• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Pembukuan Keuangan Usaha Koperasi RT 02 Dusun Pundung

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir “Penguatan Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga untuk Meningkatkan Keberdayaan Anggota: Kasus Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah” adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Desember 2006

Rahmat Imam Santosa

RAHMAT IMAM SANTOSA. Penguatan Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga untuk Meningkatkan Keberdayaan Anggota: Kasus Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh SAID RUSLI dan DJUARA P. LUBIS.

Kajian ini merupakan tinjauan pada aras mikro terhadap Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri. Prosedur kajian yang digunakan adalah metodologi kualitatif dengan pilihan strategi studi kasus. Sifat kajian yaitu deskripsi evaluasi sumatif, karena esensi kajian bertujuan untuk mendeskripsikan kinerja kelembagaan Koperasi RT dalam upaya memberdayakan anggota, mendeskripsikan faktor- faktor yang berkaitan dengan kinerja kelembagaan Koperasi RT, dan menyusun strategi pengembangan komunitas.

Koperasi RT merupakan wujud kongkrit dari kelembagaan ekonomi masyarakat Desa Kudi. Sebagian besar 93,85 persen anggota Koperasi RT adalah petani, dan 65,82 persen hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang lemah dan tidak berdaya. Dilihat dari pola hubungan yang terbentuk antara Koperasi RT dengan anggota, secara normatif Koperasi RT memiliki hubungan yang sangat dekat dengan anggota, akan tetapi dalam pelaksanan program, masing- masing Koperasi RT memiliki cara pengelolaan dan pelayanan kepada anggota yang beragam. Terkait dengan hal tersebut keberadaan kelembagaan Koperasi RT oleh komunitas petani miskin dirasakan memiliki manfaat dan kendala yang berbeda-beda.

Hasil kajian pada tiga Koperasi RT di Desa Kudi, menunjukkan bahwa program belum dapat mengena sasaran pokok pada komunitas petani miskin. Hal ini berkaitan dengan kinerja kelembagaan Koperasi RT yang belum optimal. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja kelembagaan Koperasi RT, yaitu; profil anggota, profil pengurus, modal sosial, dan kondisi lingkungan.

Penyusunan strategi pengembangan komunitas dilakukan secara partisipatif dengan memperhatikan potensi yang ada pada komunitas. Strategi yang digunakan adalah penguatan kelembagaan Koperasi RT yang dilakukan melalui empat tahapan kegiatan program, yaitu; (i) Penguatan struktur dan kultur kelembagaan Koperasi RT; (ii) Penguatan kapasitas komunitas; (iii) Penguatan ekonomi kelembagaan Koperasi RT; dan (iv) Perluasan jaringan kerja kelembagaan Koperasi RT.

Tahapan kegiatan program dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan komunitas, sehingga sasaran prioritas program untuk tahap pertama dilakukan pada Koperasi RT yang masih memiliki struktur maupun kultur kelembagaan yang lemah. Tahap kedua penguatan kapasitas pengurus dan anggota untuk Koperasi RT yang memiliki struktur maupun kultur yang sudah mulai berkembang secara baik akan tetapi memiliki kendala pada pengelolaan maupun pelayanan. Adapun tahap ketiga dan keempat merupakan kelanjutan dari strategi tahap pertama dan kedua yang telah dilaksanakan sebelumnya pada masing- masing Koperasi RT. Dengan demikian program dilaksanakan secara berkelanjutan dan berkesinambungan.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

(Kasus Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah)

RAHMAT IMAM SANTOSA

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah

Nama Mahasiswa : Rahmat Imam Santosa Nomor Pokok : A154050165

Disetujui

Komisi Pembimbing

Ir. Said Rusli, MA. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS. Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kajian Pengembangan Masyarakat (KPM) tepat pada waktunya, dengan mengambil judul ”PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA: Kasus Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah”. Kajian Pengembangan Masyarakat ini disusun guna memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam menyusun Kajian Pengembangan Masyarakat ini, penulis sadar bahwa semua tidak terlepas berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya dalam kesempatan yang baik ini penulis menyampaiakan ucapan terima kasih kepada;

1. Ir. Said Rusli, MA., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis, mulai dari konsultasi proposal kajian sampai dengan selesainya Laporan Kajian Pengembangan Masyarakat ini; 2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS., selaku Anggota Komisi Pembimbing, meskipun

di tengah-tengah kesibukan beliau selaku Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, akan tetapi masih berkenan meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga Kajian Pengembangan Masyarakat ini dapat terwujud;

3. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi., selaku Penguji Luar Komisi;

4. Dr. Mardjuki M.Sc., selaku Kepala Balatbangsos yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; 5. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS., selaku Dekan Sekolah

Pascasarjana Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor;

6. Dra. Neni Kusumawardhani, MS., selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung;

Masyarakat ini;

8. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam berbagai hal sehingga Laporan Kajian Pengembangan Masyarakat ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa karya yang telah penulis buat ini masih jauh dari sempurna, kesemuaannya itu karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Namun demikian penulis berharap Kajian Pengembangan Masyarakat ini dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan dan penyusunan program pengembangan masyarakat.

Bogor, 28 Desember 2006

Penulis lahir di Purwokerto pada tanggal 24 Desember 1968. Tamat SD Kutasari II pada Tahun 1982. Tamat SMP Negeri I Purwokerto pada Tahun 1984. Tamat SMA Negeri I Purwokerto pada Tahun 1987. Setelah tamat SMA penulis sempat melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian UNSOED Purwokerto. Pada Tahun 1989 penulis diterima Pendidikan Ikatan Dinas pada Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) dan tamat pada Tahun 1991. Selanjutnya pada tahun yang sama (1991) penulis mengikuti pendidikan militer wajib (SEPAMILWA-STPDN) di Pusat Pendidikan Infanteri Bandung dan lulus dengan pangkat Letnan Dua Infanteri. Pada Tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Universitas Slamet Riyadi di Surakarta. Pada tahun yang sama (2005) penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti Tugas Belajar sebagai Mahasiswa Pascasarjana pada Institut Pertanian Bogor kerjasama dengan STKS-Bandung. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Sosial Republik Indonesia.

Penulis mulai bekerja tugas wajib militer Tahun 1992 di KOREM 141/TP KODAM VII/Wirabuana Provinsi Sulawesi Selatan. Tahun 1993 penulis ditugaskan di KODIM 1415 Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pada Tahun 1994 penulis mengakhiri tugas wajib militer dan kembali bertugas pada Departemen Dalam Negeri, untuk selanjutnya ditugaskan sebagai Sekretaris Kelurahan Mlokomanis Kulon, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Pada Tahun 1995 sampai dengan Tahun 1998 penulis menjabat sebagai YMT. Kepala Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri. Tahun 1999 penulis bekerja di Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri. Tahun 2002 bekerja di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wono giri. Tahun 2005 sampai dengan sekarang bekerja pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.

Halaman DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan ... TINJAUAN TEORITIS Tinjauan Pustaka...

Pengertian Kemiskinan dan Petani Miskin ...

Pengertian Kemiskinan ...

Petani Miskin ...

Sebab-Sebab Kemiskinan ...

Komunitas ...

Pemberdayaan ...

Kelembagaan dan Modal Sosial ...

Ekonomi Kelembagaan Koperasi ...

Kerangka Pikir ...

METODOLOGI PEKERJAAN LAPANGAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas ...

Lokasi dan Waktu Praktek Kajian Pengembangan Masyarakat ...

Penentuan Kasus dan Komunitas Subyek Kajian ...

Teknik Pengumpulan Data ...

Pengolahan dan Analisa Data ...

Penyusunan Rencana Program ...

PETA SOSIAL KOMUNITAS Geografis ...

Demografis ...

Sosial Budaya dan Ekonomi ...

Kelembagaan ...

Sumberdaya Lokal ...

TINJAUAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA Pembentukan Komunitas ...

Sejarah Pengembangan Komunitas ...

Deskripsi Kegiatan ...

Tinjauan Pengembangan Komunitas ... xiii xv xvi 1 4 5 6 6 6 6 8 10 12 14 18 20 23 24 25 26 28 30 32 32 38 41 43 45 47 48 52

Kebijakan dan Perencanaan Sosial ...

Ikhtisar ...

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN Analisis Kinerja Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga ...

Profil Umum Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga ...

Koperasi RT 02 Dusun Setren...

Koperasi RT 04 Dusun Sukosari ...

Koperasi RT 02 Dusun Pundung ...

Aspek Organisasi Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga ...

Pelapisan Sosial dalam Kelompok...

Pola Hubungan dan Komunikasi dalam Kelompok ...

Kepemimpinan dalam Kelompok ...

Aspek Kelembaga an dalam Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga ...

Sistem Nilai dan Norma dalam Kelompok...

Tata Perilaku dalam Kelompok ...

Keragaan Kinerja Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga dalam Memberdayakan Anggota ...

Sistem Pengelolaan Usaha ...

Sistem Pelayanan Usaha ...

Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Kinerja Koperasi Rukun Tetangga... Profil Anggota ... Profil Pengurus ... Modal Sosial ... Kondisi Lingkungan ... Ikhtisar ...

PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RT Identifikasi Potensi Penguatan Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga...

Identifikasi Permasalahan dalam Penguatan Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga ...

Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Komunitas Pada Aras Kelompok ...

Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Komunitas Pada Aras Individu ...

Penyusunan Program Kerja Aras Kelompok dan Individu ...

Penguatan Struktur dan Kultur Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga ...

Sosialisasi Nilai-Nilai Koperasi dan Pembentukan Struktur Organisasu Koperasi Rukun Tetanga...

Pemilihan Kepengurusan Koperasi Rukun Tetangga ...

Penguatan Kapasitas Komunitas ...

55 57 58 58 58 64 67 71 71 74 76 77 77 78 80 80 84 87 87 90 92 94 96 99 100 101 103 104 104 105 106 108

Meningkatkan Simpanan Anggota ...

Melakukan Pinjaman Kepada Bank Perkreditan Rakyat....

Pengembangan Jenis Usaha dan Perluasan Jaringan Kerja Kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga ...

Membuka Usaha Baru ...

Membangun Kerjasama dengan Kelembagaan Lain ...

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan ... Rekomendasi ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN– LAMPIRAN ... 112 113 116 116 117 122 126 127 130

Nomor Teks Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Jadwal pelaksanaan praktek Kajian Pengembangan Masyarakat ...

Rincian pengolahan dan analisis data ...

Struktur penduduk Desa Kudi Tahun 2006 ...

Jumlah dan persentasi penduduk Desa Kudi berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2005 ...

Jumlah dan persentasi penduduk Desa Kudi berdasarkan matapencaharian utama Tahun 2005 ...

Luas lahan Desa Kudi menurut jenis penggunaannya Tahun 2005 ...

Daftar nama, nomor registrasi dan jumlah anggota Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Susunan nama anggota dan pengurus Koperasi Rukun Tetangga 02 Dusun Setren Desa Kudi Tahun 2006 ...

Susunan nama anggota dan pengurus Koperasi Rukun Tetangga 04 Dusun Sukosari Desa Kudi Tahun 2006 ...

Susunan nama anggota dan pengurus Koperasi Rukun Tetangga 02 Dusun Pundung Desa Kudi Tahun 2006 ...

Pelapisan sosial pada tiga kasus Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Sistem pengelolaan usaha pada tiga kasus Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Keunggulan dan kelemahan sistem pengelolaan usaha pada tiga kasus Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Sistem pelayanan usaha pada tiga kasus Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Keunggulan dan kelemahan sistem pelayanan usaha pada tiga kasus Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja kelembagaan pada tiga Koperasi RT di Desa Kudi Tahun 2006 ...

25 28 33 35 36 39 50 59 65 67 72 81 82 85 86 96

18 19 20 21 22 23

Identifikasi permasalahan aras individu pada tiga kasus Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Rencana kegiatan penguatan struktur dan kultur kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Rencana kegiatan penguatan kapasitas komunitas di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Rencana kegiatan penguatan ekono mi kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Rencana kegiatan pengembangan jenis usaha Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Metode pengumpulan data ... 103 107 110 114 119 134

Nomor Teks Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kerangka pikir penguatan kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga untuk meningkatkan keberdayaan anggota di Desa Kudi Tahun 2006..

Lokasi kajian Pengembanagan Masyarakat di Desa Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun 2006 ...

Piramida penduduk Desa Kudi Tahun 2006 ...

Persentasi penduduk Desa Kudi berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2005 ...

Persentasi penduduk Desa Kudi berdasarkan matapencaharian utama Tahun 2005 ...………..……...

Persentasi luas lahan Desa Kudi berdasarkan penggunaannya Tahun 2005 ...

Diagram Venn hubungan kelembagaan dengan komunitas petani miskin di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Industri rumahtangga pengupasan kacang mete di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Pertemuan rutin Rukun Tetangga 03 Dusun Ngrau; kegiatan usaha simpan pinjam Koperasi Rukun Tetangga, tanggal 14 Juli 2006 ...

Pola hubungan anggota dengan Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Perkembangan pemupukan modal pada tiga kasus Koperasi Rukun Tetangga dari Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2006 ...

Bagan alir dana kredit Koperasi Rukun Tetangga di Desa Kudi Tahun 2006 ...

Profil petani miskin ...

22 24 34 36 37 40 42 44 51 75 83 84 154

Nomor Judul Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Daftar Pertanyaan Untuk Petugas Pengelola Program Koperasi RT ...

Daftar Pertanyaan Untuk Pengurus Koperasi RT ...

Daftar Pertanyaan Untuk Anggota Koperasi RT ...

Tabel 23. Metode pengumpulan data ...

Dokumentasi Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) ...

Rapat Anggota Tahunan (Koperasi RT 04 Dusun Sukosari Desa Kudi) Contoh Pembukuan Keuangan Usaha Koperasi RT 02 Dusun Pundung Profil Kehidupan Petani Miskin Aras Individu (Rumahtangga Petani Miskin) ...

Peta Kudi Desa...

131 132 133 134 138 140 146 154 158

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selama ini Indonesia dikenal dengan sistem pemerintahan yang “sentralistis” di mana peranan Pemerintah Pusat sangat dominan dalam memberikan arahan pembangunan. Dominasi birokrat dalam pembangunan ini tidak terlepas dari adanya pandangan bahwa masyarakat dianggap tidak mampu dalam melakukan proses kegiatan pembangunan, sementara sumberdaya yang dianggap mampu hanyalah birokrasi pemerintah. Birokrasi menjadi aktor utama dalam setiap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembangunan. Dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk, meningkatnya tuntutan masyarakat, dan semakin komplek permasalahan sosial-ekonomi dan politik yang dihadapi, sistem sentralistis dirasakan tidak efektif lagi pelaksanaannya. Sistem tersebut telah menyebabkan ketergantungan masyarakat pada birokrasi yang memiliki daya absorbsi yang besar namun tidak memiliki kepekaan terhadap kebutuhan lokal, dan secara sistematis telah mematikan inisiatif masyarakat untuk memecahkan masalah- masalah yang mereka hadapi.

Di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, kemiskinan pedesaan (rural poverty) merupakan masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah daerah beserta masyarakatnya. Dapat dikatakan masalah tersebut merupakan salah satu topik pokok yang tidak dapat dilepaskan dari masalah pembangunan daerah. Penduduk Kabupaten Wonogiri berjumlah 1.117.115 jiwa, sebanyak 319.443 jiwa atau 86.336 keluarga hidup di bawah garis kemiskinan. Sebagian besar dari mereka 74,51 persen adalah tinggal di daerah pedesaan dan bekerja di sektor pertanian (BPS Kabupaten Wonogiri, 2004).

Pemetaan sosial yang pengkaji lakukan di Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno Tahun 2005, menunjukkan masalah kemiskinan di Desa Kudi merupakan masalah utama yang banyak terjadi pula di Kabupaten Wonogiri. Jumlah keluarga miskin di Desa Kudi pada tahun 2005, tercatat sebanyak 539 keluarga miskin atau 65,82 persen dari keseluruhan keluarga, dan mereka

bermatapencaharian pokok di sektor pertanian, yaitu; petani pemilik lahan sempit, petani penggarap dan buruh tani. Kondisi kemiskinan tersebut beserta penyebabnya berdampak pada ketidakberdayaan petani miskin dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Upaya untuk mengatasi kemiskinan di wilayah Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri telah banyak dilakukan oleh pihak pemerintah. Program tersebut antara lain adalah; Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Pengembangan Wilayah Terpadu (PPWT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dan Kredit Usaha Tani (KUT), mengalami kegagalan dan tidak berkelanjutan. Kelompok masyarakat yang dibentuk oleh program tidak aktif lagi, kelompok mengalami kemacetan usaha, dana kelompok habis, dan masyarakat Desa Kudi tetap miskin. Salah satu aspek penyebab kegagalan tersebut adalah tidak adanya unsur pemberdayaan komunitas untuk pengembangan masyarakat.

Pada tahun 2003 Pemerintah Kabupaten Wonogiri melakukan gerakan koperasi melalui pendekatan kewilayahan setingkat Rukun Tetangga (RT). Diharapkan dengan adanya lembaga keuangan mikro di tataran komunitas RT maka masyarakat khususnya di daerah pedesaan dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah yang memiliki kesamaan kepentingan dan kebutuhan yang dirasakan bersama akan mudah terdorong membentuk usaha swadaya masyarakat. Selanjutnya program tersebut dinamakan “Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri ”.

Secara normatif pendirian Koperasi RT memiliki tujuan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat, yaitu dengan memanfaatkan potensi kegiatan ekonomi yang ada pada komunitas di tingkat Rukun Tetangga (RT). Akan tetapi dalam implementasi kebijakan, penyeragaman struktur kelembagaan Koperasi RT di

seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri, menunjukkan bahwa program masih diberdasarkan pada pendekatan ”top down” dan model pemikiran”mekanistik”. Masyarakat dipandang sebagai obyek penerima pembangunan, dan program tidak menghargai terhadap keragaman struktur maupun kultur yang ada pada komunitas atau dengan kata lain program tidak memiliki kepekaan sosial.

Struktur kelembagaan Koperasi RT yang dibangun oleh pemerintah pada masyarakat melalui kelembagaan sosial Rukun Tetangga (RT), tidak secara otomatis dapat diikuti dengan perubahan nilai- nilai yang ada di masyarakat sesuai dengan nilai- nilai yang dikehendaki dalam kehidupan berkoperasi. Hal itu berkaitan dengan kelembagaan Koperasi RT masih sangat terkait dengan struktur dan nilai- nilai yang ada dalam kelembagaan Rukun Tetangga (RT), yaitu kelembagaan sosial yang memiliki peran menjalankan fungsi pemerintahan. Sehingga perkembanga n kelembagaan Koperasi RT masih diberdasarkan pada kepatuhan atas arahan dari lembaga pemerintahan tersebut.

Kepatuhan dan arahan yang demikian memberikan dampak negatif terhadap perkembangan kelembagaan Koperasi RT. Dalam pelaksanaannya Koperasi RT belum dapat berkembang dalam konteks kelembagaan yang lebih luas. Kelembagaan Koperasi RT yang seharusnya dapat memberdayakan anggota yang sebagian besar adalah petani miskin, ternyata masih jauh dari apa yang menjadi harapan mereka. Koperasi RT belum dapat memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan taraf kehidupan anggota.

Krisnamurthi (2002), berdasarkan pengamatan atas banyak koperasi serta menggali aspirasi berbagai pihak yang terkait dengan perkembangan koperasi, khususnya para partisipan koperasi sendiri, yaitu anggota dan pengurus, dapat disintesakan beberapa faktor fundamental yang menjadi dasar eksistensi dan peran koperasi di masyarakat. Faktor-faktor berikut merupakan faktor pembeda antara koperasi yang tetap eksis dan berkembang dengan koperasi yang telah tidak berfungsi bahkan telah tutup;

1. Koperasi akan eksis jika terdapat kebutuhan kolektif untuk memperbaiki ekonomi secara mandiri.

2. Koperasi akan berkembang jika terdapat kebebasan (independensi) dan otonomi untuk berorganisasi.

3. Keberadaan koperasi akan ditentukan oleh proses pengembangan pemahaman nilai- nilai koperasi.

4. Koperasi akan semakin dirasakan peran dan manfaatnya bagi anggota dan masyarakat pada umumnya jika terdapat kesadaran dan kejelasan dalam hal keanggotaan koperasi.

5. Koperasi akan eksis jika mampu mengembangkan kegiatan usaha yang; a. luwes, sesuai dengan kepentingan anggota

b. berorientasi pada pemberian pelayanan bagi anggota c. berkembang sejalan dengan perkembangan usaha anggota

d. biaya transaksi antara koperasi dan anggota mampu ditekan lebih kecil dari biaya transaksi non-koperasi

e. mampu mengembangkan modal yang ada didalam kegiatan koperasi dan anggota sendiri.

6. Keberadaan koperasi akan sangat ditentukan oleh kesesuaian faktor- faktor tersebut dengan karakteristik masyarakat atau anggotanya.

Berdasarkan perihal tersebut dan hasil kajian pendahuluan pada kegiatan Pemetaan Sosial dan Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat yang telah dilakukan oleh pengkaji di Desa Kudi, maka pengkaji akan meninjau program pemberdayaan Koperasi RT yang sudah berjalan selama ini, untuk selanjutnya melakukan kajian lebih dalam bagaimana upaya perbaikan program pengembangan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan komunitas dengan mengambil judul ”PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA: Kasus Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah kajian yang dapat pengkaji susun adalah :

1. Bagaimana kinerja kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga dalam memberdayakan anggota ?

2. Faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan kinerja kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga dalam memberdayakan anggota ?

3. Bagaimana strategi pengembangan komunitas yang partisipatif untuk meningkatkan keberdayaan kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga ?

Tujuan

Kajian Pengembangan Masyarakat ini secara umum bertujuan untuk meninjau Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan secara khusus kajian ini bertujuan untuk;

1. Mendeskripsikan kinerja kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga dalam memberdayakan anggota;

2. Mendeskripsikan faktor- faktor yang berkaitan dengan kinerja kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga dalam memberdayakan anggota;

3. Merumuskan program pengembangan komunitas secara partisipatif untuk meningkatkan keberdayaan kelembagaan Koperasi Rukun Tetangga.

TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Pengertian Kemiskinan dan Petani Miskin

Pengertian Kemiskinan. Kemiskinan merupakan kondisi absolut atau relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk mencapai kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai atau norma tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena sebab-sebab natural, kultural, atau struktural (Nugroho dan Dahuri, 2004). Ada dua pengertian tentang kemiskinan, yaitu pertama, kemiskinan relatif dan kedua, kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif dinyatakan dengan berapa persen dari pendapatan total yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan tertentu dibandingkan dengan proporsi pendapatan total yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan lainnya (Djojohadikusumo, 1980). Sedangkan kemiskinan absolut adalah, apabila tingkat pendapatan berada di bawah ”garis kemiskinan” atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk