• Tidak ada hasil yang ditemukan

Senarai Ulah Felix Siauw

Dalam dokumen Merry Christmas Felix Siauw (Halaman 143-152)

Felix Siauw kembali bikin ulah. Stok ulahnya seolah tak habis-habis. Atau jangan-jangan Felix adalah ulah itu sendiri?

Sebagai seseorang yang konon ustadz, ahli agama, Siauw tidak seperti kebanyakan ahli agama lainnya yang menebarkan kesejukan kepada semua orang, menjadi rahmat bagi semesta alam. Siauw lebih memilih jalan keributan. Alih-alih berdakwah mengajak berakhlakul karimah, Siauw justru menggunakan cara-cara ofensif, konfrontasi, dalam banyak ceramahnya.

Lebih banyak kata jangan dalam dakwahnya daripada ajakan. Lebih banyak perintah dan larangan daripada pemberian contoh dan tauladan. Siauw seperti lebih berniat mengajak perang daripada menguraikan pemahaman mendalam. Ia lebih suka

Contoh larangan Siauw yang terkenal adalah larangan mengucapkan selamat natal. Tidak perlu dibahas panjang lebar lagi, jelas-jelas ia larangan yang hanya menggarami curiga, lalu kebencian, lalu permusuhan, di negeri yang masih memupuk kebhinnekaan ini. Bukannya bergaul dengan sesama anak-bangsa dengan mau’izhah hasanah.

Perintah Siauw yang terkenal, “Udah Putusin Aja!” kepada anak muda yang berpacaran, bisa saja gagasannya diterima dengan baik apabila disampaikan dengan pemaparan yang halus, dengan simpatik, bahwa menyegerakan pernikahan lebih indah bagi pasangan yang berpacaran. Bukan dengan antipati dengan menyuruh mereka putus. Tapi Felix memilih cara terakhir, cara menyerang.

Belum lagi ketika pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak. Bagai pakar ekonomi yang paling pakar, Siauw ikut-ikutan angkat bicara, berteriak lantang menolak. Saya sendiri tidak setuju dengan kebijakan pemerintah itu, tapi saya bukan ahli ekonomi sehingga hanya bisa bersetuju dan meyakini argumen para pakar yang menolak. Saya pun kemudian berharap pada argumennya agar membuat saya semakin yakin. Tapi apa daya, argumennya ternyata membuat saya menangis. Saya akui saya salah telah berharap.

Menurut Siauw, pemerintah menaikkan harga minyak lantaran menganut paham liberal dan tunduk pada kafir IMF. Jika saja, jika saja, pemerintah

Arlian Buana

meyakini Islam sebagai sebagai paham, sebagai ideologi, tentu minyak akan gratis bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena minyak di Indonesia adalah milik seluruh rakyat Indonesia, maka setiap rakyat berhak membeli minyak dengan harga Rp. 0. Seakan-akan galon minyak tinggal petik saja seperti mangga tetangga. Saya harap Anda tidak turut menangis mendengarnya.

Kali ini Siauw bikin geger banyak cewek. Mereka protes atas tausiah-nya. Sebab dia menganjurkan agar perempuan bermanja-manjaan dan bersikap kenakak-kanakan sahaja. Tidak baik bagi cewek-cewek untuk menjadi mandiri, kuat, dan tidak bergantung pada orang lain.

“Ya udah, itu pilihanmu, (menjadi wanita kuat, mandiri dan independen) jarang lelaki yang mau wanita seserem itu,” tulisnya di akun twitter

@felixsiauw.

Seenak jidat Siauw memberi stempel “serem” bagi perempuan yang mandiri dan kuat. Seakan-akan menjadi wanita hebat itu dosanya lebih menakutkan daripada membunuh. Seenak jidat pula ia memayoritaskan spesiesnya yang menyukai perempuan lemah dan punya ketergantungan tinggi pada orang lain. Sebagian besar teman saya

yang diidealkan Felix, meskipun tidak memaksa perempuan harus begini tak boleh begitu. Perkara suka tidak suka belaka.

Siauw sepertinya luput membaca sejarah dan kurang lengkap memahami intisari ajaran Islam. Jelas-jelas bahwa Khadijah yang dicontohkannya sebagai perempuan surga adalah seorang saudagar yang mandiri, kuat dan tidak bergantung pada orang lain. Dalam sekali ayun, dia yang berniat memukul orang lain tapi bogemnya jatuh ke mukanya sendiri. Bunuh diri. Ada juga Aisyah, wanita cantik jelita berawajah kemerah-merahan yang sangat dicintai Rasulullah, yang begitu gagah perkasa memimpin pasukan dalam Perang Jamal. Lupakah dia tentang dua perempuan hebat itu?

Sudah terang bahwa Nabi Muhammad—yang saya percaya diidolakan juga oleh Felix—memuliakan kaum perempuan. Di masa pra-Nabi, kaum wanita dianggap lemah dan hanya menjadi beban bagi suku Quraisy sampai-sampai setiap bayi perempuan yang lahir dibunuh-bunuhi. Setelah Muhammad datang, derajat kaum perempuan ditinggikan. Peran mereka dalam mengasuh anak dimuliakan tiada bandingan dan peran di dalam masyarakat tiada dihalangi. Mengapa pula Felix datang dengan pola pikir yang meremehkan dan melemahkan perempuan seperti di jaman Jahiliyah?

Pilihan materi dakwah Siauw sungguh kurang bijak. Berani-beraninya dia merendahkan wanita

Arlian Buana

modern, wanita masa kini yang berpendidikan, yang berkesempatan karya dan kerja yang sama dengan pria. Berani-beraninya dia menyerang ibu-ibu setelah Indonesia menelurkan seorang presiden yang ibu-ibu.

Tak urung cewek-cewek yang mulai merintis karier untuk menjadi perempuan independen mencak-mencak. Tak urung ibu-ibu yang sama-sekali tidak tergantung pendapatan suaminya menjadi panas kupingnya. Bagi mereka, menjadi wanita adalah berbagi peran dan tugas dengan pria. Bukan meringkuk di bawah ketiak suami.

Belum lagi bila mencermati hadits yang dikutip Siauw, ada satu ciri wanita penghuni surga: bermanfaat bagi suami. Wanita mandiri, kuat dan independen tentu saja memberikan manfaat lebih banyak bagi suaminya ketimbang wanita lemah dan serba-tergantung. Ciri ini dengan sendirinya menggugurkan klaim wanita ideal versi Siauw.

Tak cukup sampai disitu, Siauw kemudian mencoba membela diri atas apa yang dituliskannya. Bukannya berbaik-baik, dia malah menuduh orang-orang yang mengoreksi dan mengkritiknya benci akut terhadap Islam atau kelompok feminis liberal. Bukannya membuka mata, dia justru menebalkan jarak dan menegaskan batas: Islam dan bukan Islam, seolah-olah Islam itu dirinya sendiri.

Di bagian akhir klarifikasinya, Siauw menyatakan; “Bukan berarti kritik dan sarannya saya nggak

masukan untuk ke depan lebih baik.” Lihatlah, untuk mengapresiasi masukan saja dia masih butuh Insya Allah. Seakan-akan terdapat kemungkinan yang kelak menghalanginya dalam berapresiasi. Betapa salehnya dia.

Insya Allah itu dipakai, misalnya, kalau kamu berjanji akan menghadiri pertemuan, karena kita tidak pernah tahu akan datangnya suatu halangan. Kalau mau apresiasi ya langsung apresiasi saja, kenapa butuh Insya Allah?

Catatan ulah Felix bisa jadi lebih panjang. Sayang karena keterbatasan pengamatan, daftar ini hanya sebegini. Apabila ada yang ingin menambahkan tentu akan menjadi masukan yang sangat berarti.

Tapi jangan buru-buru salah sangka. Tidak semua orang mengkritik Siauw. Muda-mudi yang manggut-manggut saja mendengar apa yang keluar dari mulutnya banyak juga. Tidak sedikit yang membelanya dalam hal ucapan selamat natal. Bukan sedikit lelaki yang batok kepalanya berisi perempuan harus begini perempuan tak boleh begitu sedemikian kaku. Tidak kurang pula yang berteriak sama

dengannnya mengenai keharusan asas Islam bagi Indonesia, dus memperjuangkan khilafah Islamiyah.

Entah berapa pasangan yang manut perintahnya untuk putus. Belum ada rilis survei LSI mengenai itu.

Arlian Buana

Seperti yang pernah saya perkirakan, ilmu Felix memang cukup memadai untuk menghantarkannya menjadi kyai televisi. Panggilan tampil di televisi mulai berdatangan. Terakhir saya lihat dia ada di

Bukan Empat Mata yang membuatnya terlihat jauh

lebih lucu daripada Tukul. Dan oh, mimpi apa dia semalam hingga bisa duduk berdekatan dengan Olla Ramlan dan Angel Lelga. Sebentar lagi, Siauw akan menjadi ustadz kondang yang mukanya saban hari mondar-mandir di televisi.

Tapi tahukah para pelaku pertelevisian Indonesia, betapa berbahayanya sikap intoleran Felix dan perjuangan khilafah Islamiyah itu bagi keutuhan NKRI? Barangkali hanya demokrasi Indonesia yang membiarkan unsur yang potensial membunuh demokrasi untuk hidup bebas. Sementara TVRI, televisi milik negara itu, telah membuka lebar-lebar pintunya agar Felix dapat unjuk gigi. Bahkan TVRI sendiri pula yang menyiarkan secara langsung perayaan besar-besaran Hizbut Tahrir di Senayan.

Tahukah Olla dan Lelga bagaimana pandangan Siauw mengenai perempuan? Semoga Diandra Paramitha Sastrowardoyo dijauhkan darinya.

Semoga keusilan Felix terhadap kaum perempuan itu merupakan ulahnya yang terakhir. Semoga dia ingat pesan orang tua: daripada bikin ulah lebih baik main gundu. Amin.

Arlian Buana

www.arlianbuana.com

Arlian Buana

arlianbuana

@arlianbuana

[email protected]

Dalam dokumen Merry Christmas Felix Siauw (Halaman 143-152)