• Tidak ada hasil yang ditemukan

Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Dalam dokumen UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG (Halaman 107-124)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

2. Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Kuliah

ke Kompetensi Dasar Materi Pokok Perkuliahan Indikator Pencapaian Hasil Belajar

Metode

Perkuliahan Media dan sumber

116 1. Menulis Academic

Writing jenis tinjauan

ilmiah sesuai dengan kaidah yang disepakati dalam dunia keilmuan.

Pre Writing Stage

1. Mengenali unsur-unsur serta komponen-komponen yang membangun suatu tulisan ilmiah/Academic Writing: Unsur Struktur dan komponen yang menjadi ciri Academic Writing. 2. Mengenali unsur konten/isi materi

dalam setiap unsur dan komponennya.

3. Mengenali unsur kebahasaan yang menjadi bahasa pengantar dalam makalahnya. Pendekatan: Kolaborasi Metode: Siklus Teknik: Diskusi dan Penugasan - Laptop - Social Learning Network (SLN) Portofolio Alat evaluasi terlampir 2- 3 Drafting or actual writing stage 1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan unsur struktur dan komponen-komponennya yang menjadi ciri

117 dan

Revising Stage

Academic Writing yang digunakan

dalam makalah jenis tinjauan ilmiah. 2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan

konten/isi pada materi Academic

Writing jenis tinjauan ilmiah.

3. Memperbaiki kesalahan-kesalahan kebahasaan termasuk teknik pengutipan pada materi Academic

Writing jenis tinjauan ilmiah.

4 Editing Stage 1. Menulis Academic Writing jenis tinjauan ilmiah dengan

memperhatikan seluruh unsur dan komponen yang telah disepakati dalam dunia keilmiahan.

2. Mengedit draft academic Writing 5 Publishing Stage 1. Merasakan proses kreatif menulis

suatu karya ilmiah, khususnya makalah jenis tinjauan ilmiah.

2. Mempublikasikan Karya Academic

Wrting

3. Buku Sumber

118

Bandung, ... 2016 Mengetahui dan Menyetujui

Pembantu Dekan I, Ketua Program Studi... Dosen Mata Kuliah,

119

Sebagai pelengkap Silabus dan SAP berikut ini disajikan kembali kegiatan-kegiatan dalam setiap pertemuan perkuliahan.

6. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama disebut tahap pramenulis (prewriting stage). Pada tahap ini pengampu mata kuliah memberikan deskripsi mata kuliah, indikator perkuliahan serta tujuan perkuliahan. Selanjutnya pengampu mata kuliah memberikan hand outs berupa beberapa jurnal yang berisi tulisan-tulisan ilmiah jenis tinjauan ilmiah. Mahasiswa dipersilakan untuk mengamati dan menganalisis tulisan-tulisan tersebut. Dosen menjelaskan struktur dan unsur-unsur yang membangun suatu tulisan ilmiah jenis tinjauan ilmiah. Jelaskan pula materi yang disajikan dalam setiap unsur dalam struktur tersebut. Berikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berdiskusi dan berbagi pendapat serta pengalaman dengan sejawatnya tentang Academic Writing yang mereka baca. Apapun hasilnya, diberilah komentar yang positif.

Kegiatan berikutnya adalah pemilihan topik. Memilih topik untuk menulis bisa jadi tidak selalu mudah bagi pembelajar. Beberapa masalah, seperti tidak mempunyai gagasan, terlalu banyak gagasan, atau sama sekali tidak suka menulis, bisa muncul. Topik sebaiknya disesuaikan dengan keilmuan yang sedang digeluti sesuai dengan prodi yang mereka pilih. Kalau topik masalah masih dianggap kurang, berikan kesempatan untuk menambah atau merubah topik pilihannya. Tambahan dan perubahan itu bisa merupakan pikiran sendiri atau usul teman sejawatnya. Berikan kesempatan kepada Mahasiswa untuk menentukan sebuah topik bahasan yang akan ditulisnya. Tidak perlu dipermasalahkan jika dalam proses selanjutnya bukan topik pilihannya yang dikembangkan.

Langkah selanjutnya adalah menugaskan kepada mahasiswa untuk membuat outline atau rencana tentatif Academic Wrting secara aktual sesuai dengan topik yang mereka pilih. Kegiatan ini dikerjakan di rumah masing-masing. Outline disesuaikan dengan struktur penulisan yang ada dalam tulisan yang mereka baca dalam hand outs. Rencana tentatif tersebut harus ditulis dalam komputer (computerized) dan akan merupakan tagihan dalam pertemuan selanjutnya. Sebutkan pula jumlah kata yang digunakan pada makalah tersebut (kurang lebih 800 – 1000 buah kata) atau setara empat atau lima halaman ukuran kertas A- 4.

Tujuan langkah ini adalah agar mahasiswa belajar mengekspresikan gagasannya secara bebas dan kreatif. Oleh sebab itu pada waktu mahasiswa menulis seharusnya tidak diinterupsi oleh siapapun. Beri pemahaman agar mereka tidak terhambat oleh ketakutan tentang ejaan dan aturan-aturan penulisan lainnya. Padaperkuliahan ini juga dosen meminta mahasiswa untuk menggunakan sarana salah satu Social Learning Network (SLN) secara sepesifik dosen menyebutkan nama salah satu SLN tersewbut ialah EDMODO.

7. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua disebut tahap penulisan konsep (drafting or actual writing

120

mengumpulkan pekerjaannya. Setelah pekerjaan terkumpul semuanya, pekerjaan tersebut kemudian didistribusikan kepada teman sejawat. Dengan menggunakan LCD dosen menjelaskan struktur dan unsur-unsur yang membangun suatu Academic

Writing:

Judul: Judul ditulis menggunakan huruf kapital semua atau dapat pula dimulai oleh huruf kapital untuk setiap kata. Jenis dan ukuran huruf yang digunakan disarankan Times New Roman 12. Judul harus bernas dan ringkas disarankan tidak melebihi 20 kata. Di bawah judul terdapat nama penulis tanpa ada titel akademik. Diberi tanda *) sebagai permohonan perhatian untuk data penulis yang akan disajikan pada halaman terakhir.

Pendahuluan: Memberikan pengantar atas topik yang akan dibahas, apa pentingnya topik tersebut dalam dunia nyata. Menyajikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat atau komunitas keilmuan tertentu, yang memerlukan jawaban. Permasalahan dapat disajikan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan tersebut harus dijawab dalam pembahasan. Proporsi pendahuluan adalah 15 % dari total bahasan makalah.

Pembahasan: Dalam pembahasan harus menjawab permasalahan yang dibahas dalam pendahuluan. Jawaban harus disajikan secara logis, artinya harus menjawab permasalahan sesuai dengan urutan yang dipermasalahkan dalam bagian pendahuluan. Jawaban-jawban atas permasalahan harus harus diperkuat oleh pendapat para pakar di bidangnya. Artinya, mahasiswa harus dapat mengutip pendapat para pakar dengan teknik pengutipan yang benar. Dosen hendaknya menjelaskan tekni-teknik pengutipan. Proporsi jumlah kata dalam bagian pembahasan adalah 75 %.

Penutup: Dalam bagian penutup disampaikan simpulan atas materi yang dibahas dalam bagian pendahuluan dan pembahasan. Proporsi jumlah kata dalam penutup adalah 10 %.

Daftar Pustaka: Daftar pustaka merupakan daftar judul-judul buku atas pendapat yang dikutip oleh penulis dalam tulisan ilmiahnya. Daftar pustaka berisi nama pengarang, tahun terbit, judul buku, kota tempat terbit dan nama penerbit. Daftar pustaka harus alphabetis. Terdapat beberapa teknik penulisan daftar pustaka. Silakan pilih yang paling berkenan asal konsisten. Dosen sebaiknya menjelaskan teknik-teknik penulisan daftar pustaka.

Dalam kegiatan ini para mahasiswa dipersilakan untuk mengoreksi dan memberikan sumbang saran kepada konsep Academic Writing yang ditulis oleh teman-temanya. Saran harus bersifat konstruktif, tidak melecehkan karya orang lain. Saran disampaikan dalam kertas tersebut. Teman sejawat pengoreksi (korektor) harus menyertakan nama dan nomor induk mahasiswa (NIM) masing-masing. Rencana tentatif yang sudah dikoreksi dikembalikan kepada penulis masing-masing. Koreksi dan saran disampaikan secara tertulis menggunakan tinta berwarna dalam kertas tersebut.

Atas pengalaman tersebut, mahasiswa dipersilakan untuk merevisi pekerjaannya. Revivi dikerjakan di rumah masing-masing. Revisi pekerjaan merupakan tagihan tugas untuk pertemuan yang akan datang. Draft yang baru dikoreksi disebut dengan draft I.

8. Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga disebut dengan tahap revisi atau tahap perbaikan (revising

stage). Pada pertemuan ini mahasiswa diminta untuk mengumpulkan draft I. untuk

selanjutnya pekerjaan tersebut dimasukkan ke dalam portofolio ybs. Untuk selanjutnya mahasiswa juga diminta untuk mengumpulkan hasil revisi dari draft I.

121

Apabila sudah terkumpul seluruhnya, pekerjaan tersebut didistribusikan kepada teman sejawat untuk dikoreksi dan diberi saran-saran guna perbaikan selanjutnya. Pada revisi draft I ini mahasiswa diharapkan sudah dapat memperlihatkan struktur, unsur-unsur dan konten yang disajikan dalam setiap bagian penulisan sudah benar. Pada kesempatan ini dosen secara sepintas mengoreksi ulang struktur, unsur dan konten dalam draft Academic Writing I.

Pekerjaan utama pada pertemuan ketiga adalah mengoreksi aspek-aspek kebahasaan yang digunakan sebagai bahasa pengantar dalam draft Academic Writing mahasiswa. Yang dimaksud dengan aspek-aspek kebahasaan adalah penggunaan kalimat, termasuk di dalamnya gramatika, penggunaan tanda-tanda baca, penggunaan huruf- kapital, dan pengembangan paragraf. Lebih lengkapnya kegiatan perkuliahan pada pertemuan ketiga dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Mahasiswa sudah mendapatkan bagian pekerjaan teman sejawat untuk dikoreksi. Dengan menggunakan LCD dosen memberikan pengarahan tentang aspek-aspek kebahasaan yang sebaiknya digunakan dalam Draft Academic Writing mahasiswa.

Dosen menginstruksikan kepada mahasiswa untuk melihat paragraf pertama dalam draft tulisan mereka. Lihat jumlah kalimat dalam paragraf tersebut. Dalam setiap paragraf sebaiknya jangan terlalu banyak kalimat cukup lima sampai tujuh kalimat saja. Jangan sampai menghabiskan setengah halaman kertas.

Lihat kalimat pertama dalam paragraf pertama. Kalimat harus dimulai oleh huruf kapital. Perhatikan apakah dalam kalimat tersebut terdapat unsur-unsur kalimat, seperti S-P-O-K nya. Setiap kalimat wajib ada S-P nya. Jumlah kata dalam setiap kalimat tidak melebihi 20 kata (jelaskan apa sebabnya). Kalimat yang digunakan harus kalimat-kalimat yang efektif, tidak terdapat kosa kata sampah (jelaskan apa maksudnya dan berikan contoh-contoh kongkritnya). Begitu seterusnya untuk paragraf-paragraf selanjutnya.

Lihat penggunaan tanda baca. Tanda titik dan koma harus rapat dengan huruf yang diikutinya. Setelah titik dan koma harus diberi spasi. Lihat pula penggunaan tanda-tanda kutip.

Setiap halaman harus diberi nomor halaman. Nomor halaman bisa ditulis di tengah atau di pojok kanan bawah. Dibawah daftar pustaka (sekitar 2-3 spasi) di beri tanda *) dilengkapi dengan data penulis. Batas kertas/margin kiri kanan atas bawah tidak lupa juga disampaikan. Bisa menggunakan default, atau dengan ukuran 4-3-4-3 cm.

Setiap pendapat pribadi harus diperkuat oleh pendapat pakar. Pendapat pakar tersebut harus dikutip dengan cara yang benar (jelaskan pula teknik-teknik pengutipan). Beri kesempatan mahasiswa untuk mengoreksi dan memberikan saran-saran untuk pekerjaan teman sejawatnya berdasarkan penjelasan dari dosen dan juga pendapat pribadinya. Koreksi dan saran dapat diberikan langsung dalam ketas tersebut, sebaiknya dengan menggunakan tinta berwarna. Dosen mencoba berkeliling kelas untuk melihat dan mengontrol kerja mahasiswa sekaligus memberikan petunjuk apabila ada pertanyaan dari mahasiswa.

Seperti biasa korektor harus menuliskan nama dan NIM pada draft yang dikoreksinya. Selanjutnya mahasiswa dipersilakan untuk mengembalikan draft tersebut kepada pemilik masing, kemudian direvisi kembali di rumah masing-masing. Draft ini disebut dengan draft II, dan akan dikumpulkan sebagai tagihan pada pertemuan berikutnya.

122

Pertemuan keempat disebut dengan tahap pengeditan (Editing stage). Pada tahap ini mahasiswa diminta untuk mengumpulkan draft II. Untuk selanjutnya pekerjaan tersebut dimasukkan ke dalam portofolio ybs. Draft II yang sudah direvisi dikumpulkan, kemudian seperti biasa didistribusikan kepada teman sejawat mahasiswa.

Pekerjaan utama pada pertemuan keempat adalah cek ulang terhadap seluruh kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan kesatu sampai dengan ketiga. Dengan bantuan LCD, dosen membimbing mahasiswa untuk cek ulang kesempurnaan draft

Academic Writing mahasiswa; mulai dari penjudulan, pendahuluan, pembahasan,

penutup, daftar pustaka. Konten untuk setiap bagian dan kebahasaan juga tidak luput dari perhatian. Dosen juga jangan lupa cek ulang teknik-teknik pengutipan, penulisan daftar pustaka, dan penomoran halaman, termasuk identitas penulis.

Agar kualitas draft mahasiswa lebih terjamin, pada tahap ini sebaiknya dosen juga melaksanakan pengontrolan dengan cara berkeliling kelas. Perhatikan draft setiap mahasiswa. Apa bila ditemukan kesalahan segera beritahu cara memperbaikinya.

Di akhir pertemuan para korektor jangan lupa untuk menyantumkan nama dan NIM nya. Selanjutnya draft hasil koreksi dibagikan kembali kepada para pemiliknya, untuk seterusnya dilaksanakan revisi. Revisi ini disebut dengan revisi terakhir atau tahap editing. Hasil editing dikumpulkan pada pertemuan kelima.

10. Pertemuan kelima

Pertemuan kelima adalah pertemuan terakhir, disebut dengan tahap penilaian atau tahap penerbitan atau publishing stage. Pada pertemuan ini mahasiswa diminta untuk mengumpulkan draft/revisi akhir hasil editing. Hasil editing kemudian dimasukkan ke dalam portofolio masing-masing.

Melalui portofolio, pada kesempatan ini dosen dapat melihat kemajuan pekerjaan mahasiswa mulai dari draft ke-1 sampai dengan draft terakhir. Ini merupakan penilaian autentik. Dosen dan juga mahasiswa dapat melihat kemaujuan hasil pekerjaannya setelah melaksanakan proses menulis.

Dalam pertemuan ini dosen dapat menyeleksi beberapa pekerjaan terbaik, untuk selanjutnya dihubungkan dengan penerbitan-penerbitan kampus seperti pada bulletin atau jurnal tingkat prodi, fakultas atau universitas.

Berikut disajikan temuan-temuan yang yang lainnya dalam penelitian ini.

1. Pada tahap pra penulisan (Pre Writing Stage), Dosen dan mahasiswa terlibat diskusi menentukan topik bahasan yang akan disusun dalam pembelajaran Academic Writing. Pada tahap ini disepakati pula prosedur perkuliahan yang akan dilaksanakan.

123

2. Dari tahap pertama penulisan (drafting or actual writing stage). teridentifikasi bahwa pemahaman responden terhadap Academic Writing masih rendah.

Pemahaman responden terhadap unsur-unsur dan komponen-komponen yang seharusnya terkandung dalam Academic Writing juga masih rendah. Unsur-unsur dan komponen Academic

Writing yang dimaksud adalah struktur yang menjadi ciri Academic Writing, konten atau isi

materi dalam setiap unsur, dan unsur kebahasaan yang menjadi pengantar dalam Academic

Writing tersebut.

Masih banyak responden yang mengabaikan kelengkapan dan keakuratan penggunaan struktur makalah seperti pendahuluan, pembahasaan, penutup/kesimpulan dan daftar pustaka. Sebagian responden malah menyantumkan unsur dan komponen yang seharusnya bukan untuk Academic

Writing jenis tinauan ilmiah.

Akademik Writing yang ditulis oleh responden pada umumnya memperlihatkan ekspresi

yang tidak lancar, pokok pikiran membingungkan, atau tidak saling terkait, urutan dan pengembangan pemikiran tidak logis. Responden banyak yang berhasil menyajikan seluruh unsur struktur karakteristik Academic Writing dengan lengkap, namun terdapat salah satu komponen yang tertinggal. Penulis menyajikan unsur struktur atau komponen yang tidak ada hubungannya dengan karakteristik Academic Writing.

Banyak karangan yang tidak menyajikan seluruh unsur struktur karakteristik Academic

Writing dengan lengkap ataupun komponen dari setiap unsur, namun menyajikan unsur

atau komponen yang tidak berhubungan dengan karakteristik Academic Writing. Kalimat dan paragraf yang disampaikan kurang komunikatif, dan kurang terorganisasi.

Dalam unsur konten atau isi makalah, pada unsur pendahuluan masih banyak responden yang belum menyajikan permasalahan sehingga dalam makalahnya tidak terkandung permasalahan yang akan dicarikan solusinya. Sebagai akibat dari tidak adanya permasalahan yang disajikan, maka dalam unsur pembahasan juga tidak mencari solusi atas suatu permasalahan. Sebagian

124

besar responden masih belum mengetahui teknik-teknik pengutipan dengan benar, begitu pula dengan teknik penulisan daftar pustaka.

Banyak tulisan yang memperlihatkan keterbatasan pengetahuan responden tentang Acadmic

Writing kurang benar, pengembangan topik kurang memadai, permasalahan tidak cukup.

Responden tidak menyajikan bahasan materi pada salah satu unsur beserta komponen-komponen isi nya. Terdapat unsur dan komponen-komponen lain yang tidak sesuai dengan karakteristik dan topik materi Academic Writing.

Dalam unsur kebahasaan diketahui bahwa kemampuan responden menggunakan bahasa Indonesia keilmuan secara tertulis masih sangat lemah. Kelemahan-kelemahan tersebut pada umumnya berkenaan dengan hal penggunaan gramatika, penggunaan huruf-huruf kapital dan tanda baca, penggunaan bentuk kata dan istilah, penulisan kalimat efektif dan bangun paragraf. Pada umumnya responden merasa kesulitan dalam mengekspresikan gagasan-gagasan utama. Pengekspresian gagasan kurang lancar, kurang sistematis, tingkat kelogisan penyampaian masalah juga masih rendah.

Banyak makalah yang memperlihatkan kesalahan-kesalahan besar dalam pemilihan kosa kata dan tata kalimat, maknanya terasa ambigu. Banyak terdapat kesalahan dalam penulisan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan pembentukan paragraf, tulisan jelek, makna kabur dan membingungkan.

Banyak makalah yang memperlihatkan bahwa responden tidak menguasai tata kalimat, tidak menguasai aturan penulisan, banyak sekali terdapat kesalahan dalam penulisan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan pembentukan paragraf.

3. Dalam tahap ke – 2 (Revision Stage) kemampuan mereka dalam menulis makalah memperlihatkan perbaikan di seluruh unsur dan komponen Academic Writing. Pada umumnya

125

hasil tulisan responden sudah dapat memperlihatkan bentuk Academic Writing. Hal ini memberi petunjuk bahwa intervensi pengembangan model pembelajaran terhadap pemahaman responden dalam menulis makalah tinjauan ilmiah mulai bekerja. Artinya, model pembelajaran yang dikembangkan mempunyai dampak positif dalam pembelajaran Academic Writing. Dari penelitian ini, diketahui pula bahwa responden memberikan respon yang positif terhadap penggunaan model pembelajaran Academic Writing secara kolaboratif menggunakan teknik penilaian portofolio yang telah dikembangkan.

4. Dalam tahap Editing (Editing Stage) hampir seluruh makalah yang ditulis responden dapat memperlihatkan bentuk Academic Writing yang utuh. Karangan memperlihatkan ekspresi yang lancar, gagasan ternyatakan dengan jelas, ringkas tersusun baik, urutan logis dan kohesif. Menyajikan seluruh unsur struktur karakteristik Academic Writing dengan lengkap: judul, abstraksi, pendahuluan, pembahasan, penutup/ kesimpulan, dan daftar pustaka. Dalam karangan juga disajikan data penulis yang diletakan kurang lebih dua spasi di bawah daftar pustaka. Karya tulis sudah dilengkapi pula oleh seluruh komponen untuk setiap unsur.

Academic Writing sudah memperlihatkan bahwa responden telah menguasai masalah, benar, cermat dalam mengembangkan masalah, tulisan yang disampaikan padat informasi, relevan dengan topik, permasalahan dibahas dengan tuntas. Responden menuliskan judul. Judul sesuai dengan topik bahasan, dilengkapi dengan nama penulis dan penanda identitas penulis ( *) ). Terdapat unsur pendahuluan, yang menyajikan pengantar materi bahasan. Dalam pendahuluan, penulis memunculkan permasalahan yang akan dicarikan solusinya. Terdapat pembahasan yang menjawab permasalahan, dilengkapi oleh beberapa kutipan yang menunjang solusi permasalahan. Teknik pengutipan sudah sesuai dengan aturan. Terdapat penutup yang memberikan simpulan terhadap materi yang dibahas. Proporsi setiap unsur sudah sesuai dengan aturan. Pendahuluan 15%, Pembahasan 75%, Penutup 10% (kurang lebih). Terdapat daftar pustaka, ditulis secara konsisten dan sesuai dengan aturan.

126

Dalam hal kebahasaan, karangan sudah memperlihatkan susunan kompleks, pembahasan disampaikan secara efektif dan logis, terdapat sedikit kesalahan saja dalam pemilihan kosa kata dan tata kalimat. Penulis menerapkan aturan penulisan dengan baik walaupun terdapat sedikit kesalahan dalam ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan pengembangan paragraf.

5. Diakui oleh responden bahwa hasil pengembangan model pembelajaran ini mengarahkan mereka belajar dan berpikir secara aktif dari pada menjadi mahasiswa yang reseptif sebagaimana diarahkan oleh pendekatan pembelajaran pada perkuliahan yang lain. Mahasiswa merasa terlatih menggunakan bahasa Indonesia keilmuan dan juga menggunakan kemampuan berpikir manakala mereka menyusun Academic Writing jenis tinjauan ilmiah.

6. Alat ukur pemahaman terhadap Academic Writing dapat mengukur seluruh kemampuan menulis tulisan akademik khususnya jenis tinjauan ilmiah.

5.2 Implikasi Penelitian

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa produk Pengembangan model pembelajaran menulis makalah secara kolaboratif menggunakan teknik penilaian portofolio mempunyai implikasi terhadap pembelajaran Academic Writing. Adapun implikasi yang dimaksud di antaranya adalah re orientasi pendekatan pembelajaran.

5.2.1 Reorientasi Pendekatan Pembelajaran Academic Writing

Kegiatan menulis akademik merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar pembelajar selama mereka menyelesaikan studinya di Perguruan Tinggi. Setiap semester mereka akan mendapatkan berbagai macam tugas yang diberikan oleh dosennya. Tugas-tugas tersebut biasanya dilaporkan secara tertulis. Tugas-Tugas-tugas yang diberikan oleh dosen pada dasarnya merupakan latihan buat mahasiswa supaya mereka dapat menuliskan ilmu-ilmu yang sedang dipelajarinya. Dengan banyak latihan menulis diharapkan semua mahasiswa akan menjadi pembelajar yang literat, yang terbiasa dengan kegiatan membaca dan menulis. Di samping itu banyak pula manfaat yang akan didapat oleh mahasiswa dengan berlatih menulis, yaitu dengan menulis mahasiswa dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Pembelajar dapat

127

mengetahui sampai dimana pengetahuan dan penguasaan mereka tentang ilmu yang sedang dipelajarinya. Untuk mengembangkan mengembangkan keilmuannya, mahasiswa dituntut untuk berpikir menggali pengetahuan dan pengalamannya yang seringkali tersimpan di alam bawah sadarnya. Kegiatan menulis memaksa pembelajar lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan ilmu yang ingin mereka tulis. Dengan menuliskan permasalahan di atas kertas, mahasiswa akan lebih mudah memecahkan permasalahan dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkrit.

Tugas-tugas menulis akan mendorong mahasiswa belajar secara aktif, mereka harus menjadi penemu sekaligus pemecah masalah. Bukan hanya menjadi penyadap informasi dari orang lain. Menulis yang terencana akan mengajak pembelajar untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.

Sehubungan dengan kegiatan menulis tulisan ilmiah di Perguruan Tinggi, mahasiswa yang berada pada semester-semester lanjut, sering ditugasi menulis berbagai makalah untuk dipresentasikan dalam kegiatan diskusi kelas atau seminar. Pada semester terakhir, biasanya mahasiswa diminta untuk menyusun tugas akhir sebagai bukti mereka telah mendapatkan dan menguasai ilmu yang telah pelajari selama ini, kemampuan tersebut berupa gagasan kajian ilmiah yang dituangkan dalam bentuk karya tulis yaitu skripsi.

Seperti dijelaskan di atas bahwa pada umumnya pengajar Academic Writing masih ,menggunakan pendekatan produk dengan single shot method. Di Negara lain pendekatan ini sudah lama ditinggalkan karena pendekatan ini tidak optimal melatih mahasiswa dalam menulis tulisan-tulisan akademik. Untuk hal tersebut diperlukan reorientasi pendekatan pembelajaran Academik

Writing.

Reorientasi yang dimaksud adalah perubahan pendekatan pembelajaran Academic Writing yang menggunakan product approach dengan single shot method menjadi process approach dengan

128

Pada pembelajaran menulis makalah yang menggunakan pendekatan hasi (product

approach), mahasiswa diminta untuk menyerahkan suatu makalah dengan tuntutan “bagaimana

makalah itu seharusnya”. Dalam pendekatan proses (process approach) mahasiswa dibimbing dan diarahkan bagaimana sebaiknya menulis makalah. Mahasiswa diajak untuk merasakan proses kreatif

Dalam dokumen UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG (Halaman 107-124)

Dokumen terkait