• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Evaluasi Kinerja Koperasi Jasa Keuangan Syariah

1. KJKS sebagai Lembaga Keuangan

Secara umum yang dimaksud dengan lembaga keuangan adalah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan atau yang memiliki ke- giatan utama di bidang jasa keuangan. Lebih lanjut lembaga keuangan di- definisikan sebagai setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya. Dalam perkem- bangannya, lembaga keuangan berfungsi sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana, pemberi informasi dan pengetahuan, pemberi jaminan, pencipta dan pemberi likuiditas (Kasmir, 2002).

Praktek lembaga keuangan digolongkan menjadi dua yaitu lemba- ga keuangan bank dan non-bank. Secara formal berdasarkan peraturan per- undang-undang yang berlaku di Indonesia lembaga keuangan yang memi- liki legalitas dalam menghimpun dan menyalurkan dana adalah bank dan koperasi. Koperasi memiliki legalitas sebagai lembaga keuangan non bank

yang menghimpun dana dari para anggota, kemudian menyalurkannya kembali kepada para anggota dan kelebihan dananya kepada masyarakat umum (Kementerian KUKM, 2012a).

Seiring dengan berkembangnya pemikiran ekonomi syariah dan berdirinya lembaga-lembaga keuangan syariah terutama perbankan, maka berkembang pula koperasi dengan pola syariah yang kemudian disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Sebagai lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan menghimpun dan meyalurkan dana kepada anggo- ta, KJKS memiliki kedekatan dengan manajemen perbankan terutama bank syariah. KJKS dalam pengelolaannya jika dibandingkan dengan per- bankan konvensional memiliki perbedaan secara prinsip dan nilai-nilai yang mendasari penciptaan produk dan jenis transaksi yang dilakukan (Kementerian KUKM, 2012a).

Kegiatan tamwil yang dilaksanakan olek KJKS memiliki kesamaan dengan bank syariah, namun pangsa pasar KJKS lebih banyak melayani usaha mikro. KJKS memiliki perbedaan dengan bank syariah, dikarenakan adanya kegiatan maal yang bersinergi dengan kegiatan tamwil, sebagai upaya membangun karakter dan membardayakan usaha ekonomi anggota. KJKS tidak hanya menjalin hubungan bisnis tetapi juga sosial-ekonomi dan kerohaniaan melalui pendidikan, pendampingan teknis manajemen dan kegiatan keagamaan kepada anggota (Kementerian KUKM, 2012a). a. Kesehatan Kinerja KJKS

Sebagai lembaga yang melakukan kegiatan usaha dibidang jasa keuangan, KJKS harus dikelola secara profesional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan lembaga keuangan, sehingga dapat memberikan kepercayaan dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi anggota dan masyarakat di sekitarnya. Untuk mewujudkannya perlu dilakukan evaluasi kinerja KJKS dengan menggunakan instrumen pe- nilaian kesehatan KJKS sebagaimana telah ditetapkan melalui Kepu- tusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 35.3 /Per/M.KUKM/X

/2007 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi.

Penilaian kesehatan KJKS sangat penting untuk diperhatikan mengingat penilaian yang dilakukan tidak hanya dibidang keuangan tetapi aspek-aspek lain yang membedakan koperasi dengan perusa- haan, yang meliputi penilaian terhadap beberapa aspek sebagai berikut (Kementerian KUKM, 2008b):

1) Permodalan, untuk mengukur kemampuan KJKS/UJKS koperasi dalam menghimpun modal sendiri dan mengetahui rasio ke- cukupan modal KJKS ataucapital adequacy ratio(CAR).

2) Kualitas aktiva produktif, untuk mengukur kualitas kekayaan yang mendatangkan penghasilan melalui rasio tingkat pembiayaan ber- masalah terhadap jumlah pembiayaan dan rasio penyisihan peng- hapusan aktiva produktif terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk.

3) Manajemen, untuk mengkur kemampuan pelaksanaan manajemen dibidang kelembagaan, permodalan dan aktiva produktif.

4) Efisiensi, untuk mengukur kemampuan KJKS atau UJKS Koperasi untuk menghemat biaya pelayanan terhadap pendapatan yang diha- silkan.

5) Likuiditas, untuk mengukur kemampuan KJKS atau UJKS kopera- si untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

6) Kemandirian dan pertumbuhan, untuk mengukur kemampuan pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas usaha dalam menutupi biaya operasional dan menghasilkan Sisa Hasil Usaha.

7) Jatidiri koperasi, untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota 8) Prinsip syariah, untuk menilai sejauh mana prinsip syariah diterap-

kan/dipatuhi dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai lembaga keuangan syariah.

Penilaian terhadap aspek-aspek tersebut diberikan bobot peni- laian sesuai dengan besarnya yang berpengaruh terhadap kesehatan KJKS tersebut, dengan menggunakan sistem nilai kredit atau reward

system yang dinyatakan dengan nilai kredit 0 sampai dengan 100.

Penetapan predikat tingkat kesehatan KJKS/UJKS koperasi tersebut adalah sebagai berikut: (skor 81–100) sehat; (skor 66 ≤ 81) cukup sehat; (skor 51 ≤ 66)kurang sehat; dan (skor 0 ≤ 51) tidak sehat (Ke- menterian KUKM, 2008b).

b. Perkembangan Permodalan dan Pembiayaan KJKS

Sebagai badan usaha, koperasi sama dengan bentuk badan usa- ha lainnya, yaitu sama-sama berorientasi laba dan membutuhkan mo- dal. Dalam memulai suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor penting disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha dapat tidak berjalan apabila tidak tersedia modal.

Modal koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992 tentang Per- koperasian meliputi: 1) Simpanan Pokok (simpanan sama banyak yang wajib dibayarkan kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota); 2) Simpanan Wajib (simpanan yang tidak harus sama, yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu); 3) Dana Cadangan (dana yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, untuk menambah modal sendiri dan menutup kerugian ko- perasi); 4) Hibah (sejumlah uang yang didapatkan oleh koperasi dari sumbangan atau bantuan pihak lain secara sukarela). Modal koperasi menurut UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, mengalami perubahan, yaitu meliputi: modal awal, hibah, modal penyertaan dan modal pinjaman. Modal awal terdiri atas setoran pokok (sejumlah uang yang dibayarkan oleh anggota pada saat yang bersangkutan meng- ajukan permohonan sebagai anggota dan tidak dapat dikembalikan atau menjadi milik koperasi. Setoran pokok mencerminkan ciri modal tetap koperasi yang tidak boleh berkurang jumlahnya) dan sertifikat modal koperasi (bukti penyertaan anggota koperasi yang nilai nominal per

lembar maksimum sama dengan nilai setoran pokok). Setoran pokok dan sertifikat modal koperasi merupakan modal sendiri koperasi yang berasal dari anggota koperasi. Hibah adalah pemberian uang dan/atau barang kepada koperasi dengan sukarela tanpa imbalan jasa, sebagai modal usaha). Modal penyertaan adalah penyetoran modal pada Ko- perasi berupa uang dan/atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang disetorkan oleh perorangan dan/atau badan hukum untuk menambah dan memperkuat permodalan Koperasi guna meningkatkan kegiatan usahanya. Modal pinjaman berasal dari anggota, koperasi lain dan/atau anggotanya, pemerintah, bank/lembaga keuangan dan pener- bitan obligasi dan surat hutang lainnya (Kementerian KUKM, 2012b).

Koperasi dalam usaha ekonominya, menghasilkan selisih hasil usaha yaitu surplus hasil usaha atau defisit hasil usaha yang diperoleh dari pendapatan koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi de- ngan pengeluaran atas berbagai beban usaha. Koperasi dapat menderita kerugian dalam usaha berupa defisit hasil usaha, hal tersebut membuat koperasi harus menyisihkan surplus hasil usaha (SHU) untuk dana cadangan paling sedikit 20% dari nilai sertifikat modal koperasi untuk menutup kerugian koperasi. Dalam hal dana cadangan tidak cukup untuk menutup defisit hasil usaha, defisit tersebut diakumulasikan dan dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja koperasi pada tahun berikutnya (Kementerian KUKM, 2012b).

Untuk menjaga kelangsungan organisasi, koperasi harus menja- ga kecukupan modal. Optimalisasi penggunaan modal secara efektif dapat meningkatkan pelayanan dan menghasilkan surplus hasil usaha dan pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan anggota. Besar- nya beban dan biaya yang dikeluarkan koperasi dapat menyebabkan defisit hasil usaha dan mengakibatkan anggota koperasi wajib menye- tor modal tambahan melalui sertifikat modal koperasi. Peningkatan permodalan koperasi berdasarkan sumbernya menunjukkan pening- katan kepercayaan dari anggota, atau pihak ketiga perorangan/per- bankan/lembaga keuangan lain yang memberikan modal penyertaan atau

pinjaman kepada koperasi. Peningkatan rasio modal sendiri ter-hadap total modal menunjukkan kemampuan koperasi dalam menumbuhkan kepercayaan anggota/calon anggota. Peningkatan dana cadangan me- nunjukkan semakin berkembangnya usaha koperasi dan mening-katnya memperolehan SHU. Peningkatan pendapatan koperasi akan menam- bah kepercayaan pihak ketiga (kreditur) terhadap koperasi. Dengan kepercayaan tersebut, koperasi memiliki peluang untuk dipercaya me- ngelola modal yang lebih besar lagi (Kemterian KUKM, 2010a dan 2012a).

Pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota atau pihak lain yang mewajibkan penerima pembiayaan melunasi pokok disertai dengan bagi hasil sesuai akad. KJKS menyediakan layanan pembia- yaan dalam bentuk pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyara- kah, piutang murabahah, piutang salam, piutang istisna, piutang ijarah, qardh dan ar rahn. Pengembangan layanan pembiayaan dalam bentuk lain dimungkinkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan memiliki landasan syariah yang jelas serta telah menda- patkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (Kementerian KUKM, 2010a).

Kegiatan pembiayaan merupakan sumber utama pendapatan, namun pembiayaan harus diutamakan kepada anggota, dan atas perse- tujuan rapat anggota. Pembiayaan kepada non anggota (calon anggota, koperasi lain dan anggotanya) dilakukan jika KJKS memiliki kapasitas pembiayaan yang lebih. KJKS dapat menempatkan dana dalam bentuk tabungan/giro/deposito pada bank/lembaga keuangan syariah, pembeli- an saham/obligasi syariah serta investasi syariah lainnya (Kementerian KUKM, 2010a).

Untuk mendorong partisipasi anggota dalam pembiayaan serta merangsang calon anggota agar menjadi anggota koperasi, perlu diper- timbangkan untuk membedakan pemberlakuan tingkat keuntungan an-

tara anggota dan calon anggota. Pembiayaan harus didasarkan kepada prinsip kehati-hatian dan selalu mempertimbangkan pemberian man- faat kepada yang menerima, dan diyakini bahwa pembiayaan dapat di bayar kembali oleh mitra pembiayaan sesuai dengan perjanjian (Ke- meneg KUKM, 2010a).

Dokumen terkait