• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kegunaan Hasil Penelitian

2. Secara Praktis

a. Siswa

Penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PAI akan mempengaruhi kecerdasan interpersonal siswa. Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal, ia dapat menciptakan suatu hubungan baik dengan teman-temannya, peka terhadap perasaan dan reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, berbuat sesuai etika, dan terampil berkomunikasi dengan orang lain. Dengan komunikasi antar pribadi yang berjalan baik dapat mempengaruhi perkembangan sosial siswa dan tentunya dapat mempermudah karirnya di masa depan.

b. Guru

Strategi pembelajaran kontekstual dapat dijadikan alternatif strategi pembelajaran dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswanya. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang manfaat penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PAI dan kecerdasan interpersonal siswa sehingga tidak menutup kemungkinan strategi pembelajaran ini dapat diterapkan untuk mata pelajaran lainnya dalam memaksimalkan kecerdasan siswa.

c. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan mutu sekolah, karena terciptanya suasana proses belajar mengajar yang aktif dan kreatif sehingga dapat berdampak dalam meningkatkan nama baik sekolah tempat diadakannya penelitian.

d. Peneliti

Adanya penelitian ini dapat memperluas wawasan dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian dan dapat meningkatkan kualitas dan profesionalisme khususnya pada pembelajaran PAI.

8

1. Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas V SD a. Hakikat Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan /ke·cer·das·an/ secara bahasa ialah perihal cerdas, perbuatan mencerdaskan, dan atau kesempurnaan perkembangan akal budi.5 Sedangkan Interpersonal (Pronunciation: /ɪntəˈpəːs(ə)n(ə)l/) is Relating to

relationships or communication between people.6 yang berarti menjalin

hubungan baik atau membuat komunikasi baik dengan relasi atau dengan orang lain.

Kecerdasan dapat dilihat dari kemampuan bersikap dan berbuat cepat untuk mengatasi suatu situasi atau untuk memecahkan masalah.7 Dapat dikatakan bahwa orang yang cerdas merupakan orang yang mampu bertindak cepat dan tepat dalam menghadapi masalahnya. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Alder yang menyatakan bahwa “ kecerdasan merupakan kecakapan untuk bertindak secara sengaja, berpikir secara rasional, dan berhubungan secara efektif dengan lingkungan.”8 Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam berpikir, membuat suatu keputusan, bertindak secara tepat dalam berhubungan dengan orang lain ataupun untuk mengatasi masalah hidupnya.

Kecerdasan manusia terdiri dari beberapa jenis. Menurut Gardner yang dikutip Johnson, “kecerdasan seseorang meliputi kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan

5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008)

6 Oxford University, Oxford Learner's Pocket Dictionary, (Cambridge: Oxford University, 1998)

7Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 176.

8Harry Alder, Boost Your Intelligence: Pacu EQ dan IQ Anda terjemahan Christina Prianingsih (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 14.

intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.”9 Pendapat tersebut membuktikan bahwa dalam diri manusia itu memiliki kecerdasan ganda yang dapat dikembangkan. Salah satu kecerdasan yang tak kalah pentingnya adalah kecerdasan interpersonal. Manusia sebagai makhluk sosial dimana mereka membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Akan tetapi, tidak semua individu dapat menjalin hubungan yang baik dengan individu lain. Oleh karena itu, untuk mendukung terjalinnya hubungan baik tersebut diperlukan kecerdasan interpersonal yang harus dimiliki oleh setiap individu. Kecerdasan interpersonal ini menjadi penting karena pada dasarnya banyak kegiatan manusia yang membutuhkan orang lain.

Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan untuk memahami dan membina hubungan dengan orang lain.10 Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal, ia akan terampil menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain khususnya dalam menjaga keutuhan hubungan tersebut dari segala permasalahan yang ada. Hal ini karena ia memiliki keterampilan memecahkan suatu masalah sehingga hubungan antar pribadinya dapat terjaga dengan baik. Selain itu, orang yang memiliki kecerdasan interpersonal, maka ia mudah menjalin relasi sosial dengan orang lain.11 Dengan demikian, orang yang memiliki kecerdasan interpersonal termasuk orang yang pandai bergaul dan memiliki banyak teman.

Kecerdasan interpersonal disebut juga kecerdasan sosial.12 Maksudnya kecerdasan ini berupa kemampuan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun hubungan dan mempertahankan relasi sosialnya dengan orang lain sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Sesuai dengan pendapat Richards yang menyatakan bahwa, “interpersonal

9Elaine Johnson, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna terjemahan Ibnu Setiawan (Bandung: Mizan Learning Center, 2007), h. 251.

10Thomas R.Hoerr, Buku Kerja Multiple intelligences:Pengalaman New City School di St.

Louis, Missouri, AS, dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak terjemahan Ary Nilandari

(Bandung:Kaifa, 2007), h. 15.

11

Reza Prasetyo dkk., Multiply Your Multiple Intelligences Melatih 8 Kecerdasan

Majemuk pada Anak dan Dewasa (Yogyakarta: ANDI, 2009), h. 75.

12Hamzah B Uno dkk., Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.14.

intelligence: the ability to be able to work well with people”.13

Hal ini berarti bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk dapat bekerja baik dengan orang lain. Pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan interpersonal maka ia akan menjaga hubungan baiknya dengan orang lain baik dalam bekerja maupun berinteraksi sosial dengan orang lain.

Kecerdasan interpersonal dapat dikembangkan dengan aktivitas yang melibatkan kelompok belajar, proyek kelompok, penyelesaian konflik, mencapai kesepakatan, tanggung jawab organisasi sekolah, empati, dan kehidupan sosial.14 Didukung oleh pendapat Yaumi yang mengatakan bahwa “untuk dapat mengembangkan dan mengkontsruksi kecerdasan interpersonal bagi siswa, maka hendaknya siswa harus dibiasakan belajar berkelompok, mengajar teman sebaya, berkomunikasi dengan orang, melakukan simulasi, dan membuat proyek kelompok.”15 Hal ini dikarenakan adanya belajar bersama, siswa dapat menjalin hubungan komunikasi yang efektif dengan orang lain. Selain itu, mereka akan menunjukkan kegembiraan dalam berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta ketidaknyamanan dalam kesendirian. Disamping itu dalam bekerja sama, siswa akan menemukan konflik yang terjadi akibat perbedaan pendapat antara anggota kelompoknya Dengan begitu, mereka akan terlatih untuk terampil memecahkan masalah dalam kelompok dan akan saling menghargai untuk mencapai kesepakatan bersama.

Menurut Amstrong, “Interpersonal intelligence: the ability to

perceive and make distinctions in the moods, intentions, motivations, and

feelings of other people”.16 Amstrong menyatakan bahwa “kecerdasan

interpersonal adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

13Jack C. Richards, et al., Approaches and Methods in Language Teaching (New York: Cambridge University Press, 2002), h. 116.

14Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences terjemahan Purwanto (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), hh. 26-27.

15

Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (Jakarta: Dian Rakyat, 2012), h. 149.

16Thomas Amstrong, Multiple Intelligences in The Classroom (United States of America: Alexandria Virginia ASCD, 1994), h. 7.

mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan orang lain.” Dengan kata lain orang yang memiliki kecerdasan interpersonal, maka ia cenderung menghargai perasaan orang lain. Pendapat di atas mengatakan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang dalam menjalin kerjasama dengan orang lain dan mampu menanggapi ekspresi wajah, suara dan gerak isyarat orang lain sehingga ia dapat mengetahui apakah orang tersebut sedang dalam keadaan sedih atau senang.

Pendapat Amstrong didukung oleh pernyataan Gardner yang mengatakan bahwa “kecerdasan antar pribadi dibangun antara lain kemampuan inti untuk mengenali perbedaan dalam suasana hati, temperamen, motivasi, dan kehendak.”17 Dengan demikian, orang yang memiliki kecerdasan interpersonal maka ia dapat mengenali perbedaan suasana hati, motivasi melalui perubahan perilakunya. Jika seseorang telah mampu mengenali karakter orang lain, maka ia akan mudah mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu sehingga kecerdasan ini hendaknya dimiliki oleh para pemimpin.

Menurut Anderson yang dikutip Wahyudi, menyatakan bahwa “kecerdasan interpersonal mempunyai tiga dimensi utama, yaitu social

sensitivity, social insight, dan social communication.”18 Social sensitivity

atau kepekaan sosial dapat dikatakan kemampuan menyadari reaksi-reaksi tertentu atau perubahan perilaku orang lain. Sifat tersebut dapat dikatakan empati dengan perasaan orang lain. Selain itu, adanya kepekaan sosial dapat menjadikan seseorang bersikap prososial seperti membantu orang lain yang membutuhkan dan bekerja sama dengan orang lain.19 Hal ini karena orang yang memiliki kepekaan sosial tinggi akan berempati dengan perasaan

17Howard Gardner, Multiple Intelligences: Kecerdasan Majemuk, Teori dalam Praktek terjemahan Alexander Sindoro (Batam: Interaksa, 2003), h. 45.

18 Deddy Wahyudi, Pembelajaran IPS Berbasis Kecerdasan Intrapersonal, Interpersonal dan Eksistensial,2011(http://jurnal.upi.edu/file/4-Deddy_Wahyudi.pdf), h. 37. Diunduh pada Rabu, 04 September 2015 pukul 20.00 WIB.

19Elok Puspita, “Efektivitas Permainan Aktif Dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Di SDN Merjosari I Malang” Skripsi (Malang: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim, 2009), h. 32.

orang lain dan dari situlah ia cenderung untuk membantunya saat orang lain mengalami kesulitan.

Dengan demikian dapat dikatakan, social sensitivity atau kepekaan sosial merupakan kemampuan seseorang dalam menunjukkan sikap empati dan prososial terhadap orang lain. Hal ini dapat dilihat dari sikap tanggap terhadap perubahan perilaku orang lain, peduli dengan orang lain, membantu orang yang membutuhkan dan dapat bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu, orang yang memiliki kepekaan sosial biasanya ia mudah bergaul dan disenangi banyak teman karena ia dapat menyesuaikan dirinya dalam bergaul dengan teman-temannya.

Social insight atau kesadaran sosial merupakan kemampuan

seseorang untuk mengatasi masalah dalam suatu hubungan.20 Orang yang memiliki social insight, maka ia mudah memahami situasi sosial dan etika sosial sehingga ia mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut. Saat seseorang memahami situasi dan etika sosial, maka ia akan bertindak dan bertingkah laku sesuai etika yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikemukakan social insight merupakan kemampuan menciptakan interaksi sosial yang baik dengan orang lain dengan bertindak sesuai dengan situasi dan etika sosial yang dipahaminya. Dengan begitu, ia akan memiliki keterampilan memecahkan masalah dalam hidupnya.

Social communication atau komunikasi sosial merupakan

kemampuan individu dalam berkomunikasi sehingga dapat menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Orang yang memiliki kemampuan komunikasi sosial, maka ia dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Komunikasi yang efektif dapat digambarkan saat orang memberikan umpan balik, mengungkapkan perasaan, mendukung dan menanggapi orang lain serta menerima diri dan orang lain.

20

Perlu diingat bahwa ketiga dimensi di atas merupakan satu kesatuan utuh dan ketiganya saling mengisi satu sama lain.21 Maksudnya jika salah satu dimensi saja tidak seimbang, maka akan melemahkan dimensi yang lainnya. Contohnya saja dalam mempertahankan hubungan relasi yang baik (social insight), maka seseorang harus menunjukkan sikap empati, prososial (social sensitivity) dan harus menguasai komunikasi yang efektif (social

communication). Dengan sikap prososial seperti sikap berbagi, terbuka,

membantu orang yang membutuhkan dan perbuatan positif lainnya akan membuat hubungan semakin akrab. Dengan bersikap empati terhadap orang lain, maka ia akan mengetahui perbedaan perilaku orang lain melalui ekspresinya saat berkomunikasi ataupun saat melakukan perbuatan. Dalam hal ini kemampuan komunikasi efektif merupakan unsur dari social

communication atau komunikasi sosial. Dengan demikian ketiga dimensi di

atas tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung dan mengisi satu sama lainnya. Oleh karena itu dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal orang perlu memperhatikan ketiga dimensi tersebut.

Menurut Porter yang dikutip Suparlan, “orang yang memiliki kecerdasan interpersonal cenderung memiliki sifat pintar dalam memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, sosialisasi, menjadi pendamai, bermain dalam kelompok, dan klub.”22 Dengan demikian, orang yang memiliki kecerdasan ini, ia akan disenangi oleh teman-temannya dan lingkungannya. Hal ini karena ia mudah bergaul, berinteraksi, dan dapat menciptakan hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya.

Dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal, diperlukan pelatihan dan proses pembelajaran yang berkesinambungan. Menurut Amstrong, “ada beberapa cara mengembangkan kecerdasan interpersonal seseorang antara lain mengajarkan kepada orang lain, bekerja sama, dan

21

Safaria, Interpersonal intelligence: Metode Pengembangan Interpersonal Anak (Yogyakarta: Amara Books, 2005), h. 24.

22Suparlan, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dari Konsepsi sampai dengan

berinteraksi dengan orang lain.”23 Dapat dikatakan bahwa pembelajaran secara kelompok akan merangsang siswa dalam mengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Hal ini karena siswa akan terlatih untuk menghargai pendapat temannya, saling berbagi ilmu, dan saling berdiskusi untuk mencapai kecepakatan bersama. Dengan begitu, kecerdasan interpersonal siswa akan berkembang.

Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kecakapan sosial seseorang dalam membedakan maksud, suasana hati, perasaan dan gagasan orang lain melalui sifat empati dan prososial (social sensitivity) dan mampu menciptakan relasi sosial yang baik dengan bertindak sesuai situasi dan etika sosial (social insight) serta dapat menguasai komunikasi efektif (social communication).

b. Karakteristik Siswa Kelas V SD

Menurut Nasution yang dikutip Bahri menyatakan “bahwa masa usia sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua fase yaitu (1) masa kelas rendah sekolah dasar, kira- kira 6 atau 7 tahun sampai usia 9 atau 10 tahun; (2) masa kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira usia 9 atau 10 tahun sampai usia 12 atau 13 tahun.”24 Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa siswa kelas V termasuk masa kelas tinggi karena usianya kira-kira 11 sampai 12 tahun.

Perkembangan sosial pada siswa seusia ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan dari keluarga dengan membentuk ikatan baru terhadap teman sebayanya sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.25 Maksudnya jika pada awalnya siswa hanya bergaul di lingkungan keluarga saja, maka saat siswa masuk ke dalam lingkungan pendidikan formal, ia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebayanya atau

23Thomas Amstrong, Setiap Anak Cerdas : Panduan Membantu Anak Belajar dengan

Memanfaatkan Multiple Intelligencenya terjemahan Rina Buntaran (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2005), h. 222.

24Syaiful Bahri, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 123.

25Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.180.

teman sekelasnya. Dengan begitu, ia akan belajar untuk menjalin hubungan baik dengan teman-temannya. Didukung oleh pendapat Hurlock bahwa pada masa usia sekolah dasar, siswa gemar membentuk kelompok sebaya dalam berteman sehingga usia ini dikenal sebagai usia berkelompok.26 Maksudnya, siswa memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok dan dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.

Menurut Sunarto dan kawan-kawan, “perkembangan sosial siswa usia sekolah dasar yakni ia telah belajar mengembangkan interaksi sosial dengan menerima pandangan masyarakat, memahami tanggung jawab, dan berbagai pengertian dengan orang lain.”27 Pada usia ini siswa telah memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Siswa dapat mengendalikan egonya dan berkembang menjadi sikap mau bekerja sama dan mau memperhatikan kepentingan orang lain. Dalam hal ini kecerdasan interpersonal sangat dibutuhkan oleh siswa sekolah dasar. Kecerdasan ini merupakan kemampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain. Oleh karena itu, dalam pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa kelas V SD termasuk ke dalam usia berkelompok dimana perkembangan sosialnya yakni siswa telah dapat mengendalikan egonya menjadi sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Disamping itu, siswa kelas V SD memiliki sikap ingin tahu dan amat realistis. Oleh karena itu, proses pembelajarannya pun perlu mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa agar pembelajaran lebih bermakna. Dengan kata lain, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa dan mampu memanfaatkan kematangan perkembangan sosial siswa.

Strategi pembelajaran kontekstual sangat tepat bagi siswa seusia ini. Strategi ini mengutamakan keterkaitan antara materi pembelajaran dengan

26Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo (Jakarta: Erlangga, 1980), h.155. 27

kehidupan sehari-hari siswa dan menuntut siswanya aktif mengamati, bekerja sama, dan bereksplorasi sehingga pembelajaran menjadi konkret dan bermakna. Dengan beragamnya aktivitas, siswa dapat menerapkan rasa ingin tahu mereka dengan mengalaminya secara langsung. Disamping itu adanya tugas kelompok, siswa akan belajar tentang sikap dan kebiasaan bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggung jawab. Dengan begitu, kecerdasan interpersonal mereka akan terlatih dan berkembang.

Berdasarkan uraian mengenai kecerdasan interpersonal dan karakter siswa kelas V SD, dapat dikemukakan bahwa kecerdasan interpersonal siswa kelas V SD adalah kecakapan sosial siswa dalam membedakan maksud, suasana hati, perasaan dan gagasan teman melalui sifat empati dan prososial (social sensitivity) dan mampu menciptakan relasi sosial yang baik dengan bertindak sesuai situasi dan etika sosial (social insight) serta dapat menguasai komunikasi efektif (social communication).

2. Strategi Pembelajaran Kontekstual a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dikatakan sebagai cara guru dalam mengefektifkan, mengefisiensikan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran.28 Pernyataan tersebut didukung oleh David yang dikutip Sanjaya menyatakan bahwa “strategi pembelajaran adalah a plan, method, or series of activities designed to

achieves a particular educational goal".”29 Hal tersebut diartikan bahwa

strategi pembelajaran adalah rencana, metode, atau bagian dari pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa strategi pembelajaran

28

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran : sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas (Jakarta: Kencana, 2010), h. 131.

29Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2009), h. 124.

merupakan suatu prosedur kegiatan yang sengaja dipersiapkan guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, adanya strategi pembelajaran dapat dijadikan pedoman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih terarah dan terencana sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Berdasarkan bagan hierarki komponen proses pembelajaran, strategi pembelajaran terletak pada urutan setelah pendekatan pembelajaran. Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 30

Hierarki Komponen Proses Pembelajaran

Gambar 2.1

Sesuai dengan gambar di atas, strategi pembelajaran terletak di urutan setelah pendekatan pembelajaran dimana pendekatan merupakan sudut pandang seseorang terhadap suatu proses pembelajaran dan sifatnya masih sangat umum. Saat pandangan tersebut telah dijadikan sebagai suatu prosedur pembelajaran maka akan menghasilkan suatu strategi pembelajaran. Oleh karena itu strategi pembelajaran dapat bersumber pada pendekatan tertentu. Dengan demiikian, strategi pembelajaran merupakan

30Indrawati Sutarto, Strategi Belajar Mengajar “Sains” (Jember: Jember University Press,2013), h.19.

suatu prosedur pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Hakikat Strategi Pembelajaran Kontekstual

Salah satu jenis strategi pembelajaran adalah strategi pembelajaran kontekstual. Dikatakan strategi, karena pembelajaran kontekstual diterapkan sebagai suatu prosedur kegiatan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengefektifkan pembelajaran agar mencapai tujuan yang diharapkan. Sesuai dengan pernyataan Kemp yang dikutip Sanjaya mengatakan bahwa “strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.”31 Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa pembelajaran kontekstual dapat dijadikan sebagai strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.32 Oleh karena itu, kontekstual dijadikan sebagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan lingkungan dimana strategi itu dapat mengoptimalkan interaksi siswa dengan komponen pembelajaran seperti media, materi, dan bahan ajar melalui pengalaman yang nyata sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Secara bahasa Contextual (Pronunciation:/kənˈtɛkstʃʊəl/) is Depending on or relating to the circumstances that form the setting for an

event, statement, or idea.33 Yang berarti Tergantung pada atau yang

berkaitan dengan keadaan yang membentuk pengaturan untuk sebuah acara , pernyataan , atau ide. Teaching (Pronunciation: /ˈtiːtʃɪŋ/) is The occupation,

profession, or work of a teacher.34 Yang berarti pendudukan, profesi atau

pekerjaan sebagai guru. Learning is (Pronunciation: /ˈləːnɪŋ/) The

31Wina Sanjaya, loc.cit.

32

Yatim Riyanto, op.cit., h. 160.

33 Oxford University, Oxford Learner's Pocket Dictionary, (Cambridge: Oxford University, 1998)

34

Oxford University, Oxford Learner's Pocket Dictionary, (Cambridge: Oxford University, 1998)

acquisition of knowledge or skills through study, experience, or being

taught.35 Yang berarti akuisisi pengetahuan atau keterampilan melalui

proses belajar, pengalaman, atau yang diajarkan.

Menurut Spring, “Contextualized Teaching and Learning (CTL) is

identified as a promising strategy that actively engages students and promotes improved learning and skills development. CTL helps students find and create meaning through experience, drawing from prior knowledge

in order to build upon existing knowledge”.36 Pernyataan tersebut

mengatakan bahwa strategi pembelajaran kontekstual merupakan suatu strategi yang menjanjikan secara aktif melibatkan para siswa serta mempromosikan peningkatan pengembangan pembelajaran dan keterampilan. CTL membantu siswa menemukan dan menciptakan makna melalui pengalaman, mengaitkan dari pengetahuan sebelumnya dalam rangka untuk membangun pengetahuan yang ada. Dari pernyataan tersebut telah jelas bahwa pembelajaran kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang menjanjikan untuk meningkatkan berbagai keterampilan. Hal tersebut karena siswa terlibat aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalaman dan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya seperti melakukan pengamatan, percobaan, proyek kelompok, dan lain-lain. Dari aktivitas-aktivitas tersebut, siswa akan terlatih untuk terampil bekerja sama, terampil memecahkan masalah, menghargai pendapat teman, terampil berkomunikasi, dan terampil dalam membangun kesepakatan bersama.

Menurut Dharma Kesuma dalam bukunya yang berjudul Contextual

Teaching And Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM

“Strategi pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

Dokumen terkait