelolaan pelanggan serta produk dan operasi.

4. Terlaksananya aktivitas pengendalian aktivitas perusahaan yang efektif dan memenuhi prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

5. Tersedianya kebijakan investasi sebagai alat kontrol dalam proses pengembangan perusahaan.

Dokumen terkait