• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Evaluasi Kinerja Koperasi Jasa Keuangan Syariah

2. KJKS sebagai Lembaga Koperasi

a. Pelaksanaan Nilai dan Prinsip Koperasi

UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian memuat tentang nilai dan prinsip koperasi. Dalam UU tersebut, nilai-nilai yang men- dasari kegiatan koperasi adalah: kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi, persamaan, berkeadilan dan keman- dirian. Nilai-nilai lain yang diyakini oleh anggota, yaitu: kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab dan kepedulian terhadap orang lain. Prinsip koperasi sebagaimana diatur undang-undang tersebut, meliputi: 1) keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka, 2) pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis, 3) anggota berparti- sipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi, 4) koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen, 5) koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, 6) penga- was, pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan koperasi, 7) koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional, dan 8) koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota (Kementerian KUKM, 2012b).

Koperasi sebagai badan usaha menempatkan faktor “manusia” sebagai elemen penting dalam organisasi. Manusia sebagai anggota koperasi merupakan sentral pengembangan yang berposisi penting dalam proses peningkatan kesejahteraan. Melalui koperasi potensi

yang ada pada anggota dikembangkan sehingga potensi tersebut men- jadi kekuatan yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota sendiri melalui proses “nilai tambah”(Kementerian KUKM, 2012).

Ketangguhan dalam dimensi gerakan swadaya sangat ditentu- kan oleh tingkat keperduliaan anggota dalam menjalankan fungsinya sebagai pemilik dan pengguna jasa untuk turut serta dalam proses pe- ngembangan Koperasi. Koperasi berhasil bila mampu mengembang- kan usaha yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi anggo- ta, dengan mengoptimalkan keterlibatan potensi anggota di dalam pro- ses dan hasil usaha. Sebagai badan usaha ketangguhan koperasi diukur oleh kemampuan dalam mengembangkan usaha anggota dan kemam- puan menghadapi pasar (Kementerian KUKM, 2010a).

Faktor yang dapat membuat koperasi tetap eksis dan berkem- bang menurut Krisnamurti (2000) yaitu: pertama, jika terdapat kebu- tuhan kolektif untuk memperbaiki ekonomi secara mandiri dan men- jadi motivasi utama bagi pendirian koperasi dari bawah (bottom up); kedua, koperasi akan berkembang jika terdapat kebebasan (indepen- densi) dan otonomi untuk berorganisasi; ketiga, keberadaan koperasi akan ditentukan oleh proses pengembangan pemahaman nilai-nilai koperasi melalui proses pendidikan dan sosialisasi; keempat, pema- haman anggota dan masyarakat akan perbedaan hak dan kewajiban serta manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi anggota koperasi. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran kolektif dan loyalitas anggota kepada organisasinya yang kemudian akan menjadi basis kekuatan ko- perasi; kelima, kegiatan yang luwes (flexible) sesuai dengan kepen- tingan anggota, berorientasi pada pemberian pelayanan bagi anggota, berkembang sejalan dengan perkembangan usaha anggota, biaya tran- saksi anggota mampu ditekan lebih kecil dari biaya transaksi non- koperasi dan mampu mengembangkan modal yang ada (Krisnamurti, 2000).

Proses yang dilakukan dalam pengembangan koperasi memang membutuhkan waktu yang lebih lama dengan berbagai faktor ‘non- bisnis’ yang kuat pengaruhnya. Namun demikian pemenuhan berbagai

faktor fundamental tersebut ditujukan untuk memperoleh pemenuhan kepentingan yang lebih mendasar dalam jangka panjang (Krisnamurti, 2000).

b. Kepuasan Anggota Atas Kualitas Layanan Koperasi

KJKS sebagai badan usaha memiliki keunikan tersendiri, ang- gota memiki status ganda yaitu sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan. Pendirian KJKS bertujuan mempromosikan ekonomi ang- gota (memperbaiki dan meningkatkan taraf ekonomi anggota). Penya- tuan ekonomi individu ke dalam kegiatan kolektif yang diwadahi oleh KJKS, dilakukan sebagai upaya menciptakan efek sinergi untuk men- capai skala kegiatan yang ekonomis (economies of scale) serta pengu- atan posisi tawar (barganing position). Manfaat ekonomi yang diberi- kan oleh KJKS kepada anggota adalah rendahnya biaya pelayanan, keringanan persyaratan administrasi dan kecepatan pelayaanan (Ke- menterian KUKM, 2012a)

Salah satu model dimensi kualitas pelayanan terpopuler adalah dimensi kulitas jasa model servqual yang mengidentifikasi kualitas jasa ke dalam lima dimensi sebagai berikut (Parasuraman et al, 1988):

1). Reliabilitas (realibility), yaitu keinginan para staf memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. 2). Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf mem-

bantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap. 3). Jaminan (assurance), mencangkup pengetahuan, kompetensi,

kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

4). Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan pemahaman atas ke-

kebutuhan individual para pelanggan.

5). Bentuk fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik , perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.

Terkait pelayanan anggota, tanggapan anggota terhadap eva- luasi tingkat kesesuaian kinerja KJKS dalam pemenuhan harapan ang- gota sangat penting terutama dalam memberikan kepuasan. Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli. Jika alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan maka akan menghasilkan kepuasan, sedangkan ketidak- puasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan (Engel, diacu dalam Tjiptono, 2006). Kepuasan didifinisi- kan sebagai perasaan senang dan kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesan terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya (Saladin, dalam Tjiptono 2006).

Pembelian dalam evaluasi alternatif, jika memenuhi atau mele- bihi harapan akan menghasilkan niat untuk membeli ulang,sedangkan ketidakpuasan akan menghasilkan kemungkin penggantian pembelian (berpaling). Respon kesenangan konsumen terhadap pembelian produk yaitu dengan menyampaikan penerimaan atau pengalaman positif mereka kepada orang lain, meningkatkan pembelian produk dan mem- beritahu kepada orang lain, (Engel, dalam Tjiptono, 2006).

Veli (2007) mengungkapkan bahwa dimensi kulitas jasa model

servqual dapat digunakan dalam bidang perbankan dan hasil peneli-

tian Kaihatu (2008) menunjukan bahwa dimensi kulitas jasa model

servqualmemiliki pengaruh terhadap kepuasan konsumen.

Pengukuran kepuasan anggota KJKS sangat penting untuk menjaga keberlangsungan usaha, mengingat pengelolaan usaha dibia- yai dari keuntungan yang diperoleh dari pelayanan. Program pening- katan kepuasan anggota merupakan investasi besar dalam mendapat- kan reputasi dan keuntungan jangka panjang, oleh karena itu kepuasan

anggota merupakan indikator kesuksesan KJKS di masa depan. Begitu besarnya peran kepuasan anggota, menyebabkan pengukuran kepuasan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam penyusunan program dan kebijakan pengembangan koperasi di masa depan.

3. Pelaksanaan Prinsip Syariah

Dokumen terkait