• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jika semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin rendah, atau sebaliknya jika realisasi makin rendah

semakin baik, atau sebaliknya jika realisasi semakin rendah pencapian kinerja semakin rendah, adalah sebagai berikut :

2. Jika semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin rendah, atau sebaliknya jika realisasi makin rendah

pencapaian kinerja semakin baik, maka digunakan rumus sebagai berikut :

Untuk melihat capaian sasaran tersebut diatas dapat dilihat pada indikator kinerja sebagai berikut :

Persentase life saving anak dan dewasa

Kegiatan pertama yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah menyelenggarakan pelayanan gawat darurat dengan penanganan cepat dan tepat serta memiliki pelayanan medis 24 jam, kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien memerlukan sarana dan prasarana sesuai standar pelayanan dan sumber daya manusia sesuai dengan kompetensi, keterampilan dan profesional dibidangnya, Sebagai bagian integral kegawatdaruratan, pelayanan life saving mengutamakan akses pelayanan kesehatan bagi korban dengan tujuan untuk mencegah dan mengurangi angka kesakitan, kematian, kecacatan dan/atau penyelamatan jiwa. Untuk mendukung tercapainya peningkatan kualitas pelayanan life saving pada instalasi gawat darurat maka rumah sakit umum daerah polewali telah menyediakan sarana dan prasarana serta peningkatan sumber daya manusia bagi petugas medis dan paramedis dengan memberikan pelatihan, yang pelaksanaan kegiatan terakomodir pada program pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah dan kegiatan pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah, Prosentase Pencapaian

pada sub kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan kapasitas

43

dan keterampilan tenaga kesehatan sehingga pelayanan penanganan life saving di rumah sakit dapat optimal, dan pada tahun 2016 ditargetkan 100% dan terealisasi 100%, untuk melihat target dan capaian tahun sebelumnya dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 3.8

Trend Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Presentase life saving anak dan dewasa

Tahun 2013 – 2015

Indikator 2 : Kematian Pasien < 24 Jam di Gawat Darurat

Angka kematian pada instalasi gawat darurat merupakan indikator penting kinerja rumah sakit, kematian pasien < 24 jam digawat darurat adalah kematian yang terjadi dalam periode < 24 jam sejak pasien datang yang ditangani di gawat darurat, faktor yang mendukung tercapainya target adalah penangangan dilakukan secara tepat, akurat dan komprehensif dengan didukung oleh tenaga medik dan perawat yang profesional serta dukungan peralatan yang memadai, pada tahun 2016 ditargetkan 1,56% dengan realisasi 0,32%, keberhasilan target pada indikator diatas disebabkan oleh tenaga yang ditempatkan pada instalasi gawat darurat telah mempunyai sertifikat penanganan kegawat daruratan, peralatan untuk menunjang pelayanan telah optimal serta pelayanan menggunakan standar prosedur operasional. pengukuran indikator tersebut menggunakan asumsi, semakin rendah pencapaian kinerja semakin baik atau berhasilnya suatu kinerja, pelaksanaan kegiatan indikator

0

Presentase life saving anak dan dewasa 100

100 100

Perbandingan Pencapaian IKU RSUD Polewali

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

dan prasarana aparatur, program pengadaan, peningkatan sarana

44

dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa, rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata dan program pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah dengan kegiatan pembangunan gedung kantor, pembangunan gedung rumah sakit, pengadaan alat-alat rumah sakit dan pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah.

untuk melihat target dan capaian tahun sebelumnya dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 3.9

Trend Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Kematian Pasien < 24 Jam di Gawat Darurat

Tahun 2013 – 2015

Indikator 3 : Cakupan pelayanan terhadap pasien Gakin yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan untuk tercapainya kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, program pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat kurang mampu/miskin diberikan bantuan dari pemerintah melalui jamkesmas, pada tahun 2016 ditargetkan 100% realisasi 100%, dari 31.801 pasien gakin yang datang kerumah sakit umum daerah polewali, terdiri dari rawat jalan sebanyak 25.904 pasien rawat inap sebanyak 5.897..pasien, yang seluruhnya telah mendapatkan pelayanan sama dengan pasien umum dan pasien jaminan kesehatan lainnya, namun pasien gakin khusus rawat inap menempati ruang kelas III, faktor yang mendukung tercapainya terget adalah di RSUD polewali tersedia ruang kelas III yang dilengkapi dengan peralatan yang khusus untuk pasien Gakin. Pelaksanaan kegiatan terakomodir pada program

0

Kematian Pasien < 24 jam di Gawat Darurat 2,51

0,38 0,11

Perbandingan Pencapaian IKU RSUD Polewali

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

peningkatan sarana dan prasarana aparatur, program pengadaan,

45

peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa, rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata dan program pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah dengan kegiatan pembangunan gedung kantor, pembangunan gedung rumah sakit, pengadaan alat-alat rumah sakit dan pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah.

Perbandingan pencapaian IKU tahun sebelumnya dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 3.10

Trend Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Cakupan pelayanan terhadap pasien Gakin yang datang ke RS

pada setiap unit pelayanan, Tahun 2013 – 2015

Indikator 6 : Kejadian Infeksi Pasca Operasi

Infeksi sebagai salah satu komplikasi pasca operasi lebih dikenal dengan nama infeksi luka operasi (ILO), kejadian infeksi yang sering terjadi pada rumah sakit adalah infeksi nosokomial, dinama infeksi nosokomial ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain : lama operasi, tempat operasi, penggunaan antibiotik profilaks, jumlah pasien yang dirawat per ruangan, jumlah dan frekuensi kunjungan keluarga pasien, kejadian infeksi pasca operasi selain meningkatkan lama perawatan yang tentukan akan menambah biaya perawatan, infeksi luka operasi juga merupakan masalah yang serius karena dapat mengakibatkan cacat dan bahkan kematian, Pada pasien pasca operasi terdapat beberapa kejadian yang menyongsong terhadap terjadinya infeksi nosokomial, antara lain : kontaminasi melalui alat-alat kesehatan yang dipergunakan saat operasi ataupun setelah tindakan operasi, kontak dengan petugas kesehatan (medis dan paramedis) yang terkontaminasi dengan mikro organisme patogen, kondisi lingkungan

0

Perbandingan Pencapaian IKU RSUD Polewali100

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

khususnya pasca operasi besar dan berat, selain faktor lingkungan,

46

status gizi yang cukup baik pada pasien sebelum dilakukannya bedah mayor merupakan hal yang sangat penting. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Polewali akhir tahun 2016, total kegiatan operasi sebanyak 3.689 pasien dan yang mengalami infeksi sebanyak 5 pasien, indikator tersebut ditargetkan 0.5% dengan realisasi 0,2%, keberhasilan indikator tersebut disebabkan oleh penyediaan linen sudah memadai serta tersedianya peralatan untuk mensterilkan alat-alat medis, Pada indikator ini digunakan asumsi, semakin rendah pencapaian kinerja semakin baik atau berhasilnya suatu kinerja, pelaksanaan pelayanan untuk indikator diatas terakomodir terakomodir pada program pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah dengan kegiatan pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah.

Perbandingan pencapaian IKU tahun sebelumnya dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 3.11

Trend Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Kejadian Infeksi Pasca Operasi

Tahun 2013 – 2015

Indikator 7 : Kematian Pasien > 48 Jam

Kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh manusia, namun demikian kematian juga merupakan salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan yang penting, kematian yang terjadi dibawah 48 jam menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005, NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar, indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan dirumah sakit. Rumus yang digunakan NDR = (jumlah pasien mati > 48

0

Perbandingan Pencapaian IKU RSUD Polewali

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

jam / jumlah pasien keluar (hidup+mati)) x 100%, pada tahun 2016

47

ditargetkan 0,64% dengan realisasi 1,38%, ini menunjukkan bahwa dari 1.442 jumlah pasien rawat inap dalam satu tahun, pasien yang meninggal > 48 jam adalah 20 dalam satu tahun, indikator ini menunjukkan suatu keberhasilan kinerja, dengan asumsi semakin rendah pencapaian kinerja semakin baik, pelaksanaan pelayanan untuk indikator diatas terakomodir terakomodir pada program program pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah dengan kegiatan pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah. Perbandingan pencapaian IKU tahun sebelumnya dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 3.12

Trend Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Kematian Pasien > 48 Jam

Tahun 2013 – 2015

Indikator 8 : Waktu Tunggu Elektif

Waktu tunggu operasi elektif, adalah tenggang waktu mulai dokter memutuskan untuk operasi yang terencana sampai dengan operasi mulai dilaksanakan, faktor yang biasanya menyebabkan lamanya waktu tunggu operasi antara lain : akibat tidak stabilnya kondisi pasien, faktor pelaksana operasi yang terdiri dokter ahli selaku operator pembedahan, dokter ahli anastesi, asisten operator dan

0 0,5 1 1,5

Kematian Pasien > 48 Jam

1,22 0,84 0,01

Perbandingan Pencapaian IKU RSUD Polewali

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

penata anastesi, faktor administrasi serta fasilitas, pada RSUD

48

Polewali telah terpenuhi sumber daya manusia (dokter spesialis) serta didukung oleh sarana dan prasarana, sehingga waktu operasi elektif dapat tercapai sesuai dengan target yang direncanakan, dari pasien 282 yang dioperasi akhir tahun 2016, dengan jumlah kumulatif waktu tunggu pasien yang terencana dibutuhkan 339 jam atau rata – rata waktu tunggu elektif adalah 1.2 jam, pelaksanaan pelayanan untuk indikator diatas terakomodir pada program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata, program pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah dengan kegiatan pelayanan kesehatan badan layanan umum dae

rah.

Perbandingan pencapaian IKU tahun sebelumnya dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 3.13

Trend Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Waktu Tunggu Elektif, Tahun 2013 – 2015

Indikator 9 : Kejadian Kematian di Meja Operasi

Kejadian kematian dimeja operasi adalah kematian yang terjadi dikamar operasi pada saat operasi berlangsung, atau selama pasien di ruang sadar pulih, yang diakibatkan oleh tindakan anastesi maupun tindakan pembedahan, pada tahun 2016 dari 462 tindakan operasi belum ada kejadian kematian, atau ditargetkan ≤ 1 dengan realisasi 0%, hal ini dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan

0 1 2

Waktu Tunggu Elektif 2

2 2

Perbandingan Pencapaian IKU RSUD Polewali

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

petugas (dokter spesialis dan perawat) serta tingkat kepatuhan

49

terhadap standar prosedur operasional (SPO/SOP) dalam penanganan pembedahan oleh tim (spesialis bedah, spesialis anastesi, perawat), sehingga target tersebut dapat tercapai, pelaksanaan kegiatan untuk indikator tersebut diatas terakomodir pada program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata, program pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah dengan kegiatan pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah. Perbandingan pencapaian IKU tahun sebelumnya dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 3.14

Trend Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Kejadian Kematian di Meja Operasi,

Tahun 2013 – 2015

Indikator 8 : Persentase Kejadian Salah Tindakan Pada Operasi Adalah kejadian pasien mengalami tindakan operasi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan, tindakan pembedahan wajib memperhatikan keselamatan pasien, kesiapan pasien, dan prosedur yang akan dilakukan, karena resiko terjadinya kecelakaan sangat tinggi, jika dalam pelaksanaannya tidak mengikuti standar prosedur operasional (SPO) yang sudah ditentukan, selain melakukan verifikasi

0 0,5

1

Kejadian Kematian di Meja Operasi

0 0

0 Perbandingan Pencapaian IKU RSUD Polewali

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

pra-operasi, untuk menghindari terjadinya salah tindakan pada

50

operasi, biasanya dokter dan perawat meminta tambahan/penunjang seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi, keterampilan dan kompetensi dibidangnya juga merupakan faktor pendukung dalam mengurangi terjadinya kesalahan dalam melakukan tindakan, di RSUD Polewali tindakan operasi dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki, tindakan dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP)/standar pelayanan medik dan sarana dan prasarana yang digunakan sesuai standar suatu tindakan medik yang dilakukan. dan akhir tahun 2016 belum ada kejadian salah tindakan pada operasi, sehingga yang ditargetkan 0% realisasi 0%, pada indikator ini menggunakan asumsi bahwa semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin rendah, atau sebaliknya jika realisasi makin rendah pencapaian kinerja semakin baik, pelaksanaan pelayanan untuk indikator diatas terakomodir pada program pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah dengan kegiatan pelayanan kesehatan

badan layanan umum daerah. Perbandingan pencapaian IKU tahun sebelumnya dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 3.15

Trend Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Persentase Kejadian Salah Tindakan Pada Operasi

Tahun 2013 – 2015

Indikator 9 : Waktu Tunggu Obat Jadi

Pelayanan jasa kesehatan dirumah tak terlepas dari pelayanan dibagian farmasi yang mengatur semua kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk rawat jalan dan rawat inap, pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan

0 0,5

1

Persentase Kejadian Salah Tindakan Pada Operasi

0

0 0

Perbandingan Pencapaian IKU RSUD Polewali

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

kesehatan rumah sakit yang utuh dan beorientasi kepada pelayanan

51

pasien. Dengan banyaknya permintaan obat oleh pasien rawat jalan dan rawat inap dan dari poli-poli, akan meningkatkan waktu pelayanan, selain itu jika dikaitkan dengan pelayanan resep maka mutu pelayanan dianggap baik jika memenuhi kecepatan dan ketepatan pelayanan, yaitu kesesuaian antara resep yang diserahkan dengan sediaan yang diterima oleh pasien, evaluasi pelayanan waktu tunggu pelayanan obat dihitung mulai dari pasien menyerahkan resep sampai pasien mendapatkan obatnya, dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan resep yang cepat dan tepat, untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efesiensi pelayanan instalasi farmasi RSUD Polewali dilakukan survey, berdasarkan laporan bahwa pada akhir tahun 2016 dari 2800 pasien yang disurvei, jumlah kumulatif waktu tunggu obat jadi pasien adalah 280, atau sama dengan 10 menit, Pada indikator ini digunakan asumsi, sem

akin rendah pencapaian kinerja semakin baik atau berhasilnya suatu kinerja.

pelaksanaan

kesehatan badan layanan umum daerah dengan kegiatan pelayanan kesehatan badan layanan umum daerah. Perbandingan pencapaian IKU tahun sebelumnya dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 3.16

Trend Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Waktu Tunggu Obat Jadi

Tahun 2013 – 2015

Indikator 10 : Waktu Tunggu Obat Racikan

Obat racikan adalah bahan atau paduan bahan dengan