• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang berjudul “Analisis Pola Konsumsi daerah Perkotaan dan Pedesaan serta Keterkaitannya dengan Karakteristik Sosial Ekonomi di Propinsi Banten” merupakan gagasan dan hasil penelitian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lainnya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2010

Muhardi Kahar NIM. H151080414

MUHARDI KAHAR. Analysis of Consumption Pattern in Urban and Rural area and Relationship with Socio Economic Characteristic in Province Banten. Under direction of SRI HARTOYO as chairman and HAMONANGAN RITONGA as member of advisory committe.

Based on economic theory, the consumption pattern was influenced by some factors, for instance price and income/expenditure. According to area tipology, the consumption pattern between urban and rural area was different. The socio economic characteristic like educational background and number of household size has also estimated that it has relationship to consumption model. The common objective of this research is to analyze the effect of some factors like price, income/expenditure, and socio economic characteristic to consumption pattern in urban and rural area. An Almost Ideal Demand System (AIDS) model has been using to explore the behaviour of some factors in relationship with demand of selected comodities. The data using consumption modul of Susenas February 2007 and 2008 in province Banten. The common result shows that some prices and expenditure has significant effect to demand of some food and non food comodities. The food consumption was still first prior commodity in urban and rural area. The income/expenditure elasticity for rice shows that the higher educational background has inelastic value, its mean that the household with higher education of household head has been allocating their extra income to non rice commodity. In urban area the consumption of fish/egg/meat/milk is higher than rural area and has positive effect to socio economic characteristic, where showed from elastic value of elasticity. The price elasticity of education at household with head of househould has lower education in rural area is more elastic than urban area. Household with lower education in urban area has budget decreasing effect to education sector for increasing of number of household size and number of schooling children. Meanwhile this household still have financial problem to access the health sector.

MUHARDI KAHAR. Analisis Pola Konsumsi daerah Perkotaan dan Pedesaan serta Keterkaitannya dengan Karakteristik Sosial Ekonomi di Propinsi Banten. Dibimbing oleh SRI HARTOYO sebagai Ketua dan HAMONANGAN RITONGA sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Indikator tingkat kesejahteraan terkait konsumsi adalah tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan merupakan salah satu indikator yang berkaitan langsung dengan kemampuan masyarakat di dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Di dalam memenuhi kebutuhannya, individu atau rumahtangga memiliki prilaku atau kebiasaan konsumsi yang menggambarkan pola konsumsi rumahtangga. Pola konsumsi dari sisi teori ekonomi pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya harga dan pendapatan (pengeluaran). Dari tipologi wilayah terdapat perbedaan pola konsumsi daerah perkotaan dan pedesaan. Karakteristik sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan, jumlah anggota rumahtangga diduga juga memiliki keterkaitan terhadap model konsumsi. Tujuan penelitian secara umum untuk mengetahui dan menganalisis dampak atau pengaruh dari faktor-faktor karakteristik sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan kepala rumahtangga selain harga dan pendapatan dalam mempengaruhi pola konsumsi makanan dan non makanan di perkotaan dan di pedesaan.

Penelitian ini menggunakan model analisis fungsi permintaan Almost Ideal Demand System (AIDS) dengan memasukkan beberapa karakteristik sosial ekonomi. Model ini ditujukan untuk menganalisis prilaku konsumsi suatu komoditi dan hubungannya dengan pengeluaran rumahtangga, harga, dan beberapa karakteristik demografi dan sosial ekonomi. Model dibedakan menurut daerah perkotaan dan pedesaan serta tingkat pendidikan kepala rumahtangga. Cakupan komoditi yang diteliti adalah komoditi makanan dan non makanan. Komoditi makanan meliputi padi-padian, ikan/daging/telur/susu, sayuran dan buahan. Komoditi non makanan meliputi komoditi pendidikan, kesehatan, dan barang tahan lama. Data yang digunakan adalah Susenas Modul Konsumsi Februari 2007 & 2008 propinsi Banten.

Hasil penelitian menunjukkan secara umum tingkat pengeluaran daerah perkotaan dan pedesaan berbeda signifikan. Sebagian besar estimasi parameter harga komoditi dan pendapatan/pengeluaran rumahtangga mempengaruhi secara signifikan tingkat konsumsi untuk setiap kelompok komoditi baik pada komoditi makanan maupun komoditi non makanan. Konsumsi padi-padian (makanan) masih merupakan komoditi yang utama baik di perkotaan maupun di pedesaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka nilai elastisitas pendapatan cenderung inelastis, artinya semakin tinggi pendidikan maka tambahan pendapatan cenderung lebih banyak dialokasikan untuk mengkonsumsi barang selain barang kebutuhan pokok yang utama. Di daerah perkotaan konsumsi telur, daging, susu cenderung lebih tinggi dibandingkan di daerah pedesaan dan memiliki pengaruh yang berarti terhadap karakteristik sosial ekonomi dibandingkan daerah pedesaan. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat elastisitas pendapatan/pengeluaran yang sebagian lebih besar dan elastis, serta tingkat elastisitas pengeluaran yang sebagian cenderung elastis. Untuk rumahtangga yang berpendapatan rendah (pendidikan kepala rumahtangga menengah ke bawah) terlihat bahwa kenaikan jumlah anggota rumahtangga dan anak yang sekolah menyebabkan permintaan atau partisipasi untuk sektor pendidikan khususnya di daerah perkotaan cenderung lebih rendah, artinya alokasi pendapatan (budget share) untuk sektor pendidikan cenderung menurun. Secara umum sektor kesehatan masih merupakan

Harga komoditi makanan terutama ikan/daging/telur/susu harus menjadi prioritas perhatian pemerintah dalam mengontrol pasar, karena sifatnya sangat elastis terhadap jumlah permintaan yang dikonsumsi, terutama untuk rumahtangga berpendapatan rendah di perkotaan. Sektor pendidikan harus lebih diperhatikan lagi khususnya di pedesaan, karena pada umumnya pengaruh kenaikan biaya pendidikan atau sekolah akan memberikan efek negatif terhadap masyarakat. Sektor kesehatan juga perlu diperhatikan dengan serius khususnya untuk masyarakat pedesaan yang berpendapatan rendah, karena kenaikan biaya kesehatan akan memberikan efek negatif yang lebih besar dalam akses kesehatan.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Dokumen terkait