• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.2 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) .1 Pengertian Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

2.1.2.3 Sejarah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Pada tahun 1971, Institut Freudenthal di Utrecht University Belanda

mengembangkan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dikenal

dengan RME (Realistik Matematics Education). Nama institut ini diambil dari

nama pendirinya yaitu Profesor Hans Freudenthal lahir pada tahun 1905 dan wafat

pada tahun 1990 (Daryanto, 2012: 150). Pendekatan RME ini menggabungkan

pandangan mengenai matematika, cara siswa belajar matematika, dan cara

mengajarkan matematika. Siswa sebagai pelajar tidak dipandang sebagai

penerima pasif namun siswa harus diarahkan kepada penggunaan berbagai situasi

dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka

sendiri. Banyak sekali soal yang diambil dari situasi atau konteks nyata yang

dirasa bermakna sehingga menjadi sumber belajar. Konsep matematika ini muncul

dari penyelesaian yang terkait dengan konteks nyata, siswa secara perlahan-lahan

mengembangkan pemahaman matematika ke tingkat yang lebih formal.

Model-model yang muncul dari aktivitas siswa mampu mendorong terjadi interaktivitas

siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan lingkungan sehingga

Teori pendekatan RME (Realistik Matematics Education) diadaptasi oleh

Indonesia dan merubah namanya menjadi pendekatan Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI). PMRI terbentuk sebagai kelompok awal pendidik

matematika di Indonesia yang peduli terhadap masalah pendidikan matematika di

Indonesia. Mereka berasal dari berbagai perguruan tinggi yaitu ITB, UPI, Unesa,

UNY dan USD. Usaha ini dimotivasi oleh Tim BS LPTK Dikti sejak tahun 1989,

dan dilanjutkna oleh proyek PGSM (Pendidikan Guru Sekolah Menengah) dan

berakhir pada tahun 2001(Suryanto, 2010: 13). Kerjasama Matematika antara

Indonesia dengan Belanda sejak awal tahun 1990-an. Kelompok awal PMRI

berusaha memonitor arah perkembangan pendidikan matematika di universitas di

dunia internasional khusunya diorganisir oleh International Commission on

Mathematical Instruction (ICMI. Salah satu konferensi ICML yaitu China

Regional Conference on Mathematics Education dilaksanakan di Sanghai Bulan

Agustus 1994. Dengan menyajikan makalah yang berjudul Mathematics

Education Toward tahun 2000. Inti makalah tersebut adalah penggunaan

pendidikan matematika realistik Indonesia yang dikembangkan di Belanda.

2.1.3Matematika

Wahana (2016: 115) menuliskan bahwa matematika merupakan bahasa

numerik yang melambangkan serangkaian hitungan dari pernyataan yang ingin

disampaikan. Menurut Freudenthal (dalam Susanto, 2013: 189) bahwa

matematika merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan,

ruang dan bentuk aturan-aturan dengan yang telah ada dan tidak lepas dari

matematika merupakan ilmu yang mengenai dasar-dasar perhitungan,

pengukuran, dan penggambaran bentuk objek. Ilmu tersebut melibatkan logika,

kalkulasi kuantitatif, dan pengembangan yang telah meningkatkan idealisasi

subjek. Soedjadi (2000: 11) menuliskan bahwa matematika merupakan

pengetahuan mengenai bilangan dan kalkulasi. Dari pendapat di atas disimpulkan

bahwa matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang yang melambangkan

serangkaian perhitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek yang tidak

lepas dari aktivitas insani.

Dikmenum (dalam Taniredja, 2010: 23) memaparkan bahwa matematika

berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menggunakan

rumus matematika yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi

pengukuran dan geometri, aljabar, peluang, statistika, kalkulus dan trigonometri.

Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan menyampaikan

informasi berupa gagasan melalui model matematika yang mampu berupa kalimat

dan persamaan matematika, diagram, grafik ataupun tabel. Matematika berfungsi

untuk melatih cara berpikir dan menalar dalam menarik kesimpulan. Hernawan

(2010: 8) menjelasan bahwa mata pelajaran matematika berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan

simbol-simbol, serta penalaran sehingga membantu memperjelas dan

menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dari pendapat si atas

sehingga matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,

mengukur menggunakan rumus matematika mengenai bilangan dan

simbol-simbol sehingga sehingga membantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan

Menurut Bruner (dalam Heruman, 2007: 4) bahwa pembelajaran

matematika guru berperan menjadi pembimbing dibandingkan menjadi pemberi

tahu karena siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan serta

pembelajaran matematika harus termuat keterkaitan antara pengalaman belajar

siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Menurut Susanto (2013:

186) menuliskan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar

mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir

siswa yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta mampu

meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Pembelajaran

matematikan bertujuan menumbuhkkan dan mengembangkan kemampuan

mengukur dan menghitung dalam kehidupan sehari-hari. Dari pendapat ahli di

atas bahwa pembelajaran matematika merupakan proses belajar untuk

mengembangkan kreativitas siswa yang mampu meningkatkan kemampuan dalam

mengukur dan menghitung dalam mengkontruksi pengetahuan baru terhadap

materi matematika mengenai permasalahan kehidupan sehari-hari.

Menurut Dekdipnas (dalam Susanto, 2013: 190) memaparkan tujuan

pembelajaran matematika di SD adalah (1) Memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dan generalisasi, menyusun dan menjelaskan pernyataan matematika,

(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi

atau media lain untuk menjelaskan masalah, dan (5) Memiliki sikap menghargai

penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Depdiknas (dalam Susanto,

2013: 189-190) menerangkan bahwa kompetensi atau kemampuan umum

pembelajaran matematika di SD yaitu, (1) melakukan operasi hitung penjumlahan,

pengurangan, perkalian, pembagian serta operasi campuran termasuk yang

melibatkan pecahan, (2) menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan

bangun ruangsederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling luas dan volume,

(3) menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat, (4)

menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan penaksiran

pengkuran, (5) menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran

tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikannya, (6)

memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan

secara Matematika.

kompetensi yang dipilih dalam penelitian ini adalah menentukan sifat dan

unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan

sudut, keliling luas dan volume. Pengembangan produk buku guru dan buku siswa

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran matematika di SD. Dalam produk buku

kegiatan pembelajaran berisi kegiatan dalam memahami konsep matematika,

menggunakan penalaran, memahami masalah, dan memiliki kemampuan dalam

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Dokumen terkait